Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL TESIS

PERAN MASJID DALAM MEMBENTUK NILAI NILAI


TOLERANSI INTERNAL PADA MASYARAKAT
PLURALISME (STUDI KASUS DI MASJID NAMIRA JOTO
SANUR TIKUNG LAMONGAN)

OLEH: LAILATUL FITROINI

NIM: 22089060

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA


ISLAM PASCA SARJANA
UNIVERAITAS KIAN ABDULLAH FAQIH
GRESIK 2023
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Tesis oleh: lailatul fitroini. NIM: 22089060 Ini telah diperiksa dan
disetujui untuk diujikan.

Disetujui di : Gresik

Pada Tanggal : Minggu, 3 september 2023

Mengetahui,

Ketua Program Studi Dosen Pembimbing

Dr. Saeful Anam, M.Pd.I Dr. Muhammad Farih, Lc, Mpd

NIY 2014 01 174 NIY 2019 01 248

1
LATAR BELAKANG

Perkembangan umat Islam pada periode awal tidak lepas dari


masjid. Masjid adalah suatu tempat (bangunan) yang fungsi utamanya
sebagai tempat shalat bersujud menyembah Allah SWT. Firman Allah
SWT dalam surat al-Jin ayat yang artinya Dan sesungguhnya masjid-masjid
itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang
pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.1 Di samping sebagai
tempat beribadah umat Islam dalam arti khusus (mahdhah), masjid juga
merupakan tempat beribadah secara luas (ghairu mahdhah) selama
dilakukan dalam batas-batas syari'ah. Masjid yang besar, indah dan bersih
adalah dambaan kita, namun semua itu belum cukup apabila tidak
ditunjang dengan kegiatan-kegiatan memakmurkan masjid.2 Masjid
menjadi pilar spiritual yang menyangga kehidupan duniawi umat. Masjid
mencerminkan seluruh aktivitas umat, masjid menjadi pengukur dan
indikator dari kesejahteraan umat baik lahir maupun batin. Oleh sebab
itu, jika tidak ada masjid diwilayah yang berpenduduk agama Islam atau
ada masjid di tengah penduduk Islam, tetapi tidak digunakan sebagai pusat
kehidupan umat, ini akan menjadi isyarat negatif timbulnya dis-orientasi
kehidupan umat. Dalam dua situasi ini, umat akan mengalami kebingungan
dan menderita berbagai penyakit mental maupun fisik serta tidak dapat
menikmati distribusi aliran ridha dan energi dari Allah SWT. 3 Masjid
sebagai pranata sosial Islam sekaligus media rahmatan lil ‘alamin hanya
bisa terwujud jika masjid menjalankan peran dan fungsinya.

Kehidupan masyarakat di era modem saat ini menunjukkan kondisi


krisis dan dekadensi moral, salah satunya tempat yang ditempati banyak

1
QS. Surat al-Jin, ayat 18, Lihat: Departemen Agama RI,“al-Qur‟an dan Terjemahannya”,
(Bandung:PT Sygma Examedia Arkanleema, tt,) hlm. 573.
2
Sidi, Gazalba, Masjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam,(Jakarta: Pustaka Antara ,1971), hlm.
27
3
Nana, Rukmana DW, Masjid dan Dakwah, Merencanakan, membangun dan mengelola
Masjid, mengemas substansi Dakwah, upaya pemecahan Krisis moral dan Spritual, (Jakarta:
Almawardi Prima, 2002), hlm. 76, bandingkan juga dalam M Quraish Shihab, Wawasan al-
Qur'an, Tafsir Maudhu'i atas pelbagai persoalan umat, (Bandung : Mizan, 1996), hlm. 204.

2
aliran adalah masjid. Menurut penelitian, ada beberapa masjid sebagai
mimbar atau tempat untuk menularkan paham keras dan radikal. Faktor
lainnya meliputi keteladanan dari orang tua, masyarakat, dan public figure.
Hal ini menimbulkan berbagai macam pandangan negatif di kalangan
masyarakat atas nilai-nilai (negatif) yang tidak terfiltrasi dengan baik
sehingga mempengaruhi karakter dan pikiran generasi masa kini yang
menimbulkan rasa khawatir terhadap pengikisan jati diri yang berimbas
pada merosotnya nilai-nilai keagamaan, nasionalisme, nilai sosial budaya
bangsa, dan perkembangan moralitas individu

Pendidikan Islam merupakan salah satu aspek penting dalam


pengembangan umat Muslim. Seiring dengan perkembangan zaman dan
tantangan yang dihadapi oleh masyarakat Muslim saat ini, pemahaman yang
seimbang dan moderat terhadap ajaran Islam menjadi sangat relevan.

Seperti yang dilaksanakan oleh Nabi Muhammad SAW pada masa


hidupnya, yakni masjid tidak sebatas pada pemaknaan sajadah yang
formal dan sederhana sebagaimana yang lazim dipahami dan diapresiasi
oleh masyarakat muslim saat ini, yakni sebagai tempat shalat dan
melaksanakan aktivitas-aktivitas rutin untuk menumbuh kembangkan
keshalehan individual. Tetapi lebih dari itu, masjid dijadikan oleh Nabi
Muhammad SAW sebagai lembaga penumbuh kembangan keshalehan
sosial dalam rangka menciptakan masyarakat religion-politik menurut
tuntunan ajaran Islam. Pada masa itu, masjid sepenuhnya berperan
sebagai lembaga rekayasa sosial yang sesuai dengan tuntunan ajaran
agama Islam.4 Masjidil Haram, tepatnya di kota Makkah dijadikan
sebagai tempat tabligh (dakwah) wahyu secara terbuka, dalam hal ini
mengundang reaksi negatif yang sangat keras dari musyrikin Quraisy,
seperti dilempari batu dan kotoran unta. Walaupun begitu, tidak

4
Muhammad, Sa'id Ramadhan al-Buthy, Fiqh al-Sirah al-Nabawiyyah: Ma'a Mujiz li-Tarikh al-
Khilafah al-Rasyidah, (Damaskus : Dar al-Fikr, 2003), hlm. 143. lihat juga dalam M Quraish
Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW, (Jakarta: Lentera Hati, 2011), hlm. 154

3
menyurutkan langkah beliau dalam dakwah, dakwah tetap di jalankan
sampai beliau hijrah ke Madinah. Sesampai beliau di Madinah, beliau
membangun masjid yang diberi nama Masjid Quba. Masjid Quba
merupakan tempat peribadatan umat Islam pertama yang kemudian
menjadi model atau pola dasar bagi umat Islam dalam membangun
masjid-masjid dikemudian hari.5 Masjid pada zaman Rasulullah sangat
sederhana, tetapi dengan kesederhanaannya itu, masjid memiliki banyak
fungsi dan peran yang dapat dimainkan. Sebagian besar kehidupan
Rasulullah berada dalam lingkungan masjid, disamping bertempat
tinggal di dalam lingkungan masjid, beliau juga sering berada di dalam
ruangan masjid jika tidak ada kegiatan penting yang membuatnya keluar,
dan menjadikan masjid sebagai pusat dakwah, pusat ibadah (mahdhah
maupun ghairu mahdhah), pusat kegiatan umat, pusat pendidikan dan
pembinaan umat, pusat pemerintahan, pusat komando militer, pusat
informasi, pusat konsultasi, pusat rehabilitasi mental, pusat zikir, dan
masih banyak lagi yang lain.6 Di masjid yang sederhana ini Rasulullah
mulai menggalang kekuatan. Mengkonsolidasi umat Islam dengan
gerakan Muakhat (pemersatu, muhajirin dan anshar). Bermodalkan
bangunan masjid kecil inilah, Rasulullah mulai membangun dunia,
sehingga kota kecil yang menjadi tempat beliau membangun dunia benar-
benar menjadi Madinah, yang arti harfiyahnya adalah “pusat Muhammad
peradaban”, atau paling tidak, dari tempat tersebut lahirlah benih
peradaban baru umat manusia. Sebagai Kepala Pemerintah dan Kepala
Negara Muhammad SAW tidak mempunyai istana seperti halnya para
pejabat di era modern, beliau menjalankan roda pemerintahan dan
mengatur umat Islam di Masjid. Bahkan permasalahan-permasalahan umat,
hingga mengatur strategi peperangan, beliau selesaikan bersama-sama
dengan para sahabat di Masjid.7 Pada masa sahabat, fungsi dan peran

5
Makhmud, Syafe‟i, Masjid dalam perspektif sejarah dan hukum Islam
6
Sidi, Gazalba, loc.cit, hlm. 147
7
Puji, Astari, Mengembalikan Fungsi Masjid sebagai Pusat Peradaban Masyarakat,(IAIN Raden
Intan Lampung :Jurnal Ilmu Da‟wah dan Pengembangan Komunitas, 2014), hlm. 34

4
masjid yang dijalankan oleh nabi Muhammad SAW masih dijalankan
oleh para sahabat namun, ada sedikit perubahan yang terjadi pada fisik
masjid, dikarenakan bertambah banyaknya umat Islam pada masa itu. Pada
masa Umar bin Khatab terjadi pemisahan antara pendidikan dengan
keagamaan, pada masa Umar, pendidikan telah disediakan ruangan
khusus. Selebihnya, fungsi dan peran masjid relatif tidak mengalami
perubahan dan pergeseran, masih berjalan sama seperti masjid di
zaman Rasulullah.8 Lain halnya pada masa Bani Umayyah dan
Abbasiyah, pada masa ini terjadinya penurunan fungsi dan peran masjid.
Masjid sudah tidak lagi dijadikan sebagai sentral kegiatan umat Islam.
Hal ini disebabkan telah dibangunnya istana yang menjadi pusat
pemerintahan, sehingga masjid hanya dijadikan sebagai tempat
keagamaan saja. Mulai dari masa ini sampai masa sekarang, terjadi
perubahan dan pergeseran fungsi dan peran masjid, masjid dibangun
sangat megah namun, peran dan fungsinya tidak berjalan secara
maksimal sebagaimana di zaman Rasulullah dan sahabat.
Masjid, sebagai pusat ibadah dan pengembangan spiritual, menjadi
tempat di mana berbagai aliran dai berkumpul untuk berbagi ajaran dan
pandangan keagamaan. Dari aliran yang berfokus pada penafsiran klasik
hingga yang mengedepankan pemahaman kontemporer, semuanya memiliki
kontribusi unik dalam membentuk wawasan umat.
Salah satunya di masjid namira lamongan, masjid yang mempunyai
keistimewaan, dai yang melakukan kajian dari hari ke hari materi demi
materi mempunyai beberapa aliran, sebagian beliau ada yang NU,
Muhammadiyah, Wahabi, HTI, salafi, dan lain lain. Tentunya para warga di
sekitar masjid tersebut berbeda dalam menanggapi fenomena tersebut.
Begitu juga masyarakatnya, ada yang menganut aliran NU baik tulen atau
tidak, dan muhammadiyah. Masyarakat yang kental dalam berkeyakinan
Nahdlotul Ulama’ tidak ikut serta dalam pengajian tersebut, tetapi masih

8
Makhmud, Syafe‟i,Masjid dalam Perspektif Sejarah dan Hukum Islam

5
banyak warga NU yang masih ikut kajian tersebut dan tentunya masih
memerhatikan batasan batasan dalam menangkap ilmu. Maka dari itu
penelitian ini patut dikaji untuk membahas bagaimana masyarakat bisa
toleransi terhadap beberapa aliran dan masih menghargai batasan batasan
yang telah ditetapkan dengan memaparkan metode, praktek dan
peningkatannya.
Banyak Penelitian sebelumnya yang telah menyoroti pentingnya
pendidikan Islam moderat dalam menghasilkan pemahaman yang seimbang
dan toleran terhadap ajaran Islam. Namun, masih perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut yang secara khusus menitikberatkan pada konteks Masjid
Namira. Penelitian tersebut akan mengeksplorasi pengembangan islam
moderat pada masyarakat pluralisme di Masjid Namira, serta dampaknya
terhadap pemahaman dan praktik umat Muslim dalam kehidupan sehari-
hari.
Melalui penelitian ini, diharapkan akan diperoleh pemahaman yang
lebih mendalam tentang praktik toleransi beragama di Masjid Namira.
Penelitian ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi tantangan yang
dihadapi dalam mengimplementasikan pendekatan pendidikan Islam
moderat, serta mencari solusi dan rekomendasi untuk meningkatkan
efektivitas pendidikan Islam moderat di Masjid Namira.
Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi yang signifikan dalam pengembangan strategi pendidikan yang
lebih baik, mendorong toleransi, dialog antar agama, dan kehidupan yang
harmonis dalam masyarakat Muslim yang lebih luas.
Dalam penelitian ini, akan digunakan pendekatan kualitatif dengan
metode studi kasus. Data akan dikumpulkan melalui wawancara, observasi,
dan analisis dokumen terkait. Penggunaan metodologi ini diharapkan dapat
memberikan pemahaman yang komprehensif dan mendalam tentang
pendidikan Islam moderat di Masjid Namira.
Melalui penelitian ini, diharapkan akan muncul temuan yang
berguna bagi praktisi pendidikan Islam, pemangku kepentingan di Masjid

6
Namira, serta peneliti dan akademisi yang tertarik dalam bidang pendidikan
Islam moderat. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi
positif dalam mendorong pendidikan Islam moderat sebagai landasan
penting bagi umat Muslim dalam menghadapi perubahan zaman.
A. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka ada beberapa rumusan
masalah yang mendasari penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana metode masjid namira dalam mengembangkan nilai
toleransi di masyarakat pluralisme?
2. Bagaimana praktik keagamaan di Masjid Namira Lamongan
mencerminkan nilai-nilai toleransi di masyarakat pluralisme?
3. Bagaimana peningkatan dalam meningkatkan pengembangan
toleransi dalam masyarakat pluralisme?
B. Tujuan penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, dapat menghasilkan tujuan
penelitian sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan metode masjid namira dalam
mengembangkan nilai toleransi di masyarakat pluralisme.
2. Untuk mendeskripsikan praktik keagamaan di Masjid Namira
Lamongan mencerminkan nilai-nilai toleransi di masyarakat
pluralisme.
3. Untuk menjelaskan peningkatan dalam meningkatkan
pengembangan toleransi dalam masyarakat pluralisme.
C. Manfaat penelitian
1) Manfaat teoritis
a. Membantu masyarakat agar lebih hati hati terhadap ajaran
dan kajian yang dilaksanakan. Hasil penelitian dapat
menambah khazanah keilmuan dan wawasan pengetahuan
dalam bidang pendidikan dan sosial kemasyarakatan dan
diharapkan mampu memberikan kontribusi positif terhadap
perkembangan pendidikan Islam yang multikultural.

7
b. Membuka toleransi masyarakat terhadap kajian yang
diadakan di masjid namira lamongan.

2) Manfaat praktis
a. Untuk masyarakat menjadikan masyarakat lebih toleran dan
menghargai perbedaan aliran.
b. Untuk peneliti Hasil temuan peranan masjid era modern
dapat dijadikan sumber rujukan bagi peneliti selanjutnya.

D. Penelitian terdahulu
Judul Persamaan Perbedaan
STUDI NILAI-NILAI Sama sama meneliti Tesis tersebut fokus
TOLERANSI kemoderatan atau kepada menumbuhkan
(TASAMUH) toleransi yang ada di rasa persaudaraan
DALAM masjid. melalui kegiatan sholat
MENUMBUHKAN jama’ah.
RASA
PERSAUDARAAN
(UKHUWAH)
MELALUI
KEGIATAN SHOLAT
BERJAMAAH DI
MASJID
“Studi Kasus Di
Masjid Istiqamah
Bandung Jawa Barat”

8
Jurnal islam moderat Sama sama meneliti Jurnal tersebut meneliti
dan problem isu kemoderatan kajian di daerah surabaya
keislaman konteporer yang ada di masjid. jawa timur, sedangkan
di masjid nasional al tesis ini lokus di masjid
akbar surabaya namira lamongan.

Tesis moderasi Sama sama meneliti Tesis ini merupakan


beragama berbasis kemoderatan kajian penelitian kuantitatif
masjid analisis konten yang ada di masjid. dan juga mengandung
kanal youtube -tv analisis konten
masjid istiqlal Jakarta. youtube, sedangkan
tesis yang akan dibahas
tanpa analisis konten
youtube.
Moderasi islam Sama sama meneliti Jurnal tersebut fokus
pengarustamaan islam kemoderatan kajian terhadap kemoderatan
melalui masjid. yang ada di masjid. masjid dengan cara
pengarustamaan.

9
Tesis penanaman nilai Sama sama meneliti Tesis ini tidak hanya
keagamaan islam kemoderatan kajian membahas penanaman
moderat pada siswa yang ada di masjid. nilai keagamaan islam
dan orang tua siswa di moderat pada siswa,
taman pendidikan tetapi juga pada orang
alqur’an dan masjid tua karena lokus juga
thalhah bin ubaidillah bertempat di TPQ.
pasirmuncang
purwokerto barat
banyumas.

1) Jurnal moderasi beragama berbasis masjid


2) Jurnal islam moderat dan problem isu keislaman konteporer di
masjid nasional al akbar surabaya
3) Tesis moderasi beragama berbasis masjid analisis konten kanal
youtube -tv masjid istiqlal Jakarta.
4) Moderasi islam pengarustamaan islam melalui masjid.
5) Tesis penanaman nilai keagamaan islam moderat pada siswa dan
orangtua siswa di taman pendidikan alqur’an dan masjid thalhah bin
ubaidillah pasirmuncang purwokerto barat banyumas.

E. Kajian teori
a. TOLERANSI
Secara bahasa kata tolerance dalam bahasa inggris mempunyai arti
sikap membiarkan, menghargai dan menghormati sesama manusia

10
secara mutlak (tanpa memerlukan izin). Dalam bahasa arab kata
toleransi sama dengan kata tasamuh yaitu saling memudahkan, saling
mema’afkan, dan saling mengizinkan.9
Dari pengertian tersebut, penulis menyimpulkan bahwa toleransi
secara etimologi adalah sikap saling mengizinkan, menghargai, dan
menghormati sesama makhluk baik dalam segi suku, budaya, ras, dan
aliran tanpa memerlukan persetujuan.
Secara umum, toleransi berarti upaya memberi kebebasan dan
kewenangan antar sesama manusia untuk menjalankan dan menentukan
keyakinan masing masing yang tidak bertententangan dengan syarat dan
mengganggu kelompok lain.10

Secara istilah, pakar mempunyai beberapa pendapat. Diantaranya:

1. W.J.S Purwadarminta menyatakan bahwa Toleransi adalah sikap


atau sifat menenggang berupa menghargai serta membolehkan suatu
pendirian, pendapat, pandangan, kepercayaan maupun yang lainnya
yang berbeda dengan pendirian sendiri.11
2. Dewan Ensiklopedi Indonesia
Toleransi dalam aspek sosial, politik, merupakan suatu sikap
membiarkan orang untuk mempunyai suatu keyakinan yang
berbeda. Selain itu menerima pernyataan ini karena sebagai
pengakuan dan menghormati hak asasi manusia.12
3. Ensiklopedi American
Toleransi memiliki makna sangat terbatas. Ia berkonotasi menahan
diri dari pelanggaran dan penganiayaan, meskipun demikian, ia
memperlihatkan sikap tidak setuju yang tersembunyi dan biasanya

9
Prof DR. H. Said Agil Husain Al-Munawar, MA, FIKIH HUBUNGAN ANTAR AGAMA.penerbit;
ciputat press. Hal. 13
10
Umar hasyim, toleransi dan kemerdekaan beragama dalam islam sebagai dasar menuju dialog
dan kerukunanantar agama. PT. Bina ilmu, surabaya, hal. 22
11
W.J.S Porwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1986, hlm. 1084
12
Indonesia, Ensiklopedia Indonesia Jilid 6, Ikhtiar Baru Van Hoeve, t.th,
hlm. 3588 Dewan Ensiklopedi

11
merujuk kepada sebuah kondisi dimana kebebasan yang di
perbolehkannya bersifat terbatas dan bersyarat.13

Selain itu toleransi mempunyai unsur-unsur yang harus ditekankan


dalam mengekspresikannya terhadap orang lain. Unsur unsur
tersebut adalah:

- Memberikan kebebasan atau kemerdekaan


Manusia diberikan kebebasan untuk berbuat, bergerak
maupun berkehendak dan memilih suatu agama atau
kepercayaan. Kebebasan ini diberikan sejak manusia lahir
sampai nanti ia meninggal dan kebebasan atau kemerdekaan
yang manusia miliki tidak dapat digantikan atau direbut oleh
orang lain dengan cara apapun. Karena kebebasan itu adalah
datangnya dari Tuhan yang harus dijaga dan dilindungi. Di setiap
negara melindungi kebebasan kebebasan setiap manusia baik
dalam Undang-Undang maupun dalam peraturan yang ada.
Begitu pula di dalam memilih satu agama atau kepercayaan yang
diyakini, manusia berhak dan bebas dalam memilihnya tanpa
ada paksaan dari siapapun.
- Mengakui Hak Setiap Orang
Suatu sikap mental yang mengakui hak setiap orang di dalam
menentukan sikap perilaku dan nasibnya masing-masing. Tentu
saja sikap atau perilaku yang dijalankan itu tidak melanggar hak
orang lain, karena kalau demikian, kehidupan di dalam
masyarakat akan kacau.
- Menghormati Keyakinan Orang Lain
Landasan keyakinan di atas adalah berdasarkan kepercayaan,
bahwa tidak benar ada orang atau golongan yang berkeras
memaksakan kehendaknya sendiri kepada orang atau golongan
lain. Tidak ada orang atau golongan yang memonopoli

13
Dewan Ensiklopde American, Ensiklopedi American

12
kebenaran dan landasan ini disertai catatan bahwa soal
keyakinan adalah urusan pribadi masing-masing orang.
- Saling Mengerti
Tidak akan terjadi, saling menghormati antar sesama manusia
bila mereka tidak ada saling mengerti. Saling anti dan saling
membenci, saling berebut pengaruh adalah salah satu akibat dari
tidak adanya saling mengerti dan saling menghargai antara
satu dengan yang lain.14
b. PLURALISME
Pluralisme merupakan sebuah realitas sosial yang siapapun
tidak mungkin mengingkarinya, karena pluralisme juga merupakan
hukum Allah (sunatullah). Pluralisme harus disertai dengan
kesadaran teologi bahwa kehidupan, terutama kehidupan agama ini
memang plural dan itu merupakan kehendak Allah.15
Pluralisme secara bahasa berasal dari kata plural (Inggris)
yang berarti jamak, dalam arti ada keanekaragaman dalam
masyarakat, ada banyak hal lain di luar kelompok kita yang harus
diakui.
Pluralisme secara istilah adalah suatu sikap yang mengakui
dan sekaligus menghargai, menghormati, memelihara dan bahkan
mengembangkan atau memperkaya keadaan yang bersifat plural,
jamak dan banyak itu.16
Secara fenomenologis, istilah pluralisme beragama
(religious pluralisme) menunjukkan pada fakta bahwa sejarah
agama-agama menampilkan suatu pluralitas tradisi dan berbagai
varian tiap-tiap tradisi.
Secara filosofis, istilah pluralisme beragama menunjukkan
pada suatu teori dengan hubungan antar berbagai konsepsi, persepsi

14
Umar Hasyim, op.cit., hlm. 23
15
M. Imadadun Rahmat, et.al, Islam Pribumi Mendialogkan Agama, Membaca Realita, Erlangga,
Jakarta, 2003, hlm. 186-187
16
Syamsul Ma'arif, Pendidikan Pluralisme di Indonesia, Logung Pustaka, Yogyakarta, 2005, hlm. 11

13
dan respon tentang ultim yang satu, realitas ketuhanan yang penuh
dengan misteri. Teori hubungan antar agama itu paling tidak didekati
melalui dua bentuk utama, enklusivisme dan inklusivisme.
Pluralisme tidak dapat dipahami hanya dengan menyatakan bahwa
masyarakat kita majemuk, beraneka ragam, terdiri dari berbagai
suku dan agama karena hanya menggambarkan kesan
fragmentasi, bukan pluralisme.17
Alwi Shihab memberikan pengertian tentang konsep
pluralisme, yang mana dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Pluralisme tidak semata menunjuk pada kenyataan tentang
adanya kemajemukan. Namun, yang dimaksud pluralisme
adalah keterlibatan aktif terhadap kenyataan kemajemukan
tersebut. Pluralisme agama dan budaya dapat dijumpai
dimana-mana, contohnya di kantor, di sekolah atau di
kampus-kampus. Dengan kata lain pengertian pluralisme
agama adalah bahwa tiap pemeluk agama dituntut bukan
saja mengakui keberadaan dan hak agama lain, tetapi
terlibat dalam usaha memahami perbedaan dan persamaan
guna tercapainya kerukunan dalam kebhinekaan.
b. Pluralisme harus dibedakan dengan kosmopolitanisme.
Kosmopolitanisme menunjuk pada suatu realitas dimana
aneka ragam agama, ras dan bangsa hidup berdampingan di
suatu lokasi. Misalnya di kota New York, di situ tumbuh
keragaman agama, namun interaksi positif antar penduduk
di bidang agama sangatlah minim atau sedikitt
c. Konsep pluralisme tidak dapat disamakan dengan
relativisme. Seorang relativisme berasumsi bahwa hal-hal
yang menyangkut kebenaran atau nilai-nilai ditemukan oleh
pandangan hidup serta kerangka berpikir seorang atau

17
Adeng Muctar Ghozali, Op.Cit, hlm. 123

14
masyarakatnya. Sebagai konsekuensinya adalah bahwa
agama apapun harus dinyatakan benar atau dengan kata lain
semua agama adalah sama.
d. Pluralisme agama bukanlah sinkretisme, yaitu menciptakan
suatu agama baru dengan memasukkan unsur tertentu atau
sebagian komponen ajaran dari beberapa agama untuk
dijadikan bagian integral dari agama tersebut.18
Ada beberapa tantangan yang berkaitan dengan pluralitas
agama baik yang bersifat internal maupun eksternal, yang
mengharuskan tiap umat beragama perlu berfikir dan bertindak
secara tepat untuk dapat mengantisipasi dan menyelesaikannya.
Sementara Harold Coward menyebutkan ada tiga temu yang
berkaitan dengan tantangan pluralisme, yaitu:
➢ Pertama: Pluralisme dapat dipahami dengan baik dan paling
logis, jika dapat memakai yang satu terwujud dalam yang
banyak, pada hakekatnya Tuhan hanya satu dan sama bagi
semua agama.
➢ Kedua: Ada pengalaman bersama mengenai kualitas
pengalaman agama sebagai alat. Artinya agama merupakan
alat kompetisi sehat, alat pengendali kehidupan manusia dan
alat untuk mencapai Tuhan yang sama.
➢ Ketiga: Spiritualitas dikenal dan diabsahkan melalui
pengenaan kriteria sendiri pada agama-agama lain. Sebab
bagaimanapun, pluralisme akan selalu menuntut saling
membagi pemahaman particular kita dan ini akan
memperkaya rohani serta memperkuat keyakinan terhadap
agama sendiri.19

18
Alwi Shihab, Islam Inklusif, Mizan, Bandung, 1999, hlm. 41-42
19
Fatimah Usman, Wahdat Al-Adyan, Dialog Pluralisme Agama, LKIS, Yogyakarta, hlm. 67-68

15
c. MASJID
Masjid merupakan tempat sentral untuk pembelajaran agama dan
pendidikan Islam. Di dalam masjid, umat Muslim dapat menghadiri
ceramah, kuliah agama, kajian kitab suci, dan diskusi keagamaan yang
dipimpin oleh ulama atau cendekiawan Islam. Pendidikan formal dan
non-formal, seperti madrasah atau pesantren, juga sering ditemukan di
dalam lingkungan masjid.
Pada masa zaman dahulu, masjid memiliki 5 fungsi, diantaranya:
1) Tempat ibadah umat islam
Sejak islam lahir, masjid adalah tempat satu satunya tempat
ibadah resmi orang islam. Di masjid seseorang akan
berinteraksi dengan allah secara bathiniyah dan berinteraksi
dengan manusia secara lahiriyah. Oleh karena itu masjid
merupakan tempat untuk menyatukan masyarakat.
2) Tempat pembelajaran / pendidikan
Pada zaman dahulu, rasulullah sering sekali melakukan
pengajian di dalam masjid. Hingga zaman sekarang masjid
sangat berperan dalam pendidikan, seperti TPQ, dan zaman
sekarang mungkin terealisasi dengan adanya kajian kajian di
bulan ramadlan, khutbah jum’ah, dan lain lain.
3) Tempat musyawarah
Beberapa alasan mengapa masjid menjadi tempat yang ideal
untuk musyawarah adalah:
- Suasana yang Sakinah: Masjid merupakan tempat yang
disucikan dan penuh ketenangan. Suasana yang khusyuk
dan tenang ini dapat menciptakan lingkungan yang baik
untuk diskusi dan musyawarah, sehingga
memungkinkan para peserta dapat berkonsentrasi
dengan baik.
- Keterlibatan Pimpinan Agama: Masjid dipimpin oleh
seorang imam dan pengurus masjid yang memiliki

16
otoritas dan pengetahuan agama. Keterlibatan mereka
dalam musyawarah dapat memberikan panduan
berdasarkan ajaran Islam dan etika yang baik.
- Kesatuan Umat: Musyawarah di masjid dapat
memperkuat kesatuan umat Muslim karena tempat ini
merupakan pusat kegiatan keagamaan dan kehidupan
masyarakat. Semua lapisan masyarakat dapat berkumpul
di masjid tanpa memandang status sosial atau ekonomi.
- Dukungan dari Umat: Musyawarah di masjid didukung
oleh umat Muslim karena dianggap sebagai bentuk
partisipasi aktif dalam pembangunan dan perbaikan
masyarakat. Rasa memiliki terhadap masjid memotivasi
masyarakat untuk terlibat dalam musyawarah.20
4) Tempat merawat orang sakit
Masjid umumnya terletak di tengah-tengah masyarakat
Muslim dan dianggap sebagai pusat kegiatan sosial. Hal ini
membuat masjid mudah diakses oleh orang sakit dan
keluarganya. Islam mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan,
termasuk membantu dan merawat sesama yang sakit. Masjid
sebagai lembaga agama mendorong umatnya untuk
membantu orang yang membutuhkan, termasuk mereka
yang sedang sakit. Umat Muslim yang aktif dalam masjid
seringkali memiliki ikatan sosial yang kuat. Mereka bersedia
membantu sesama dengan memberikan perawatan dan
dukungan bagi orang sakit di dalam dan sekitar lingkungan
masjid. Masjid sering menjadi tempat berkumpulnya
sumbangan dan donasi dari umat Muslim. Sumber daya ini

20
Buku "Peran Masjid dalam Pembangunan Masyarakat" oleh Ahmad Ghozali.
urnal "Pelayanan Kesehatan di Masjid: Studi Kasus di Beberapa Masjid di Surakarta" oleh
Suharyo Hadisaputro.

17
dapat dimanfaatkan untuk memberikan bantuan dan
perawatan bagi orang sakit.
Namun, penting untuk diingat bahwa masjid umumnya
bukanlah fasilitas medis yang lengkap, dan perawatan yang
diberikan mungkin terbatas. Oleh karena itu, dalam kasus
penyakit atau kondisi serius, sebaiknya mencari perawatan
medis profesional di fasilitas kesehatan yang sesuai.
5) Tempat menginap atau asrama
Seperti yangg kita ketahui, pada zaman rasulullah ada para
sahabat yang menjadi santri dan menginap di masjid yang
dijuluki ashabus shuffah. Seiring berjalannya zaman, masjid
masih menjadi tempat penginapan bagi musafir atau orang
yang bepergian untuk bersinggah.

F. metode penelitian
1. jenis penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan
mengangkat sebuah fenomena yang terjadi dalam lingkup
organisasi masjid. penelitian kualitatif merupakan penelitian yang
menggunakan pendekatan naturalistik untuk menemukan
pemahaman mengenai fenomena dalam suatu latar yang
berkonteks khusus.21 Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
terjadi pada lingkup sosial yang mencakup pelaku, kejadian,
tempat, dan waktu. Keempat cakupan tersebut dinamakan social
setting. Pada penelitian kualitatif peneliti diharuskan untuk lebih
fokus pada prisip dasar fenomena yang terjadi dalam kehidupan
sosial, yang nantinya akan dianalisis dengan menggunakan teori
yang sudah ada.22 Penelitian kualitatif bertolak belakang dengan

21
L.J, Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2005), hlm.5
22
Bambang, Rudito dan Melia, Famiola, SocialMapping, (Bandung : PT. Rekayasa Sains, 2008),hlm.
78-79

18
penelitian kuantitatif, jika penelitian kuantitatif merupakan
pengukuran data kuantitatif dan statistik objektif melalui
perhitungan ilmiah berasal dari sampel orang-orang atau penduduk
yang diminta menjawab atas sejumlah pertanyaan tentang survei
untuk menentukan frekuensi dan persentase tanggapan responden,
sedangkan penelitian kualitatif merupakan data tidak berbentuk
angka, lebih banyak berupa narasi, deskripsi, cerita, dokumen
tertulis dan tidak tertulis (gambar, foto), selain itu lokasi
penelitian kualitatif tidak memiliki data atau aturan absolute
untuk mengolah dan menganalisis data.

2. Objek penelitian
Objek penelitian yang di ambil oleh peneliti adalah masyarakat
sekitar, ketua ta’mir, dan pemilik Masjid namira lamongan yang
mana para narasumbernya dari aliran yang berbeda beda.
3. Data dan sumber data
Data merupakan sumber informasi yang didapatkan oleh penulis
melalui penelitian yang dilakukan. Data yang diperoleh nantinya
akan di analisis sehingga menjadi informasi baru yang dapat
dimanfaatkan oleh pembacanya.
Dalam penelitian ini, data diperoleh melalui dua sumber
yaitu data primer dan data sekunder. Berikut adalah penjabaran
sumber data yang digunakan penulis dalam penelitian ini: Data
primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari informan.
Dalam penulisan ini, data primer diperoleh melalui hasil
wawancara dengan informan. Penetapan informan dengan
menggunakan Purposive sampling atau sampel bertujuan. Dalam
penelitian ini, informan yang di ambil adalah informan yang
memiliki jabatan di dalam masjid, karena untuk mengetahui
peranan-peranan dan fungsi apa saja yang masih berjalan di
masjid. Wawancara dilengkapi dengan cacatan tertulis dan

19
menggunakan alat bantu rekam seperti handphone Data sekunder
yaitu data yang diperoleh penulis untuk mendukung data primer.
Data sekunder ini seperti buku-buku mengenai teori-teorimasjid,
teori perubahan/pergeseran sosial, teori revitalisasi dan buku-buku
lain sejenis yang berhubungan dengan masjid. Data sekunder
juga didapatkan di tempat penulis melakukan penelitian, data
yang didapat berupa gambaran umum tempat penelitian, yaitu di
masjid namira lamongan.
4. Teknik pengumpulan data
Langkah yang selanjutnya dilakukan oleh penulis adalah
menentukan teknik pengumpulan data yang akan dipakai. “Teknik
pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data”. Teknik pengumpulan data sangat diperlukan
dalam suatu penelitian karena hal tersebut digunakan penulis untuk
mendapatkan data yang akan di analisis sehingga bisa ditarik
kesimpulan. Terdapat bermacam teknik pengumpulan data
yang biasa dipakai dalam melakukan penelitian.
Berikut adalah teknik pengumpuan data yang digunakan
penulis dalam penelitian ini:
• Studi Pustaka Teknik Simak
Studi pustaka teknik simak dapat dibagi menjadi beberapa
teknik, antara lain teknik catat. Teknik catat merupakan teknik
pengumpulan data dengan cara menggunakan buku-buku,
literatur ataupun bahan pustaka, kemudian mencatat atau
mengutip pendapat para ahli yang ada di dalam buku tersebut
untuk memperkuat landasan teori dalam penelitian. Teknik
simak catat ini menggunakan buku-buku, literatur, dan bahan
pustaka yang relevan dengan penelitian yang dilakukan,

20
biasanya dapat di temukan di perpustakaan maupun di tempat
penulis melakukan penelitian.23
Pada penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dari buku-
buku yang berhubungan dengan masjid serta peranan-
peranannya serta dari beberapa website-website dan artikel-
artikel yang berkaitan dengan organisasi non profit.
• Observasi
Beberapa yang dapat diperoleh dari observasi adalah tempat,
pelaku kegiatan, kejadian atau peristiwa, waktu dan
perasaan. Dilakukannya observasi ialah berguna untuk
menyajikan gambaran yang realistis perilaku atau kejadian
untuk menjawab pertanyaan, dan membantu mengerti
perilaku informan. Dan juga untuk evaluasi yaitu melakukan
pengukuran terhadap aspek tertentu dan melakukan umpan
balik terhadap pengukuran. Observasi dilakukan pada tiga
sampel masjid dengan kriterianya masing-masing. Observasi
dilakukan selama tujuh bulan
• Wawancara Semi Berstruktur
Wawancara yang digunakan dalam metodologi fenomenologi
mengunakan wawancara semi bestruktur yang berusaha
seminimal mungkin mempengaruhi dan mengarahkan
informan ini dalam menjawab. Dengan mengunakan
wawancara yang seperti ini diharapkan peneliti mampu
menangkap pengalaman dan pengetahuan informan secara
lebih utuh dibandingkan dengan mengunakan wawancara yang
sifatnya lebih formal atau kaku. Dengan begitu informan
juga akan lebih bebas dalam mengekpresikan
pengalamannya atau pengetahuannya. Sewaktu pembicaraan

23
http://eprints.undip.ac.id/40985/3/BAB_III.pdf

21
berjalan, terwawancara malah barangkali tidak mengetahui
atau tidak menyadari bahwa ia sedang diwawancarai.24
• Dokumentasi
Dokumentasi disini merupakan teknik pengumpulan data
dengan cara mencatat kejadian yang ada di lapangan dengan
memanfaatkan data sekunder yang ada. Data atau
dokumentasi tersebut sebagai tambahan atau pelengkap dari
penggunan metode observasi dan wawancara dalam penelitian
kualitatif.
5. Pengecekan keabsahan data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknis analisis data
fenomenologi. Berikut ini dijelaskan rangkaian proseduralnya:
I. Membuat daftar dan pengelompokan awal data yang
diperoleh. Pada tahap ini dibuat daftar pertanyaan berikut
jawaban yang relevan dengan permasalahan yang diteliti
(horizontalization).
II. Reduksi dan eliminasi. Pada tahap ini kegiatan yang
dilakukan adalah menguji data untuk menghasilkan
invariant constitutes.
III. Mengelompokkan dan memberi tema setiap kelompok
invariant constitutes yang tersisa dari proses eliminasi.
IV. Identifikasi final terhadap data yang diperoleh melalui
proses validasi awal data.
V. Mengkonstruksi definisi tekstual masing-masing informan,
termasuk pernyataan-pernyataan verbal dari informan yang
berguna bagi penelitian selanjutnya.
6. Tahap tahap penelitian
Tahap penelitian mempunyai 3 pokok tahap yaitu:

24
L.J. Moleong, Loc.cit,hlm. 187

22
✓ Tahap pra- penelitian adalah kegiatan oreantasi yang
meliputi penentuan fokus, penyesuaian paradikma dengan
teori disiplin ilmu, penjajajkan dengan kontes penelitian
berupa observasi awal di lapangan, penyusun izin penelitian
kepada pihak sekolahan yang akan dijadikan sebagai bahan
peneliti.
✓ Tahap pelaksaan penelitian adalah pengumpulan data dan
informasi terkait fokus penelitian, terhadap penelitian pada
tahap ini

1.) Membuat fokus penelitian dan batasan masalah data


yang harus dikumpulkan.

2.) Melakukan observasi langsung di sekolahan


3.) Melakukan wawancara dengan beberapa responden
4.) Mengumpulkan catatan lapangan dengan mengacu
pada wawancara yang telah di lakukan.
5.) Mengolah dan menganilisis data mentah yang sudah
terkumpul.25
✓ Tahap penyelesaian penulis laporan yaitu tahap- tahap
pengolahan dan pengorganisasian data yang diperoleh
melalui observasi, wawancara dan dokumetasi yang
kemudian dilakukan pengecakan keabsahan data dan metode
yang di gunakan.

G. sistematis pembahasan
Penulis ini di bagi menjadi 3 bagian yaitu bagian awal, bagian inti,
dan bagian akhir.
1. Pada bagian awal terdiri dari: halaman sampul depan, halaman judul,
halaman pernata keaslian, halaman peretujuan, halaman pengesahan,

25
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan kualitatif,….374

23
moto, persembahan, kata pengatar daftar isi, daftae table, dan daftar
lampiran.
2. Di bagian inti terdiri dari;
a. BAB 1pendahuluan: terkait latar belakang permasalahan, rumusan
masalah atau fokus permasalahan tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan penelitian dahulu.
b. BAB II kajian teori: yaitu menyajikan kajian Pustaka yang
membahas berkaitan dengan pengertian dan penjelasan tentang
islam moderat, multikultural, masjid.
c. BAB III metode penelitian; yang menajikan terkait jenis dan desain
Pendidikan , kehadiran peneliti, lokasi penelitian, data dan sumber
data, Teknik pengumpulan data instrument penelitian, Teknik
analisis data pengecekan keabsahan data, dan tahap- tahap
penelitian.
d. BAB IV hasil penelitian: pada bab ini berisi gambaran umum latar
penelitian, paparan data hasil penelitian tentang pengembangan
islam moderat dalam masyarakat multikultural di masjid namira
lamongan26
e. BAB V pembahasan: yaitu berisi peryataan secara deskriptif yang
menjawab dari rumusan masalah dan fokus masalah pengembangan
islam moderat dalam masyarakat multikultural di masjid namira
lamongan.
f. BAB VI penutup: pada bab ini berisi kesimpulan dari paparan hasil
data penelitian serta saran terhadap peneliti dan pihak lainya.
3. Pada bagaian akhir terdiri dari : daftar Pustaka, Riwayat hidup peneliti,
pedoman wawancara serta hasilnya dan berbagai dokumen- dokumen
yang terkait.

26
Lexy j Moleong, Metodelogi penelitian kualitatif, 85-103

24
H. Daftar pustaka
Alqur’an karim
Bambang, Rudito dan Melia, Famiola, SocialMapping, (Bandung : PT.
Rekayasa Sains, 2008),hlm. 78-79
Brooks, P. (1992). Reading for the Plot: Design and Intention in Narrative.
Cambridge, MA: Harvard University Press
Chatman, S. (1978). Story and Discourse: Narrative Structure in Fiction and
Film. Ithaca, NY: Cornell University Press
Dillard, A., & McAdams, D. P. (2001). Handbook of Narrative Psychology.
Washington, DC: American Psychological Association
Genette, G. (1983). Narrative Discourse: An Essay in Method. Ithaca, NY:
Cornell University Pres
Ghozali, Ahmad Buku "Peran Masjid dalam Pembangunan Masyarakat"
http://eprints.undip.ac.id/40985/3/BAB_III.pdf
L.J, Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, (Bandung
: PT Remaja Rosdakarya, 2005)
Makhmud, Syafe‟i,Masjid dalam Perspektif Sejarah dan Hukum Islam
Bordwell, D., & Thompson, K. (2010). Film Art: An Introduction. New
York: McGraw-Hill Education

Nana, Rukmana DW, Masjid dan Dakwah, Merencanakan, membangun


dan mengelola Masjid, mengemas substansi Dakwah, upaya
pemecahan Krisis moral dan Spritual, (Jakarta: Almawardi Prima,
2002)

Puji, Astari, Mengembalikan Fungsi Masjid sebagai Pusat Peradaban


Masyarakat,(IAIN Raden Intan Lampung :Jurnal Ilmu Da‟wah
dan Pengembangan Komunitas

Stam, R., & Raengo, A. (2012). A Companion to Literature and Film.


Hoboken, NJ: Wiley-Blackwel

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan kualitatif,….374

25
Sidi, Gazalba, Masjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam,(Jakarta: Pustaka
Antara,1971)

Sirojuddin, M. M. (2020). "Islam Moderat dalam Bingkai Keindonesiaan:


Telaah Terhadap Konsep dan Implementasi." Jurnal Al-Tahrir,
20(1)

Suharyo Hadisaputro, jurnal "Pelayanan Kesehatan di Masjid: Studi Kasus


di Beberapa Masjid di Surakarta"

Syarifuddin, M. A. (2018). "Pendidikan Islam Moderat dan Toleransi


Beragama." Edukasia Islami: Jurnal Pendidikan Islam, 7(1)

26

Anda mungkin juga menyukai