Amanda Darise
ABSTRAK
Secara terminologis masjid mengandung makna sebagai pusat dari segala
kebajikan kepada Allah SWT. Di dalamnya terdapat dua bentuk kebajikan yaitu
kebajikan yang dikemas dalam bentuk ibadah khusus yaitu shalat fardhu, baik
secara sendirian maupun berjamaah dan kebajikan yang dikemas dalam bentuk
amaliyah sehari-hari (untuk) berkomunikasi dan bersilaturrahim dengan sesama
jamaah. Masjid pertama yang didirikan oleh Rasulullah di Madinah adalah Masjid
Quba’ yang dibangun pada tahun pertama Hijriyah. Masjid Quba’ dinamakan juga
masjid Al-Qiblataini (masjid dua kiblat), dan masjid kedua yang didirikan Nabi
adalah Masjid Madinah atau lebih populer dengan nama Masjid An-Nabi. Masjid
bukan hanya semata-mata dijadikan sarana ibadah mahdhah, melainkan ia
menjadi sarana dan sekaligus kekuatan dalam membangun dan menanamkan nilai-
nilai kebaikan dan pembaharuan kehidupan umat dalam membangun peradaban.
PENDAHULUAN
Dalam sejarahnya, umat Islam tidak dapat dipisahkan dari Masjid. Masjid
tidak terbatas sebagai tempat ibadah atau ritual keagamaan, akan tetapi menjadi
pusat peradaban dan pemberdayaan umat Islam. Masjid adalah salah satu lambang
Islam. Ia adalah barometer atau ukuran dari suasana dan keadaan masyarakat
muslim yang ada di sekitarnya. Maka pembangunan masjid bermakna
pembangunan Islam dalam suatu masyarakat. Keruntuhan masjid bermakna
keruntuhan Islam dalam masyarakat.
Memahami masjid secara universal berarti juga memahaminya sebagai
sebuah instrumen sosial masyarakat Islam yang tidak dapat dipisahkan dari
masyarakat Islam itu sendiri. Keberadaan masjid pada umumnya merupakan salah
satu perwujudan aspirasi umat Islam sebagai tempat ibadah yang menduduki
fungsi sentral. Mengingat fungsinya yang strategis, maka perlu dibina
sebaikbaiknya, baik segi fisik bangunan maupun segi kegiatan pemakmurannya.
Masjid merupakan unsur penting dalam struktur masyarakat Islam mulai dari
zaman nabi sampai saat ini, Masjid menjadi pusat kegiatan keagamaan kaum
muslimin. Masjid sebagai sentra utama seluruh aktifitas umat Islam dalam
mencapai kemajuan peradaban. Sejarah Masjid bermula sesaat setelah Rasulullah
hijrah ke Madinah, langkah awal yang beliau lakukan adalah mengajak
pengikutnya untuk membangun Masjid.
Pada zaman Rasulullah Masjid memiliki fungsi yang lebih luas hampir
seluruh kegiatan kaum muslimin dilakukan di Masjid. Adapun kegiatan ibadah
dan muamalah pun terjadi di Masjid. Adapun selain menjadi sarana ibadah umat
Islam dan pusat kebudayaan Islam Masjid pula diperuntukkan untuk menyebarkan
syiar dakwah islami yang meliputi aspek duniawi maupun akhrowi material
maupun spiritual secara berimbang.
Masjid memiliki fungsi edukasi diantaranya adalah berfungsi untuk
pengembangan nilai-nilai humanis dan kesejahteraan umum. Fungsi tersebut bisa
disebut sebagai fungsi edukasi. Fungsi edukasi ini seringkali terlewatkan dari
perhatian umat meski tetap disadari bahwa fungsi tersebut penting untuk
dikembangkan. Mengembangkan fungsi edukasi masjid dimulai dari pemahaman
tentang konsep pendidikan Islam secara benar dan tidak dimaknai secara sempit.
Masjid sangat berkaitan erat dengan peradaban yang ada, terutama peradaban
muslim. Oleh karena itu penulis akan membahas mengenai korelasi institusi
masjid dan pembangunan peradaban.
PEMBAHASAN
1. Pengertian Masjid
Masjid merupakan bangunan tempat ibadah orang Islam. Kata “Masjid” yang
dikenal dalam bahasa Indonesia ini berasal dari Bahasa Arab “sajada, yasjudu,
sujuudan”, yang berarti sujud atau shalat. Karena itu, masjid berarti tempat sujud
atau tempat shalat. Sering kali pula masjid disebut dengan baitullah yang berarti
rumah Allah atau rumah milik Allah. Secara terminologis masjid mengandung
makna sebagai pusat dari segala kebajikan kepada Allah SWT. Di dalamnya
terdapat dua bentuk kebajikan yaitu kebajikan yang dikemas dalam bentuk ibadah
khusus yaitu shalat fardhu, baik secara sendirian maupun berjamaah dan kebajikan
yang dikemas dalam bentuk amaliyah sehari-hari (untuk) berkomunikasi dan
bersilaturrahim dengan sesama jamaah (Suherman, 2012).
Sejalan dengan hal tersebut, M. Quraish Shihab memaparkan, dalam
pengertian sehari-hari, masjid merupakan bangunan tempat shalat kaum Muslim.
Tetapi karena akar katanya mengandung makna tunduk dan patuh, hakekat masjid
adalah tempat melakukan segala aktivitas yang mengandung kepatuhan kepada
Allah semata.
Jika dikaitkan dengan bumi ini masjid bukan sekedar tempat sujud dan sarana
penyucian. Di sini kata masjid juga tidak hanya berarti bangunan tempat shalat,
atau bahkan bertayamum sebagai cara bersuci pengganti wudlu tetapi kata masjid
di sini berarti juga tempat melaksanakan segala aktivitas manusia yang
mencerminkan kepatuhan kepada Allah SWT. Dengan demikian, masjid menjadi
pangkal tempat Muslim bertolak, sekaligus pelabuhan tempat bersauh.
REFERENSI
Bachrun Rifa‟i dan Moch. Fakhruroji, Manajemen Masjid. 2005. Bandung:
Benang Merah Press, Hal. 14.
Kurniawan, Syamsul. 2014. Masjid Dalam Lintasan Sejarah Umat Islam. Jurnal
Khatulistiwa. Vol. 4, No.2.
Sidi Gazalba 1994. Mesjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Pustaka
Al-Husna. Hal. 268.