Anda di halaman 1dari 12

PERAN DAN FUNGSI MASJID KAMPUS DALAM PENGEMBANGAN

BUDAYA ISLAM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampu: RAHMAT HIDAYAT,S.Ag.,M.Si

UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARAMG

Disusun oleh:

Kelompok 9

1. Muliani putri novita sari (2302046)


2.

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG

2016
PERAN DAN FUNGSI MASJID KAMPUS DALAM
PENGEMBANGAN BUDAYA ISLAM

Asya Faudhatul Inayyah


Fakutlas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Jl. H.S. Ronggowaluyo Teluk Jambe Karawang 41361
Email: 1610631060026@student.unsika.ac.id

ABSTRACT

The mosque is not only a place of prostration as its literal meaning, but has a variety of
functions. According to experts, the Palestinian Islamic cultural origin, since the time of
Prophet Muhammad. mosque not only serves only as a pure ritual (mahdah worship
such as prayer and seclusion. Masjid Nabawi also serves as the center of government,
education centers, military bases and even land around the mosque once used as a
trade center . he mosque has many functions such as a place to practice prayer, as a
place of deliberation, and as a place of public complaints in demanding justice.

Key Word: Functions, mosque


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Masjid bukan sekedar tempat sujud sebagaimana makna harfiahnya, tetapi
memiliki beragam fungsi. Menurut pakar kebudayaan Islam asal Palestina itu,
sejak zaman Nabi Muhammad Saw. masjid tidak hanya berfungsi hanya sebagai
tempat ritual murni (ibadah mahdah seperti shalat dan itikaf. Masjid Nabawi juga
berfungsi sebagai pusat pemerintahan, sentra pendidikan, markas militer dan
bahkan lahan sekitar masjid pernah dijadikan sebagai pusat perdagangan.

Rasulullah menjadikan masjid sebagai sentra utama seluruh aktivitas


keummatan. Baik untuk kegiatan pendidikan yakni tempat pembinaan dan
pembentukan karakter sahabat maupun aspek-aspek lainnya termasuk politik,
strategi perang hingga pada bidang ekonomi, hukum, sosial dan budaya. Pendek
kata, masjid difungsikan selain sebagai pusat kegiatan ibadah rilual juga dijadikan
tempat untuk melaksanakan ibadah muamalah yang bersifat sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian masjid
Dilihat dari segi harfiyah mesjid adalah tempat sembah-Yang. Perkataan
mesjid berasal dari bahasa arab. Kata pokoknya Sujudan, Fiil Madinya sajada (ia
sudah sujud). Fi’il madinya sajada diberi awalan Ma, sehingga terjadilah isim
makan. Isim makan ini menyebabkan berubahan bentuk sajada menjadi masjidu,
masjid dari ejaan aslinyanya adalah Masjid (dengan a) pengambilan alih kata
Masjid oleh bahasa Indonesia umumnya membawa proses perubahan bunyi a
menjadi e sehingga terjadilah bunyi Mesjid. Perubahan bunyi ma menjadi me,
disebabkan tanggapan awalan me dalam bahasa Indonesia. Bahwa hal ini salah,
sudah tentu kesalahan umum seperti ini dalam Indonesianisasi kata-kata asing
sudah biasa. Dalam ilmu bahasasudah menjadi kaidah, kalau suatu penyimpangan
atau kesalahan dilakukan secara umum, ia dianggap benar. Menjadilah ia
kekecualian

Setiap muslim boleh melakukan shalat di wilayah manapun di bumi ini


terkecuali dia atas kuburan, di tempat yang bernajis, dan di tempat-tempat yang
menurut ukuran syariat Islam tidak sesuai untuk dijadikan tempat shalat.

Rasullullah bersabda :
‫ مللككض ك رسلمسما‬I‫ ممها‬I‫د )رواه مسلم( دججسس‬

“Setiap bagian dari bumi Allah adalah tempat sujud (masjid) .” (HR Muslim )
Pada hadist yang lain Rasulullah besabda pula :

‫را )رواه مسلم( روسهكطم ومدا رججسس ممض ك رسلمسمانا مملت س ملججعك‬

“ telah dijadikan bagi kita bumi ini sebagai tempat sujud dan keadaan nya
bersih.” (HR Muslim)

Sedangkan secara umum Mesjid adalah tempat suci umat islam yang
berfungsi sebagai tempat ibadah, pusat kegiatan keagamaan, dan kemasyarakatan
yang harus dibina, dipelihara dan dikembangkan secara teratur dan terencana.
untuk menyemarakan siar islam, meningkatkan semarak keagamaan dan
menyemarakan kualitas umat islam dalam mengabdi kepada allah, sehingga
partisipasi dan tanggung jawab umat islam terhadap pembangunan bangsa akan
lebih besar. Singkatnya Mesjid adalah tempat dimana diajarkan, dibentuk,
ditumbuhkan dan dikembangkan dunia pikiran dan dunia rasa islam.

Masjid tidak bisa dilepaskan dari masalah shalat. Berdasarkan sabda Nabi
SAW. Diatas, setiap orang bisa melakukan Shalat dimana saja-di rumah, di kebun,
di jalan, di kendaraan dan di tempat lainnya. Selain itu, masjid merupakan tempat
orang berkumpul dan melakukan shalat secara berjamaah, dengan tujuan
meningkatkan solidaritas dan silahturrahmi di kalangan kaum muslimin. Di masjid
pulalah tempat terbaik untuk melangsungkan shalat jum’at.

Dimasa Nabi SAW. Ataupun dimasa sesudahnya, masjid menjadi pusat


atau sentral kegiatan kaum muslimin. Kegiatan di bidang pemerintahan pun
mencakup, ideology, politik, ekonomi, social, peradilan , dan kemiliteran dibahas
dan di pecahkan di lembaga Masjid. Masjid juga berfungsi sebagai pusat
pengembangan kebudayaan Islam terutama saat gedung-gedung khusus untuk itu
belum didirikan. Masjid juga merupakan ajang halaqah atau diskusi, tempat
mengaji, dan memperdalam ilmu-ilmu pengetahuan agama ataupun umum.
Pertumbuhan remaja masjid dewasa ini juga termasuk upaya memaksimalkan
fungsi kebudayaan yang diemban masjid.

Kalau saja tidak ada kewajiban Shalat, tentu tidak ada yang namanya
Masjid di dalam Islam. Memang, shalat sudah di syariatkan pada awal kelahiran
islam sebanyak empat rakaat, dua di pagi hari dan dua di sore hari. Penetapan
Shalat menjadi lima waktu seperti sekarang ini baru disyariatkan menjelang Nabi
Hijrah ke Madinah. Sampai saat itu, ibadah shalat dilakukan dirumah-rumah.
Tiadanya usaha mendirikan masjid karena lemahnya kedudukan umat Islam yang
sangat lemah, sedangkan tantangan dari penduduk Makkah begitu ganasnya.
Penduduk Makkah tampak belum siap menerima ajaran Nabi SAW. Walau telah
13 tahun dakwah dilancarkan.

2.2 Kebudayaan dalam islam


Islam tidak bisa dianggap kebudayaan karena Islam bukan hasil dari
pemikiran dan ciptaan manusia. Agama Islam adalah sesuatu yang diwahyukan
oleh Allah SWT kepada Rasulullah SAW yang mengandung peraturan-peraturan
untuk jadi panduan hidup manusia agar selamat di dunia dan akhirat. Tetapi
agama-agama (yang telah banyak mengalami perubahan) selain Islam memang
kebudayaan, sebab agama-agama tersebut adalah hasil ciptaan dan daya pemikiran
manusia. Walaupun bukan kebudayaan tetapi agama islam sangat mendorong,
bahkan turut mengatur penganutnya untuk berkebudayaan. Agama Islam
mendorong umatnya berkebudayaan dalam semua aspek kehidupan termasuk
dalam bidang ibadah.

Contohnya dalam ibadah sembahyang, dalam Al-Qur'an ada perintah


Terjemahnya : Dirikanlah sembahyang (Al-Baqarah: 43)
Perintah itu bukan kebudayaan karena ia adalah wahyu daripada Allah
SWT. Tetapi apabila kita hendak melaksanakan perintah "dirikanlah sembahyang"
maka timbullah daya pemikiran kita, bagaimana hendak bersembahyang, dimana
tempat untuk melaksanakannya dan lain-lain. Dan dari pemikiran tersebut
terwujudlah usaha atau tindakan yang akhirnya menghasilkan sebuah kebudayaan.

Seperti keterangan sebelumnya yang mengatakan bahwa kebudayaan bisa


melahirkan kemajuan, maka jika kita bisa melaksanakan arahan/perintah lain
dalam agama Islam ini, niscaya lahirlah kebudayaan dan kemajuan dalam
kehidupan kita. Kemajuan yang dicetuskan karena dorongan agama Islam itulah
yang dikatakan kebudayaan dalam Islam. Dan suatu budaya yang dicetuskan suatu
bangsa tanpa meniru bangsa lain itulah yang dinamakan kebuadayaan bangsa itu.
Berbeda, jika suatu bangsa meniru kebudayaan bangsa lain, maka bangsa tersebut
dikatakan bangsa yang yang berkebudayaan bangsa lain. Sama halnya jika orang
Islam melakukan atau meniru kebudayaan di luar kebudayaan Islam, maka dia
dikatakan orang Islam yang berkebudayaan bangsa lain.

Perbuatan seperti ini terjadi juga dalam urusan membuat masjid.


Contohnya dapat dilihat pada mesjid Cordova Spanyol yang tempat
sembahyangnya dibuat dengan tidak mengikut cara Islam karena disalut dengan
emas. Ini tidak dibenarkan sama sekali oleh ajaran Islam. Maka ini bukan
kebudayaan Islam tetapi kebudayaan orang Islam.

Jadi apa sebenarnya kebudayaan Islam? Umumnya suatu yang dicetuskan


itu bersih dengan ajaran Islam baik dalam bentuk pemikiran ataupun sudah berupa
bentuk, sikap atau perbuatan, dan ia didorong oleh perintah wahyu. Itulah yang
benar-benar dinamakan kebudayaan (tamadun) Islam. Jika ajaran agama Islam ini
diamalkan seungguh-sungguh, umat Islam akan jadi maju. Dan dengan kemajuan
yang dihasilkan itu, lahirlah kebudayaan atau tamadun. Semakin banyak umat
Islam mengamalkan hukum Islam, semakin banyak kemajuan dihasilkan dan
semakin banyak pula kebudayaan atau tamadun Islam yang lahir.

2.3 peran masjid kampus bagi mahasiswa


Pada zaman sekarang, masjid kampus memang hanya sebuah bagian kecil
dari sebuah kampus. Meskipun begitu, peran masjid kampus dalam membentuk
mahasiswa berintegritas sangat besar. Masjid kampus tidak saja menjadi tempat
shalat, saat ini masjid menjelma menjadi pusat kegiatan mahasiswa yang memiliki
segudang lembaga dan kegiatan. Lembaga-lembaga dan kegiatan yang berada di
bawah naungan masjid akan lebih maksimal jika dioptimalkan untuk membentuk
mahasiswa yang berintegritas. Dalam perannya membentuk mahasiswa
berintegritas, masjid kampus sekurang-kurangnya bisa memanfaatkan dua hal
yaitu fungsi spiritual masjid dan lembaga-lembaga yang berada di dalamnya.

Secara spiritual, fungsi utama masjid adalah sebagai tempat bersujud.


Bersujud dalam arti melaksanakan penghambaan kepada Allah. Didalamnya
orang-orang muslim melaksanakan shalat dan ibadah-ibadah lainnya. Oleh sebab
itu masjid kampus tidak pernah sepi. Mahasiswa yang datang ke masjid adalah
mereka yang berupaya untuk menjaga integritas terhadap agamanya. Salahsatunya
untuk melaksanakan shalat (baik shalat berjamaah maupun munfarid). Orang yang
senantiasa menjaga shalatnya berarti ia menjaga integritas terhadap Tuhannya.
Shalat adalah tiang agama. Barang siapa mendirikan shalat berarti mendirikan
agamanya, barang siapa meninggalkan shalat berarti meruntuhkan agamanya.
Demikian sabda Sang Nabi Saw. Shalat juga menjadi parameter bagi amal
seseorang. Jika shalatnya baik maka baik pula seluruh amalnya, dan sebaliknya.
Dapat dikatakan bahwa peran utama masjid dalam membentuk mahasiswa adalah
melalui aktivitas ibadah, terutama shalat.
2.4 lembaga dalam kepengurusan masjid kampus
Masjid kampus memiliki banyak lembaga yang bergerak di bidang sosial
dan keagamaan. Masjid Kampus UNS misalnya, Masjid Nurul Huda UNS
(disingkat:NH) memiliki lembaga dakwah kampus dan beberapa lembaga sosial
seperti lembaga Amil zakat Infak dan Shadaqah (LAZIS), dan Perpustakaan
Masjid Nurul Huda. Lemabaga-lembaga inilah yang berperan dalam pembentukan
mahasiswa yang berintegritas

Lembaga dakwah kampus (LDK) merupakan salah-satu pilar paling


penting dalam membentuk mahasiswa yang berintegritas. Sebagai lembaga
dakwah yang berbasis di masjid, LDK bisa memanfaatkan posisi strategis masjid
sebagai tempat berkumpulnya mahasiswa. LDK bisa menawarkan kajian-kajian,
halaqah-halaqah, atau kegiatan kegiatan lain yang bisa meningkatkan integritas
dan spiritualitas mahasiswa. Model halaqah (forum berbentuk lingkaran) adalah
model kajian/diskusi yang cukup popular dikalangan aktivis islam kampus. Model
ini sudah terkenal sejak masa kejayaan Islam. Saat itu halaqah merupakan model
kajian yang begitu trekenal dan efektif di masjid-masjid di seluruh duania Islam

Peran LDK dalam membentuk mahasiswa berintergritas selanjutnya


melalui organasasinya. Biasanya, sebagian besar mahasiswa yang bergabung
dengan LDK bertujuan untuk memperbaiki diri dan spiritualitas mereka. Maka
lingkungan LDK yang berisi komunitas orang-orang yang konsisten menjaga
spiritualitasnya harus mampu memberikan jawaban dari
permasalahanpermasalahan mereka, dan pada akhirnya mampu mencetak
mahasiswamahasiswa yang berintegritas.

Lazis juga memiliki potensi strategis dalam membentuk mahasiswa yang


berintegritas. Lazis yang merupakan penghimpun, pengelola, dan penyalur dana
umat Islam memiliki sejumlah program yang berperan dalam pembentukan
mahasiswa berintergritas. Misalnya melalui beasiswa pendidikan yang diberikan
kepada mahasiswa yang membutuhkan. Dengan program itu Lazis bisa melakukan
pengkadearan terhadap mahasiswa-mahasiwa penerima dengan berbagai kegiatan
yang bisa meningkatkan hardskill, softskill dan integritas mereka. Demikian pula
melalui program beasiswa adik asuh Lazis bisa melakukan pembimbingan-
pembimbingan terhadap para adik asuh, sehingga ketika mereka tumbuh menjadi
dewasa dan menjadi mahasiswa mereka akan menjadi mahasiswa yang
berkepribadian luhur dan berintegritas.

2.5 Masjid sebagai pembinaan


Perpustakaan merupakan salas satu bagian penting dari sebuah masjid
kampus. Koleksi-koleksi seperti buku, majalah, maupun koleksi lainya akan
berpengaruh terhadap karakter pembaca. Ada pepatah yang mengatakan “You are
what you read”, kamu adalah apa yang kamu baca. Koleksi-koleksi keagamaan
akan berpengaruh terhadap spiritualitas pembaca. Dengan demikian perlu adanya
penambahan koleksi-koleksi keagamaan yang relevan dengan mahasiswa.
Sosialisasi yang gencar, pelayanan yang ramah, dan penataan ruangan yang
nyaman juga akan menambah angka kunjungan ke perpustakaan, yang pada
akhirnya semakin banyak mahasiswa yang bisa memetik manfaat dari
perpustakaan masjid itu.

“Masjid sebagai pusat pembinaan potensi umat” adalah warisan tak ternilai yang
diterima umat Islam dari Rasulullah SAW. Masjid bukan semata-mata tempat
shalat. Masjid adalah untuk menegakkan ibadah dan menyusun umat. Islam tidak
dapat tegak tanpa jamaah.

Ajaran-ajaran Islam adalah jalinan ibadah dan muamalah. Yang satu


“mu’amalah dengan Khaliq (hablum min Allah)”, yang lainnya “mu’amalah
dengan makhluk (hablum min an-naas)”. Ini kaji, yang sudah terang perintah
wajibnya. Masyarakat Islam memikul kewajiban membina masyarakat (jamaah)
karena beban langsung dari agamanya.

Masjid warisan Risalah Islam berfungsi sebagai pangkalan Umat tempat


membina jamaah, menambah pengertian dan wawasan, mempertinggi kecerdasan,
menanamkan akhlaq, memelihara budi pekerti, mendinamika jiwa, memberikan
pegangan hidup bagi para anggota masyarakat (jamaahnya), guna menghadapi
masalah pokok dalam persoalan hidup.
Masjid dan Langgar (surau) yang hidup dan dinamis, berperan sebagai
pusat bimbingan untuk menaikkan jiwa umat (mendinamisirnya) untuk mencapai
taraf kemakmuran hidup lebih baik.Masjid yang hidup sebagai pusat pembinaan
umat, akan meng- hidupkan jiwa jamaahnya supaya terpelihara “Izzah”,
kepribadian umat yang sedang berkecimpung dalam masyarakat ramai dari
berbagai corak,, ibarat ikan ditengah air laut yang hidup, tetap dapat memelihara
dagingnya tetap segar dan tawar walaupun terus menerus berendam dalam air asin.

Jamaah umat Islam dapat saling berlomba dengan masyarakat lainnya


dalam menegakkan kebenaran dan keadilan secara bersama-sama guna
menyuburkan kebajikan untuk masyarakat umum. Begitulah fungsi Masjid secara
hakiki.

Kewajiban Umat “Membina Jamaah melalui Masjid” ini tidak boleh dilalaikan
(di kucawaikan) dalam keadaan bagaimanapun. Hidupkan Masjid kembali. Dari
masjid yang hidup akan terpancar jiwa yang memancarkan cahaya hidup kepada
umat disekelilingnya. Inilah program umatisasi.

Masjid adalah sumber kekuatan umat Islam masa lalu, sekarang dan di masa
depan. Alangkah meruginya Umat Islam, bila mereka tidak kunjung mengenal dan
mempergunakan modal kekayaan tak ternilai jumlahnya yang dapat dijadikan
sumber kekuatannya ini.

Kepada Umat Muhammad SAW, di amanatkan, Masjid yang hidup


berfungsi untuk “mencetak” manusia yang hidup yang tidak kenal gentar selain
hanya kepada Allah.. Apakah kita sudah lupa bahwa, hanya yang akan
memakmurkan masjid-masjid Allah : “ orang-orang yang beriman kepada Allah,

“ dan kepada hari kemudian,


“ serta menegakkan shalat dan mengeluarkan zakat,
“ dan tidak takut melainkan (hanya) kepada Allah,
“ maka mudah-mudahan, mereka termasuk orang yang terpimpin”
(QS..9,atTaubah:18).

Ini tuntutan yang mesti di terima Umat Islam dari Syariat Islam yang tidak dapat
disangkal wajib berlakunya atas pemeluknya di negeri ini. Kembali ke Masjid.
2.6 Strategi dalam pembinaan generasi muda
Menurut Larry Poston, Nabi tidak pernah bersikeras untuk menentukan satu
strategi khusus dalam melaksanakan dakwahnya. Nabi melakukan berbagai macam
strategi dakwah yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi para mad’unya. Ketika
dakwah pertama kali diturunkan kepada Nabi, Beliau melakukan strategi dakwah
secara sembunyi-sembunyi. Selanjutnya, pada saat dakwah Nabi Muhammad
mendapatkan tekanan dan ancaman dari kaum Quraisy, Nabi menerapkan strategi
hijrah ke Madinah. Bahkan, Nabi juga melakukan strategi melalui jalur pernikahan
untuk mendapatkan dukungan dan pengikut. Intinya, strategi dakwah Nabi
Muhammad disesuaikan dengan kemampuan, situasi dan kondisi mad’u.

Dengan tidak ditetapkan satu strategi yang khusus oleh Nabi dalam
melakukan dakwah, maka pengikutnya dapat berkreasi untuk menciptakan dan
menerapkan berbagai strategi yang sesuai dengan mad’u. Pertimbangan dasar yang
perlu diperhatikan dalam menentukan dan menerapkan strategi dakwah, yaitu: tujuan
dakwah, kemampuan dan keahlian da’i atau pelaksana dakwah, kondisi dan situasi
dakwah dan mad’u, sarana dan prasarana pendukung. Dengan memperhatikan
pertimbangan dasar tersebut tentunya strategi dakwah untuk anak-anak akan berbeda
dengan strategi yang digunakan kepada para pemuda. Begitu juga, strategi yang
diterapkan kepada pemuda berbeda dengan strategi yang diterapkan kepada orang
dewasa.

Secara umum ada dua strategi besar yang dapat diterapkan dalam pembinaan
kepada pemuda yaitu: strategi internal-personal dan strategi external-institutional.

1. Strategi internal-personal berorientasi pada upaya peningkatkan pemahaman,


penghayatan, dan pengamalan ajaran Islam yang bersumber dari dalam diri
pemuda itu sendiri. Sedangkan strategi external-institutional diarahkan pada
penguatan organisasi yang dimiliki oleh pemuda.
Dalam mengaplikasikan strategi internal-personal, pengurus masjid tidak
hanya memberikan tempat dan pendanaan untuk berkembangnya organisasi pemuda
masjid. Pengurus masjid hendaknya memberikan bimbingan, arahan dan kontrol
terhadap pelaksanaan ajaran Islam pada generasi muda. Apakah dalam
kegiatankegiatan yang mereka lakukan tidak menyimpang dari ajaran Islam,
bagaimana shalat berjama’ah mereka, tadarus al-Qur’an mereka dan bagaimana
kepeduliaan serta keterlibatan pemuda dengan persoalan kemasyarakatan. Semua itu
tentunya dilakukan dengan cara-cara yang bijak dan demokratis. Tidak bisa pengurus
masjid memaksakan paham, ideologi dan kepentingan masjid kepada pemuda.
Intinya, penerapan strategi ini lebih pada pembinaan kepribadian pemuda tersebut
atau dalam bahasa sekarang dikenal dengan pembangunan karakter (character
building) pemuda. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Zakiah
Daradjat “Pembinaan kehidupan beragama tidak dapat dilepaskan dari pembinaan
kepribadian secara keseluruhan. Karena kehidupan beragama adalah bahagian dari
kehidupan itu sendiri”.

Sedangkan aplikasi strategi external-institutional, pengurus masjid harus memberikan


kesempatan kepada pemuda untuk mengembangkan diri dalam organisasi remaja (pemuda)
masjid dan setiap masjid harus mengupayakan terbentuknya organisasi pemuda masjid.

Dalam praktek di lapangan, kedua strategi besar di atas jangan dipisahkan atau
dipertentangkan. Kita tidak bisa hanya mengandalkan strategi internal- personal saja atau
sebaliknya hanya menerapkan strategi external-institutional saja. Hindari juga anggapan
yang menyatakan bahwa membina mental remaja hanya menjadi tugas dari orang tua saja,
sedangkan masyarakat hanya berpangku tangan atau sebaliknya. Organisasi dapat melakukan
pembinaan mental sekaligus dapat melatih mereka dalam berorganisasi. Demikian juga,
orang tua melatih mental remaja sekaligus mendukung remaja untuk aktif di organisasi.
BAB III
Kesimpulan

Dari sekian banyak uraian yang kami kemukakan, maka kami dapat
menyimpulkan bahwa:
a. Masjid mempunyai dua arti, yaitu arti umum dan arti khusus. Dalam arti
umum, masjid adalah semua tempat yang digunakan untuk sujud, sedangkan
dalam arti khusus masjid adalah tempat yang dibangun khusus untuk menjalankan
ibadah, terutama shalat berjamaah;
b. Masjid mempunyai banyak fungsi diantaranya yaitu sebagai tempat
menjalankan ibadah shalat, sebagai tempat musyawarah, dan sebagai tempat
pengaduan masyarakat dalam menuntut keadilan;
DAFTAR PUSTAKA

Fauzan, Abdur Rahman Ibrahim. 2003. al-Arabiya Baina Yadaik 2. Riyadh:


Yayasan Wakaf Islam Arab Saudi.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Software
Yunus, Mahmud. TT. Kamus Arab Indonesia. Jakarta: Mahmud Yunus
Waddurriyah.
H.r.i, Peran Masjid dalam Peradaban Islam: http://www.republika.co.id/. Diakses
pada:08-11-2015.
Yuliani, Sri. 2015. Arti Penting Integritas: http://sriyuliani.staff.fisip.uns.ac.id/.
Diakses pada:08-11-2015
Zuhairini, 2008. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:
Kencana
Ramayulis, 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia
Beni Ahmad Saebani dan Hendra Akhdiyat, 2009. Ilmu Pendidikan Islam 1.
Bandung: Pustaka Setia

Anda mungkin juga menyukai