Anda di halaman 1dari 15

Makalah

Mesjid Sebagai Pusat Peradaan dan Kebudayaan Islam

Dosen Pengampu :
Muhammad Ihsanul Arief M.Ag S.Th.I

Kelompok 10
Romy Fajar Alvito (2300311110015)
Ruslan Puadi (235310070172022)

Program Studi D3 Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin
Tahun 2023

i
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul Mesjid sebagai pusat
peradaban dan kebudayaan Islam.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Agama dan
bertujuan untuk mempelajari lebih dalam tentang Mesjid, manfaatnya dan tujuan didirikannya.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini dan masih
jauh dari kata sempurna. Maka dari itu kami menerima berbagai kritik dan saran yang akan
dijadikan introspeksi sebagai pegangan untuk lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Pada kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar-
besarnya atas segala bantuan dan dorongan dari berbagai pihak yang turut berperan dalam
partisipasi pembuatan makalah ini.
Selain itu saya sangat berterima kasih kepada orang tua, sahabat, dan teman-teman.
Karena berkat mereka yang telah memberikan dukungan serta doa sehingga kami dapat
mengumpulkan data dan melakukan analisis untuk menyelesaikannya

Kepada semua pihak yang membaca makalah ini kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan bisa dijadikan referensi untuk pengembangan selanjutnya yang
lebih baik lagi.

ii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Sampul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Bab I 1
Latar Belakang 1
Tujuan 1
Bab II 2
Awal Mula Mesjid 2
Peran Mesjid 3
Bab III 4
Peran Mesjid Dalam Sosial & Budaya 4
Peran Ulama & Cendikiawan 4
Mesjid Sebagai Pusat Sosial & Peradaban 5
Bab IV 6
Seni Arsitektur Mesjid 6
Seni Kaligrafi Dalam Dekorasi 7
Penerimaan & Pengembangan Seni Musik 8
Bab V 9
Kesimpulan 9
Daftar Pustaka 10

Bab I

iii
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Menurut catatan sejarah, ketika Islam baru lahir di kota Mekkah, keadaan
masyarakat Arab masih banyak sekali yang buta huruf. Bilangan yang
mampu menulis dan membaca masih terlalu sedikit. Melihat kondisi
masyarakat Arab tersebut, Islam memberikan dorongan yang sangat urgen
untuk mengadakan reformasi. Reformasi yang dimaksudkan adalah
perubahan sistem Jahiliyah kepada masyarakat Islam yang beradab.
Masyarakat Arab mempunyai peradaban dan kebudayaan yang sangat tinggi
setelah mereka mengambil Islam sebagai way of life dalam sistem
kehidupan mereka. Dengan demikian, mereka memperoleh kejayaan dan
kemajuan dalam seluruh aspek kehidupan mereka. Proses terjadinya
reformasi yang menyebabkan kemajuan tersebut tidak pernah lepas dari
usaha keras dan kuat, pantang menyerah dan selalu berorientasi ke depan.
Salah satu usaha tersebut adalah berlangsungnya proses pendidikan yang
sangat baik. Ketika Rasulullah di Madinah, lembaga pendidikan informal
(rumah) tetap berlangsung, tetapi pada masa ini lahir lembaga pendidikan
baru yaitu masjid. Sebab, setelah tidak lama Rasulullah berada di kota
Madinah, maka yang pertama dibangun oleh beliau adalah masjid. Dan telah
tercatat dalam sejarah, masjid pada kala itu tidak saja berfungsi sebagai
tempat untuk beribadah semata. Tetapi lebih dari itu, ia memiliki banyak
fungsi salah satunya sebagai tempat berlangsungnya pembelajaran dalam
mentransmisi ilmu pengetahuan Islam.

B. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk menganalisis peran penting mesjid sebagai
pusat peradaban dan kebudayaan Islam, menggali sejarah perkembangan
mesjid dalam konteks ini, serta menyoroti kontribusinya terhadap
pengembangan ilmu pengetahuan, seni, dan nilai-nilai sosial dalam
masyarakat Muslim.
1. Kontribusi mesjid dibidang pendidikan.
2. pengembangan seni dan budaya Islam.
3. mendorong untuk lebih memahami tentang pentingnya peran mesjid
dalam membentuk identitas dan peradaban Islam.

iv
Bab II
Sejarah dan Perkembangan Mesjid Sebagai Pusat Peradaban

A. Awal Mula Masjid


Masjid berasal dari bahasa Arab sajada yang berarti tempat sujud atau tempat
menyembah Allah swt. Bumi yang kita tempati ini adalah masjid bagi kaum
muslimin. Setiap muslim boleh melakukan shalat di wilayah manapun di
bumi ini; terkecuali di atas kuburan, di tempat yang bernajis, dan di tempat-
tempat yang menurut ukuran syariat Islam tidak sesuai untk dijadikan tempat
shalat.

Rasulullah saw bersabda:

‫(االرض كلها مسجد )رواه مسلم‬

Artinya: “Setiap bagian dari bumi Allah adalah tempat sujud (masjid)”. (HR.
Muslim).

Pada hadis yang lain Rasulullah saw bersabda pula:

‫(جعلت لنا االرض مسجدا و طهورا )رواه مسلم‬

Artinya: “Telah dijadikan bagi kita bumi ini sebagai tempat sujud dan
keadaannya

Bersih”. (HR. Muslim).

Masjid tidak bisa dilepaskan dari masalah shalat. Berdasarkan sabda Nabi
saw di atas, setiap orang bisa melakukan shalat dimana saja, di rumah, di
kebun, di tepi jalan, di kendaraan, dan lain sebagainya. Selain itu, masjid
merupakan tempat orang berkumpul dan melakukan shalat secara berjamaah,
dengan tujuan meningkatkan solidaritas dan silaturrahmi di kalangan kaum
muslimin. Di masjid pulalah tempat terbaik untuk melangsungkan shalat
jumat. Kalau saja tidak ada kewajiban shalat, tentu tidak ada yang namanya
masjid dalam Islam. Memang, shalat sudah disyariatkan pada awal kelahiran
v
Islam sebanyak empat rakaat, dua di pagi hari, dan dua di sore hari.
Penetapan shalat menjadi lima waktu seperti sekarang ini baru disyariatkan
menjelang Nabi saw hijrah ke Madinah. Sampai saat itu, ibadah shalat
dilakukan di rumah-rumah. Tiadanya usaha mendirikan masjid karena
lemahnya kedudukan umat

Islam yang sangat lemah, sedangkan tantangan dari penduduk Makkah


begitu ganasnya. Penduduk Makkah tampak belum begitu siap menerima
ajaran Nabi saw., walaupuan telah 13 tahun lamanya dakwah berlangsung

B. Peran Mesjid Sebagai Pusat Aktivitas dan Sosial


Di masa Nabi saw ataupun di masa sesudahnya, masjid menjadi pusat atau
sentral kegiatan kaum muslimin. Kegiatan di bidang pemerintahanpun
mencakup: ideologi, politik, ekonomi, sosial, peradilan, dan kemiliteran
dibahas dan dipecahkan di lembaga masjid. Masjid berfungsi pula sebagai
pusat pengembangan kebudayaan Islam, terutama saat gedung-gedung untuk
itu belum didirikan. Masjid juga sebagai ajang halaqah atau diskusi, tempat
mengaji, dan memperdalam ilmu-ilmu agama ataupun umum. Pertumbuhan
remaja masjid, dewasa ini juga termasuk upaya memaksimalkan fungsi
kebudayaan yang diemban masjid. pada masa kejayaan Islam masjid tak
hanya berfungsi sebagai tempat ibadah saja, namun juga sebagai pusat
kegiatan intelektualitas.
1) Tempat Ibadah: Mesjid adalah tempat ibadah untuk umat muslim.
untuk melaksanakan salat (sembahyang) lima kali sehari, serta untuk
melaksanakan ibadah-ibadah lain seperti Shalat Jumat, Idul Fitri, dan
Idul Adha. serta tempat untuk menjalin silaturahmi.
2) Pusat Edukasi: Mesjid juga berfungsi sebagai pusat edukasi. selain
sebagai tempat ibadah di mesjid umat Islam dapat belajar tentang
agama, Al-Quran, Hadis, dan ilmu agama lainnya. Mesjid juga sering
menjadi tempat kursus, seminar, dan ceramah agama untuk
menyebarkan pengetahuan agama.
3) Pusat Kebudayaan: Mesjid juga memainkan peran penting dalam
pengembangan kebudayaan Islam. Mereka juga sering menjadi tempat
untuk pertunjukan seni seperti musik nasheed, sastra, dan seni
kaligrafi. Ini membantu memelihara dan mengembangkan seni dan
budaya Islam.
vi
4) Pusat Filantropi: Mesjid juga digunakan untuk kegiatan amal dan
filantropi. kegiatan ini mencakup pengumpulan dana untuk amal,
distribusi makanan kepada yang membutuhkan, serta memberikan
tempat berlindung bagi orang yang tidak memiliki tempat tinggal. Hal
ini sesuai dengan ajaran Islam tentang pentingnya memberi dan
berbagi dengan sesama.

Bab III
Mesjid Sebagai Pusat Ilmu dan Pendidikan

A. Masjid memiliki peran penting dalam sosial dan budaya dalam


masyarakat Muslim.
Berikut beberapa ilmu keislaman yang sering diajarkan di masjid:
1. Pengajaran Al-Quran:
Ini termasuk belajar membaca, menulis, menghafal, dan memahami
Al-Quran. Anak-anak biasanya mulai belajar Al-Quran di masjid sejak
usia dini.
2. Hadis:
Pelajaran tentang hadis-hadis (tradisi atau perkataan Rasulullah) dan
pemahaman mereka dalam konteks Islam.
3. Fiqh (Hukum Islam):
Ini mencakup pemahaman hukum-hukum Islam, seperti salat, puasa,
zakat, dan haji, serta bagaimana mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
4. Aqidah (Keyakinan):
Memahami prinsip-prinsip keimanan dalam Islam dan keyakinan
terhadap Allah, malaikat, rasul-rasul, hari kiamat, dan takdir.
5. Sejarah Islam:
Belajar tentang sejarah perkembangan Islam dan peristiwa penting
dalam sejarah Islam.
6. Bahasa Arab:
Karena Al-Quran ditulis dalam bahasa Arab, masjid juga sering
menjadi tempat belajar bahasa Arab untuk memahami Al-Quran
dengan lebih baik.

vii
7. Etika dan Akhlak:
Pengajaran nilai-nilai moral dan etika dalam Islam untuk membentuk
karakter yang baik.

B. Peran ulama dan cendikiawan dalam pendidikan di mesjid


Ulama dan cendekiawan memegang peran yang sangat penting dalam
membimbing, mendidik, dan memelihara spiritualitas serta memberi
pengetahuan kepada umat islam melalui masjid dan lembaga keagamaan
lainnya. Berikut adalah beberapa peran ulama dan cendikiawan dalam
pengajaran pendidikan di mesjid.
1) Pengajar Ilmu Agama:
Ulama dan cendekiawan sering menjadi pengajar utama di masjid,
mengajarkan ilmu-ilmu keislaman seperti tafsir Al-Quran, hadis, fiqh,
dan aqidah kepada umat muslim.
2) Pemimpin Doa dan Ibadah:
Ulama memimpin shalat dan ibadah di masjid, untuk memberikan
panduan dalam pelaksanaan ibadah yang benar sesuai dengan ajaran
agama Islam.
3) Penasehat Spiritual:
Mereka juga berperan sebagai penasehat spiritual bagi jemaah di
masjid, memberikan nasihat tentang masalah pribadi, moral, dan etika,
serta membimbing mereka untuk lebih baik kedepannya.

C. Mesjid sebagai pusat sosial dan kemanusiaan.


Mesjid memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan sosial
masyarakat kaum Muslim. Mereka bukan hanya berfungsi sebagai tempat
ibadah, tetapi juga merupakan pusat kegiatan sosial, budaya, dan pendidikan.
1) Tempat Ibadah: Fungsi utama mesjid adalah sebagai tempat ibadah, di
mana umat islam berkumpul untuk menjalankan shalat, membaca Al-
Quran, dan untukberibadah kepada Allah.
2) Pendidikan: Mesjid seringkali menjadi pusat pendidikan agama Islam.
ada program pengajaran Al-Quran, tafsir, fiqih, dan hadis. untuk
membantu memperkuat pemahaman tentang agama dan moral umat
islam.Pusat Kegiatan Sosial: Mesjid menyelenggarakan berbagai acara
seperti pernikahan, pertemuan keluarga, dan resepsi, yang

viii
memungkinkan orang-orang untuk bersatu dan memperkuat ikatan
sosial.
3) Kehidupan Komunitas: Mesjid sebagai tempat berkumpul, berbicara,
dan berbagi informasi sesama umat islam. Hal ini dapat memperkuat
hubungan sosial antaranggota komunitas dan menciptakan rasa
solidaritas.

ix
Bab IV
Mesjid Sebagai Pusat Seni dan Kebudayaan

A. Seni arsitektur masjid.


Arsitektur adalah hasil dari proses perancangan dan pembangunan oleh
seseorang atau sekelompok orang dalam memenuhi kebutuhan ruang untuk
melaksanakan kegiatan tertentu (Sumalyo, 2000). Masjid sebagai tempat
untuk melakukan ibadah shalat, maka bangunan masjid memiliki
kelengkapan berupa: ruang shalat berjama’ah, mihrab, mimbar dan tempat
wudlu. Mimbar adalah tempat duduk untuk memberikan ceramah. Mihrab
berarti ruang kecil pada dinding tengah masjid sebagai penanda kiblat dan
tempat imam memimpin shalat. Selain itu terdapat pula tempat wudlu yang
digunakan jama’ah untuk berwudlu atau bersuci.
Dalam sejarah arsitektur masjid di timur tengah, sudah banyak masjid yang
dikombinasi dengan fungsi lain, misalnya: makam sultan, madrasah, rumah
sakit, rumah piatu dan pertokoan. Namun konsep ruang secara umum
Masjid Timur Tengah adalah: pintu gerbang, liwan atau iwan, shan, tempat
wudlu, ruang sholat, dan minaret (Sumalyo, 2000).
Bentuk-bentuk yang menjadi ciri arsitektur masjid tradisional di Timur
Tengah adalah kubah dan minaret. Kubah sering digambarkan sebagai
simbol arsitektur Islam, yang sebenarnya dikembangkan dari Iran pada masa
Early (Chistian Arsandrie, 2004). Masjidil Aqsha yang mendapat julukan
The Dome of the Rock adalah bangunan yang dibuat dengan bentuk kubah
bergaya Bizantium, seperti masjid Selimeye. Masjid pertama dalam sejarah
Islam yang menggunakan atap kubah dan berdenah bujur sangkar. Di bawah
kekuasaan Pemerintahan Ottoman Turki banyak masjid Selanjutnya kubah
semakin banyak dipakai dan dikenal sebagai salah satu elemen penanda
bangunan masjid. Sedangkan minaret atau menara digunakan sebagai tempat
untuk memanggil jama’ah untuk shalat berjama’ah dengan panggilan azan.
Halaman masjid dilengkapi dengan kolam dan air mancur untuk wudlu dan
keindahan (Sumalyo, 2000). Menurut Ischak (2004), pada bangunan masjid-
masjid tradisional Jawa di daerah pesisir utara Jawa Tengah, terdapat jenis-
jenis ruang sebagai berikut: ruang shalat, ruang Imam (mihrab), Serambi,
dan ruang jama’ah wanita (pawestren). Ruang shalat umumnya memiliki
denah berbentuk bujur sangkar atau persegi panjang dengan atap tajug dan
x
sokoguru ditengahnya. Ruang mihrab sebagai ruang imam shalat selalu
berada di sebelah barat ruang shalat dan berbentuk cerukan. Serambi tidak
digunakan untuk kegiatan utama shalat pada shalat sehari-hari. Ruang
serambi selalu digunakan pada saat shalat jum’at untuk menampung jama’ah
yang banyak. Fungsi serambi juga dimaksudkan untuk menampung kegiatan
keagaman lain, misalnya kemasyarakatan atau sosial. Pada umumnya atap
ruang serambi berbentuk limasan. Pawestren adalah ruang shalat khusus
jama’ah perempuan. Ruang pawestren tidak selalu ada didalam sebuah
masjid. Jika ada, maka letaknya umumnya berada di sebelah selatan.

B. Penggunaan seni kaligrafi dalam dekorasi masjid.


Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita tidak dapat jauh dari kesenian yang
bersifat dekoratif. Perkembangan seni sebagai dekorasi banyak diminati oleh
masyarakat sejak dahulu kala seperti halnya seni islami kaligrafi arab yang
sering digunakan sebagai hiasan ornament tempat peribadatan bagi umat
islam. Masuknya agama Islam ke Indonesia juga menyebabkan penyebaran
aksara Arab di kalangan masyarakat. Pada abad ke-12, muncul kreativitas
seni memahat dalam pembuatan kaligrafi dengan berbagai gaya dan ciri
yang khas. Kemudian, antara abad ke-16 hingga abad ke-19, corak pahatan
kaligrafi mulai diambil dari kalimat-kalimat tauhid. Salah satu contohnya
adalah pada makam kuno di Gowa-Tallo, Bima, Ternate, dan Tidore.
Sedangkan pada abad ke-20, seni kaligrafi Indonesia mulai berubah sifatnya,
yakni untuk kegiatan rekreasi seniman dengan memanfaatkan berbagai
media, seperti kertas, kayu, logam ,dan kaca.Kaligrafi arab sebagai ornament
hiasan pada tempat peribadatan umat muslim sendiri telah ada sejak zaman
awal-awal perkembangan islam, yang dimana pada saat itu kaligrafi sendiri
hanya di buat sesederhana mungkin, sebab alat yang kurang memadai pada
saat itu, namun pada saat ini kaligrafi sebagai ornamen hiasan dalam masjid
berubah menjadi sesuatu yang mengagumkan. Dari kaligrafi sebagai
ornament hiasan pada tempat peribadatan dapat menarik kaum muslimin
untuk lebih rajin ibadah secara berjamaah di masjid terdekat.

xi
C. Penerimaan dan perkembangan seni music dalam berbagai Masyarakat
muslim.
Musik adalah suatu karya seni yang tidak dapat dipisahkan dari manusia.
Bahkan musik turut berperan dalam proses penyebaran agama Islam. Pada
abad ke-6 Masehi, tatkala Nabi Muhammad SAW hijrah dari Mekkah ke
Madinah, Sang Rasul disambut suka cita dengan iringan rebana dan syair
yang artinya "Purnama telah terbit di atas kami, dari arah Tsaniyatul Wada'.
Kita wajib mengucap syukur, dengan doa kepada Allah semata." Hal ini
membuktikan bahwa syair dan musik telah dikenal sejak masa Rasulullah
SAW. Musik juga mengambil peran dalam penyebaran agama Islam. Dalam
sejarah peradaban Islam, seni musik Islam mulai berkembang seiring dengan
penyebaran wilayah kekuasaan yang menyentuh daerah luar dari jazirah
Arab. Adanya interaksi dan sentuhan kaum muslimin dengan berbagai
bangsa lain yang memiliki seni, kebudayaan, dan tradisi berbeda seperti
misalnya Persia, Turki, Romawi, dan India, memperkaya khazanah musik
Islam. Selain jejak historis yang lampau, muncul para ilmuwan musik dan
juga musisi di dunia Islam seperti misalnya Al-Isfahani (897-967 M) yang
menulis Kitab Al-Aghani. Dalam kitab ini, tercantum beberapa musisi
muslim pada zaman kekhalifahan seperti Sa'ib Khathir (wafat pada 638 M),
Tuwais (wafat pada 710 M), dan Ibnu Mijjah (wafat pada 714 M).

xii
Bab V
Kesimpulan
Mesjid memiliki peran yang jauh lebih besar daripada sekadar tempat ibadah.
Sebagai pusat peradaban dan kebudayaan Islam, mesjid telah mengemban tugas
memimpin dalam berbagai aspek kehidupan umat Muslim. Dari pendidikan hingga
seni, dan dari sosial hingga ilmu pengetahuan, mesjid telah memberikan
sumbangsih yang tak tergantikan dalam membentuk identitas dan peradaban umat
Islam. Oleh karena itu, pemahaman akan peran ini harus terus diperdalam dan
dipertahankan untuk menjaga warisan budaya yang kaya dan beragam di masa
depan.

xiii
Daftar Pustaka

Fyzee, A.A.A.. Kebudayaan Islam, terj. Syamsuddin Abdullah,


Yogyakarta:Bagus arafah, 1982.
Ghazalba, Sidi. Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam,
Jakarta:Pustaka Antara, 1983.
Abdurrahman An Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan
Islam (Bandung: Diponegoro, 1989), hlm. 190.
Atiyah al Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan
Bintang, 1999), Hlm. 58.
Madhan Nurul Hadi, Peranan Masjid Dalam Pembinaan Pribadi dan
Umat. hlm. 11
Effat al-Sharqawi, Filsafat Kebudayaan Islam (Bandung: Pustaka, 1986),
hlm. 6-7.
A.A.A. fyzee, Kebudayaan Islam, terj. Syamsuddin Abdullah
(Yogyakarta: Bagus arafah, 1982), hlm. 11.
Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan
Masyarakat (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), hlm. 137.

Internet
https://ihram.republika.co.id/berita/rneluw313/ciri-dan-model-khas-
arsitektur-islam
https://www.britannica.com/topic/Islamic-arts/Architectural-
decoration
xiv
www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6609408/peran-musik-dalam-
penyebaran-islam-sering-dijadikan-media-dakwah

xv

Anda mungkin juga menyukai