Anda di halaman 1dari 12

Nama Kelompok : 1.

Abiel Ilyas Sonaru


2. Grasella Ivoni Mehara
Mata Kuliah : Islamologi II
Tugas : Peran dan Fungsi Masjid, Gereja, dan Sinagoge
Dosen : Sylvia Takaliuang, M.Th
________________________________________________________________
Masjid adalah salah satu simbol Islam. Ia menjadi barometer atau
pengukur suasana dan keadaan masyarakat muslim di sekitarnya. Jadi
pembangunan masjid berarti perkembangan Islam dalam suatu masyarakat.
Runtuhnya masjid berarti runtuhnya Islam di masyarakat. 1
Memahami masjid secara universal juga berarti memahaminya sebagai
instrumen sosial masyarakat Islam yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat
Islam, yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat Islam itu sendiri. Karena
peranannya yang strategis, maka harus disosialisasikan dengan sebaik-baiknya,
baik dari segi kegiatan pembangunan maupun kesejahteraan. 2
Pada masa Nabi SAW atau sesudahnya, masjid menjadi pusat kegiatan
umat Islam. Kegiatan di bidang pemerintahan juga mencakup diskusi dan
keputusan ideologis, politik, ekonomi, sosial, hukum dan militer di masjid
sebagai sebuah budaya. Masjid juga berfungsi sebagai pusat pengembangan
budaya Islam, terutama saat gedung-gedung khusus untuk itu belum didirikan.
Masjid juga merupakan tempat halaqah atau diskusi, tempat mengaji dan
menanamkan diri dalam agama atau pengetahuan umum. 3
Masjid bukan hanya tempat peribadatan bagi umat Islam dalam arti
tertentu (Mahdhah), tetapi juga tempat peribadatan pada umumnya, sepanjang
dilakukan dalam batas-batas syariat. Masjid yang besar, indah dan bersih
merupakan dambaan umat Islam, namun tidak cukup jika tidak diisi dengan

1
Sidi Gazalba, Mesjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna,
1994), 268.
2
A. Bachrun Rifa’I dan Moch. Fakhruroji, Manajemen Masjid, (Bandung: Benang Merah
Press, 2005), 14.
3
Moh. E. Ayub, Manajemen Masjid, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), 2.
aktivitas agar masjid tetap hidup. Shalat jemaah yang menjadi parameter
kemakmuran masjid dan juga merupakan indikator religiusitas umat Islam di
sekitarnya. Selain itu, kegiatan sosial, dakwah, pendidikan, dll juga akan
menambah kemakmuran masjid.4
Pada dasarnya ada banyak ayat dalam Al-Qur'an yang berhubungan
dengan masjid, seperti dalam QS. Taubah 18 mengatakan: “hanyalah yang
memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada
Allah dan Hari Kiamat serta tetap melaksanakan shalat, menunaikan zakat dan
tidak takut (kepada siapa) selain Allah, maka merekalah orang-orang yang
diharapkan termasuk golongan orang-orang yang beriman. 5
Jika dicermati lebih dekat, ayat tersebut menegaskan bahwa membangun
masjid adalah manifestasi iman dan hanya orang-orang beriman yang dapat
mensejahterakan masjid, sehingga masjid yang tidak sejahtera akan
mencerminkan iman di sekitarnya.6 Peran dan fungsi masjid tidak hanya terletak
sebagai tempat ibadah dan ritual keagamaan, tetapi juga dalam pengembangan
dan pemberdayaan keagamaan umat.
Masjid memiliki fungsi edukasi diantaranya adalah berfungsi untuk
pengembangan nilai-nilai humanis dan kesejahteraan umum. Fungsi tersebut
bisa disebut sebagai edukasi. Fungsi edukasi ini seringkali terlewatkan dari
perhatian umat meski tetap disadari bahwa fungsi tersebut penting untuk
dikembangan. Mengembangkan fungsi edukasi masjid dimulai dari pemahaman
tentang konsep pendidikan Islam secara benar dan tidak dimaknai secara
sempit. Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang secara komprehennsif-
integratif mengembangkan potensi manusia baik secara fisik-material, emosi,

4
Siswanto, Panduan Praktis Organisasi Remaja Masjid, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2005), 33.
5
Al-Alim, Al-Quran dan Terjemahannya: Edisi Ilmu Pengetahuan, (Bandung: PT. Al-Mizan
Pustaka, 2009), 190.
6
Supardi & Teuku Amiruddin, Manajemen Masjid dalam Pembangunan Masyarakat,
(Yogyakarta: UII Press, 2001), 4.
dan juga spritualnya.7 Fungsi masjid ada dua yang pertama adalah fungsi
Keagamaan dan juga fungsi sosial.
Sejarah Masjid Pertama
Ketika Nabi Muhammad saw tiba di Madinah, dia memutuskan untuk
membangun sebuah masjid, yang sekarang dikenal dengan nama Masjid
Nabawi, yang berarti Masjid Nabi. Masjid Nabawi terletak di pusat Madinah.
Masjid Nabawi dibangun di sebuah lapangan yang luas. Di Masjid Nabawi, juga
terdapat mimbar yang sering dipakai oleh Nabi Muhammad saw. Masjid Nabawi
menjadi jantung kota Madinah saat itu. Masjid ini digunakan untuk kegiatan
politik, perencanaan kota, menentukan strategi militer, dan untuk mengadakan
perjanjian. Bahkan, di area sekitar masjid digunakan sebagai tempat tinggal
sementara oleh orang-orang fakir miskin.

Fungsi dan Peran Masjid


1. Fungsi Keagamaan ini dibagi menjadi 3 bagian:
a. Ibadah
Semua muslim yang telah baligh atau dewasa diperintahkan untuk
menunaikan sholat wajib lima kali sehari secara berjamaah di masjid
kecuali ada halangan. Pada hari Jumat, semua muslim laki-laki yang telah
dewasa diwajibkan pergi ke masjid untuk menunaikan sholat Jum'at
selama tidak ada halangan, berdasarkan Surah Al-Jumu’ah ayat 9:

“ Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk


melaksanakan salat Jum'at, maka bersegeralah kamu
mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu
lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
Sholat jenazah, biasanya juga diselenggarakan di masjid. Sholat
jenazah dilakukan untuk muslim yang telah meninggal, dengan dipimpin

7
Moh. Roqib, Menggugat Fungsi Edukasi Masjid, (Yogyakarta: Grafinfo Litera Media, 2005),
5.
seorang imam. Salat jenazah dilakukan di area sektar masjid. Ketika
gerhana matahari muncul, kaum Muslimin juga mengadakan salat khusuf
untuk mengingat kebesaran Allah. Pada dua hari raya atau 'idain,yaitu Idul
Fitri dan Idul Adha umat Muslim juga melakukan salat. Biasanya, beberapa
masjid kecil di daerah Eropa atau Amerika akan menyewa sebuah gedung
pertemuan untuk menyelenggarakan salat 'Id. [16] Di Indonesia, Salat 'Id
dilakukan di lapangan terbuka atau di masjid sekitar apabila tidak
dimungkinkan.
b. Kegiatan Bulan Ramadan
Masjid, pada bulan Ramadan, mengakomodasi umat Muslim untuk
beribadah pada bulan Ramadan. Biasanya, masjid akan sangat ramai di
minggu pertama Ramadan. Pada bulan Ramadan, masjid-masjid biasanya
menyelenggarakan acara pengajian yang amat diminati oleh masyarakat.
Tradisi lainnya adalah menyediakan iftar, atau makanan buka puasa. Ada
beberapa masjid yang juga menyediakan makanan untuk sahur. Masjid-
masjid biasanya mengundang kaum fakir miskin untuk datang menikmati
sahur atau iftar di masjid. Hal ini dilakukan sebagai amal shaleh pada
bulan Ramadan.
Pada malam hari setelah salat Isya digelar, umat Muslim disunahkan
untuk melaksanakan salat Tarawih berjamaah di masjid. Setelah salat
Tarawih, ada beberapa orang yang akan membacakan Al-Qur'an. [13] Pada
sepuluh hari terakhir di bulan Ramadan, masjid-masjid besar akan
menyelenggarakan I'tikaf, yaitu sunnah Nabi Muhammad saw. untuk
berdiam diri di Masjid (mengkhususkan hari-hari terakhir ramadan guna
meningkatkan amal ibadah) dan memperbanyak mengingat Allah swt.

c. Amal
Rukun ketiga dalam Rukun Islam adalah zakat. Setiap muslim yang
mampu wajib menzakati hartanya sebanyak 2.5% dari jumlah hartanya.
Masjid, sebagai pusat dari komunitas umat Islam, menjadi tempat
penyaluran zakat bagi yatim piatu dan fakir miskin. Pada saat Idul Fitri,
masjid menjadi tempat penyaluran zakat fitrah dan membentuk panitia amil
zakat. Panitia zakat, biasanya di bentuk secara lokal oleh orang-orang atau
para jemaah yang hidup di sekitar lingkungan masjid. Begitu pula dalam
pengelolaannya. Namun, untuk masjid-masjid besar seperti di pusat kota,
biasanya langsung ditangani oleh pemerintah daerah setempat.
2. Fungsi Sosial
a. Pusat Kegiatan Masyarakat
Banyak pemimpin Muslim setelah wafatnya Nabi Muhammad saw,
berlomba-lomba untuk membangun masjid. Seperti
kota Mekkah dan Madinah yang berdiri di sekitar Masjidil
Haram dan Masjid Nabawi, kota Karbala juga dibangun di dekat
makam Husain bin Ali. Kota Isfahan, Iran dikenal dengan Masjid Imam-nya
yang menjadi pusat kegiatan masyarakat. Pada akhir abad ke-17, Syah
Abbas I dari dinasti Safawi di Iran mengubah kota Isfahan menjadi salah
satu kota terbagus di dunia dengan membangun Masjid Syah dan Masjid
Syaikh Lutfallah di pusat kota. Ini menjadikan kota Isfahan memiliki
lapangan pusat kota yang terbesar di dunia. Lapangan ini berfungsi
sebagai pasar bahkan tempat olahraga.
b. Pendidikan
Fungsi utama masjid yang lainnya adalah sebagai
tempat pendidikan. Beberapa masjid, terutama masjid yang didanai oleh
pemerintah, biasanya menyediakan tempat belajar baik ilmu keislaman
maupun ilmu umum. Sekolah ini memiliki tingkatan dari dasar sampai
menengah, walaupun ada beberapa sekolah yang menyediakan tingkat
tinggi. Beberapa masjid biasanya menyediakan pendidikan paruh waktu,
biasanya setelah subuh, maupun pada sore hari. Pendidikan di masjid
ditujukan untuk segala usia, dan mencakup seluruh pelajaran, mulai dari
keislaman sampai sains. Selain itu, tujuan adanya pendidikan di masjid
adalah untuk mendekatkan generasi muda kepada masjid. Pelajaran
membaca Qur'an dan bahasa Arab sering sekali dijadikan pelajaran di
beberapa negara berpenduduk Muslim di daerah luar Arab,
termasuk Indonesia. Kelas-kelas untuk mualaf, atau orang yang baru
masuk Islam juga disediakan di masjid-masjid di Eropa dan Amerika
Serikat, di mana perkembangan agama Islam melaju dengan sangat
pesat. Beberapa masjid juga menyediakan pengajaran tentang hukum
Islam secara mendalam. Madrasah, walaupun letaknya agak berpisah dari
masjid, tetapi tersedia bagi umat Islam untuk mempelajari ilmu keislaman.
c. Kegiatan dan Pengumpulan Dana
Masjid juga menjadi tempat kegiatan untuk mengumpulkan dana.
Masjid juga sering mengadakan bazar, di mana umat Islam dapat membeli
alat-alat ibadah maupun buku-buku Islam. Masjid juga menjadi tempat
untuk akad nikah, seperti tempat ibadah agama lainnya. Masjid tanah liat
di Djenné, Mali, secara tahunan mengadakan festival untuk merekonstruksi
dan membenah ulang masjid.

Sejarah Singkat Gereja


Gereja dimulai 40 hari sesudah kebangkitan Yesus (sekitar tahun 30-34
Masehi). Yesus sudah berjanji bahwa Dia akan mendirikan gerejaNya
(Matius 16:18), dan dengan datangnya Roh Kudus pada hari Pentakosta
(Kisah 2:1-4), "Gereja" (“kumpulan yang dipanggil keluar”) secara resmi
dimulai. Tiga ribu orang yang menerima khotbah Simon Petrus pada hari
itu dan memilih untuk mengikuti Kristus dengan cara dibaptiskan. Gereja
dalam Kristen bukan hanya berbicara tentang gedungnya tetapi orangya,
tapi juga gedungnya.
Fungsi dan Peran Gereja
1. Diakonia
Diakonia berasal dari Bahasa Yunani yaitu diakoneo yang mempunyai arti
melayani. Arti melayani yang dikonsepkan Allah melalui Alkitab sangatlah
bertentangan dengan arti melayani yang dikonsepkan dunia. Dunia berkata
bahwa akan “melayani seseorang jika…”. Artinya jika kondisi kita sedang tidak
baik, kita wajar tidak melayani. Atau disaat kondisi kita yang sedang banyak
problema, kita wajar hanya memikirkan diri sendiri dan tidak mau ambil bagian
atas permasalahan orang lain sehingga arti melayani menurut apa kata dunia ini
membuat kita tidak bisa meninggalkan ego kita oleh karena adanya pelayanan
bersyarat yang dikerjakan. Sementara arti melayani yang dikatakan oleh Allah,
kita memang harus meninggalkan keakuan kita dan bersedia menempatkan
kepentingan orang lain di atas kepentingan kita. Efesus 6 : 7 menuliskan :”Dan
dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani
Tuhan dan bukan manusia”.
2. Koinonia
Pada dasarnya, koinonia dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
mengandung makna yang berbeda. Makna pada Perjanjian Baru berubah
karena melalui Yesus Kristus manusia dipersatukan kembali dengan Allah.
Lantas, apa arti koinonia sebagai tugas dan panggilan gereja?
Koinonia, sebagai salah satu dari tugas panggilan dan suruhan gereja di
dunia ini, mengharuskan gereja mewujudkan persekutuan didalam Yesus
Kristus dan berdiri teguh dalam satu Roh. Dalam persekutuan jemaat aspek
menyeluruh (total) diwujudkan dalam persaudaraan dalam Kristus. Yesus telah
mati untuk semua orang. Dengan demikian persekutuan jemaat adalah juga
persekutuan ibadah. Melalui persekutuan ibadah, anggota jemaat menyadari
bahwa seluruh hidup orang percaya adalah korban yang harus dipersembahkan
kepada Allah (Roma 12 : 1). Sebagai persekutuan ibadah, Gereja adalah
persekutuan dari umat yang kudus, umat milik Allah (1 Pet. 2 : 9), persekutuan
yang tidak bercacat (Ef. 5:27), tiang penopang dan dasar kebenaran (1 Tim.
3:15).
3. Didaskalia
Didaskalia' menyangkut pekerjaan mengajar atau isi ajaran, dan kata
'didakhê' yang khususnya ditujukan kepada ajaran Yesus Kristus. Jadi gereja
berperan untuk mengajarkan apa yang Yesus ajarkan.
4. Latrea
Pertama-tama, kita harus sudah dilahir-barukan. Tanpa Roh Kudus yang
berdiam di dalam kita, kita tidak bisa meresponi Allah dalam penyembahan,
karena kita tidak sungguh-sungguh mengenal-Nya. "Demikian pulalah tidak ada
orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah" (1 Kor
2:11b). Roh Kudus yang berdiam di dalam kita adalah Pribadi yang
memampukan kita untuk menyembah. Pada dasarnya Dia sedang memuliakan
diri-Nya. Semua penyembahan yang benar pasti memuliakan Allah.
Kedua, menyembah dalam roh membutuhkan pikiran yang berpusat
kepada Allah. Juga, pikiran yang sudah diperbaharui oleh kebenaran. Paulus
mendorong kita untuk "mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan
yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu
yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi
berubahlah oleh pembaharuan budimu" (Rm 12:1b, 2a). Hanya ketika pikiran
kita berubah, dari yang tadinya berpusat kepada hal-hal duniawi menjadi
berpusat kepada Allah, barulah kita dapat menyembah di dalam roh. Berbagai
macam gangguan dapat memenuhi pikiran ketika kita mencoba untuk memuji
dan memuliakan Allah, yang bisa menghalangi penyembahan yang sejati.
Ketiga, ita hanya dapat menyembah dalam roh jika memiliki hati yang
murni, terbuka dan mau bertobat. Ketika hati Raja Daud dipenuhi dengan rasa
bersalah atas dosanya dengan Batsyeba (2 Sam 11), ia mendapati bahwa tidak
mungkin baginya untuk menyembah. Dia merasa bahwa Allah jauh darinya, dan
dia "mengeluh sepanjang hari," merasa tangan Allah menekannya dengan berat
(Mzm 32:3, 4). Namun, ketika ia mengakui dosanya, persekutuannya dengan
Allah langsung dipulihkan. Pujian serta penyembahan dicurahkan kepadanya.
5. Marturia
Marturia adalah salah satu istilah yang dipakai gereja dalam melakukan
aktivitas imannya, sebagai tugas panggilan gereja, yaitu dalam hal kesaksian
iman. Kesaksian iman yang dimaksud adalah pemberitaan Injil sebagai berita
keselamatan bagi manusia. Marturia biasanya disandingkan dengan tugas
gereja yang lain, yaitu koinonia yang berarti persekutuan dan diakonia atau
pelayanan. Kata "marturia" sendiri sangat dekat dengan kata "martir", yaitu
orang-orang yang mati karena memberitakan Injil pada zaman sesudah Yesus
Kristus. Memang banyak orang Kristen perdana yang harus mengalami
penganiayaan karena kepercayaannya, dan pengorbanan ini terus berlanjut
sampai sekarang. Karenanya, istilah "marturia" dan "martir" itu banyak kali
dirancukan, dan diasosiasikan dengan para "syuhada", yaitu orang-orang
Kristen yang disiksa sampai mati karena imannya, atau para misionaris yang
dibunuh dalam menjalankan tugasnya, menyampaikan berita Injil ke tempat-
tempat yang belum pernah mendengar berita itu.

Sejarah Sinagoge
Sinagoga atau sinagoge adalah nama tempat beribadah orang Yahudi. Di
dalam bahasa aslinya terdiri dari kata Yunani συν (syn, = bersama), dan αγωγή
agogé, belajar atau pendidikan, sinagoge memiliki arti "belajar bersama" selain
berkumpul bersama. Kata tersebut merupakan terjemahan dari kata Ibrani, eda,
yang berarti jemaah, sehingga pengertian sinagoge yang sebenarnya bukanlah
suatu tempat atau gedung tertentu melainkan persekutuan. Sinagoge, bersama
gerakan yudaisme rabinik, memiliki peran penting dalam membentuk pola
keagamaan Yahudi hingga kini, khususnya setelah Bait Suci yang menjadi
pusat peribadah umat Yahudi hancur pada tahun 70 M. Selain itu, sinagoge juga
diduga membawa pengaruh besar terhadap pola ibadah umat Kristen dan Islam
melalui penggunaan gereja dan masjid.
Fungsi dan Peran Sinagoge
1. Pendidikan
Ada ahli yang berpendapat bahwa pendidikan keagamaan berupa
pembacaan dan penafsiran Taurat merupakan fungsi utama dari sinagoge.
Diketahui bahwa di sinagoge, Taurat tidak hanya dibicarakan dan dibahas pada
waktu kebaktian, tetapi juga di dalam kurikulum pendidikan sehari-hari. Selain
itu, pelajaran mengenai hal-hal umum juga diberikan di sinagoge. Sinagoge juga
menjadi tempat bagi calon-calon anggota baru agama Yahudi yang berasal dari
non-Yahudi. Di dalam kitab-kitab Perjanjian Baru orang-orang seperti itu disebut
dengan istilah "orang-orang yang takut akan Allah". Karena itu, dapat
disimpulkan bahwa sinagoge juga menjadi tempat pendidikan bagi calon-calon
agama Yahudi, namun tentu saja ini tergantung situasi dan peraturan masing-
masing sinagoge.
2. Peribadahan
Ada pula ahli-ahli lain yang berpendapat bahwa fungsi utama sinagoge
adalah dalam hal peribadahan. Ibadah-ibadah dilangsungkan di situ pada hari
Sabat dan hari-hari besar lainnya. Pusat ibadah adalah pembacaan Taurat, dan
seluruh desain dan suasana ruangannya diarahkan kepada pembacaan
tersebut. Selain itu, sinagoge juga berfungsi sebagai tempat doa pada jam-jam
doa Yahudi, dan dengan berkiblat ke arah Yerusalem.
a. Syema
Syema merupakan suatu pengakuan iman orang Yahudi yang berisi
keyakinan akan keesaan Tuhan (Ulangan 6:4-5). Di dalam kitab-kitab Injil,
Yesus mengutip syema untuk menjawab pertanyaan, "hukum manakah yang
terutama di dalam Taurat?"
b. Doa
Doa yang diucapkan dinamakan syemoneh ezreh atau delapan belas
berkat. Bentuknya yang definitif disusun pada tahun 110 M, namun beberapa
kalimat permulaannya disusun setelah runtuhnya kota Yerusalem tahun 70
M. Untuk mengucapkan doa, umat berdiri dan pada akhir doa mereka
mengucapkan 'amin'.
c. Pembacaan Taurat
Pembacaan Taurat mengikuti pola tertentu yang berlangsung selama
tiga tahun sehingga setelah tiga tahun seluruh Taurat telah dibaca
seluruhnya. Pembacaan kitab-kitab Nabi ada, namun belum memiliki pola
tertentu sehingga pemilihan bacaan diserahkan kepada yang bertugas
membacanya. Di Palestina, pembacaan Taurat diikuti dengan penerjemahan
teks bacaan tersebut ke dalam bahasa Aram. Kemudian di dalam sinagoge-
sinagoge di perantauan luar Palestina, pembacaan Taurat diterjemahkan ke
dalam bahasa Yunani. Orang yang menerjemahkan haruslah orang yang
dianggap mampu sebab ada peraturan yang ketat mengenai akurasi teks-
teks Kitab Suci.
d. Uraian Nas Kitab Suci
Sesudah nas Kitab Suci dibacakan, kadang-kadang ada yang bertugas
menguraikan isinya. Akan tetapi, uraian tersebut bukanlah merupakan
bagian wajib dari ibadah. Di dalam teks-teks Perjanjian Baru hal ini terlihat
dari kisah di mana Yesus dan Paulus diundang untuk menguraikan Kitab
Suci di sinagoge tertentu (Matius 4:13 3, 13-34, Kisah Para Rasul 13:15).
e. Pengucapan Berkat
Ibadah ditutup oleh petugas yang mengucapkan berkat setelah diberi
isyarat oleh Khazzân. Ada yang menganggap bahwa tradisi tersebut berasal
dari ritus Bait Suci. Petugas berdiri menghadap umat, sedangkan umat
berdiri dengan tangan terangkat setinggi bahu, sambil mengulangi, kata
demi kata, apa yang diucapkan oleh petugas.
3. Pertemuan
Selain fungsi pendidikan dan peribadahan, sinagoge juga berfungsi
sebagai tempat pertemuan-pertemuan masyarakat untuk membicarakan
masalah-masalah sosial, politik, maupun keagamaan. Karena itu, sinagoge juga
dapat menjadi tempat pengadilan (bandingkan Matius 10:17 dan Kisah Para
Rasul 26:11).

Anda mungkin juga menyukai