1
Sidi Gazalba, Mesjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna,
1994), 268.
2
A. Bachrun Rifa’I dan Moch. Fakhruroji, Manajemen Masjid, (Bandung: Benang Merah
Press, 2005), 14.
3
Moh. E. Ayub, Manajemen Masjid, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), 2.
aktivitas agar masjid tetap hidup. Shalat jemaah yang menjadi parameter
kemakmuran masjid dan juga merupakan indikator religiusitas umat Islam di
sekitarnya. Selain itu, kegiatan sosial, dakwah, pendidikan, dll juga akan
menambah kemakmuran masjid.4
Pada dasarnya ada banyak ayat dalam Al-Qur'an yang berhubungan
dengan masjid, seperti dalam QS. Taubah 18 mengatakan: “hanyalah yang
memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada
Allah dan Hari Kiamat serta tetap melaksanakan shalat, menunaikan zakat dan
tidak takut (kepada siapa) selain Allah, maka merekalah orang-orang yang
diharapkan termasuk golongan orang-orang yang beriman. 5
Jika dicermati lebih dekat, ayat tersebut menegaskan bahwa membangun
masjid adalah manifestasi iman dan hanya orang-orang beriman yang dapat
mensejahterakan masjid, sehingga masjid yang tidak sejahtera akan
mencerminkan iman di sekitarnya.6 Peran dan fungsi masjid tidak hanya terletak
sebagai tempat ibadah dan ritual keagamaan, tetapi juga dalam pengembangan
dan pemberdayaan keagamaan umat.
Masjid memiliki fungsi edukasi diantaranya adalah berfungsi untuk
pengembangan nilai-nilai humanis dan kesejahteraan umum. Fungsi tersebut
bisa disebut sebagai edukasi. Fungsi edukasi ini seringkali terlewatkan dari
perhatian umat meski tetap disadari bahwa fungsi tersebut penting untuk
dikembangan. Mengembangkan fungsi edukasi masjid dimulai dari pemahaman
tentang konsep pendidikan Islam secara benar dan tidak dimaknai secara
sempit. Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang secara komprehennsif-
integratif mengembangkan potensi manusia baik secara fisik-material, emosi,
4
Siswanto, Panduan Praktis Organisasi Remaja Masjid, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2005), 33.
5
Al-Alim, Al-Quran dan Terjemahannya: Edisi Ilmu Pengetahuan, (Bandung: PT. Al-Mizan
Pustaka, 2009), 190.
6
Supardi & Teuku Amiruddin, Manajemen Masjid dalam Pembangunan Masyarakat,
(Yogyakarta: UII Press, 2001), 4.
dan juga spritualnya.7 Fungsi masjid ada dua yang pertama adalah fungsi
Keagamaan dan juga fungsi sosial.
Sejarah Masjid Pertama
Ketika Nabi Muhammad saw tiba di Madinah, dia memutuskan untuk
membangun sebuah masjid, yang sekarang dikenal dengan nama Masjid
Nabawi, yang berarti Masjid Nabi. Masjid Nabawi terletak di pusat Madinah.
Masjid Nabawi dibangun di sebuah lapangan yang luas. Di Masjid Nabawi, juga
terdapat mimbar yang sering dipakai oleh Nabi Muhammad saw. Masjid Nabawi
menjadi jantung kota Madinah saat itu. Masjid ini digunakan untuk kegiatan
politik, perencanaan kota, menentukan strategi militer, dan untuk mengadakan
perjanjian. Bahkan, di area sekitar masjid digunakan sebagai tempat tinggal
sementara oleh orang-orang fakir miskin.
7
Moh. Roqib, Menggugat Fungsi Edukasi Masjid, (Yogyakarta: Grafinfo Litera Media, 2005),
5.
seorang imam. Salat jenazah dilakukan di area sektar masjid. Ketika
gerhana matahari muncul, kaum Muslimin juga mengadakan salat khusuf
untuk mengingat kebesaran Allah. Pada dua hari raya atau 'idain,yaitu Idul
Fitri dan Idul Adha umat Muslim juga melakukan salat. Biasanya, beberapa
masjid kecil di daerah Eropa atau Amerika akan menyewa sebuah gedung
pertemuan untuk menyelenggarakan salat 'Id. [16] Di Indonesia, Salat 'Id
dilakukan di lapangan terbuka atau di masjid sekitar apabila tidak
dimungkinkan.
b. Kegiatan Bulan Ramadan
Masjid, pada bulan Ramadan, mengakomodasi umat Muslim untuk
beribadah pada bulan Ramadan. Biasanya, masjid akan sangat ramai di
minggu pertama Ramadan. Pada bulan Ramadan, masjid-masjid biasanya
menyelenggarakan acara pengajian yang amat diminati oleh masyarakat.
Tradisi lainnya adalah menyediakan iftar, atau makanan buka puasa. Ada
beberapa masjid yang juga menyediakan makanan untuk sahur. Masjid-
masjid biasanya mengundang kaum fakir miskin untuk datang menikmati
sahur atau iftar di masjid. Hal ini dilakukan sebagai amal shaleh pada
bulan Ramadan.
Pada malam hari setelah salat Isya digelar, umat Muslim disunahkan
untuk melaksanakan salat Tarawih berjamaah di masjid. Setelah salat
Tarawih, ada beberapa orang yang akan membacakan Al-Qur'an. [13] Pada
sepuluh hari terakhir di bulan Ramadan, masjid-masjid besar akan
menyelenggarakan I'tikaf, yaitu sunnah Nabi Muhammad saw. untuk
berdiam diri di Masjid (mengkhususkan hari-hari terakhir ramadan guna
meningkatkan amal ibadah) dan memperbanyak mengingat Allah swt.
c. Amal
Rukun ketiga dalam Rukun Islam adalah zakat. Setiap muslim yang
mampu wajib menzakati hartanya sebanyak 2.5% dari jumlah hartanya.
Masjid, sebagai pusat dari komunitas umat Islam, menjadi tempat
penyaluran zakat bagi yatim piatu dan fakir miskin. Pada saat Idul Fitri,
masjid menjadi tempat penyaluran zakat fitrah dan membentuk panitia amil
zakat. Panitia zakat, biasanya di bentuk secara lokal oleh orang-orang atau
para jemaah yang hidup di sekitar lingkungan masjid. Begitu pula dalam
pengelolaannya. Namun, untuk masjid-masjid besar seperti di pusat kota,
biasanya langsung ditangani oleh pemerintah daerah setempat.
2. Fungsi Sosial
a. Pusat Kegiatan Masyarakat
Banyak pemimpin Muslim setelah wafatnya Nabi Muhammad saw,
berlomba-lomba untuk membangun masjid. Seperti
kota Mekkah dan Madinah yang berdiri di sekitar Masjidil
Haram dan Masjid Nabawi, kota Karbala juga dibangun di dekat
makam Husain bin Ali. Kota Isfahan, Iran dikenal dengan Masjid Imam-nya
yang menjadi pusat kegiatan masyarakat. Pada akhir abad ke-17, Syah
Abbas I dari dinasti Safawi di Iran mengubah kota Isfahan menjadi salah
satu kota terbagus di dunia dengan membangun Masjid Syah dan Masjid
Syaikh Lutfallah di pusat kota. Ini menjadikan kota Isfahan memiliki
lapangan pusat kota yang terbesar di dunia. Lapangan ini berfungsi
sebagai pasar bahkan tempat olahraga.
b. Pendidikan
Fungsi utama masjid yang lainnya adalah sebagai
tempat pendidikan. Beberapa masjid, terutama masjid yang didanai oleh
pemerintah, biasanya menyediakan tempat belajar baik ilmu keislaman
maupun ilmu umum. Sekolah ini memiliki tingkatan dari dasar sampai
menengah, walaupun ada beberapa sekolah yang menyediakan tingkat
tinggi. Beberapa masjid biasanya menyediakan pendidikan paruh waktu,
biasanya setelah subuh, maupun pada sore hari. Pendidikan di masjid
ditujukan untuk segala usia, dan mencakup seluruh pelajaran, mulai dari
keislaman sampai sains. Selain itu, tujuan adanya pendidikan di masjid
adalah untuk mendekatkan generasi muda kepada masjid. Pelajaran
membaca Qur'an dan bahasa Arab sering sekali dijadikan pelajaran di
beberapa negara berpenduduk Muslim di daerah luar Arab,
termasuk Indonesia. Kelas-kelas untuk mualaf, atau orang yang baru
masuk Islam juga disediakan di masjid-masjid di Eropa dan Amerika
Serikat, di mana perkembangan agama Islam melaju dengan sangat
pesat. Beberapa masjid juga menyediakan pengajaran tentang hukum
Islam secara mendalam. Madrasah, walaupun letaknya agak berpisah dari
masjid, tetapi tersedia bagi umat Islam untuk mempelajari ilmu keislaman.
c. Kegiatan dan Pengumpulan Dana
Masjid juga menjadi tempat kegiatan untuk mengumpulkan dana.
Masjid juga sering mengadakan bazar, di mana umat Islam dapat membeli
alat-alat ibadah maupun buku-buku Islam. Masjid juga menjadi tempat
untuk akad nikah, seperti tempat ibadah agama lainnya. Masjid tanah liat
di Djenné, Mali, secara tahunan mengadakan festival untuk merekonstruksi
dan membenah ulang masjid.
Sejarah Sinagoge
Sinagoga atau sinagoge adalah nama tempat beribadah orang Yahudi. Di
dalam bahasa aslinya terdiri dari kata Yunani συν (syn, = bersama), dan αγωγή
agogé, belajar atau pendidikan, sinagoge memiliki arti "belajar bersama" selain
berkumpul bersama. Kata tersebut merupakan terjemahan dari kata Ibrani, eda,
yang berarti jemaah, sehingga pengertian sinagoge yang sebenarnya bukanlah
suatu tempat atau gedung tertentu melainkan persekutuan. Sinagoge, bersama
gerakan yudaisme rabinik, memiliki peran penting dalam membentuk pola
keagamaan Yahudi hingga kini, khususnya setelah Bait Suci yang menjadi
pusat peribadah umat Yahudi hancur pada tahun 70 M. Selain itu, sinagoge juga
diduga membawa pengaruh besar terhadap pola ibadah umat Kristen dan Islam
melalui penggunaan gereja dan masjid.
Fungsi dan Peran Sinagoge
1. Pendidikan
Ada ahli yang berpendapat bahwa pendidikan keagamaan berupa
pembacaan dan penafsiran Taurat merupakan fungsi utama dari sinagoge.
Diketahui bahwa di sinagoge, Taurat tidak hanya dibicarakan dan dibahas pada
waktu kebaktian, tetapi juga di dalam kurikulum pendidikan sehari-hari. Selain
itu, pelajaran mengenai hal-hal umum juga diberikan di sinagoge. Sinagoge juga
menjadi tempat bagi calon-calon anggota baru agama Yahudi yang berasal dari
non-Yahudi. Di dalam kitab-kitab Perjanjian Baru orang-orang seperti itu disebut
dengan istilah "orang-orang yang takut akan Allah". Karena itu, dapat
disimpulkan bahwa sinagoge juga menjadi tempat pendidikan bagi calon-calon
agama Yahudi, namun tentu saja ini tergantung situasi dan peraturan masing-
masing sinagoge.
2. Peribadahan
Ada pula ahli-ahli lain yang berpendapat bahwa fungsi utama sinagoge
adalah dalam hal peribadahan. Ibadah-ibadah dilangsungkan di situ pada hari
Sabat dan hari-hari besar lainnya. Pusat ibadah adalah pembacaan Taurat, dan
seluruh desain dan suasana ruangannya diarahkan kepada pembacaan
tersebut. Selain itu, sinagoge juga berfungsi sebagai tempat doa pada jam-jam
doa Yahudi, dan dengan berkiblat ke arah Yerusalem.
a. Syema
Syema merupakan suatu pengakuan iman orang Yahudi yang berisi
keyakinan akan keesaan Tuhan (Ulangan 6:4-5). Di dalam kitab-kitab Injil,
Yesus mengutip syema untuk menjawab pertanyaan, "hukum manakah yang
terutama di dalam Taurat?"
b. Doa
Doa yang diucapkan dinamakan syemoneh ezreh atau delapan belas
berkat. Bentuknya yang definitif disusun pada tahun 110 M, namun beberapa
kalimat permulaannya disusun setelah runtuhnya kota Yerusalem tahun 70
M. Untuk mengucapkan doa, umat berdiri dan pada akhir doa mereka
mengucapkan 'amin'.
c. Pembacaan Taurat
Pembacaan Taurat mengikuti pola tertentu yang berlangsung selama
tiga tahun sehingga setelah tiga tahun seluruh Taurat telah dibaca
seluruhnya. Pembacaan kitab-kitab Nabi ada, namun belum memiliki pola
tertentu sehingga pemilihan bacaan diserahkan kepada yang bertugas
membacanya. Di Palestina, pembacaan Taurat diikuti dengan penerjemahan
teks bacaan tersebut ke dalam bahasa Aram. Kemudian di dalam sinagoge-
sinagoge di perantauan luar Palestina, pembacaan Taurat diterjemahkan ke
dalam bahasa Yunani. Orang yang menerjemahkan haruslah orang yang
dianggap mampu sebab ada peraturan yang ketat mengenai akurasi teks-
teks Kitab Suci.
d. Uraian Nas Kitab Suci
Sesudah nas Kitab Suci dibacakan, kadang-kadang ada yang bertugas
menguraikan isinya. Akan tetapi, uraian tersebut bukanlah merupakan
bagian wajib dari ibadah. Di dalam teks-teks Perjanjian Baru hal ini terlihat
dari kisah di mana Yesus dan Paulus diundang untuk menguraikan Kitab
Suci di sinagoge tertentu (Matius 4:13 3, 13-34, Kisah Para Rasul 13:15).
e. Pengucapan Berkat
Ibadah ditutup oleh petugas yang mengucapkan berkat setelah diberi
isyarat oleh Khazzân. Ada yang menganggap bahwa tradisi tersebut berasal
dari ritus Bait Suci. Petugas berdiri menghadap umat, sedangkan umat
berdiri dengan tangan terangkat setinggi bahu, sambil mengulangi, kata
demi kata, apa yang diucapkan oleh petugas.
3. Pertemuan
Selain fungsi pendidikan dan peribadahan, sinagoge juga berfungsi
sebagai tempat pertemuan-pertemuan masyarakat untuk membicarakan
masalah-masalah sosial, politik, maupun keagamaan. Karena itu, sinagoge juga
dapat menjadi tempat pengadilan (bandingkan Matius 10:17 dan Kisah Para
Rasul 26:11).