Anda di halaman 1dari 16

Peran Masjid dalam

Membangun
Peradaban Islam

Presented by: Kelompok 1

01
ABOUT US

About Us
Nilam Cahya El Fajri 235060607111049
Puspa Arifani 235060607111050
Farrel Finanda Fikri 235060607111037
Ridzkika Adhinianti 235060607111053
Wulan Yuni Armadini 235060607111040
Tamara Ria Arisrawati 235060607111029
A. Peran masjid di zaman Rasullah dan para sahabat

Ketika Rasulullah Saw. berhijrah ke Madinah, langkah pertamanya adalah membangun masjid yang
disebut Masjid Quba. Masjid ini dibangun dengan lantai tanah dan atap pelepah kurma dalam waktu 4
hari pada tahun ke-13 kenabiannya atau tahun ke-1 hijriah (28 Juni 622 M). Masjid Quba menjadi tempat
ibadah pertama bagi umat Islam dan menjadi contoh utama dalam pembangunan masjid di masa
mendatang. Selain sebagai tempat ibadah, Masjid Quba juga berfungsi sebagai pusat pendidikan dan
pengajaran agama Islam. Rasulullah Saw. menunjuk Mu'adz bin Jabal sebagai imam dan guru agama di
masjid ini, menegaskan pentingnya peran pendidikan dalam perkembangan agama Islam
Pada periode awal Islam, masjid memiliki peran utama dan penting di Makkah dan Madinah. Di
Makkah, Masjid al-Haram menjadi tempat di mana wahyu Allah disampaikan secara terbuka kepada
Rasulullah, meskipun ini memicu reaksi keras dari musyrikin Quraisy. Sementara itu, di Yatsrib
(Madinah), Rasulullah membangun Masjid Nabawi, sebuah masjid sederhana dengan lantai tanah,
dinding tanah yang dikeringkan, tiang dari batang pohon kurma, dan atap dari pelepah kurma. Masjid
ini menjadi pusat spiritual, komunitas, dan pendidikan Islam. Di sekitarnya, Rasulullah tinggal dalam
tempat yang lebih sederhana (disebelah timur masjid), dan ada pula ruangan khusus untuk orang-
orang miskin Muhajirin(disebelah barat) yang dikenal sebagai ash-Shuffah. Dalam kedua kota ini,
masjid memainkan peran penting dalam pengembangan awal Islam.
A. Peran masjid di zaman Rasullah dan para sahabat
Masjid yang dibangun oleh Rasulullah shalallahu alaihi wassalam memiliki berbagai fungsi strategis bagi umat
Muslim pada masa itu, di antaranya:

1. Tempat Ibadah: Masjid digunakan untuk 4. Tempat Mengadili Perkara: Masjid digunakan 7. Tempat Layanan Sosial: Masjid digunakan sebagai tempat
melaksanakan shalat Fardhu lima waktu, shalat untuk membantu orang miskin dan sebagai tempat tinggal
untuk menyelesaikan perselisihan,
Jumat, dzikir, dan berbagai ibadah lainnya. Masjid bagi mereka yang tidak memiliki rumah.
pertengkaran, dan permusuhan di antara umat
menjadi pusat utama untuk ibadah umat Islam pada 8. Tempat Latihan Perang: Masjid digunakan sebagai
masa Rasulullah. Islam. Rasulullah memimpin proses
tempat latihan perang untuk melatih fisik dan mental umat
2. Tempat Pendidikan: Masjid berfungsi sebagai penyelesaian perkara dengan adil di dalam Islam. Ini termasuk permainan yang melibatkan latihan
pusat pembelajaran agama dan ilmu-ilmu umum masjid. perang.
bagi umat Islam. Di dalam masjid, Rasulullah 5. Tempat Menyambut Tamu: Masjid digunakan 9. Tempat Layanan Medis atau Kesehatan: Masjid
mengajar dan memberi khutbah, dan masjid untuk menyambut tamu, rombongan, atau digunakan sebagai tempat untuk mengobati orang sakit,
menjadi tempat diskusi ilmiah. Selain itu, para utusan, seperti utusan dari Nasrani Najran. terutama pada masa perang.
sahabat tinggal di ash-Shuffah di sebelah selatan Dengan berbagai fungsi ini, masjid pada masa Rasulullah
6. Tempat Melangsungkan Pernikahan: Masjid
masjid untuk proses pendidikan. Saw. tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga
digunakan untuk mengucapkan janji pernikahan menjadi pusat pendidikan, konsultasi hukum, tempat sosial,
3. Tempat Memberi Fatwa: Masjid digunakan untuk
(akad nikah) yang dianggap sangat suci. Ini juga dan tempat berbagai kegiatan umat Islam dalam
mengeluarkan fatwa atau pendapat hukum dalam
memungkinkan penampungan tamu yang hadir mendukung dan mengembangkan agama dan masyarakat
memecahkan masalah agama dan dunia yang
dalam acara pernikahan. mereka.
dihadapi umat Islam pada masa itu.
A. Peran masjid di zaman Rasullah dan para sahabat
Menurut Quraish Shihab dan Abdurrahman an-Nahlawi, masjid memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi
edukatif dan fungsi sosial. Quraish Shihab juga menyebutkan 10 peranan penting masjid:

1. Tempat Ibadah: Masjid adalah tempat utama untuk 6. Tempat Pengobatan: Masjid digunakan sebagai tempat
melaksanakan ibadah, seperti shalat. pengobatan bagi orang sakit, terutama pada masa perang.
2. Tempat Konsultasi dan Komunikasi: Masjid digunakan sebagai 7. Tempat Perdamaian dan Pengadilan: Masjid digunakan
tempat berkonsultasi dan berkomunikasi antara umat Muslim, untuk menyelesaikan perselisihan, mencapai perdamaian,
termasuk dalam memecahkan masalah dan berdiskusi. dan mengadili perkara.
3. Tempat Pendidikan: Masjid berfungsi sebagai pusat 8. Aula dan Tempat Menerima Tamu: Masjid berfungsi
pendidikan agama dan ilmu pengetahuan umum. sebagai aula dan tempat untuk menerima tamu, termasuk
4. Tempat Santunan Sosial: Masjid digunakan untuk memberikan rombongan atau utusan.
bantuan sosial kepada yang membutuhkan. 9. Tempat Tawanan: Masjid digunakan sebagai tempat
5. Tempat Latihan Militer: Masjid digunakan sebagai tempat untuk menahan tawanan dalam konteks konflik.
latihan militer untuk melatih fisik dan keterampilan dalam 10. Pusat Penerangan dan Pembelaan Agama: Masjid
konteks pertahanan. digunakan sebagai pusat untuk penyebaran pengetahuan
agama dan sebagai tempat pembelaan terhadap agama.
A. Peran masjid di zaman Rasullah dan para sahabat

1. Kuttab Biasa: Kuttab ini diperuntukkan bagi anak-anak dari


Fungsi masjid dalam bidang ilmu pada masa
keluarga yang mampu membayar iuran pendidikan. Para siswa
Rasulullah sangat penting, dengan fokus utama pada
di sini memiliki kebebasan untuk memilih guru yang mengajar
Masjid al-Haram di Mekkah dan Masjid an-Nabawi di
subjek yang mereka minati. Pelajaran di kuttab ini tidak hanya
Madinah. Di dalam masjid-masjid ini, proses belajar- acak, tetapi juga memiliki rencana pembelajaran yang harus
mengajar berkelompok dalam halaqah berlangsung, diikuti oleh para guru. Tujuannya adalah untuk menyiapkan
dengan masing-masing guru yang terdiri dari para siswa untuk belajar dalam lingkaran (halaqah) di masjid-masjid.
sahabat Nabi.
Pendidikan Islam pada awalnya dimulai dengan
pendirian lembaga pendidikan dasar yang disebut
kuttab. Di dalam kuttab, para siswa diajarkan cara
membaca dan menulis huruf Al-Qur'an serta 2. Kuttab al-Sabil (Pondok Orang dalam Perjalanan): Kuttab ini
pengajaran ilmu agama. Ini adalah langkah awal disediakan khusus untuk anak-anak dari keluarga yang kurang
dalam proses pendidikan Islam yang kemudian mampu, seperti orang miskin atau orang dalam perjalanan. Di
berkembang menjadi sistem pendidikan yang lebih kuttab ini, pelajaran diselenggarakan dengan tujuan untuk
kompleks di masa-masa berikutnya. memberikan pendidikan dasar kepada anak-anak yang
Menurut Izzuddin Abbas (1962), ada dua jenis kuttab membutuhkan. Seperti kuttab biasa, pelajaran di sini juga diatur
yang ada pada masa itu: dengan rencana pembelajaran yang harus diikuti oleh guru-
guru.
A. Peran masjid di zaman Rasullah dan para sahabat

Kedua jenis kuttab ini merupakan bagian dari upaya pendidikan Islam pada masa itu dan berkontribusi pada
proses pembelajaran di masjid-masjid dalam bentuk lingkaran (halaqah). Hal ini menunjukkan pentingnya masjid
sebagai pusat pendidikan dan pengajaran dalam masyarakat Muslim pada masa itu.
Kemudian muncul sistem pendidikan yang disebut madrasah. Sistem ini tidak memiliki tingkatan-tingkatan
pendidikan, hanya ada satu tingkat pendidikan yang dimulai dengan kuttab atau guru-guru khusus dan berakhir
dalam diskusi halaqah (duduk melingkar) di masjid. Tidak ada kurikulum khusus yang diikuti oleh seluruh umat
Islam, dan pelajaran di kuttab bisa bervariasi, termasuk membaca, menulis, dan pengajaran Al-Qur'an. Para murid
bebas memilih halaqah yang mereka minati dan guru yang mereka minati pula, dan mereka bisa ganti guru.
Sistem pendidikan pada masa itu tidak terstruktur dalam tingkatan-tingkatan yang jelas, tetapi lebih berfokus pada
pembelajaran yang beragam dan fleksibel sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.
Sistem pendidikan klasikal yang dikenal sebagai madrasah atau sekolah muncul karena sistem kuttab pada masa
itu tidak mampu memenuhi kebutuhan pembelajaran yang lebih luas dan dalam. Madrasah pertama yang dikenal
adalah Madrasatun Nidhamiyah, yang didirikan oleh Nidham al-Mulki, seorang Menteri Sultan Malik Syah al-
Seljuqy, pada tahun 460-475 H di kota Baghdad dan Naesabur. Imam Al-Ghazali pernah menjadi guru di Madrasah
ini, dulu di Baghdad dan kemudian di Naesabur, pada akhir abad ke-5 H. Dengan demikian, madrasah menjadi
langkah maju dalam perkembangan sistem pendidikan Islam dengan memberikan pendidikan yang lebih
terstruktur dan luas
A. Peran masjid di zaman Rasullah dan para sahabat

Setiap Madrasah yang didirikan pada masa itu selalu dilengkapi dengan perpustakaan yang berisi ribuan jilid buku. Selain dari
sistem Madrasah klasikal, pendidikan Islam juga berkembang melalui institusi kependidikan yang disebut Zawiyah. Zawiyah
adalah tempat belajar yang awalnya berlokasi di sudut-sudut masjid. Namun, seiring berjalannya waktu, pengertian Zawiyah
berkembang menjadi lebih luas sehingga menjadi tempat belajar terpisah dari bangunan masjid. Zawiyah mulai mengadopsi
fungsi yang hampir sama dengan Madrasah, khususnya dalam pengajaran Al-Qur'an, agama, dan dasar-dasar ilmu
pengetahuan umum.
Fungsi Zawiyah mulai menyamai fungsi Madrasah, terutama setelah tidak lagi digunakan untuk praktik iktikaf atau taabbud,
terutama oleh kaum sufi atau tarikat. Zawiyah ini berkembang pada abad ke-8 H di negara-negara Maghribi (Afrika Utara).
Madrasah, yang berasal dari kata "darasa," yang berarti tempat duduk untuk belajar, sekarang telah menjadi istilah yang
merujuk pada sekolah atau perguruan, terutama di konteks pendidikan Islam. Pada masa keemasan peradaban Islam, terjadi
kemajuan yang signifikan dalam bidang pendidikan. Di zaman Kekhalifahan Abbasiyah, berbagai lembaga pendidikan mulai
muncul di berbagai bagian dunia Islam. Salah satu lembaga pendidikan yang penting adalah Darul Hikmah, yang tersebar di
berbagai wilayah seperti Mausil, Kairo, Fustat, dan Hilb. Darul Hikmah didirikan oleh Khalifah Al-Makmun dengan tujuan utama
mendorong gerakan terjemahan besar-besaran pada masanya. Darul Hikmah awalnya didirikan di pusatnya, yaitu Baghdad,
tetapi kemudian tugas dan cakupan lembaga ini semakin luas. Selain terlibat dalam gerakan terjemahan, Darul Hikmah juga
melibatkan diri dalam pendidikan tinggi. Seiring waktu, lembaga ini berkembang menjadi lebih dari sekadar tempat
pendidikan, di samping masjid, hingga dianggap sebagai universitas Islam pertama oleh seorang penulis Barat, Nicholas Hans
pada tahun 1958. Universitas Islam ini menjadi salah satu simbol kemajuan pendidikan di dunia Islam pada masa itu.
A. Peran masjid di zaman Rasullah dan para sahabat

Pada bulan Rajab tahun ke-9 hijriah, ketika Rasulullah Saw. bersama umat Islam bersiap-siap untuk
berangkat ke Tabuk untuk menghadapi inovasi Romawi, muncul kabar bahwa orang-orang munafik
secara diam-diam telah membangun sebuah masjid di Dhu Awan. Masjid ini digunakan oleh mereka
untuk berkumpul dan merencanakan perbuatan jahat dengan tujuan mengubah ajaran Allah Swt. serta
memecah-belah umat Muslim, menimbulkan kerusakan, dan bahkan mengajak kepada kekufuran.
Setelah mereka selesai membangun masjid ini, pemimpin orang-orang munafik mendatangi Rasulullah
dan mengundangnya untuk menjalankan shalat di masjid mereka. Namun, Allah Swt. segera
menurunkan surah At-Taubah (9), ayat 108, yang melarang Rasulullah Saw. untuk beribadah di masjid
yang dibangun oleh orang-orang munafik. Dalam sejarah Islam, masjid yang dibangun dengan niatan
untuk merusak dan membahayakan umat Islam disebut sebagai Masjid Dhirar, yang artinya "masjid
bencana," karena tujuannya adalah untuk menimbulkan kerusuhan, kerugian, dan bahaya.
Di sisi lain, Masjid Quba yang dibangun oleh Rasulullah Saw. dianggap sebagai masjid yang didirikan
atas dasar ketaqwaan. Rasulullah kemudian memerintahkan agar Masjid Dhirar dibakar untuk
mencegah perbuatan jahat yang direncanakan di dalamnya.
B. Korelasi institusi masjid dan Pembangunan peradaban manusia

Pada zaman Rasulullah masjid berfungsi sebagai pusat peradaban. Sejak Nabi mendirikan masjid yang pertama, fungsi masjid dijadikan
simbol persatuan umat dan masjid sebagai pusat peribadatan dan peradaban. Sekolah – sekolah dan universitas kemudian
bermunculan justru dari masjid.
Secara etimologi masjid diartikan sebagai tempat untuk sujud. Sedangkan secara terminologi masjid diartikan sebagai tempat khusus
untuk melakukan aktivitas ibadah. Masjid adalah simbol keislaman, artinya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan umat Islam, karena
masjid merupakan bentuk ketundukan umat Islam kepada Allah SWT.
Secara bahasa masjid berasal dari kata sajada-yasjudu-sujudan yang berarti patuh, taat, tunduk dengan penuh hormat, meletakkan
dahi, kedua tangan, lutut, dan kaki ke bumi, atau bersujud adalah bentuk lahiriah yang paling nyata.
Menurut Ali al-Jumbulati (2002:23) masjid juga dipergunakan sebagai tempat untuk mendiskusikan dan mengkaji permasalahan
dakwah Islam. Oleh karena itu, masjid dalam sejarah Islam sebenarnya adalah madrasah pertama setelah rumah Darul Arqam bin
Arqam sahabat Nabi. Di dalam masjid kaum muslimin memecahkan berbagai masalah keagamaan, kemasyarakatan, kebudayaan
bahkan sampai masalah politik. Masjid sebagai tempat berkumpulnya para guru dan murid dalam mengkaji berbagai disiplin ilmu
pengetahuan baik itu ilmu keagamaan dan ilmu keduniaan.
Aktivitas keilmuan di masjid bahkan bisa melahirkan sebuah Pendidikan tinggi atau universitas. Seperti, Pendidikan masjid cordoba di
Spanyol mampu melahirkan ilmuwan besar bernama Ibnu Rusydi dan Ibnu Bajjah. Masjid di Basrah, Irak juga mampu melahirkan
seorang ahli tata Bahasa Arab terkemuka sepanjang masa bernama Sibawaih, dan lain lain.
Perkembangan agama Islam sejak 14 abad silam turut mewarnai sejarah peradaban dunia manusia. Bahkan pesatnya perkembangan
Islam ke Barat dan Timur membuat peradaban Islam dianggap sebagai peradaban yang paling besar pengaruhnya di dunia. Berikut
beberapa bukti kemajuan peradaban Islam kala itu
B. Korelasi institusi masjid dan Pembangunan peradaban manusia

1. Keberadaaan perpustakaan islam dan Lembaga –


Lembaga keilmuan

2. Peninggalam karya intelektual muslim

3. Penemuan – penemuan intelektual yang dapat


mengubah budaya dan tradisi umat manusia

4. Pengarusutamaan nilai – nilai kebudayaan asasi sebagai


manifestasi dari konsep islam, iman, ihsan, dan taqwa
C. PERKEMBANGAN ARSITEKTUR MASJID

Bangunan masjid sendiri sebenarnya sudah mengalami begitubanyak transformasi dan mendapatkan pengaruh dari
berbagaimacam budaya. Pada awal perkembangannya, bangunan masjid pertama kali dibangun pada zaman Nabi
Muhammad Saw. Kemudian, seiring berjalannya waktu, agama Islam sendiri pun semakin mengalami
perkembangan.Perkembangan sebuahmasjid tidak terlepas dari kaidah-kaidah yang dipegang dan harus diperhatikan sesuai
dengan ajaran dalam agama islam. Pada sebuah masjid, tidak boleh terdapat gambar atau ornament berupa makhluk hidup
yang utuh. Sebaliknya ornament yang berada pada masjid sebaiknya menggunakan ornament yang mengingatkan kepada
Allah SWT.

Dalam perkembangannya yang terakhir, masjid mulai memperhatikan kiprah operasional menuju keagamaan dan
kesempuraan kegiatan. Pada garis besarnya operasionalisasimasjid menyangkut beberapa aspek sebagai berikut:
1. Aspek Hissivah (Bangunan)
Belakangan ini bermunculan masjid yang menampakkan gayadan bentuk arsitektur yang beraneka ragam. Terutama di kota-
kota besar, banyak masjid yang berdiri dengan kemewahan dan keindahan. Dalam masalah bangunan fisik masjid, islam
tidakmenentukan dan mengaturnya. Artinya umat islam diberikankebebasan, sepanjang bangunan masjid itu berperan
sebagairumah ibadah dan pusat kegiatan jamaah/islam.
2. Aspek Maknawivah (Tujuan)
Pada masa Rasulallah Saw., pembangunan masjid mempunyaidua tujuan yakni, Masjid dibangun atas dasar taqwa dan Masjid
dibangun atas dasar permusuhan.
3. Aspek ijtima ‘iyah (sosial)
Aspek kegiatan masjid sebenarnya dapat dilihat berdasarkanruang lingkup kelembagaan masjid itu sendiri.
C. PERKEMBANGAN ARSITEKTUR MASJID

Masuknya Islam ke Indonesia tidak hanya berpengaruh pada kehidupan sosial budaya masyarakat
di Indonesia tetapi juga mempengaruhi gaya arsitektur di Indonesia. Ini dibuktikandengan adanya
bangunan Masjid yang menjadi penanda sejarahpenyebaran Islam di tanah air.
Wujud akulturasi dari masjid kuno di Indonesia memiliki cirisebagai berikut :
1. Atapnya berbentuk tumpang yaitu atap yang bersusunsemakin ke atas semakin kecil dan
tingkatan paling atasberbentuk limas. Jumlah ganjil 1, 3 atau 5. Dan biasanyaditambah dengan
kemuncak untuk memberi tekanan akankeruncingannya yang disebut dengan Mustaka.
2. Tidak dilengkapi dengan Menara, seperti lazimnyabangunan masjid yang ada di luar Indonesia
atau yang adasekarang, tetapi dilengkapi dengan kentongan atau beduguntuk menyerukan adzan
atau panggilan sholat.
3. Letak masjid biasanya dekat dengan istana yaitu sebelahbarat alun-alun atau bahkan di dirikan
di tempat-tempatkeramat yaitu diatas bukit atau dekat dengan makam.
D.MASJID DI ERA MODERN SEBAGAI PUSAT INTELEKTUALITAS

PERKEMBANGAN ISLAM DI MADINAH, KEGIATAN UMAT MUSLIM TERPUSAT DI MASJID. SEPERTI YANG TELAH
DIPAPARKAN, MASJID MENJADI SARANA TEMPAT BERDISKUSI, BERTUKAR PIKIRAN, MENYAMPAIKAN WAHYU,
SERTA PENGKAJIAN AKIDAH. SELAIN ITU, RASULULLAH SAW MENJADIKAN MASJID SEBAGAI TEMPAT GEDUNG
PARLEMEN, TEMPAT MENGATUR SEGALA URUSAN PEMERINTAHAN. NAMUN FUNGSI MASJID SEBAGAI PUSAT
PERADABAN PADA MASA RASULULLAH SAW INI LAMBAT LAUN BERGESER DENGAN BERDIRINYA ISTANA
SEBAGAI PUSAT PEMERINTAH. PADA SAAT ITU, PERAN MASJID HANYA UNTUK IBADAH SEMATA.
OPTIMALISASI POTENSI AKAL MERUPAKAN SALAH SATU KATA KUNCI YANG MEMUNGKINKAN ISLAM
MEMBERIKAN KONTRIBUSINYA BAGI PERADABAN DUNIA. ALLAH SWT TELAH MENGANUGERAHI MANUSIA
DENGAN POTENSI AKAL DAN HATI.
DARI TAHUN KE TAHUN JUMLAH MASJID TERUS BERTAMBAH. TETAPI FUNGSIONALISASI MASJID BELUM
OPTIMAL. OLEH KARENA ITU MEMFUNGSIKAN SECARA MAKSIMAL HARUS TERUS DILAKUKAN. UNTUK
MENGISI KEGIATAN MASJID TERSEBUT, MENURUT DIDIN HAFIDHUDDIN DAPAT DILAKUKAN KEGIATAN-
KEGIATAN SEPERTI:
1. MENYELENGGARAKAN KAJIAN-KAJIAN KE ISLAMAN
2. MELAKSANAKAN DISKUSI, SEMINAR, DAN LOKAKARYA
3. MEMBUAT DATA JAMAAH, DILIHAT DARI SEGI USIA, TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENDAPATAN
4. MENGEFEKTIFKAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH
5. MENYELENGGARAKAN TRAINING-TRAINING KELSLAMAN
6. MEMAKSIMALKAN DAKWAH BIL LISAN, DAKWAH BILHAL
7. BERDAKWAH MELALUI BUKU, BROSUR, BULETIN, DAN MAJALAH PADA PERPUSTAKAAN MASJID.
D. MASJID DI ERA MODERN SEBAGAI PUSAT INTELEKTUALITAS

MASJID DIBANGUN GUNA MEREALISASIKAN KETAATAN KEPADA ALLAH,MENGAMALKAN SYARIAT ISLAM, DAN
MENEGAKKAN KEADILAN.MASJID DAPAT BERPERAN SEBAGAI PUSAT PENDIDIKAN KAUM MUSLIM JIKA MASJID
MEMILIKI SARANA DAN PRASARANA YANG MEMADAI, SEPERTI RUANG SHALAT, RUANG KHUSUS WANITA,
RUANG POLIKLINIK, RUANG PERTEMUAN, PERPUSTAKAAN, RUANG UNTUK MEMANDIKAN SERTA
MENGKAFANI MAYAT, RUANG BERMAIN DAN OLAH RAGA
BILA DICERMATI MASJID-MASJID DI INDONESIA MASIH BANYAK YANG FUNGSINYA SEBAGAI TEMPAT
PERIBADATAN SEMATA, YANG KADANG-KADANG SELESAI IBADAH SHALAT 5 WAKTU MASJID AKAN
TERTUTUP RAPAT. MAKA MASJID SEYOGYANYA MAMPU, MELAKUKAN BEBERAPA HAL BERIKUT:
1.PERENCANAAN PROGRAM ATAU MANAJERIAL MASJID YANG TEPAT SASARAN UNTUK JAMAAH
2. MENYEDIAKAN FASILITAS MASJID YANG MEMADAI UNTUK IBADAH,KAJIAN ISLAM, SEMINAR, PENGINAPAN,
DAN RUANG OLAHRAGA
3. MEMBERIKAN KESEJAHTERAAN MARBOT
4. MENYEDIAKAN LAPORAN TRANSPARANSI KEUANGAN
5. MENGGALI SUMBER KEUANGAN MASJID YANG TIDAK DARI SUMBER INFAQ,WAKAF,ZAKAT DAN SEDEKAT
6. MAMPU MENYAPA PENDUDUK MUSLIM DI LINGKUNGAN TERDEKAT MASJID DENGAN SILATURRAHIM DAN
SEDEKAH MASJID BAGI KAUM MISKIN BAIK MUSLIM MAUPUN NON-MUSLIM.
7.MENYEDIAKAN SEKURITAS MASJID HINGGA MASJID MAMPU BUKA 24 JAM DENGAN SISTEM SHIFTING
THANK YOU!

Thank you for


your attention
Don't hesitate to ask any questions!

KELOMPOK 1

Anda mungkin juga menyukai