Anda di halaman 1dari 11

MASJID MADANI

Najmudin, Lc., M.E.


‫إَّنَم ا َيۡع ُم ُر َم َٰس ِج َد ٱِهَّلل َم ۡن َء اَم َن ِبٱِهَّلل َو ٱۡل َيۡو ِم ٱٓأۡلِخ ِر َو َأَقاَم ٱلَّص َلٰو َة َوَء اَتى‬
‫ۡل‬ ‫َٰٓل‬
١٨ ‫ٱلَّز َك ٰو َة َو َلۡم َيۡخ َش ِإاَّل ٱَۖهَّلل َفَعَس ٰٓى ُأْو ِئَك ن َيُك وُنو ِم َن ٱ ُم ۡه َتِد يَن‬
‫ْا‬ ‫َأ‬

Orang yang berhak memakmurkan masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada
Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan salat, menunaikan zakat dan tidak takut
(kepada siapa pun) selain kepada Allah maka merekalah orang-orang yang diharapkan
termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (Qs. At-Taubah [9]: 18)
Makna Simbolik Masjid
• Dalam Alquran, kata masjid terulang sebanyak 28 (dua puluh delapan) kali. Dari
segi bahasa, kata tersebut terambil dari akar kata‫سجد‬sajada‫ سجود‬sujud, yang berarti
patuh, taat, tunduk dengan penuh hormat dan takzim. Perilaku sujud ditandai
dengan tindakan meletakkan dahi, kedua telapak tangan, dua lutut, dan jari jemari
dua kaki ke bumi. Itulah sebabnya mengapa bangunan yang dikhususkan untuk
melaksanakan salat dinamakan masjid, yang berarti “tempat bersujud”.
• Makna simbolik pem-bangunan masjid adalah usaha pembebasan masyarakat dari
syirik dalam berbagai bentuknya sekaligus menyucikan jiwa, hati, pikir-an, tubuh,
dan tindakan manusia dengan berzikir dan beribadah hanya kepada Allah.
Vitalitas Masjid

• Dari segi doktrin maupun


kesejarahan, Masjid merupakan
institusi penting dalam tradisi Islam,
bukan hanya sebagai pusat
peribadat-an, tetapi juga pendidikan
dan pembudayaan.
• Pertama, manusia membutuhkan proses pendidikan untuk
mengenal Allah dan syariat-Nya. Mengenalkan Allah melalui
nama-nama-Nya yang indah (asma’ al-husna) dan firman-Nya
yang ter-maktub dalam Alquran.
• Kedua, masjid merupakan institusi paling penting dalam sejarah
kemanusiaan. Bangunan pertama di muka bumi yang di-bangun
bapak moyang manusia, Nabi Adam AS, adalah Ka’bah. Kemudian
bangunan itu direnovasi oleh the religious father, Nabi Ibrahim
Khalilullah beserta sang putera, Nabi Ismail AS. Ka’bah itu
kemudian menjadi kiblat saat salat dan merupakan pusat kegiatan
ibadah haji bagi umat Muslimin.
• Ketiga, masjid adalah benteng kegiatan dakwah dan peng-ajaran
Islam. Dakwah Rasulullah Saw., pada era Makkah dimulai secara
rahasia, mulai dari keluarga dan kerabat, dengan meng-gunakan
pendekatan individual. Tempat pembinaan kader pada masa awal
Islam yang terkenal adalah Dar al-Arqom, rumah milik al-Arqam
bin Abu al-Arqam, yang terletak di kaki bukit Shofa dekat Masjidil
Haram di Makkah
• Keempat, masjid sebagai tempat mengkaji kitab
suci Alquran (tadarrus Alquran) dan pembudayaan
nilai-nilai Islam. Lebih khusus belajar dan
mendalami Alquran (tafaqquh fi ad-Din)sebagai
sum-ber nilai dan ilmu pengetahuan dalam Islam.
• Kelima, Masjid adalah milik Allah (Qs. 72:18) yang
dibangun di atas lahan wakaf, yang secara hukum
milik publik, dan penge-lolaannya diserahkan
kepada kenadziran yang ditunjuk. Kenadziran
adalah pelaksana administratif yang memimpin,
mengelola, meme-lihara, merawat, dan
melindungi Masjid dari gangguan musuh Allah;
membela rakyat dan menjamin supremasi syari’ah
dan ter-wujudnya izzatul Islam wal muslimin
Masjid dan Rekayasa Sosial
• Di dalam masjid terdapat jamaah. Di dalam jamaah terdapat
imamah. Relasi imamah dan jamaah itu tergambar dalam
aktivitas utama masjid, yakni salat fardhu yang lima waktu.
Dalam sejarah Alquran terlihat dengan nyata bahwa masjid
dengan aktivitas ibadah di dalamnya berhasil melakukan
perekayasaan sosial atas dasar iman dan takwa kepada Allah
Ta’ala
Masjid dan
Pencerahan Intelektual
• Dalam salat Jumat itu terdapat khotbah yang berisi mau’zhah, berupa arahan, perintah
dan larangan, yang disertai janji dan ancaman. Khotbah menjadi media bagi Rasulullah
Saw., untuk mengajarkan tauhid dan pokok-pokok ajaran Islam, Meneg-nalkan Allah,
asma’-Nya yang indah, dan syari’at-Nya yang men-jamin terwujudnya maslahat bagi umat
manusia.
• Rasulullah Saw., menyampaikan isi khotbah dengan te-rencana, sistematis, jelas, tegas,
singkat, padat, dan tidak bertele-tele. Setelah khotbah disampaikan, rasa cinta dan
kerinduan ke-pada Allah terpatri dalam hati para jamaah, yakni sahabat Nabi pada
generasi awal, sehingga mereka bekerja secara produktif dan rela berkorban dalam jalan
jihad dan dakwah demi tegaknya syar’at Islam.
Sistem Pendidikan Masjid, Eksistensi Ulama,
dan Martabat Negara
• Masjid sebagai wadah belajar berakar kuat sejak awal kehadiran Islam pada abad ke-6,
sehingga sangat mustahil membicarakan pendidikan umat Muslimin dengan mengabaikan
Masjid. Pada zaman Nabi, sudut masjid yang digunakan sebagai tempat belajar sekaligus
tempat tinggal pelajar dari kalangan muda yang belum menikah di masjid Nabawi di sebut
shuffah. Dalam perkembangan berikutnya, belajar agama dilakukan di setiap sudut atau
tiang masjid dalam bentuk halaqoh ilmiah (lingkar studi).
• Pada masa kekhalifahaan Umar ibn Khaththab, masjid berfungsi sebagai madrasah umat
Islam secara formal dan sejumlah tenaga pengajar pun secara resmi diangkat oleh khalifah
untuk mengajar Alquran dan Hadis di masjid Kufah, Basrah, Mesir, dan Damaskus.
Kesejahteraan pengajar dan ke-luarganya dijamin oleh negara.
• Sekitar awal abad ke-4/10, masjid sebagai lembaga pendidik-an mulai
dilengkapi dengan asrama bagi para santri. Tokoh yang paling terkenal
sebagai pelopor pembangunan khan (pondok atau asrama) secara besar-
besaran adalah Badr bin Hasanawayh al-Kurdi (w. 405/ 1014).
• Sistem asrama (pondok) dalam tradisi sufi dikenal pada sekitar abad ke-13
M dengan sebutan zawiyah
• Dalam sistem pendidikan masjid itu, muatan kurikulum pen-didikan bukan
hanya pelajaran Alquran dan Hadis, tetapi juga me-nawarkan bidang kajian
yang yang jauh lebih bervariasi, mencakup bahasa dan sastra Arab, tafsir,
qiraat, fikih, kalam, hukum Islam, astronomi, dan kedokteran
Wallahu A’lam

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai