Anda di halaman 1dari 20

PUNCAK PERADABAN PROFETIK MASA ROSULULLAH SAW DAN

IMPLIKASI KEMAJUAN FISIKNYA


Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas Sejarah
Peradaban Islam
Dosen pengampu: Dr. Ahmad Zain Sarnoto,M.A.,M.Pd

Disusun Oleh :
M arham
Ibnu Syafii
Insan Islamanto

i
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PEDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS PASCASARJANA
INSTITUT PTIQ
JAKARTA1443 H / 2022
M

i
BAB I

PENDAHULUAN

Setelah wafatnya Nabi Isa As, kepemimpinan dunia mengalami kekosongan.


Manusia semakin banyak yang menyimpang dari ajaran yang telah dianut. Mereka
memasukan ajaran-ajaran yang ada serta mengubah isi kitab sucinya. Dalam kegelapan
dan kegersangan ini, Allah Swt mengutus Nabi Muhammad Saw., sebagai utusan (Rasul)
dengan membawa ajaran Islam. Nabi Muhammad Saw., lahir dari kalangan kaum Quraisy
terkemuka. Nabi menyiarkan agama Islam pertama kalinya di Makkah selama kurun
waktu sebelas tahun. Kemudian berhijrah bersama kaum muslim ke Yatsrib yang
dikemudian hari disebut Madinah.
Di kota Madinah inilah Nabi Muhammad Saw., mendapat sambutan yang baik
sehingga menjadi tokoh masyarakat, disamping sebagai tokoh agama dan berhasil
meletakkan dasar- dasar kemasyarakatan dalam mencapai terbentuknya masyarakat
tamaddun. Oleh karena itu terjadi perubahan sosial yang sangat mendasar dalam
masyarakat. Untuk menganalisis lebih lanjut tentang peradaban Islam awal, maka
digunakan teori perubahan sosial sebagaimana Soerjono Soekanto katakan. Menurut
Soerjono Soekanto perubahan sosial adalah perubahan-perubahan pada lembaga
kemasyarakatan di suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk
nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku diantara kelompok di masyarakat. Untuk mengungkap
kondisi masyarakat yang ada di Jazirah Arab sejak masa pra-islam hingga datangnya
Islam, dan kemajuan yang dicapai, maka akan dipandu dengan rumusan masalah sebagai
berikut: Bagaimana Kondisi geografis, budaya, dan agama di Arab Pra-Islam?
Bagaimana pranata sosial yang dibangun oleh Nabi Muhammad Saw., dan kemajuan yang
dicapai pada masa awal Islam? Topik itulah yang akan dibahas dalam tulisan ini.

i
BAB II

PEMBAHASAN

PUNCAK PERADABAN PROFETIK MASA ROSULULLOH SAW

A. Perkembangan Islam pada periode Madinah

Hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah tahun 622M sekaligus
menandai lahirnya tahun Islam. Pada masa itu kondisi kaum muslimin masih lemah belum
mampu menentang kaum Quraisy Mekkah. Akhirnya Nabi Bersama sahabat dan umat
Islam lainnya meninggalkan Mekkah pindah ke Yatsrib yang kemudian terkenal dengan
nama Madinah yaitu Kota Nabi. Dikota ini ummat Islam mengalami perubahan yang
besar, mereka mempunyai kedudukan yang baik dan menjadi ummat yang kuat serta dapat
mandiri. Nabipun menjadi kepala Dalam masyarakat yang baru dibentuknya itu, yang
akhirnya menjadi sebuah negara. Inilah tonggak sejarah peradaban Islam dan Islampun
lebih mudah disebarkan sehingga akhirnya dapat menguasai daerah-daerah yang dimulai
dari Spanyol disebelah Barat sampai ke Philipina disebelah Timur dan Afrika Tengah
disebelah Selatan sampai danau Aral disebelah Utara.1

1. Peletakan Dasar-Dasar Kehidupan Bermasyarakat


Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan negara baru ummat Islam di Madinah,
Nabi Muhammad SAW segera meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat. Ada 4
pondasi dasar kehidupan yang dilakukan oleh beliau, sebagai berikut:
a. Pembangunan Masjid
Selain untuk tempat ibadah, Masjid juga sebagai sarana penting untuk
mempersatukan kaum Muslimin sekaligus mempererat tali jiwa mereka. Selain itu
Masjid juga sebagai tempat bermusyawarah mengenai masalah-masalah yang
dihadapi bahkan masjid pada masa Nabi juga berfungsi sebagai pusat
pemerintahan.
1. Pembangunan Masjid Quba

1
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspek, (Jakarta: Diva Press, 2005), hlm. 50

i
Ketika Nabi Muhammad SAW dan para sahabat hijrah menuju Madinah
orang-orang Anshor menanti dengan antusias kedatangan Nabi. Tatkal Nabi
tiba, mereka keluar rumah dan menyambutnya dengan suka cita. Lalu Nabi
Muhammad SAW singgah di Quba selama 5 hari. Di Quba inilah beliau
mendirikan Masjid yang kemudian dikenal dengan sebutan Masjid Quba, ini
adalah masjid pertama yang dibangun setelah masa kenabian.
Masjid Quba dibangun diatas sebidang tanah milik keluarga Kalsum bin
Hadam, dari kabilah Amar bin Auf yang diwakafkannya kepada Nabi
Muhammad SAW. Ketika itu Quba merupakan sebuah Kawasan pinggiran
Yastrib dan terletak sekitar 3 kilometer di Selatan. Dalam beberapa riwayat
telah disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW sendirilah yang mendisain
Masjid tersebut, bahkan beliau ikut bekerja mengangkat bahan material
bangunan sehingga tampak letih yang amat teramat sangat pada wajahnya yang
Mulia itu.
Masjid Quba dibangun pada hari Senin 8 Robiul Awal H atau 23
September 628M. Masjid Quba memiliki 19 pintu dari 19 pintu itu terdapat 3
pintu utama dan 16 pintu. 3 pintu utama berdaun pintu besar dan ini menjadi
tempat masuk para jama’ah kedalam masjid. 2 pintu diperuntukkan untuk
masuk jama’ah masuk laki-laki dan 1 pintu lainnya sebagai pintu masuk
jama’ah perempuan.
Ketika peralihan arah kiblat ummat Islam menghadap ke Masjidil
Haram, masjid Quba mengalami rekonstruksi arah kiblat yang semula
menghadap Baitul Maqdis di Palestina, diputar balik menghadap arah Baitullah
di Makkah.
Kini masjid Quba telah mengalami perbaikan dan perluasan berkali-
kali. Bangunan fisiknya mengalami banyak perkembangan. salah satunya,
keempat menara setinggi 47 meter yang mengelilingi masjid berwarna putih
bersih. Kholifah Umar bin Abdul Azis adalah orang pertama yang membangun
Menara masjid ini.
Selama hidupnya Nabi Muhammad SAW selalu pergi ke masjid Quba
setiap hari Sabtu, Senin dan Kamis. Setelah beliau wafat para sahabat selalu
menziarahi masjid ini dan melakukan sholat di dalamnya.

i
2. Pembangunan Masjid Nabawi
Selain masjid Quba, masjid Nabawi merupakan salah satu masjid yang
dibangun oleh Nabi Muhammad SAW. Masjid ini dibangun pada bulan Robiul
Awal tahun pertama H atau bertepatan pada bulan September 662M saat itu,
nabi sendiri yang meletakkan batu pertamanya, lalu batu kedua ketiga keempat
dan kelima masing-masing diletakkan oleh sahabat Abubakar, Umar, Utsman
dan Ali. Selanjutnya pembangunannya dikerjakan secara gotong royong
sampai selesai.
Ketika itu panjang masjid adalah 70 Hasta dan lebarnya adalah 60 Hasta
atau panjangnya 35 meter dan lebarnya 30 meter. Sebagian Riwayat
mengatakan berukuran 50x50 m2. Pada saat itu lantai masjid adalah tanah
berbatu, atapnya pelepah Kurma dan terdapat 3 pintu namun kini masjid
Nabawi sangat lebar dan megah serta mampu menampung hingga 1 juta
jama’ah.
Sebagaimana dikisahkan dalam hadist area yang hendak dibangun
masjid Nabawi saat itu terdapat bangunan yang dimiliki oleh bani Najjar.
Namun bani Najjar dengan sukarela mewakafkan bangunan dan tanah mereka
untuk pembangunan masjid Nabawi.
Sejak awal berdirinya masjid Nabawi bukan hanya untuk tempat
beribadah, melainkan juga merupakan tempat belajar bagi kaum muslimin
dalam memperoleh pengajaran Islam dan bimbingan Nabi Muhammad SAW.
Selain itu masjid ini juga sebagai tempat pertemuan dan untuk mempersatukan
berbagai unsur kekabilahan dan sisa-sisa pengaruh perselisihan semasa
jahiliyah. Dan juga Masjid Nabawi sebagai tempat mengatur segala urusan
sekaligus sebagai Gedung parlemen untuk bermusyawarah dan menjalankan
roda pemerintahan yang dibangun oleh Nabi Muhammad SAW.
Selain itu semua, Masjid Nabawi juga dijadikan tempat, tinggal dan
bermukim orang-orang Muhajirin yang miskin, yang datang ke Madinah tanpa
memiliki harta, tidak memiliki kerabat, atau yang msih belum berkeluarga.
Pada tahun ke-4 H, Masjid Nabawi mengalami perbaikan untuk pertama
kalinya. Lantai diperbaiki dengan lantai dari batu bata. Setelah itu, masjid
Nabawi berulang kali mengalami perbaikan dan perluasan. Kemudian pada
tahun 7 H, Nabi Muhammad SAW, mengambil kebijakan untuk memperluas
masjid Nabawi karena jumlah ummat Islam semakin banyak dan masjid

i
menjadi penuh. Beliau menambahkan masing-masing 20 hasta untuk Panjang
dan lebar masjid. Utsman bin Affwan adalah orang yang menanggung biaya
pembebasan tanah untuk perluasan masjid, peristiwa ini terjadi sepulangnya
beliau dari perang Khaibar.
Banyak keistimewaan yang dimiliki oleh masjid Nabawi. Selain sebagai
salah satu masjid tertua dan dibangun langsung oleh Nabi Muhammad SAW,
serta menjadi saksi sejarah perjuangan beliau dalam mengembangkan syiar
Islam, masjid ini juga tempat peristirahatan baginda Rosul. Beliau dimakamkan
ditengah-tengah bagian masjid Nabawi. Makam Nabi tidaklah sama dengan
makam-makam lainnya yang ada di dunia. Makamnya ditutup dan dibatasi oleh
pagar yang tinggi serta berhiaskan kaligrafi-kaligrafi.
b. Ukhuwah Islamiyyah; Persaudaraan Sesama Muslim
Dalam meletakkan dasar kehidupan ummatnya, Nabi Muhammad SAW,
mempersaudarakan antara orang-orang yang hijrah dari Makkah ke Madinah
(Muhajirin), dengan penduduk Madinah yang sudah masuk Islam dan ikut
membantu kaum Muhajirn tersebut (Anshar). Dengan demikian diharapkan, setiap
muslim merasa terikat dalam satu persaudaraan dan kekeluargaan. Beliau
melakukan ini bertujuan untuk menciptakan suatu bentuk persaudaraan yang baru,
yaitu persaudaraan berdsarkan agama, menggantikan persaudaraan berdasarkan
darah atau kabilah.
Ada beberapa orang yang dipersaudarakan, diantaranya ialah:
 Amar bin Yatsir (Muhajirin) dengan Huzaifah al-Yamani (Anshar),
 Abu Bakar dengan Kharjah bin Zaid,
 Ustman bin Affan dengan ‘Aus bin Sabit,
 Umar bin Khathab dengan Utbah bin Malik,
 Abu Dzar al-Ghiffari dengan al Mundzir bin Amr,
 Mus’ab bin Umair dengan Abu Ayyub,
 Abu Ubaidah Amir al-Jarrah dengan Sa’ad bin Ma’az,
 Zubair bin Al-Awwam dengan Salam bin Waqash,
 Abdurrahman bin ‘Auf dengan Sa’ad bin Rabi’ dan
 Thalhah bin Ubaidillah dengan Ka’ab bin Malik.

i
c. Persahabatan dengan orang diluar Islam
Nabi Muhammad SAW, menjalin hubungan persahabatan dengan pihak-pihak
lain yang tidak memeluk agama Islam. Di Madinah, selain orang-orang arab Islam,
juga terdapat golongan masyarakat Yahudi (bani Nadhir, bani Quraizhah, dan bani
Qainuqo’) dan orang-orang arab yang masih menganut agama nenek moyang
mereka. Agar stabilitas masyarakat dapat diwujudkan, Nabi Muhammad SAW,
mengadakan ikatan perjanjian dengan mereka.
Dalam perjanjian tersebut dengan jelas disebutkan bahwa Nabi Muhammad
SAW menjadi kepala pemerintah karena sejauh menyangkut peraturan dan tata
tertib umum, otoritas mutlak diberikan kepada Beliau. Dalam bidang social, beliau
juga meletakkan dasar persamaan antara sesama manusia. Perjanjian ini dalam
pandangan ketatanegaraan sekarang sering disebut dengan “Piagam Madinah” atau
“Konstribusi Madinah”.
Adapun pokok-pokok ketentuan Dalam Piagam Madinah, antara lain ialah
sebagai berikut. 2
 Seluruh masyarakat yang menandatangani harus bersatu padu di bawah paying
perdamaian.
 Jika salah satu kelompok yang turut menandatangani piagam tersebut diserang,
maka kelompok yang lain harus membelanya.
 Tidak boleh pada satu kelompok pun yang menggalang Kerjasama dengan kafir
Quraisy atau membantu mereka melakukan perlawanan terhadap masyarakat
Madinah.
 Orang Islam, Nasrani dan Yahudi serta seluruh masyarakat Madinah yang lain
bebas memeluk agama dan keyakinan masing-masing dan mereka dijamin
kebebasannya dalam menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
keyakinanya masing-masing.
 Urusan pribadi atau perseorangan, atau perkara-perkara kecil kelompok
nonmuslim tidak harus melibatkan pihak-pihaklain secara keseluruhan.
 Setiap bentuk penindasan dilarang.
 Mulai hari ini, segala bentuk pertumpahan darah, pembunuhan, dan
penganiyaan diharamkan di seluruh negeri Madinah.

2
Ali Mufrodi, Islam Dikawasan Arab, (Jakarta: Logos, 1997), hlm. 46

i
 Muhammad SAW menjadi kepala pemerintahan Madinah dan memegang
kekuasaan peradilan yang tinggi.

d. Meletakkan Dasar-dasar Politik, Ekonomi, dan Sosial


Dengan segala usaha kegigihannya, Nabi Muhammad SAW telah membentuk
Kota Madinah menjadi sebuah kehidupan yang mulia dan penuh dengan nilai-nilai
utama. Sejak beliau hijrah ke kota ini terjadi sebuah persaudaraan yang jujur dan
kokoh, ada solidaritas yang erat diantara anggota masyarakat. Dengan demikian,
inilah masyarakat Islam pertama yang dibangun beliau dengan asas-asasnya yang
abadi.
Demi mencapai kesejahteraan dan kedamain masyarakat saat itu, Nabi
Muhammad SAW, meletakkan dasar-dasar politik, ekonomi, dan social. Dasar-
dasar tersebut antara lain sebagai berikut:
 Nabi Muhammad SAW, berusaha menetapkan dan menegakkan hukum-hukum
privat, misalnya hukum keluarga, baru kemudian masalah-masalah public
seperti interaksi social.
 Dalam masalah social-politik, Nabi Muhammad SAW membangun dasar-dasar
sistem musyawarah.
 Dalam sistem ekonomi, munculnya sistem baru Dalam perdagangan, yakni
sistem dagang nonribawi yang melarang adanya eksplaitasi, monopoli, dan
rentenir.
 Dalam bidang kemasyarakatan, dibuatlah dasar-dasar sistem sosial, seperti
persaudaraan, persamaan, toleransi, perundingan dan kerja sama.
B. IMPLIKASI KEMAJUAN FISIK MASA RASULULLAH
Tidak dapat dipungkiri, Madinah adalah sebuah kota yang majemuk. Di dalamnnya
ada berbagai etnis yang memeluk berbagai agama. tidak heran konflik antaretnis atau
antarumat beragama pun seringkali terjadi. Hal inilah yang kemudian mendorong
Rasulullah saw. mengajak seluruh masyarakat Madinah untuk membuat semacam kode
etik yang disepakati oleh semua pihak, sehingga dapat menjadi acuan dalam
menegakkan hukum di bumi Madinah. Tidak lama kemudian, ajakan itu terealisasi
juga. Perjanjian yang berisi tentang hak dan kewajiban setiap golongan warga Madinah

i
itu kemudian dikenal dengan sebutan “Piagam Madinah”. Adapun hal-hal pokok yang
tertulis dalam perjanjian ini adalah sebagai berikut:
 Kaum muslimin Madinah adalah satu umat, dan akan memerangi siapa pun yang
melalukan kezaliman, kejahatan, dan permusuhan terhadap mereka
 Kaum Musyrikin Madinah tidak wajib melindungi harta dan jiwa kaum kafir Quraisy,
dan tidak akan merintangi tindakan kaum mukminin atas mereka
 Kaum Yahudi wajib turut seta bersama kaum mukminin dalam peperangan
 Kaum Yahudi dari Bani ‘Auf dipandang sebagai bagian dari kaum mukminin
 Kaum Yahudi tetap pada agama mereka, dan demikian pula dengan kaum muslimin
 Kaum Yahudi dari berbagai kabilah Yahudi di Madinah diperlakukan sama dengan
orang-orang Yahudi dari Bani ‘Auf
 Kaum Yahudi dan muslimin harus memikul biayanya masing-masing dalam
menjalankan kewajibannya memberikan pertolongan secara timbal balik ketika
melawan pihak lain yang memerangi salah satu pihak yang terikat dalam perjanjian itu
 Semua pihak harus senantiasa saling berbuat kebajikan dan saling mengingatkan ketika
ada yang berbuat zalim
 Semua pihak wajib saling membantu dalam melawan pihak yang menyerang Madinah
 Setiap orang dijamin keselamatannya untuk meninggalkan atau tetap tinggal di
Madinah, kecuali yang berbuat kejahatan
 Bahwasanya Allah-lah pelindung pihak yang berbuat kebajikan dan taqwa.

Dengan perjanjian ini, kita lihat bahwa keberadaan Rasulullah saw. di Madinah ternyata
tidak hanya berperan sebagai rasul, melainkan ia juga berperan sebagai seorang negarawan.
Dengan piagam inilah kesatuan dan persatuan yang kokoh dikalangan masyarakat Madinah
dapat tercipta. Meskipun beberapa kali kaum Yahudi menghianati perjanjian ini, dan
melakukan taktik untuk memecah belah persatuan kaum Muslimin di Madinah, namun
keberadaa piagam ini tetap tidak tergoyahkan. Hal ini tampak jelas ketika kaum muslimin tetap
bersatu dalam melewati serangkaian peristiwa, seperti pada perang Badar, Uhud, dan Khandaq.
Secara garis besar, langkah dakwahh yang dilakukan Rasulullah saw.

di Madinah bermuara pada satu tujuan, yaitu menciptakan perdamaian seutuhnya di bumi
Madinah, hal itu dapat kita lihat melalui tiga hal berikut ini:

 Diperdamaikannya antara Aus dan Khazraj;


 Dipersaudarakannya kaum Muhajirin dan Anshar serta

i
 Dipersatukannya masyarakat Madinah melalui Piagam Madinah

A. Pembinaan Masyarakat

Diketahui bersama bahwa ketika Rasulullah saw tiba di kota Madinah, maka bertemulah
beberapa unsur kelompok masyarakat yang berbeda,3 yang merupakan kewajiban sekaligus
tantangan bagi beliau untuk membentuknya menjadi sebuah masyarakat yang bermartabat,
dibangun di atas pondasi yang kokoh, dan memiliki tata aturan yang mengatur tingkah laku
dan cara pergaulan di antara mereka. Pembentukan masyarakat Islami untuk pertama kalinya,
dikerjakan sendiri oleh Rasulullah saw. Dengan demikian beliau memberi pelajaran kepada
kita bagaimana seharusnya masyarakat Islam itu terbentuk, langkah-langkah apa saja yang
dilakukan oleh Rasulullah dalam membina masyarakat Madinah yang heterogen itu, menjadi
satu keluarga besar, yang memperhatikan seluruh anggota masyakaratnya tanpa memandang
asal suku dan kabilahnya. Itulah keluarga Islam "masyarakat Islam". Berikut penjelasan
beberapa langkah praktis yang dilakukan oleh Rasulullah dalam membentuk masyarakat Islam
itu:

1. Pembinaan Melalui Masjid

Sesampainya di Madinah, Rasulullah saw. segera menegakkan masyarakat islam yang kokoh
dan terpadu, dan sebagai langkah pertama kearah itu, Rasulullah saw membangun
masjid.4Tidaklah heran kalu masjid merupakan asas utama dan terpenting bagi pembentukan
masyarakat Islam, karena masyarakat Islam tidak akan terbentuk kokoh dan rapi kecuali
dengan adanya komitmen terhadap sistem, aqidah dan tatanan Islam, hal ini hanya bisa
ditumbuhkan melalui semangat masjid.5Masjid itu bukan sekedar tempat untuk melaksanakan
shalat semata, tetapi juga menjadi sekolah bagi orang-orang Muslim untuk menerima
pengajaran dan bimbingan-bimbingan Islam, sebagai balai pertemuan dan tempat untuk
mempersatukan berbagai unsur kekabilahan dan sisa-sisa pengaruh perselisihan semasa
Jahiliyah, sebagai tempat untuk mengatur segala urusan dan sekaligus sebagai gedung
parlemen untuk bermusyawarah dan menjalankan roda pemerintahan.6

2. Pembinaan Melalui Persaudaraan Sesama Kaum Muslimin

3
Ahmad Shalaby, Masyarakat Islam, Jogyakarta: 1957. Hlm. 38
4
Beirut: Muassasah Arrisalah. 1999. hlm. 184
5
Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy, Sirah Nabawiyah, Jakarta: Rabbani Press, 2001, hal. 171
6
Syaikh Shafiyyur Rahman Al-Mubarakfury, Ar-Rahiqul Maktum, Bahtsun Fis-Sirah An-Nabawiyah Ala
Shahibiha Afdhalish-Shalati Was-Salam, hlm. 185

i
Sebagai langkah selanjutnya, Rasulullah mempersaudarakan para sahabatnya dari kaum
Muhajirin dan Anshar.7 Sebab masyarakat manapun, tidak akan berdiri tegak, kokoh tanpa
adanya kesatuan dan dukungan anggota masyarakatnya. Hal ini dilakukan oleh Rasulullah
dengan maksud merekatkan hubungan antara kabilah-kabilah kaum Muhajirin dan lebih
khusus merekatkan hubungan suku Aus dan suku Khazraj yang sering berperang sebelum
kedatangan Rasulllah ke Madinah. Menurut Imam Abdur Rahman al-Khats'ami dalam
kitabnya Ar-Raudhul Unuf menyebutkan: "maksud dari persaudaraan ini adalah untuk
menghilangkan kesepian lantaran meninggalkan kampung halaman mereka, dan menghibur
karena berpisah dengan keluarga, disamping agar mereka saling membantu satu sama lain".8

Untuk melihat gambaran kedekatan dan itsar di antara mereka. Allah SWT
menggambarkannya dengan indah dalam al-Qur'an, surat al-hasyr ayat 9:

"Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum
(kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada
mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka
terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan
(orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan
siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung." (Q.S.
Al-Hasyr:9

3. Perjanjian Kaum Muslimin Dengan Orang-orang di Luar Islam

Setelah Rasulullah mengokohkan persatuan kaum Muslimin, dan telah berhasil


memancangkan sendi-sendi masyarakat Islam yang baru, dengan menciptakan kesatuan
aqidah, politik dan sistem kehidupan di antara orang-orang Muslim, maka langka selanjutnya
yang dilakukan oleh Rasulullah adalah menawarkan perjanjian damai kepada golongan atau
pihak di luar Islam. Perhatian beliau pada saat itu adalah bagaimana menciptakan keamanan,
kebahagiaan dan kebaikan bagi semua manusia, mengatur kehidupan di daerah itu dalam satu
kesepakatanSecara garis besar perjanjian antara rasulullah dengan golongan di luar Islam yang
kemudian dikenal dengan nama Piagam Madinah, dapat disebutkan empat prinsip hukum yang
terkandung di dalamnya, yaitu :

Menurut Badri Yatim, Piagam Madinah yang lengkapnya itu terdiri dari empat bagian, yaitu:

7
Ahzami Samiun Jazuli, Hijra dalam Pandangan Al-Qur'an, Jakarta: Gema Insani Press, 2006. hlm. 262
8
Ahmad Shalaby, Masyarakat Islam, Jogyakarta. 1957. hlm. 41-42

i
 Bagian pertama: terdiri dari 28 pasal, isinya banyak menyangkut hubungan anshar dan
Muhajirin;
 Bagian kedua: menyangkut tentang hubungan umat Islam dengan kaum Yahudi;
 Bagian ketiga: ditulis setelah perjanjian Hudaibiyah, karena banyak orang yang pindah
ke Madinah;
 Bagian keempat: berkenaan dengan kabilah yang baru masuk Islam, isinya
menjelaskan bahwa terhadap kabilah yang baru masuk Islam berlaku apa yang sudah
berlaku bagi kabilah yang sudah lama memeluk Islam.9

B. Perjanjian Hudaibiyah

Perkembanngan yang terjadi diJazirah Arab semakin menguntungkan pihak kaum Muslimin.
Sedikit demi sedikit sudah mulai terlihat sinyal-sinyal kemenangan yang besar dan
keberhasilan dakwah Islam. ketika masih di Madinah, Rasulullah saw. bermimpi bahwa beliau
bersama para sahabat memasuki Masjidil Haram, mengambil kunci Ka’bah, melaksanakan
Tawaf dan Umrah, sebagian sahabat ada yang mencukur, dan sebagian yang lain ada yang
memendekkan rambutnya. 10 Beliau menyampaikan mimpinya ini kepada para sahabat, dn
mereka tampak senang. Menurut perkiraan mereka, pada tahun ini pula mereka bisa memasuki
Mekkah. Tidak lama kemudian, beliau mengumumkan hendak melakukan Umrah. Orang-
orang Badui yang mendengar niat Rasul in ijuga berdatangan untuk bergabung. Kemudian
Rasul mencuci pakaian dan menaiki unta beliau yang bernama Al-Qashwa.11Keberangkatan
Rasul tepat pada hari senin tanggal 1 Dzulqa’idah 6H dan diantara istri beliau yang ikut adalah
Ummu Salamah, dan adapun jumlah sahabat yang ikut ada 1400 orang.

1. Isi Perjanjian Hudaibiyah

 Gencatan senjata selama sepuluh tahun.


 Orang Islam dibenarkan memasuki Makkah pada tahun berikutnya, tinggal di Makkah
selama tiga hari sahaja dengan hanya membawa senjata bersarung.
 Bekerja sama kepada perkara yang membawa kebaikan.

9
Haidar Putra dan Nurgaya Pasa. 2012. Pendidiakan Islam. Medan: Kencana. Hlm.35-36.
10
Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuyi. Syirah Nabawiyah. 2009. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. hlm. 385.
11
Ibid.

i
 Orang Quraisy yang lari ke pihak Islam tanpa kebenaran keluarga dikembalikan
semula.
 Orang Islam yang lari ke pihak Quraisy tidak perlu dikembalikan.
 Kedua-dua pihak boleh membuat perjanjian dengan mana-mana kabilah Arab tetapi
tidak boleh membantu peperangan.

2. Hikmah Perjanjian Hudaibiyah

 Berkembangnya syiar Islam.


 Kehidupan masyarakat aman dan damai.
 Pengiktirafan Rasulullah dan negara Islam di Madinah.
 Membuka jalan kepada pembebasan Mekah daripada Musyrikin Quraisy.
 Orang Islam dapat membuat perhubungan dengan kabilah Arab yang lain.

C. Fathul Mekkah (Pembebasan Kota Mekkah) (20 Ramadhan 8 Hijriah)

Fathul Mekkah merupakan peristiwa yang paling dinantikan kaum muslimin. Sebab itu
kejadian ini dianggap kemenangan yang terpenting bagi Islam dan kaum muslimin. Dengan
kemenangan itu, Allah memuliakan Nabi-Nya secara khusus dan umat Islam pada umumnya.
Peristiwa Fathul Mekkah ini terjadi setelah melalui rangkaian tahun yang terus-menerus diisi
dengan dakwah, jihad dan penyampaian risalah Islam. Dengan begitu, Fathul Mekkah menjadi
salah satu fase dakwah yang terpenting dalam Islam. Selain itu, Fathul Mekkah seakan menjadi
puncak perjuangan Rasulullah berada diwilayah tersebut, sekaligus menjadi awal perjuangan
generasi setelahnya untuk menyempurnakan dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Inilah
yang dilakukan para Khulafaur Rasyidin setelah Rasulullah. Hasil Penting dari Peristiwa
Pembebasan Mekkah, yaitu:

Rasulullah bersama kaum muslimin menghancurkan berhala di Ka’bah dan sekitarnya. Dengan
demikian, berakhirlah paganisme di wilayah jazirah Arab.

Masuknya Quraisy ke pangkuan Islam menjadikan kabilah-kabilah Arab di seluruh Jazirah


Arab bisa bertemu Rasulullah untuk masuk Islam. Peristiwa inilah yang dilakukan Rasulullah
selama dua tahun: tahun 9 sampai 10 H. Banyak kabilah yang berdatangan kepada Rasulullah
untuk mengikrarkan keIslaman mereka.

i
D. Haji Wada’

Haji Wada’ dikenal juga dengan nama Haji Perpisahan Nabi Muhammad Saw. Rasulullah saw.
Mengumumkan niatnya untuk melaksanakan haji yang mabrur. Maka manusia datang
berbondong-bondong ke Madinah, yang semua hendak ikut beliau. Pada hari sabtu 14 hari
sebelum habisnya bulan Dzulqa’idah,12beliau berkemas-kemas untuk berangkat, dengan
menyiapkan bekal perjalanan, berminyak dan mengenakan mantel.13 Tahun kesebelas Hijrah,
haji pertama Rasulullah dan kaum Muslimin tanpa ada seorang musyrik pun yang ikut
didalamnya, Untuk pertama kalinya pula, lebih dari 10.000 orang berkumpul di Madinah dan
sekitarnya, menyertai Nabi melakukan perjalanan ke Makkah, dan sekaligus inilah haji terakhir
yang dilakukan oleh Rasulullah. Rombongan haji meninggalkan Madinah tanggal 25
Dzulqadah , Rasulullah disertai semua isterinya, menginap satu malam di Dzi Al-Hulaifah,
kemudian melakukan Ihram sepanjang Subuh, dan mulai bergerak. Setelah seluruh manasik
haji dilakukan, Rasul memerintahkan untuk kembali ke MadinahAl-Munawarah tanpa
mengambil waktu untuk istirahat, agar perjuangan ini terasa murni karena Allah dan di jalan-
Nya.14

1. Kondisi Agama

Mayoritas penduduk Jazirah Arab di masa Jahiliyah menyembah berhala. Sedangkan


minoritas di antara mereka ada orang Yahudi di Yatsrib, orang Kristen Najran di Arabia
Selatan dan sedikit yang beragama Hanif di Makkah. Agama berhala pertama kali dibawa
dari Syam ke Makkah oleh ‘Amru bin Luhay, dan diterima sebagai agama baru oleh Bani
Khuza’ah, satu keturunan dengan ‘Amru di saat itu sebagai pemegang kendali Ka’bah.
Kemudian agama berhala ini berkembang pesat menjadi agama mayoritas penduduk kota
Makkah. Setiap kabilah mempunyai berhala sendiri. Jenis dan bentuk berhala bermacam-
macam, tergantung persepsi mereka tentang tuhannya. Nama-nama berhala itu yakni, al-
Latta, al-‘Uzza, al-Manat, Wadd, Suwa’, Yaguts, Ya’uq, dan Nasr.15

Orang Quraisy sebagai penguasa terakhir untuk Ka’bah

memiliki beberapa berhala, yang terbesar adalah Hubal yakni patung paling diagungkan.
Patung tersebut terbuat dari batu aqiq berwarna merah dan berbentuk manusia. Tiga berhala

12
Fathul Bari, 8/104
13
Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuyi. Syirah Nabawiyah. 2009. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. hlm. 545
14
Shahih Al-Bukhari. Kitabul Manasik. 2/631.
15
Benitius Brevoort OFMCap, Filsafat Dan Teologi Islam (Medan: STFT St. Yohanes, 2011), 10.

i
terkenal lainnya adalah al-Lãta terletak di Thaif, al-‘Uzza bertempat Nakhlah sebelah timur
Makkah, kedudukannya terbesar kedua di bawah Hubal. Kemudian al-Manãta bertempat
di Yatsrib, lebih popular di kalangan suku Aus dan Khazraj. Ketiga berhala tersebut
namanya tercantum dalam al-Qur’an surah al-Najm : (53: 19-23).16 Berhala- berhala tersebut
oleh mereka dijadikan sebagai tempat menanyakan nasib baik dan nasib buruk.

Ka’bah yang dahulu dibangun oleh Nabi Ibrahim As., dan anaknya Nabi Isma’il As.,
menjadi berubah fungsi. Jika Ka’bah dahulu sebagai tempat beribadah bagi agama hanif
seperti yang diajarkan Nabi Ibrahim, tetapi oleh orang-orang Arab berubah untuk
menyembah berhala yang mereka tempatkan. Agama Yahudi dibawa masuk ke
semenanjung Arabia oleh orang Israel dari Palestina. Kemudian mereka menetap di
Yaman, Khaibar dan Yatsrib. Selanjutnya adanya pengaruh dari orang-orang Arab, sehingga
suku Aus dan Khazraj bergegas masuk Islam menyongsong Nabi ke Makkah. Sebab
diantara mereka selalu terjadi percekcokan dan perselisihan.17 Sedangkan agama Kristen
dianut oleh suku-suku di sebelah utara Jazirah Arab yang dikembangkan pendeta-pendeta
kerajaan Bizantium. Di Yaman, sebelah selatan Jazirah Arab terutama Najran terdapat
penduduk Arab beragama Kristen. Agama Kristen di sebelah selatan datang dari kerajaan
Habsyi (Ethiopia). Sementara itu, ada perorangan yang meninggalkan penyembahan
berhala dan kebiasaan jahiliyah. Mereka percaya akan adanya Tuhan Yang Maha Esa, dan
hari berbangkit. Di antaranya Waraqah ibn Naufal, seorang tua yang hafal Injil, percaya
bahwa Muhammad adalah Nabi yang disebut dalam kitab suci tersebut. Di kalangan orang
Badwi ada yang menyembah pohon, bulan dan bintang. Menurut mereka kehidupan itu
diatur oleh bulan dan bintang bukan matahari, bahkan matahari menurut mereka merusak
tanaman dan ternak. Disaat kondisi di jazirah Arab yang sedemikian parah, maka, terlahirlah
Muhammad Saw., di Makkah tahun 570 M atau disebut tahun Gajah.15

Dinamakan demikian karena saat itu tentara Etiopia yang dikepalai oleh Abraha berusaha
menyerang Makkah (Ka’bah) dengan membawa gajah-gajah. Serangan tersebut tidak
berhasil dilakukan sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. Al-Fiil (105: 1-5).18

16
Kementtrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Klaten: CV. Sahabat, 2013), 526. Apakah patut kamu
(hai orang-orang musyrik) menganggap al Lata dan al Uzza (19), dan Manah yang ketiga, yang paling
terkemudian (sebagai anak perempuan Allah) (20). Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah
(anak) perempuan? (21), Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil (22), Itu tidak lain hanyalah
nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengadakannya; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun
untuk (menyembah) nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh
hawa nafsu mereka dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka. (23).
17
Brevoort OFMCap, Filsafat Dan Teologi Islam, 11.
18
Kementtrian Agama RI, Al-Qur’an, 601. Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah
bertindak terhadap tentara bergajah? (1). Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk

i
Ayah Muhammad bernama Abdullah yang telah meninggal dunia ketika Muhammad
masih dikandung oleh ibunya (Aminah). Selanjutnya diasuh dan disusui oleh Halimah binti
Abi Dhua’ib dari Banu Sa’d. Tatkala berumur lima tahun, ia dikembalikan lagi ke ibunya
(Aminah). Tetapi setahun kemudian ibunya juga meninggal. Akhirnya diasuh oleh kakeknya
(Abdul Muthalib) hingga usia delapan tahun. Demikian juga kakeknya meninggal, terakhir
diasuh oleh pamannya (Abu Thalib) hingga usia belasan tahun, dan pandai berdagang.19

Ketika usia Muhammad dua puluh lima tahun, maka ia menikah dengan Siti Khadijah.
Melihat moral masyarakat yang kacau, ia banyak pergi ke gua hiro untuk kontemplasi.
Tatkala sudah berusia 40 tahun turunlah wahyu pertama yakni surat al-Alaq ayat 1-5.
Dengan wahyu pertama ini, Muhammad diangkat sebagai nabi Allah. Pada masa ini, ia
belum disuruh untuk menyeru kepada umatnya. Adapun yang pertama kali meyakini dan
mengikuti ajarannya adalah istrinya (Khadijah), Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib, dan Zaid
ibn Haritsah.20

Setelah dakwah berjalan tiga tahun secara diam-diam, nabi diperintahkan oleh Allah
untuk melakukan dakwah secara terang- terangan. Pada tahap inilah kaum Quraisy merasa
terancam dengan berkembangnya dakwah Islam. Mereka berusaha menghalang- enyiksa
mereka yang lemah, bahkan membunuhnya. Ada lima faktor yang mendorong kaum Quraisy
menentang Islam yaitu: pertama, mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan
kekuasaan. Mereka beranggapan bahwa, tunduk kepada seruan Muhammad berarti tunduk
kepada kepemimpinan Bani Abd al- Muthalib. Kedua, seruan nabi yang menyamakan
kedudukan bangsawan (konglomerat) dengan hamba sahaya. Sabda nabi, “kedudukan
manusia sama seperti gigi-giginya sisir.

Ketiga, para pemimpin mereka tidak dapat menerima ajaran tentang kebangkitan kembali
dan pembalasan di akhirat. Keempat, taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang
berurat berakar pada bangsa Arab. Kelima, pemahat dan penjual patung memandang Islam
sebagai penghalang rezki mereka. Menurut M. Abdul Karim bahwa, diantara faktor-faktor
tersebut diatas ada yang paling menggetarkan kaum konglomerat (bangsawan). Jika Nabi
Muhammad berkuasa, ekonomi mereka yang sentralistis dan dikuasai segelintir orang akan
sangat terancam, karena sistem ekonomi Islam mensejahterahkan rakyat banyak.

menghancurkan Ka'bah) itu sia-sia? (2). Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-
bondong,(3), yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar,(4), lalu Dia menjadikan
mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).
19
Brevoort OFMCap, Filsafat Dan Teologi Islam, 13.
20
M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam (Yogyakarta:Bagaskara, 2015), cet. vi, 63.

i
Tatanan Sosial yang dibangun Nabi Muhammad Saw

Periode khilafah awal merupakan sebuah periode munculnya tatanan sosial baru sebagai
implikasi ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad yang berisi nilai-nilai samawi
tentang tatanan kehidupan duniawi dan ukhrawi. Dalam konteks ini, ide-ide yang
terkandung dalam al-Qur’an mempengaruhi struktur sosial kemasyarakatan. Pengaruh nilai
dan moralitas al-Qur’an yang dibawa oleh Nabi Muhammad termanifestasi dalam sejarah
peradaban Islam.21

Tahun Islam dimulai dengan hijrahnya Nabi Muhammad Saw., dari Mekah ke Madinah
di tahun 622 M. Umat Islam di waktu itu masih dalam kedudukan lemah, tidak sanggup
menentang kekuasaan yang dipegang kaum pedagang Quraisy yang ada di Mekkah.
Akhirnya Nabi bersama sahabat dan umat Islam lainnya meninggalkan kota Mekkah dan
pindah ke Yasrib, yang kemudian terkenal dengan nama Madinah atau kota Nabi. Bukan
hanya sekedar berpindah untuk menghindarkan diri dari ancaman, tekanan orang kafir
Quraisy dan penduduk Mekkah yang tidak menghendaki pembaharuan terhadap ajaran
nenek moyang mereka. Tetapi mengandung maksud untuk mengatur potensi dan menyusun
srategi dalam menghadapi tantangan lebih lanjut, sehingga nanti terbentuk masyarakat baru
yang didalamnya bersinar kembali mutiara tauhid warisan Nabi Ibrahim yang akan
disempurnakan oleh Nabi Muhammad Saw., melalui wahyu Allah Swt.

Di kota Madinah ini keadaan Nabi dan umat Islam mengalami perubahan yang cukup
22
besar, Islam mendapat lingkungan baru di kota Madinah. Lingkungan yang
memungkinkan bagi Nabi Muhammad Saw., untuk meneruskan dakwahnya,
menyampaikan ajaran Islam dan menjabarkan dalam kehidupan sehari-hari. Kalau di
Mekkah mereka sebelumnya merupakan umat lemah yang tertindas, di Madinah mereka
mempunyai kedudukan yang baik dan menjadi umat yang kuat dan dapat berdiri sendiri.
Nabi Muhammad Saw., menjadi kepala dalam masyarakat yang baru dibentuk, dan
dikemudian hari akhirnya menjadi sebuah Negara. Dengan adanya kekuasaan di
tanggan Nabi, Islam pun lebih mudah disebarkan. Dalam rangka memperkokoh masyarakat
dan negara baru maka, Nabi Muhammad Saw., segera meletakkan dasar-dasar kehidupan
bermasyarakat.

21
Syamsul Bakri, Peta Sejarah Peradaban Islam (Yogyakarta: Fajar MediaPress, 2011), cet. 1, 15-16.
22
http://kumpulantugassekolahdankuliah.blogspot.co.id/2015/01/perkembangan-islam-pada-masa-
rasulullah.html. Di akses pada senin 31 oktober 2022 pukul 13: 30 Wib.

i
KESIMPULAN

Bertitik tolak dari peletakan dasar masyarakat Islam di Madinah, maka terjadilah
perubahan sosial yang sangat dramatik dalam sejarah kehidupan manusia. Hal ini
disebabkan karena Nabi Muhammad Saw., dengan ajarannya memberi suasana yang
kondusif bagi timbulnya peradaban manusia dalam segala bidang. Diantara perubahan
yang terjadi dibawah oleh Nabi Muhammad Saw, antara lain:
Pertama dari segi agama, Bangsa Arab yang semula menyembah berhala berubah
menganut agama Islam yang setia. Mereka berbondong-bondong masuk agama Islam
secara suka rela tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Kedua, dari segi kemasyarakatan yang awalnya terkenal sebagai masyarakat yang
tidak mengenal perikemanusian (jahiliyyah), misalnya membunuh, meminum minuman
keras, berjudi, perbudakan, tidak menghargai martabat wanita. Akhinya berubah menjadi
bangsa yang disiplin terhadap nilai-nilai kemanusiaan sehingga tidak lagi terlihat
eksploitasi wanita, dan perbudakan, perjudian, meminum minuman keras.
Ketiga dari segi politik, masyarakat Arab tidak lagi sebagai bangsa yang bercerai-
berai karena kesukuan, tetapi berkat ajaran Islam berubah menjadi bangsa yang besar,
bersatu dibawah bendera Islam. Sehingga dalam tempo yang relatif singkat Bangsa Arab
berubah menjadi bangsa besar yang dikagumi oleh bangsa lainnya.

i
Daftar Pustaka
1
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspek, (Jakarta: Diva Press, 2005), hlm. 50
1
Ali Mufrodi, Islam Dikawasan Arab, (Jakarta: Logos, 1997), hlm. 46
1
Ahmad Shalaby, Masyarakat Islam, Jogyakarta: 1957. Hlm. 38
1
Beirut: Muassasah Arrisalah. 1999. hlm. 184
1
Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy, Sirah Nabawiyah, Jakarta: Rabbani Press, 2001, hal. 171
1
Syaikh Shafiyyur Rahman Al-Mubarakfury, Ar-Rahiqul Maktum, Bahtsun Fis-Sirah An-Nabawiyah Ala
Shahibiha Afdhalish-Shalati Was-Salam, hlm. 185
1
Ahzami Samiun Jazuli, Hijra dalam Pandangan Al-Qur'an, Jakarta: Gema Insani Press, 2006. hlm. 262
1
Ahmad Shalaby, Masyarakat Islam, Jogyakarta. 1957. hlm. 41-42
1
Haidar Putra dan Nurgaya Pasa. 2012. Pendidiakan Islam. Medan: Kencana. Hlm.35-36.
1
Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuyi. Syirah Nabawiyah. 2009. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. hlm. 385.
1
Ibid.
1
Fathul Bari, 8/104
1
Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuyi. Syirah Nabawiyah. 2009. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. hlm. 545
1
Shahih Al-Bukhari. Kitabul Manasik. 2/631.
1
Benitius Brevoort OFMCap, Filsafat Dan Teologi Islam (Medan: STFT St. Yohanes, 2011), 10.
1
Kementtrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Klaten: CV. Sahabat, 2013), 526. Apakah patut kamu (hai
orang-orang musyrik) menganggap al Lata dan al Uzza (19), dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian
(sebagai anak perempuan Allah) (20). Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak)
perempuan? (21), Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil (22), Itu tidak lain hanyalah nama-
nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengadakannya; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk
(menyembah) nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa
nafsu mereka dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka. (23).
1
Brevoort OFMCap, Filsafat Dan Teologi Islam, 11.
1
Kementtrian Agama RI, Al-Qur’an, 601. Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah
bertindak terhadap tentara bergajah? (1). Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk
menghancurkan Ka'bah) itu sia-sia? (2). Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-
bondong,(3), yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar,(4), lalu Dia menjadikan
mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).
1
Brevoort OFMCap, Filsafat Dan Teologi Islam, 13.
1
M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam (Yogyakarta:Bagaskara, 2015), cet. vi, 63.
1
Syamsul Bakri, Peta Sejarah Peradaban Islam (Yogyakarta: Fajar MediaPress, 2011), cet. 1, 15-16.
1
http://kumpulantugassekolahdankuliah.blogspot.co.id/2015/01/perkembangan-islam-pada-masa-
rasulullah.html. Di akses pada senin 31 oktober 2022 pukul 13: 30 Wib.

Anda mungkin juga menyukai