Anda di halaman 1dari 3

Sub Pokok Bahasan/Topik : Pemikiran Khawarij

Judul : Pendapat Khawarij Mengenai Hukum Islam (Studi Kasus


Pandangan Dosa Besar)

Latar Belakang
Khawarij adalah kelompok yang dianggap sebagai bagian yang tidak mau menerima arbitrase
dalam pertempuran siffin yang terjadi antara Ali dan Muawiyah dalam upaya penyelesaian
persengketaan antara keduanya tentang masalah khalifah (Susanti, 2018).
Hukum Islam atau syariah adalah sistem kaidah-kaidah yang didasarkan pada wahyu Allah SWT
dan Sunnah Rasul. Hukum Islam mengatur tingkah laku yang mengikat bagi semua
pemeluknya. Hukum Islam dipandang sebagai ekspresi perintah Tuhan bagi umat Islam.
Sahabat Nabi memliki pandangan terhadap hukum dosa besar diantaranya Umar bin Khattab
serta Abdullah bin Abbas. Keduanya menyakini bahwa dosa besar hanya akan diampuni
oleh Allah selama pelakunya selalu memohon ampunan kepada Allah setelah melakukan
perbuatannya. Berbeda dengan pandangan khawarij terhadap dosa besar adalah bahwa dosa besar
membawa pelakunya menjadi kafir yang artinya bukan lagi seorang muslim.

Pembahasan
Definisi Khawarij
Kata khawarij secara etimologis berasal dari bahasa arab kharaja yang berarti keluar, muncul,
timbul, atau memberontak. Berkenaan dengan pengertian etimologis ini, Syahrastani menyebut
orang yang memberontak imam yang sah disebut sebagai khowarij.v Berdasarkan pengertian
etimologi ini pula, khawarij berarti setiap muslim yang memiliki sikap laten ingin keluar dari
kesatuan umat islam (Ilham,2019)
Montgomery Watt menjelaskan makna Khawarij sebagai berikut:
1. Khawarij ialah mereka yang keluar atau membuat pemisahan dari kelompok Ali.
2. Khawarij ialah mereka yang keluar daripada berada di tengah-tengah orang-orang yang tidak
beriman, melakukan hijrah di jalan Allah dan Rasul-Nya, iaitu memutuskan semua wilayah
sosial dengan orang-orang yang tidak beriman.
3. Khawarij ialah mereka yang telah pergi keluar untuk memerangi Ali di dalam suasana
pemberontakan terhadapnya.
4. Khawarij ialah mereka yang keluar dan berperan aktif di dalam berjihad, yang berlawanan
dengan mereka yang hanya duduk di dalam dua kelompok (Herfizal,2020)

Sejarah Khawarij
Sejarah mencatat akar gerakan yang berbuat makar atau disebut juga sebagai “ sempalan” yang
paling awal muncul didunia Islam adalah gerakan Khawarij, satu sekte aliran Kalam yang keluar
dari barisan yang mapan, yakni Ali Abi Thalib. Gerakan ini muncul jauh-jauh hari sebelum
adanya modernisasi. Sejarah awal lahirnya Khawarij ini bersamaan dengan lahirnya Syi’ah pada
masa Khalifah Ali ibn Abi Thalib yang mulanya pendukung Ali. Meski muncul dari realita,
namun pada perkembangan sejarahnya walaupun secara epistemologi belum memiliki landasan
yang kuat, aliran Khawarij ternyata memiliki konsep teologis cukup berpengaruh dalam
diskursus teologis sesudahnya. Sepanjang sejarah pertumbuhannya, Khawarij selalu
mengembangkan doktrinnya baik menyangkut masalah perpolitikan maupun masalah teologis
(Ilham,2019)
Pemikiran Khawarij
Menurut Khawarij semua perpecahan itu awalnya bukan ketika Ali menarik diri dari peperangan
Shiffin, bukan juga ketika salah dalam memilih Abu Musa sebagai wakil, namun kesalahan
terbesar adalah karena menerima tahkim, sehingga menurut mereka menerima tahkim adalah
kekufuran. Menjadikan manusia menjadi hakim adalah kufur, karena itu dikenallah slogan utama
mereka (la hukma illa li Allah). “Tidak ada hukum kecuali hukum Allah”. Jadi, Takfir
(pengkafiran) tampak menjadi corak yang khas dari pemikiran Khawarij. Adapun pendapat lain
terkait pemikiran-pemikiran Khawarij adalah: a. Sayyidina Ali divonis kafir. b. Bagi Khawarij
tidak ada perbedaan antara maksiat dan kafir. c. Semua yang kafir halal untuk dibunuh. d. Orang
yang kafir akan kekal di neraka bersama anak-anaknya. e. Hanya negeri mereka yang disebut
darul islam. Selain dari pada itu disebut Darul Harb, dan yang menempatinya halal untuk
dibunuh beserta anak dan istrinya. f. Memilih pemimpin bukanlah suatu keharusan selama
manusia mampu menegakkan keadilan.

Hukum Islam Dan Dosa Besar


Hukum Islam bersumber kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, namun sepeninggal Nabi
Muhammad para sahabat melakukan cara mengambil hukum juga dengar Ijma, atsar dan lainnya.
Khawarij juga mengambil hukum Islam sebagai panduan, namun mereka menafsirkan Al-Qur’an
dan As-Sunnah dengan kesimpulan mereka sendiri dengan berdasar pada tekstual saja.

Dosa besar dalam Islam adalah segala jenis dosa yang balasannya adalah siksa di neraka.
Larangan untuk melakukan dosa besar disebutkan dalam Al-Quran pada Surat An-Najm ayat 32
yakni Di antara dosa-dosa besar, terdapat lima belas dosa yang paling besar, yaitu syirik
menyekutukan Allah, durhaka terhadap orang tua, sihir, pembunuhan yang diharamkan, riba,
memakan harta anak yatim, melarikan diri dari peperangan, memberikan tuduhan atau berbuat
zina kepada wanita mukmin, Meminum khamar, bersumpah palsu dan bersaksi palsu,
berbohong, meninggalkan salat, memutuskan hubungan silaturahim, bergunjing dan bermaksiat
karena lalai.
Sahabat Nabi memliki pandangan terhadap hukum dosa besar diantaranya Umar bin Khattab
serta Abdullah bin Abbas. Keduanya menyakini bahwa dosa besar hanya akan diampuni
oleh Allah selama pelakunya selalu memohon ampunan kepada Allah setelah melakukan
perbuatannya. Berbeda dengan pandangan khawarij terhadap dosa besar adalah bahwa dosa besar
membawa pelakunya menjadi kafir yang artinya bukan lagi seorang muslim.
Pandangan Khawarij Terhadap Dosa Besar
Mereka tidak cukup hanya mengkafirkan orang muslim di luar keyakinan mereka, tetapi mereka
memandang mereka dengan penuh permusuhan dan dihalalkan ke atas menumpahkan darah
mereka pada pelaku dosa besar. Pada saat yang lain mereka mempergauli orang-orang di luar
Islam dari pemeluk agama-agama langit yang lain dengan penuh kemanusiaan dan sedikit
permusuhan dan ancaman. Sehingga suatu ketika, Washil bin Atho’ yang beraliran Mu’tazilah
jatuh ke tangan mereka, terpaksa mengaku bahwa dia seorang musyrik, untuk dapat selamat dari
siksaan mereka karena tertuduh melakukan dosa besar.(Herfizal,2020)
Kesimpulan
Ajaran kelompok Khawarij memang bersumber kepada Al-Quran dan As-Sunnah, namun dalam
menafsirkannya mereka mempunyai penafsiran yang ekstrim. Terutama dalam menyikapi dosa
besar bagi pelaku maksiat, mereka sampai membolehkan untuk dibunuh sebab dosa besar bisa
membuat seseorang menjadi kafir dalam pandangan mereka.

Daftar Pustaka
Susanti, E. (2018). Aliran-aliran dalam Pemikiran Kalam. Jurnal Ad-Dirasah, 1(1), 23-42.
Ilham, I. (2019). ALIRAN-ALIRAN KHAWARIJ DAN PEMIKIRANNYA. Jurnal Mimbar: Media Intelektual
Muslim Dan Bimbingan Rohani, 5(2), 117-126.

Anda mungkin juga menyukai