Anda di halaman 1dari 6

TASTAFI adalah gabungan dar i ilmu tasawuf, tauhid dan fiqh yang diadakan dalam sebuah forum

agama dalam metode dakwah yang digelar dalam setiap pengajian di desa-desa yang dipimpin oleh
ulama-ulama dan perwakilan para ulama dayah.
Ruang lingkup kajian adalah masyarakat, ummat islam, ilmu agama dan dakwah

Fiqah adalah (bahasa Arab: ‫الفقه‬, translit. al-fiqh) adalah salah satu bidang ilmu dalam syariat Islam yang
secara khusus membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik
kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun kehidupan manusia dengan Tuhannya. Beberapa ulama fikih
seperti Imam Abu Hanifah mendefinisikan fikih sebagai pengetahuan seorang muslim tentang
kewajiban dan haknya sebagai hamba Allah.
Fikih membahas tentang cara beribadah, prinsip Rukun Islam, dan hubungan antar manusia sesuai yang
tersurat dalam Al-Qur'an dan Sunnah. Dalam Islam, terdapat empat mazhab dari Sunni yang
mempelajari tentang fikih. Seseorang yang sudah menguasai ilmu fikih disebut Fakih.
HUKUM ISLAM atau SYARIAT ISLAM : Adalah Hukum yang bersumber dari ajaran Islam,
ATAUAturan yang ditetapkan Allah atas hambanya, baik berkaitan hubungan manusia dg Allah
atauHubungannya dengan mereka sendiri. Al ahkam al khamsah ( lima kaidah /tolak ukur untuk
menentukan perbutan hukumyang dilakukan manusia dalam kehidupannya
A. Wajib B.haram. C. Sunnah/anjuran. D. makruh/yang dicela E.. Mubah/boleh/halal
Hukum Positif adalah hukum yang sedang berjalan atau berlaku pada suatu Negara. Pada tiap-
tiap Negara pasti mempunyai hokum yang berlaku dan hukum yang berlaku itulah di sebut dengan
Hukum Positif. Seperti di Indonesia, hukum yang diterapkan yaitu Hukum KUHP Perdata dan Pidana.
Hukum ini di terapkan karena dikatan mencakup status agama, masyarakat, suku bangsa, serta kelakuan
manusia tiap hari.
Adapun pengertian hukum di Indonesia memiliki aturan- aturan yaitu secara umum dan khusus,
yang di maksud umum adalah hukum yang mencakup hukum adat istiadat, hukum yuris prudensi, dan
hukum agama, sedangkan yang di maksud dengan khusus adalah ketentuan hukum yang ditetapkan oleh
kepala Negara mengenai administrasi Negara. Kemudian aturan lainnya sperti penegakan oleh
pemerintah atau pengakan oleh pengadilan.
Pengertian hukum positif lainnya bahwa hukum ini terbagi dalam dua jenis hukum,yaitu hukum
tertulis dan hukum tidak tertulis. Yang dimaksud hukum tertulis adalah hukum yang telah di tetapkan
oleh pejabat yang berwenag sesuai dengan peraturan per undang- undangan dan mempunyai aturan
kebujakan dan administrasi Negara, sedangkan yang di maksud dengan hukum tidak tertulis, yaitu
hukum adat istiadat, hukum agama dan yuris prudensi.

TAUHID
ALIRAN-ALIRAN DALAM ISLAM
1. Khowarij
Pengangkatan Ali bin Abi Tholib ra. menjadi kholifah menggantikan Utsman bin Affan ra.,
tidak disetujui oleh banyak pihak. Salah seorang yang menentang keras dan tidak mau mengakui Ali
sebagai kholifah ialah Muawiyah bin Abi Sufyan, gubernur Damaskus (Syiria). Puncak dari
pertentangan mereka terjadi dengan pecahnya Perang Shiffin, antara pasukan kholifah Ali bin Abi
Tholib melawan pasukan Muawiyah.
Ketika pasukan Ali hampir menenangkan perang, Amr bin Ash — pendukung Muawiyah
berhasil mengajak Ali bertahkim (arbitrase). Sebagian bala tentara Ali tidak mau menerima keputusan
itu. Mereka berpendapat, orang yang mau berdamai pada saat pertempuran berlangsung adalah orang
yang ragu akan kebenaran perang itu. Padahal hukum Allah menegaskan, bahwa orang-orang yang
melawan kholifah harus diperangi.
Golongan yang semula memihak kepada Ali itu, akhirnya berbalik membenci dan memusuhi
Ali. Mereka inilah yang dinamakan Khowarij, ialah orang-orang yang keluar dan memisahkan diri dari
Ali.
Ajaran-ajaran pokok golongan Khowarij, secara umum adalah :
a. orang Islam yang melakukan dosa besar adalah kafir;
b. orang-orang yang terlibat dalam perang Jamal, yakni perang antara Aisyah, Tholhah dan Zubair
melawan Ali bin Abu Tholib dan pelaku arbirtasse - termasuk yang menerima dan
membenarkannya dihukum kafir;
c. pandangan dalam menentukan kholifah (kepala negara) cukup demokratis. Kholifah, menurut mereka,
harus dipilih oleh rakyat serta tidak harus dari keturunan Nabi dan tidak mesti keturunan bangsa
Quraisy.
Jadi, seorang muslim dari golongan manapun bisa menjadi kholifah asalkan memiliki kemampuan
memimpin dengan benar. Tokoh-tokoh Khowarij yang utama, antara lain, ialah :
(1) Abdullah bin Wahab al-Rosyidi;
(2) Urwah bin Hudair;
(3) Mustarid bin Sa'ad;
(4) Hausaroh al-Asadi;
(5) Quroib bin Maruah;
(6) Nafi bin al-Azroq; dan
(7) Abdullah bin Basyir.

2. MURJI’AH
Aliran Murji'ah muncul dari golongan yang tidak sepaham dengan golongan Khowarij. Hal itu
tercermin dari ajarannya yang bertolak belakang dengan ajaran Khowarij. Pengertian Murji'ah itu sendiri
adalah penangguhan vonis hukuman atas perbuatan seseorang sampai di pengadilan Allah SWT kelak.
Jadi, mereka tidak mengkafirkan seorang muslim yang berbuat dosa besar. Sebab yang berhak
menjatuhkan hukuman terhadap seorang pelaku dosa hanyalah Allah SWT. Sehingga seorang muslim,
sekalipun melakukan dosa besar, dalam kelompok ini tetap diakui sebagai muslim dan punya harapan
bertaubat.
Secara garis besarnya, ajaran-ajaran pokok Murji'ah, adalah :
a. pengakuan iman cukup hanya dalam hati. Dengan demikian pengikut golongan ini tidak dituntut
membuktikan keimanan mereka dalam amal perbuatan sehari-hari. Tentu ini merupakan suatu
kejanggalan yang sulit diterima oleh kalangan Murji'ah sendiri. Oleh karena iman dan amal perbuatan
dalam ajaran Islam merupakan satu kesatuan.
b. selama meyakini dua kalimah syahadat, seorang muslim yang berbuat dosa besar tidak dihukum kafir.
Hukuman terhadap perbuatan manusia ditangguhkan, dalam arti hanya Allah yang berhak
menjatuhkannya kelak di alam akhirat.
Tokoh utama aliran Murji'ah, ialah Hasan bin Bilal Muzni, Abu Sallat Samman, dan Diror bin Umar.
Dalam perkembangan selanjutnya aliran ini terbagi dalam kelompok moderat dan ekstrem. Kelompok
Murji'ah moderat dipelopori oleh Hasan bin Muhammad bin Ali bin Abi Tholib, sedangkan kelompok
Murji'ah ekstern dipelopori oleh Jaham bin Shofwan.
Namun sebagaimana aliran Khowarij, aliran Murji'ah juga hanya tinggal dalam catatan sejarah. Akan
tetapi ajaran-ajarannya tentang kufur dan dosa besar masih diikuti oleh kaum muslimin bahkan diserap
oleh ajaran Ahlisunnah Waljamaah
3. Qodariyah
Aliran Qodariyah muncul di Irak. Aliran ini mengajarkan paham:
a) manusia memiliki kudrat irodat untuk berusaha dan berbuat sesuai dengan kemampuannya;
b) manusia memiliki kuasa penuh atas dirinya tanpa kudrat irodat Allah; Dengan kata lain, manusia itu
sendiri yang menentukan perbuatannya-apakah ia ingin berbuat baik atau jahat;
c) menolak adanya qodar dan takdir Allah dalam segala usaha dan perbuatan manusia;
d) umat Islam yang berdosa besar tidak dihukumi sebagai kafir, namun juga tidak digolongkan seorang
mukmin, melainkan hanya sebagai muslim.
Dua tokoh utama Qodariyah, ialah Ma'abad al-Juhani al-Basri Jan Ghoilan al-Dimasyqi.
Ma'abad al-Juhani menyebarkan ajaran Qodariyah di Irak dan berhasil mendapatkan banyak pengikut
dalam waktu yang relatif singkat. Ia terbunuh dalam pertempuran melawan al-Hujjaj. Ma'abad memang
terlibat dalam politik sebagai pendukung Abdurrohm an al-Asy'ats, gubernur Sajistan yang menentang
kekuasaan Bani Umaiyah.
Sedangkan Ghoilan al-Dimasyqi tokoh penerus yang berjasa mengembangkan paham Qodariah
sampai ke Iran. Akan tetapi paham ini dinilai membahayakan pemerintah pada waktu itu, sehingga
Ghoilan dihukum bunuh oleh pemerintah Hisyam bin Abdul Malik, kholifah Dinasti Umaiyah kesepuluh
(105 125 H/724-743 M)

4. Jabariyah
Aliran Jabariyah lahir di Khurosan. Aliran ini mengajarkan paham, bahwa manusia tidak
memiliki kekuatan untuk berbuat sesuatu dan tidak memiliki kemauan. Dengan kata lain, segala
kemauan dan perbuatan manusia sesungguhnya kehendak Allah SWT, namun manusia tetap menerima
konsekuensi - pahala atau siksa - atas perbuatannya. Dengan demikian paham aliran ini bertolak
belakang dengan paham Qodariyah.
Ajaran lain yang diosebarkan oleh Aliran Jabariyah, antara lain:
a) Qur'an adalah makhluk sebagaimana yang lain, yang fana dan tidak abadi;
b) di akhirat kelak, Tuhan tidak dapat dilihat; dan
c) neraka dan surga itu tidak abadi.
Pelopor aliran Jabariyah, ialah Tsalut Ibnu 'ashom. Aliran ini kemudian berkembang luas berkat
Jahm bin Shofwan, seorang Persia yang menjadi pegawai Syuroih bin al-Harits dari kelompok bendera
hitam yang memberontak kepada pemerintahan Bani Umaiyah. Jahm bin Shofwan akhirnya tertangkap
dan dihukum mati dalam perlawanan terhadap Bani Umaiyah tahun 131 H.
Pengikut aliran Jabariyah terbagi dalam dua kelompok. Pertama, kelompok ekstrem yang
termasuk di dalamnya Jahm bin Shofwan. Kedua, kelompok moderat, di antaranya, Dhiror bin Amru,
Hafaz al-Fardi, dan Husein bin Najjar.

5. Mu'tazilah
Aliran Mu'tazilah (artinya memisahkan diri) muncul di Basroh, Irak, pada abad Icedua Hijriyah.
Kelahirannya bermula dari tindakan Wasil bin Atho (700-750M/80-131H) memisahkan diri dari
gurunya, Imam Hasan al-Basri karena perbedaan pendapat antara keduanya. Wasil bin Atho
berpendapat, bahwa seorang mukmin yang melakukan dosa besar, statusnya tidak mukmin lagi namun
tidak juga kafir yang berarti fasik.
6. Ahlussunnah Waljamaah
Yang tergolong dalam aliran ini adalah mereka yang mengikuti sunnah Nabi Muhammad saw
(ahlussunnah) dan Sahabat Nabi (jamaah). Pendiri aliran ini, ialah Abu al-Hasan al-Asy'ari di Bashroh
dan Abu Mansur al-Maturidi di Samarkand.
Abu al-Hasan al-Asy'ari (260-324H/873-935M), adalah cucu dari Sahabat Nabi yang terkenal,
Abu Musa al-Asy'ari. Semula ia berpaham Mu'tazilah karena diasuh dan berguru pada ayah tirinya Abu
Ali al-Jubbai yang juga guru besar Mu'tazilah di Bashroh. Pada akhirnya, ia meragukan paham
Mu'tazilah dan memohon kepada Allah SWT agar diberi petunjuk jalan yang benar.
Ketika berusia sekitar empat puluh tahun. Abu Hasan memproklamirkan diri bahwa ia telah
meninggalkan keyakinannya yang lama. Sejak saat itu ia menyebarluaskan paham barunya yang terkenal
dengan ahlussunnah waljamaah.

7. Syi'ah
Yang dimaksudkan Syi'ah di sini adalah mereka yang memuja-muja Ali bin Abi Tholib dan
keturunannya. Mereka menganggap Ali yang berhak menjadi kholifah setelah Nabi Muhammad saw.
wafat. Pelopor golongan ini, ialah Abdullah bin Saba', pendeta Yahudi asal Yaman yang masuk Islam
pada masa pemerintahan Ustman bin Affan. Ia, dalam berbagai literature, disebut sebagai tokoh yang
banyak berperan dalam memecah-belah umat Islam.
Golongan syi'ah ini muncul dari sakit hati Abdullah bin Saba', karena kedatangannya di
Madinah tidak disambut oleh Kholifah Ustman bin Affan ra. Ia kemudian mengadakan oposisi dengan
mengeluarkan fatwa bahwa sesungguhnya yang berhak menjadi kholifah sepeninggal Rosulullah saw.
ialah Ali bin Abu Tholib ra. clan ketiga kholifah sebelumnya tidak sah. Mereka ini menamakan diri
pencinta Ahlul Bait (keluarga Nabi) dan kemudian mendapat banyak pengikut.

8. Salafiyah
Salafi atau salafiyah adalah kata jadian yang berasal dari kata Salafa, yaslufu, dan salafan yang
memiliki arti terdahulu. As-Salaf ini berarti al-mutagoddimuuna fii as-sair, yakni orang terdahulu.
Mereka adalah as-Salaf ash-Sholih, yang berarti orang saleh terdahulu. Yakni kaum muslim generasi
sahabat, generasi tabi'in, tabi'it tabi'in, serta generasi atba' at-tabi'in seperti Imam Syafi'i, Imam Hanbali,
Bukhori, Muslim dan penyusun kitab hadits yang enam lainnya.
Orang-orang saleh terdahulu itu menjadi generasi terbaik karena benar-benar menjalankan
Islam secara menyeluruh dan utuh. Mereka tidak hanya saleh secara ritual, melainkan juga saleh secara
sosial. Jadi selain taat beribadah, juga rendah hati, jujur, penuh toleransi dan cinta damai. Karena itu
kalau ada orang yang mengaku salafi, tetapi suka mencela, merasa paling benar, sombong, suka
bermusuhan, dan mengkafir-kafirkan orang lain, percayalah dia bukan salafi.
Perilaku Islami yang dipraktekkan oleh kaum salaf dalam segala segi kehidupan sehari-hari
memang patut diteladani. Maka tepatlah kiranya jika Ibnu Taimiyah mencetuskan suatu gerakan untuk
menghidupkan kembali ajaran kaum salaf, yang kemudian terkenal dengan nama salafiyah. Tujuannya
agar umat Islam kembali kepada Al-Qur'an dan hadits.
9. Wahabi
Gerakan Wahabi muncul di Uyainah, suatu daerah di Nejed, kota terpencil di Saudi Arabiyah
yang ketika itu berada dalam kekuasaan Kerajaan Turki Usmani. Pelopornya adalah Muhammad bin
Abdul Wahab (1115-1306 H/1702-1786 M), pengikut setia dan penganut Ahmad bin Hambal, pendiri
Madzhab Hambali. Gerakan ini tidak mendapat sambutan dari masyarakat, bahkan mendapat tekanan
dari penguasa setempat. Lalu pindahlah Muhammad bin Abdul Wahab ke desa Dar'iyah, sebelah timur
Riyadh yang dihuni oleh Amir ibnu Su'ud (w. 1179 H/1766 M), pendiri Dinasti Su'ud yang kini berkuasa
di Arab Saudi.
Di tempatnya yang baru ini, Wahabi mendapat dukungan dan perlindungan dari Muhammad
bin Su'ud. Sebaliknya Muhammad Abdul Wahhab memandang Amir Su'ud memiliki ambisi yang besar
untuk menguasai daratan Arabia. Maka pada tahun 1744 M tercapailah kesepakatan di antara keduanya
untuk saling mendukung demi tercapainya tujuan masing-masing. Dengan begitu Muhammad Abdul
Wahab dapat dengan leluasa mengembangkan ajarannya.
Sebagaimana gerakan Salafiyah, wahabi kala itu juga ingin memurnikan ajaran Islam. Hanya
saja mereka tidak menempuh cara-cara persuasif seperti yang dilakukan oleh Ibnu Taimiyah, melainkan
mengambil sikap keras dengan menggunakan kekuatan
EKONOMI MIKRO
Ekonomi mikro (sering juga ditulis mikroekonomi) adalah cabang dari ilmu ekonomi yang
mempelajari perilaku konsumen dan perusahaan serta penentuan harga-harga pasar dan kuantitas faktor
input, barang dan jasa yang diperjual-belikan.
RUANG LINGKUP
Berikut ruang lingkup mikro ekonomi
1) Permintaan dan Penawaran
2) Teori Produksi
3) Elastisitas
4) Teori Perilaku Konsumen
5) Pasar.
6) Mekanisme Harga
Beberapa tujuan dan manfaat ekonomi mikro antara lain:
 Melakukan analisis terhadap mekanisme pasar yang membentuk harga relatif kepada
produk barang dan jasa, serta alokasi dari sumber terbatas di antara banyaknya
penggunaan alternati
 Melakukan analisis kegagalan pasar, yaitu saat pasar gagal dalam memproduksi hasil
yang efisien dan menjelaskan berbagai kondisi teoritis yang dibutuhkan bagi suatu
pasar dengan persaingan sempurna.
a. shahih bukhari kitab al-muzara’ah bab man kaa na min ash-habi al-nabiyyi saw no. 2340.
‫ث‬ِ ُ‫عونَ َها ِبالثُّل‬ ُ ‫ع ْنهُ قَا َل َكانُوا يَ ْز َر‬ َّ ‫ي‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ع ْن َجا ِب ٍر َر‬ َ ٍ‫طاء‬ َ ‫ع‬َ ‫ع ْن‬ َ ‫ي‬ ُّ ‫سى أ َ ْخبَ َرنَا ْاْل َ ْوزَ ا ِع‬ َ ‫َّللاِ ْب ُن ُمو‬
َّ ُ‫عبَ ْيد‬ُ ‫َحدَّثَنَا‬
َ ْ
‫ض فَليَ ْز َر ْع َها أ ْو ِليَ ْمنَحْ َها فَإ ِ ْن لَ ْم يَ ْفعَ ْل‬ َ
ٌ ‫َت لَهُ أ ْر‬ ْ ‫سل َم َم ْن َكان‬ َّ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلى‬
َ ُ‫َّللا‬ َّ َ ‫ي‬ ُّ ِ‫ف فَقَا َل النَّب‬
ِ ‫ص‬ ْ ِ‫الربُعِ َوالن‬ ُّ ‫َو‬
َ
َ ‫ع ْن أ ِبي ُه َري َْرة‬ َ َ‫سلَ َمة‬ َ
َ ‫ع ْن أ ِبي‬ َ ‫ع ْن يَحْ يَى‬ ُ َ
َ ‫الر ِبي ُع ب ُْن نَافِعٍ أبُو ت َْوبَةَ َحدَّثَنَا ُم َعا ِويَة‬ َّ ‫ضهُ َوقَا َل‬ َ
َ ‫ِك أ ْر‬ ْ ‫فَ ْلي ُْمس‬
‫ض فَ ْليَ ْز َر ْع َها أ َ ْو ِليَ ْمنَحْ َها أَخَاهُ فَإ ِ ْن‬ ٌ ‫َت لَهُ أ َ ْر‬ْ ‫سلَّ َم َم ْن َكان‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ‫َّللا‬َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫ع ْنهُ قَا َل قَا َل َر‬ َّ ‫ي‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫َر‬
)‫ضهُ (رواه بـخارى‬ َ
َ ‫ِك أ ْر‬ ْ
ْ ‫أ َبى فَلي ُْمس‬ َ
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami ['Ubaidullah bin Musa] telah mengabarkan kepada kami [Al
Awza'iy] dari ['Atha'] dari [Jabir radliallahu 'anhu] berkata: "Dahulu orang-orang mempraktekkan
pemanfaatan tanah ladang dengan upah sepertiga, seperempat atau setengah maka Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang memiliki tanah ladang hendaklah dia garap untuk bercocok
tanam atau dia hibahkan. Jika dia tidak lakukan maka hendaklah dia biarkan tanahnya". Dan
berkata, [Ar-Rabi' bin Nafi' Abu Taubah] telah menceritakan kepada kami [Mu'awiyah] dari
[Yahya] dari [Abu Salamah] dari [Abu Hurairah radliallahu 'anhu] berkata; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang memiliki tanah ladang hendaklah dia garap untuk bercocok
tanam atau dia berikan kepada saudaranya (untuk digarap). Jika dia tidak lakukan maka hendaklah
dia biarkan tanahnya.” )HR. Bukhari(.

b. Shahih Bukhari Bab Hibah Wa Fadhliha Wa Al-Takhridh Alaiha Bab Fadhli Al-Manihah No.
2632
‫َت ِل ِر َجا ٍل ِمنَّا‬ ْ ‫ع ْنهُ قَا َل َكان‬ َّ ‫ي‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ع ْن َجابِ ٍر َر‬ َ ‫طا ٌء‬ َ ‫ع‬َ ‫ي قَا َل َحدَّثَنِي‬ ُّ ‫ف َحدَّثَنَا ْاْل َ ْوزَ ا ِع‬
َ ‫س‬ ُ ‫َحدَّثَنَا ُم َح َّمدُ ب ُْن يُو‬
ُ‫َت لَه‬ ْ ‫سلَّ َم َم ْن َكان‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ي‬ ُّ ِ‫ف فَقَا َل النَّب‬ ِ ‫ص‬ ْ ِ‫الربُعِ َوالن‬ُّ ‫ث َو‬ ِ ُ‫اج ُرهَا بِالثُّل‬ ِ ‫ضينَ فَقَالُوا نُ َؤ‬ ِ ‫ضو ُل أ َ َر‬ ُ ُ‫ف‬
‫ي َحدَّثَنِي‬ ُّ ‫ف َحدَّثَنَا ا ْْل َ ْوزَ ا ِع‬ َ ‫س‬ ُ ‫ضهُ َوقَا َل ُم َح َّمدُ ب ُْن يُو‬ ْ ‫ض فَ ْليَ ْز َر ْع َها أ َ ْو ِليَ ْمنَحْ َها أَخَاهُ فَإ ِ ْن أَبَى فَ ْلي ُْمس‬
َ ‫ِك أ َ ْر‬ ٌ ‫أ َ ْر‬
ُ‫سأَلَه‬َ َ‫سلَّ َم ف‬َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ ‫ي إِلَى النَّبِي‬ ٌّ ِ‫س ِعي ٍد قَا َل َجا َء أَع َْراب‬
َ ‫طا ُء ب ُْن يَ ِزيدَ َحدَّثَنِي أَبُو‬ َ ‫ع‬ َ ‫ي َحدَّثَنِي‬ ُّ
ُّ ‫الز ْه ِر‬
‫صدَقَت َ َها قَا َل نَعَ ْم قَا َل‬ َ ‫شدِيدٌ فَ َه ْل لَكَ ِم ْن إِبِ ٍل قَا َل نَعَ ْم قَا َل فَت ُ ْع ِطي‬ َ ‫ع ْن ْال ِهجْ َرةِ فَقَا َل َو ْي َحكَ إِ َّن ْال ِهجْ َرة َ شَأْنُ َها‬ َ
َ‫َّللاَ لَ ْن َي ِت َرك‬ ِ ‫اء ْال ِب َح‬
َّ ‫ار فَإ ِ َّن‬ ِ ‫ش ْيئًا قَا َل نَ َع ْم قَا َل فَتَحْ لُبُ َها َي ْو َم ِو ْر ِدهَا قَا َل نَ َع ْم قَا َل فَا ْع َم ْل ِم ْن َو َر‬
َ ‫فَ َه ْل ت َْمنَ ُح ِم ْن َها‬
)‫ش ْيئًا (رواه بـخارى‬ َ َ‫ع َم ِلك‬ َ ‫ِم ْن‬
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Yusuf] telah menceritakan kepada kami [Al
Awza'iy] berkata, telah menceritakan kepadaku ['Atho'] dari [Jabir radliallahu 'anhu] berkata; Ada
orang-orang dari kami yang memiliki banyak lahan tanah. Mereka berkata: "Kami akan sewakan
dengan pembagian sepertiga, seperempat dan atau setengah". Maka Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Siapa yang memiliki lahan hendaklah dia tanami atau dia berikan kepada
saudaranya untuk digarap. Jika dia tidak mau, hendaklah dia biarkan tanahnya". Dan Mujahid bin
Yusuf berkata, telah menceritakan kepada kami Al Awza'iy telah menceritakan kepadaku Az Zuhriy
telah menceritakan kapadaku 'Atho' bin Yazid telah menceritakan kapadaku Abu Sa'id berkata:
"Datang seorang Baduy kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu bertanya tentang hijrah. Maka
Beliau menjawab: "Bagaimana kamu ini, sesungguhnya hijrah adalah perkara yang berat. Apakah
kamu ada memiliki unta?" Dia menjawab: "Ya punya". Lalu Beliau bertanya: "Apakah kamu
mengeluarkan zakatnya?" Dia menjawab: "Ya". Beliau bertanya lagi: "Apakah ada darinya yang
kamu berikan (hadiahkan)?" Dia menjawab: "Ya". Beliau bertanya lagi: "Apakah kamu
memberinya susu saat kehausan?" Dia menjawab: "Ya". Maka Beliau bersabda: "Beramallah kamu
dari seberang lautan karena Allah tidak akan mengurangi sedikitpun dari amalan kamu.” )HR.
Bukhari).

c. Shahih Muslim Kitab Al-Buyu’ Bab Kira’a Al-Ardhi No. 1544


َ ‫ع ْن أ َ ِبي‬
‫س َل َمةَ ب ِْن‬ َ ‫ير‬ ٍ ِ‫ع ْن َيحْ َيى ب ِْن أَبِي َكث‬ ُّ ِ‫ع ِلي ٍ ْال ُح ْل َوان‬
َ ُ‫ي َحدَّثَنَا أَبُو ت َْوبَةَ َحدَّثَنَا ُم َعا ِويَة‬ َ ‫َحدَّثَنَا َح‬
َ ‫س ُن ب ُْن‬
‫ض فَ ْل َي ْز َر ْع َها أ َ ْو‬
ٌ ‫َت لَهُ أ َ ْر‬ ْ ‫سلَّ َم َم ْن َكان‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ‫َّللا‬َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫ع ْن أ َ ِبي ُه َري َْرة َ قَا َل قَا َل َر‬َ ‫الرحْ َم ِن‬َّ ‫ع ْب ِد‬
َ
)‫ضهُ (رواه مسلم‬ َ ْ‫ر‬َ ‫أ‬ ْ
‫ِك‬ ‫س‬ ‫ُم‬
ْ ‫ي‬ ْ
‫ل‬ َ ‫ف‬ ‫ى‬ ‫ب‬َ ‫أ‬
َ ِ ُ ْ
‫ن‬ ‫إ‬َ ‫ف‬ ‫ه‬ ‫َا‬
‫خ‬ َ ‫أ‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ْ‫َح‬
َ َْ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ي‬ ‫ل‬
ِ
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami [Husain bin Ali Al Hulwani] telah menceritakan kepada kami
[Abu Taubah] telah menceritakan kepada kami [Mu'awiyah] dari [Yahya bin Abi Katsair] dari [Abu
Salamah bin Abdurrahman] dari [Abu Hurairah] dia berkata; Rasulullah Shallallu 'alaihi wa sallam
bersabda: "Barangsiapa memiliki sebidang tanah, hendaklah ia menanaminya, atau memberikannya
kepada saudaranya (supaya menanaminya), Namun jika ia tidak mau, hendaklah ia menjaganya."
(HR. Muslim).

Anda mungkin juga menyukai