Anda di halaman 1dari 6

 Pengertian

Sektarianisme secara etimologis berasal dari kata sekte, yang memiliki arti suatu kelompok
orang yang mempunyai kepercayaan atau pandangan agama yang sama, yang berbeda dari
pandangan agama yang lebih lazim diterima oleh para penganut agama tersebut. Ia juga
merupakan nama lain dari mazhab. Kata sektarianisme sendiri memiliki beberapa pengertian
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Pertama, yaitu semangat membela suatu
sekte atau mazhab, kepercayaan, atau pandangan agama yang berbeda dari pandangan agama
yang lebih lazim diterima oleh para penganut agama tersebut. Kedua, berupa aliran dalam
politik yang antikomunikasi, reaksioner, amat emosional, tidak kritis, angkuh, dan antidialog.
Istilah sektarianisme sering digunakan dalam kajian konflik Timur Tengah yang pada
umumnya berakar pada perbedaan pemahaman dalam menjalankan nilai-nilai keislaman.

 Bentuk Sektarianisme
1. Syiah

Syiah adalah sekte politik pertama dalam sejarah Islam. Syiah (bahasa


Arab: ‫شيعة‬, translit. syīʿah, dari kata Syīʿatu ʿAlī, "pengikut Ali") adalah salah satu
sekte Islam. Dalam keyakinan Syiah dikatakan bahwa rasul dalam agama
Islam, Muhammad, menunjuk Ali bin Abi
Thalib sebagai penggantinya dan Imam (pemimpin) setelahnya,[1] terutama
pada acara Ghadir Khum, tetapi gagal menjadi khalifah sebagai akibat dari insiden
di Saqifah. Dengan demikan mereka mengingkari kepemimpinan Abu
Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan. Sementara itu, kaum Islam Sunni
meyakini bahwa Muhammad tidak menunjuk seorang penerus secara langsung dan
menganggap Abu Bakar yang ditunjuk sebagai khalifah melalui syura (yaitu
konsensus komunitas di Saqifah) untuk menjadi khalifah sah pertama setelah Nabi
Muhammad.
2. Khawārij 

(Arab: ‫خوارج‬ baca Khowaarij, secara harfiah berarti "Mereka yang Keluar") ialah


istilah umum yang mencakup sejumlah aliran dalam Islam yang awalnya mengakui
kekuasaan Ali bin Abi Thalib, lalu menolaknya. Disebut Khowarij disebabkan
karena keluarnya mereka dari dinul Islam dan pemimpin kaum muslimin. Awal
keluarnya mereka dari pemimpin kaum muslimin yaitu pada zaman khalifah Ali
bin Abi Thalib ketika terjadi (musyawarah) dua utusan. Mereka berkumpul disuatu
tempat yang disebut Khoruro (satu tempat di daerah Kufah). Oleh sebab itulah
mereka juga disebut Al Khoruriyyah. Dalam mengajak umat mengikuti garis
pemikiran mereka, kaum Khawarij sering menggunakan kekerasan dan
pertumpahan darah.

3. Murjiah

Aliran Murji'ah adalah golongan yang terdapat dalam Islam yang muncul dari


golongan yang tak sepaham dengan Khawarij. Ini tercermin dari ajarannya yang
bertolak belakang dengan Khawarij. Pengertian Murji'ah sendiri berasal dari
kata arja'a yaitu menunda ataupun menangguhkan atau juga penangguhan
keputusan atas perbuatan seseorang sampai di pengadilan Allah SWT kelak. Jadi,
mereka tak mengkafirkan seorang Muslim yang berdosa besar, sebab yang berhak
menjatuhkan hukuman terhadap seorang pelaku dosa hanyalah Allah SWT,
sehingga seorang Muslim, sekalipun berdosa besar, dalam kelompok ini tetap
diakui sebagai Muslim dan punya harapan dan kesempatan untuk bertobat.

Secara garis besar, ajaran-ajaran pokok Murji'ah adalah:

a. Pengakuan iman cukup hanya dalam hati. Jadi pengikut golongan ini tak dituntut
membuktikan keimanan dalam perbuatan sehari-hari. Ini merupakan sesuatu yang
janggal dan sulit diterima kalangan Murji'ah itu sendiri, karena iman dan amal
perbuatan dalam Islam merupakan satu kesatuan yang harus selaras dan
berkesinambungan.
b. Selama meyakini 2 kalimah syahadat, seorang Muslim yang berdosa besar tak
dihukum kafir. Hukuman terhadap perbuatan manusia ditangguhkan, artinya hanya
Allah yang berhak menjatuhkannya di akhirat.
4. Qadariyah

Qadariyah adalah sebuah ideologi dan sekte bid'ah di dalam akidah Islam yang
muncul pada pertengahan abad pertama Hijriah di Basrah, Irak. Kelompok ini
memiliki keyakinan mengingkari takdir, yaitu bahwasanya perbuatan makhluk
berada di luar kehendak Allah dan juga bukan ciptaan Allah. Para
hamba berkehendak bebas menentukan perbuatannya sendiri dan makhluk
sendirilah yang menciptakan amal dan perbuatannya sendiri tanpa adanya andil
dari Allah.

5. Jabariyah

Jabariyah adalah paham yang menafikan perbuatan dari hamba secara hakikat dan
menyerahkan perbuatan tersebut kepada Allah. Artinya, manusia tidak punya andil
sama sekali dalam melakukan perbuatannya, Tuhanlah yang menentukan segala-
galanya.

Keyakinan Jabariyah bertolak belakang dengan keyakinan Qadariyah namun


keduanya dikatakan menyimpang dari akidah Ahlussunnah yang berada
dipertengahan, karena menurut akidah Ahlussunnah mengenai takdir bahwa setiap
manusia memiliki pilihan dan kebebasan dalam menentukan kehendak, manusia
diperintahkan untuk berusaha yakni diperintah berbuat baik dan dilarang berbuat
kejahatan, dijanjikan pahala atau diancam siksa atas konsekuensi dari
perbuatannya, sementara apapun yang akan dilakukannya sudah ditetapkan (telah
tertulis) di dalam takdirnya, yang mana setiap makhluk tidak pernah mengetahui
bagaimana takdirnya (baik atau buruk) kecuali setelah terjadinya (berlakunya)
takdir itu.
6. Mu’tazilah

Ajaran Mu'taziliyah kurang diterima oleh kebanyakan ulama Sunni karena aliran ini


beranggapan bahwa akal manusia lebih baik dibandingkan tradisi. Oleh karena itu, penganut
aliran ini cenderung menginterpretasikan ayat-ayat Alquran secara lebih bebas dibanding
kebanyakan umat muslim. Muktazilah memiliki lima ajaran utama yang disebut ushul al-
khamsah, yakni:

a. Tauhid. Mereka berpendapat:

a. Sifat Allah adalah zat-Nya itu sendiri.


b. Alquran adalah makhluk.

c. Allah di alam akhirat kelak tak terlihat mata manusia. Yang terjangkau mata
manusia bukanlah Ia.
b. Keadilan-Nya. Mereka berpendapat bahwa Allah SWT akan memberi imbalan pada
manusia sesuai perbuatannya.
c. Janji dan ancaman. Mereka berpendapat Allah takkan ingkar janji: memberi pahala
pada muslimin yang baik dan memberi siksa pada muslimin yang jahat.
d. Posisi di antara 2 posisi. Ini dicetuskan Wasil bin Atha' yang membuatnya berpisah
dari gurunya, bahwa mukmin yang berdosa besar, statusnya berada di antara mukmin
dengan kafir.
e. Amar ma’ruf (tuntutan berbuat baik) dan nahi munkar (mencegah perbuatan yang
tercela). Ini lebih banyak berkaitan dengan hukum/fikih.

Aliran Muktazilah berpendapat dalam masalah qada dan qadar, bahwa manusia sendirilah


yang menciptakan perbuatannya. Manusia dihisab berdasarkan perbuatannya, sebab ia
sendirilah yang menciptakannya.
7. Asy'ariyah

Asy'ariyah adalah mazhab teologi yang disandarkan kepada Imam Abul Hasan al-


Asy'ari. Asy'ariyah mengambil dasar keyakinannya dari Kullabiyah, yaitu pemikiran
dari Abu Muhammad bin Kullab dalam meyakini sifat-sifat Allah. Kemudian
mengedepankan akal (rasional) di atas tekstual ayat (nash) dalam memahami Al-
Qur'an dan hadis

Asy’ariyah berkembang pesat mulai abad ke-11 M. Bersama menyebarnya Tasawuf


(sufi), pemahaman ini juga mendapat dukungan oleh para penguasa di beberapa
pemerintahan Islam. Asy’ariyah dijadikan mazhab resmi oleh Dinasti Gaznawi di
India pada abad 11-12 M yang menyebabkan pemahaman ini dapat menyebar dari
India, Pakistan, Afghanistan, hingga ke Indonesia.

Dinasti Seljuk pada abad 11-14 M. Khalifah Aip Arsalan beserta Perdana


menterinya, Nizam al-Mulk sangat mendukung aliran Asy’ariyah. Sehingga pada masa
itu, penyebaran paham Asy’ariyah mengalami kemajuan yang sangat pesat
utamanya melalui lembaga pendidikan bernama Madrasah Nizamiyah yang
didirikan oleh Nizam al-Mulk.

8. Maturidiyah
Maturidiyah diambil dari nama pendirinya, yaitu Abu Mansur Muhammad bin
Muhammad. Di samping itu, dalam buku terjemahan oleh Abd. Rahman Dahlan dan
Ahmad Qarib menjelaskan bahwa pendiri aliran maturidiyah yakni Abu Manshur al-
Maturidi, kemudian namanya dijadikan sebagai nama aliran ini.
Selain itu, definisi dari aliran Maturidiyah adalah aliran kalam yang dinisbatkan
kepada Abu Mansur al-Maturidi yang berpijak kepada penggunaan argumentasi dan
dalil aqli kalami. Sejalan dengan itu juga, aliran Maturidiyah merupakan aliran teologi
dalam Islam yang didirikan oleh Abu Mansur Muhammad al-Maturidiyah dalam
kelompok Ahli Sunnah Wal Jamaah yang merupakan ajaran teknologi yang bercorak
rasional.
Jika dilihat dari metode berpikir dari aliran Maturidiyah, aliran ini merupakan aliran
yang memberikan otoritas yang besar kepada akal manusia, tanpa berlebih-lebihan
atau melampaui batas, maksudnya aliran Maturidiyah berpegang pada keputusan akal
pikiran dalam hal-hal yang tidak bertentangan dengan syara’. Sebaliknya jika hal itu
bertentangan dengan syara’, maka akal harus tunduk kepada keputusan syara’.
Berdasarkan prinsip pendiri aliran Maturidiyah mengenai penafsiran Al-Qur’an yaitu
kewajiban melakukan penalaran akal disertai bantuan nash dalam penafsiran Al-
Qur’an. Dalam menfsirkan Al-Qur’an al-Maturidi membawa ayat-ayat yang
mutasyabih (samar maknanya) pada makna yang muhkam (terang dan jelas
pengertiannya). Ia menta’wilkan yang muhtasyabih berdasarkan pengertian yang
ditunjukkan oleh yang muhkam. Jika seorang mikmin tidak mempunyai kemampuan
untuk menta’wilkannya, maka bersikap menyerah adalah lebih selamat.

https://media.neliti.com/media/publications/337824-sektarianisme-dalam-sejarah-islam-
38fa447b.pdf

https://www.kompasiana.com/fitriyah15009/5bae2609c112fe10b5370483/yuk-mengenal-
al-asy-ariyah-dan-al-maturidiyah

https://www.erfan.ir/indonesian/83360.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Jabariyah

https://id.wikipedia.org/wiki/Qadariyah

Anda mungkin juga menyukai