Anda di halaman 1dari 47

AINULBIO

Pengertian, Tujuan dan Sumber Ajaran Islam,Serta Ruang Lingkupnnya

mustafaainulyaqin

7 tahun yang lalu

Iklan

islam

A. Pengertian Islam.

Ada dua sisi yang dapat kita gunakan untuk memahami pengertian agama Islam(A.Mukti Ali, 1991:719).,
yaitu sisi kebahasaan dan sisi peristilahan. Kedua sisi pengertian tentang Islam ini dapat di jelaskan
sebagai berikut :

Dari segi kebahasaan Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata salima yang mengandung arti
selamat, sentosa dan damai. Dan kata salima selanjutnya diubah menjadi bentuk aslama yang berarti
berserah diri masuk dalam kedamaian.

Senada dengan pendapat di atas, sumber lain mengatakan Islam berasal dari bahasa Arab, terambil dari
kata salima yang berarti selamat sentosa. Dari asal kata itu dibentuk kata aslama yang artinya
memelihara dalam keadaan selamat sentosa dan berarti pula menyerahkan diri, tunduk, patuh dan taat
kepada Allah SWT. Sehingga manusia di haruskan untuk mematuhi semua perintah Allah SWT dan
menjahui semua laranganNYA agar hidup kita dalam perlindunganNYA selamat dan damai dunia maupun
akherat.

B. Tujuan Ajaran Islam.

Islam diajarkan dan dipelajari sejak kecil agar bertujuan untuk menyelamatkan manusia dari penderitaan
hidup di dunia maupun di akherat. Dengan berpegang teguh pada ajaran ini semua manusia pasti akan
hidup damai dan sejahtera, karena islam mengeajarkan norma – norma hidup dan perilaku kehidupan
yang baik dan jauh dari penderitaan dan kemaksiatan yang akan membawa kita pada penyiksaan di hari
akhir nanti. Dengan adanya pemahaman islam, manusia akan lebih bisa mendekatkan diri pada sang
pencipta dan akan terhindar dari segala siksaan dan dosa

C. Sumber Ajaran Islam.


Dikalangan ulama terdapat kesepakatan bahwa sumber ajaran islam yang utama adalah Al quran dan As
sunnah :

I. Al-quran.

Alquran adalah firman Allah yang diturunkan kepada rasulullah, Muhammad bin Abdul,melalui jibril
dengan menggunakan lafal bahasa arab dan maknanya yang benar . agar ia menjadi hujjah bagi rasul
bahwa ia benar-benar rasulullah, menjadi undang-undang bagi manusia, memberi petunjuk kepada
mereka, dan menjadi sarana dan ibadah kepada Allah dengan membacanya. Selanjutnya Alquran juga
berfungsi sebagai hakim atau wasit yang mengatur jalannya kehidupan manusia agar berjalan lurus,
itulah sebabnya ketika umat islam berselisih dalam segala urusannya hendaknya ia berhakim kepada
Alquran.

II. As-sunnah.

Menurut bahasa As sunnah artinya jalan hidup yang dibiasakan terkadang jalan tersebut ada yang baik
dan ada pula yang buruk, yaitu segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi Muhammad SAW, baik
dalam bentuk ucapan, perbuatan maupun ketetapan. Pengertian ini didasarkan pada pandangan mereka
terhadap nabi sebagai suri tauladan yang baik bagi manusia. Sementara itu ulama ushul mengartikan
bahwa As sunnah adalah sesuatu yang berasal dari nabi Muhammad SAW dalam bentuk
ucapan,perbuatan dan persetujuan beliau yang berkaitan dengan hukum. sedangkan ulama fiqih
mengartikan As sunnah sebagai salah satu bentuk hukum syara’ yang apabila dikerjakan mendapat
pahala dan ditinggalkan tidak berdosa.

D. Ruang Lingkup Ajaran Islam

Ruang lingkup ajaran islam terdapat 3 pegangan yaitu Aqidah,

Syariah dan Akhlaq.

I. Aqidah.

Kata aqidah berasal dari bahasa Arab, yaitu ‫ العقد‬yang berarti ‫( الجمع بين أطراف الشيء‬menghimpun atau
mempertemukan dua buah ujung atau sudut/ mengikat). Secara istilah aqidah berarti keyakinan
keagamaan yang dianut oleh seseorang dan menjadi landasan segala bentuk aktivitas, sikap, pandangan
dan pegangan hidupnya. Istilah ini identik dengan iman yang berarti kepercayaan atau keyakinan
Sekiranya disinergiskan antara makna lughawi dan istilah dari kata aqidah di atas dapat digambarkan
bahwa aqidah adalah suatu bentuk keterikatan atau keterkaitan antara seorang hamba dengan
Tuhannya, sehingga kondisi ini selalu mempengaruhi hamba dalam seluruh perilaku, aktivitas dan
pekerjaan yang ia lakukan. Dengan kata lain keterikatan tersebut akan mempengaruhi dan mengontrol
dan mengarahkan semua tindak-tanduknya kepada nilai-nilai ketuhanan.

Masalah-masalah aqidah selalu dikaitkan dengan keyakinan terhadap Allah, Rasul dan hal-hal yang ghaib
yang lebih dikenal dengan istilah rukun iman. Di samping itu juga menyangkut dengan masalah
eskatologi, yaitu masalah akhirat dan kehidupan setelah berbangkit kelak. Keterkaitan dengan keyakinan
dan keimanan, maka muncul arkanul iman, yakni, iman kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, hari akhirat,
qadha dan qadar.

Di dunia Islam, permasalahan aqidah telah terbawa pada berbagai pemahaman, sehingga menimbulkan
kelompok-kelompok di mana masing-masing kelompok memiliki metode dan keyakinan masing-masing
dalam pemahamannya. Di antara kelompok-kelompok tersebut adalah Muktazilah, Asy’ariyah,
Mathuridiyah, Khawarij dan Murjiah.

Menurut Harun Nasution, timbulnya berbagai kelompok dalam masalah aqidah atau teologi berawal
ketika terjadinya peristiwa arbitrase (tahkim) ketika menyelesaikan sengketa antara kelompok Mu’awiyah
dan Ali ibn Abi Thalib. Kaum Khawarij memandang bahwa hal tersebut bertentangan dengan QS al-
Maidah/ 5: 44 yang berbunyi;

…‫ومن لم يحكم بما أنزل ا فألئك هم الكافرون‬

Siapa yang tidak menentukan hukum dengan apa yang diturunkan Allah adalah kafir (QS al-Maidah/ 5:
44).

Peristiwa tersebut membuat kelompok Khawarij tidak senang, sehingga mereka mendirikan kelompok
tersendiri serta memandang bahwa Mu’awiyah dan Ali ibn Abi Thalib adalah Kafir, sebab mereka telah
melenceng dari ketentuan yang telah digariskan al-Qur’an. Dengan berdirinya kelompok ini, juga memicu
berdirinya kelompok-kelompok lain dalam masalah teologi, sehingga masing-masing memiliki
pemahaman yang berbeda dengan yang lainnya. Namun demikian, perbedaan tersebut tidaklah sampai
menafikan Allah, dengan kata lain perbedaan pemahaman tersebut tidak sampai menjurus untuk lari
dari tauhid atau berpaling pada thâgh ût.

Di antara sumber perbedaan pemahaman antara masing-masing golongan tersebut antara lain adalah
masalah kebebasan manusia dan kehendak mutlak Tuhan. Ada kelompok yang menganggap bahwa
kekuasan Tuhan adalah maha mutlak, sehingga manusia tidaklah memiliki pilihan lain dalam berbuat dan
berkehendak. Kelompok ini diwakili oleh kelompok Asy’ariyah. Ada pula kelompok bahwa Tuhan
memang maha kuasa, tetapi Tuhan menciptakan sunnah-Nya dalam mengatur kebebasan manusia,
sehingga manusia memiliki alternatif dan pilihan dalam berkehendak dan berbuat sesuai dengan sunnah
yang telah ditetapkan. Dengan kata lain manusia bebas dalam berbuat dan berkehendak. Kelompok ini
diwakili oleh kelompok Muktazilah. Ada pula kelompok yang mengambil sikap pertengahan antara kedua
kelompok tersebut, namun mereka tetap meyakini bahwa Allah maha kuasa terhadap seluruh tindak-
tanduk dan kehendak manusia. Kelompok ini diwakili oleh Mathuridiyah.

Itulah sekilas tentang permasalahan aqidah serta pemikiran masing-masing kelompoknya, di mana
semua itu beranjak dari pemahaman mereka terhadap kekuasaan Allah dan kebebasan manusia.

II.Syariah.

Syari’ah adalah sistem hukum yang didasari Al-Qur’an, As-Sunnah, atau Ijtihad. Seorang pemeluk Agama
Islam berkewajiban menjalankan ketentuan ini sebagai konsekwensi dari ke-Islamannya. Menjalankan
syari’ah berarti melaksanakan ibadah. Dalam hal ini tidak hanya yang bersifat ritual, seperti yang
termaksud dalam Rukun Islam, seperti: bersyahadat, sholat, zakat, puasa, dan berhaji bagi yang mampu.
Akan tetapi juga meliputi seluruh aktifitas (perkataan maupun perbuatan) yang dilandasi keiman
terhadap Allah SWT.

III. Akhlaq.

Akhlaq merupakan bentuk jamak dari ‫( الخلق‬al-khuluq) yang berarti ‫( القوى والسجايا المدركة بالبصيرة‬kekuatan
jiwa dan perangai yang dapat diperoleh melalui pengasahan mata bathin). Dari pengertian lughawi ini,
terlihat bahwa akhlaq dapat diperoleh dengan melatih mata bathin dan ruh seseorang terhadap hal yang
baik-baik. Dengan demikian dari pengertian lughawi ini tersirat bahwa pemahaman akhlaq lebih
menjurus pada perbuatan-perbuatan terpuji. Konsekuensinya adalah bahwa perbuatan jahat dan
melenceng adalah perbuatan yang tidak berakhlaq (bukan akhlâq al-madzmûmah).
Secara istilah akhlaq berarti tingkah laku yang lahir dari manusia dengan sengaja, tidak dibuat-buat dan
telah menjadi kebiasaan. Sedangkan Nazaruddin Razak, mengungkapkan akhlak dengan makna akhlak
islam, yakni suatu sikap mental dan laku perbuatan yang luhur, mempunyai hubungan dengan Zat Yang
Maha Kuasa dan juga merupakan produk dari keyakinan atas kekuasaan dan keeasaan Tuhan, yaitu
produk dari jiwa tauhid. Dari pengertian ini terlihat sinergisitas antara makna akhlaq dengan al-khalq
yang berarti penciptaan di mana kedua kata ini berasal dari akar kata yang sama. Dengan demikian
pengertian ini menggambarkan bahwa akhlaq adalah hasil kreasi manusia yang sudah dibiasakan dan
bukan datang dengan spontan begitu saja, sebab ini ada kaitannya dengan al-khalq yang berarti
mencipta. Maka akhlaq adalah sifat, karakter dan perilaku manusia yang sudah dibiasakan.

Al-Qur’an memberi kebebasan kepada manusia untuk bertingkah laku baik atau berbuat buruk sesuai
dengan kehendaknya. Atas dasar kehendak dan pilihannya itulah manusia akan dimintai
pertanggungjawabannya di akhirat atas segala tingkah lakunya. Di samping itu, akhlaq seorang muslim
harus merujuk kepada al-Qur’an dan sunnah sebagai pegangan dan pedoman dalam hidup dan
kehidupan.

Secara garis besar menurut Endang Saifuddin Anshari, akhlak terdiri atas; pertama, akhlak manusia
terhadap khalik, kedua, akhlak manusia terhadap sesama makhluk, yakni akhlak manusia terhadap
sesama manusia dan akhlak manusia terhadap alam lainnya.

Menurut Muhammad Quraish Shihab, akhlaq manusia terhadap Allah SWT bertitik tolak dari pengakuan
dan kesadarannya bahwa tidak ada Tuhan Selain Allah yang memiliki sifat terpuji dan sempurna. Dari
pengakuan dan kesadaran itu akan lahir tingkah laku dan sikap sebagai berikut:

1) Mensucikan Allah dan senantiasa memujinya.

2) Bertawakkal atau berserah diri kepada Allah setelah berbuat dan berusaha terlebih dahulu.

3) Berbaik sangka kepada Allah, bahwa yang datang dari Allah kepada makhluk-Nya hanyalah
kebaikan.

Adapun akhlaq kepada sesama manusia dapat dibedakan kepada beberapa hal, yaitu:
Akhlaq kepada orang tua, yaitu dengan senantiasa memelihara keredhaannya, berbakti kepada keduanya
dan memelihara etika pergaulan dengan keduanya.

Akhlaq terhadap kaum kerabat, yaitu dengan menjaga hubungan shilaturrahim serta berbuat kebaikan
kepada sesama seperti mencintai dan merasakan suka duka bersama mereka.

Akhlaq kepada tetangga, yaitu dengan menjaga diri untuk tidak menyakiti hatinya, senantiasa berbuat
baik (ihsân) dan lain-lain sebagainya.

Iklan

https://ainulbio-wordpress-
com.cdn.ampproject.org/v/s/ainulbio.wordpress.com/2013/02/21/pengertian-tujuan-dan-sumber-
ajaran-islamserta-ruang-lingkupnnya/amp/?amp_js_v=a2&amp_gsa=1&usqp=mq331AQCKAE
%3D#aoh=15714485816936&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari
%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fainulbio.wordpress.com
%2F2013%2F02%2F21%2Fpengertian-tujuan-dan-sumber-ajaran-islamserta-ruang-lingkupnnya%2F

D.FUNGSI ISLAM DALAM KEHIDUPAN

a. Sebagai Pembimbing Dalam Hidup

Pengendali utama kehidupan manusia adalah kepribadiannya yang mencakup segala unsure
pengalaman pendidikan dan keyakinan yang didapatnya sejak kecil. Apabila dalam pertumbuhan
seseorang terbentuk suatu kepribadian yang harmonis, di mana segala unsur pokoknya terdiri dari
pengalaman yang menentramkan jiwa maka dalam menghadapi dorongan baik yang bersifat biologis
ataupun rohani dan sosial akan mampu menghadapi dengan tenang.

b. Penolong Dalam Kesukaran

Orang yang kurang yakin akan agamanya (lemah imannya) akan menghadapi cobaan/kesulitan dalam
hidup dengan pesimis, bahkan cenderung menyesali hidup dengan berlebihan dan menyalahkan semua
orang.

Beda halnya dengan orang yang beragama dan teguh imannya, orang yang seperti ini akan menerima
setiap cobaan dengan lapang dada. Dengan keyakinan bahwa setiap cobaan yang menimpa dirinya
merupakan ujian dari tuhan (Allah) yang harus dihadapi dengan kesabaran karena Allah memberikan
cobaan kepada hambanya sesuai dengan kemampuannya. Selain itu, barang siapa yang mampu
menghadapi ujian dengan sabar akan ditingkatkan kualitas manusia itu.

c. Penentram Batin
Jika orang yang tidak percaya akan kebesaran tuhan tak peduli orang itu kaya apalagi miskin pasti akan
selalu merasa gelisah. Orang yang kaya takut akan kehilangan harta kekayaannya yang akan habis atau
dicuri oleh orang lain, orang yang miskin apalagi, selalu merasa kurang bahkan cenderung tidak
mensyukuri hidup.

Lain halnya dengan orang yang beriman, orang kaya yang beriman tebal tidak akan gelisah memikirkan
harta kekayaannya. Dalam ajaran Islam harta kekayaan itu merupakan titipan Allah yang didalamnya
terdapat hak orang-orang miskin dan anak yatim piatu. Bahkan sewaktu-waktu bisa diambil oleh yang
maha berkehendak, tidak mungkin gelisah.

Begitu juga dengan orang yang miskin yang beriman, batinnya akan selalu tentram karena setiap yang
terjadi dalam hidupnya merupakan ketetapan Allah dan yang membedakan derajat manusia dimata Allah
bukanlah hartanya melainkan keimanan dan ketakwaannya.

d. Pengendali Moral

Setiap manusia yang beragama yang beriman akan menjalankan setiap ajaran agamanya. Terlebih
dalam ajaran Islam, akhlak amat sangat diperhatikan dan di junjung tinggi dalam Islam. Pelajaran moral
dalam Islam sangatlah tinggi, dalam Islam diajarkan untuk menghormati orang lain, akan tetapi sama
sekali tidak diperintah untuk meminta dihormati.

Islam mengatur hubungan orang tua dan anak dengan begitu indah. Dalam Al-Qur’an ada ayat yang
berbunyi: “dan jangan kau ucapkan kepada kedua (orang tuamu) uf!!” Tidak ada ayat yang
memerintahkan kepada manusia (orang tua) untuk minta dihormati kepada anak.

Selain itu Islam juga mengatur semua hal yang berkaitan dengan moral, mulai dari berpakaian,
berperilaku, bertutur kata hubungan manusia dengan manusia lain (hablum minannas/hubungan sosial).
Termasuk di dalamnya harus jujur, jika seorang berkata bohong maka dia akan disiksa oleh api neraka. Ini
hanya contoh kecil peraturan Islam yang berkaitan dengan moral. Masih banyak lagi aturan Islam yang
berkaitan dengan tatanan perilaku moral yang baik, namun tidak dapat sepenuhnya dituliskan disini.

E.Ruang Lingkup Islam

Secara garis besar ruang lingkup Islam terbagi atas tiga bagian yaitu:

1. Hubungan manusia dengan penciptanya (Allah SWT)

Firman Allah:

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (QS. Az Zariyat:
56)

Firman Allah:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-
Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.” (QS. Al Bayyinah: 5)

2. Hubungan manusia dengan manusia

Agama Islam memiliki konsep-konsep dasar mengenai kekeluargaan, kemasyarakatan, kenegaraan,


perekonomian dan lain-lain. Konsep dasar tersebut memberikan gamabaran tentang ajaran yang
berkenaan dengan: hubungan manusia dengan manusia atau disebut pula sebagai ajaran
kemasyarakatan. Seluruh konsep kemasyaraktan yang ada bertumpu pada satu nilai, yaitu saling
menolong antara sesama manusia.

“dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong
dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat
berat siksa-Nya.” (QS. Al Maidah: 2)

Manusia diciptakan Allah terdiri dari laki-laki dan perempuan. Mereka hidup berkelompok berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku. Mereka saling membutuhkan dan saling mengisi sehingga manusia juga
disebut makhluk sosial, manusia selalu berhubungan satu sama lain. Demikian pula keragaman daerah
asal.

Tidak pada tempatnya andai kata diantara mereka saling membanggakan diri. Sebab kelebihan suatu
kaum bukan terletak pada kekuatannya, kedudukan sosialnya, warna kulit, kecantikan/ketempanan atau
jenis kelamin. Tapi Allah menilai manusia dari takwanya.

3. Hubungan manusia dengan makhluk lainnya/lingkungannya

Seluruh benda-benda yang diciptakan oleh Allah yang ada di alam ini mengandung manfaat bagi
manusia. Alam raya ini berwujud tidak terjadi begitu saja, akan tetapi diciptak oleh Allah dengan sengaja
dan dengan hak.

“Tidakkah kamu perhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah telah menciptakan langit dan bumi dengan
hak?” (QS. Ibrahim; 19)

Manusia dikaruniai akal (sebagai salah satu kelebihannya), ia juga sebagai khalifah di muka bumi, namun
demikian manusia tetap harus terikat dan tunduk pada hukum Allah. Alam diciptakan oleh Allah dan
diperuntukkan bagi kepentingan manusia

https://ilmupengatahuanhukum.blogspot.com/2016/01/peran-dan-fungsi-agama-islam.html?m=1
Berikut ini beberapa karakteristik ajaran Islam yang perlu kita semua ketahui, seperti yang dijabarkan M.
Quraish Shihab dalam Membumikan Al-Qur’an Jilid 2:

Rabbânîyah/ Ketuhanan – Ajarannya bersumber dari Allah swt., bukan manusia. Maka dari itu ia disebut
al-Islam, yang selain menggambarkan kedamaian sebagai ciri utama (as-Salâm), juga bermakna
penyerahan diri kepada Allah swt.

Insânîyyah/ Kemanusian – Semua tuntunannya sesuai dengan fitrah manusia. Pengaturan yang dilakukan
bertujuan untuk menjaga agar fitrah tidak membawa pada runtuhnya nilai kemanusiaan, namun tidak
berlawanan dengannya.

Asy-Syumûl/ Ketercakupan semua aspek – Ajarannya menyangkut segala aspek kehidupan. Mulai dari
aktivitas sehari-hari seperti makan, minum, tidur, hingga berbagai hubungan manusia dengan Tuhan,
manusia lain, juga alam.

Al-Waqi’îyyah/ Realistis – Ajarannya bisa diamalkan oleh semua manusia, terlepas dari status sosial,
ekonomi, ras, lokasi, atau masanya.

Al-Wasathîyyah/ Moderasi – Tuntunannya bersifat pertengahan. Tidak hanya fokus pada dunia, tapi juga
tidak mengabaikannya, justru memanfaatkannya untuk kebahagiaan akhirat.

Al-Wudhûh/ Kejelasan – Ajarannya jelas dan logis. Tidak ada yang bertentangan dengan akal. Walau ada
hal-hal yang tidak mampu diterjemahkan dengan nalar manusia, namun bisa dijelaskan dengan
pendekatan lain.

Qillat At-Taklîf/ Sedikitnya tugas-tugas keagamaan – Islam tidak membebani manusia dengan tugas yang
berat dan banyak. Semua disesuaikan dengan kemampuan manusia itu sendiri.

At-Tadarruj/ Penahapan dan Keberangsuran – Ajaran Islam diturunkan secara bertahap. Diawali dengan
hal yang berkaitan dengan akidah kemudian persoalan hukum. Perlahan-lahan, mengikuti manusia yang
berproses.

‘Adam Al-Haraj/ Tidak memberatkan – Islam bertujuan menyelamatkan manusia, bukan


memberatkannya. Jika ada kondisi tertentu yang menyulitkan seseorang dalam menjalankan ajarannya,
maka ada keringanan yang dapat diperolehnya. Misalnya, menjamak salat dan mengganti puasa
Ramadan.

Sesuai dengan semua tempat dan situasi – Adanya Al-Khair, nilai-nilai universal, yaitu prinsip dan
ketentuan berkaitan dengan fitrah dan keperluan tetap manusia, misalnya kasih sayang orangtua,
kebutuhan akan makanan, dan pakaian. Juga mengenal Al-Ma’ruf, kebaikan yang boleh jadi berbeda
bentuk sesuai perkembangan zaman. Sehingga, ajarannya fleksibel selama tidak bertentangan dengan
prinsip dasarnya.

https://milenialislami.id/2017/12/13/10-karakter-ajaran-islam-yang-perlu-kita-ketahui/
Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam

Dalam agama islam, ada enam peranan yang merupakan hakikat diciptakannnya manusia. Berikut ini
adalah dimensi hakikat manusia berdasarkan pandangan agama islam

1. Sebagai Hamba Allah

Hakikat manusia yang utama adalah sebagai hamba atau abdi Allah SWT. Sebagai seorang hamba maka
manusia wajib mengabdi kepada Allah SWT dengan cara menjalani segala perintahnya dan menjauhi
segala larangannya. Sebagai seorang hamba, seorang manusia juga wajib menjalankan ibadah seperti
shalat wajib, puasa ramadhan (baca puasa ramadhan dan fadhilahnya), zakat (baca syarat penerima
zakat dan penerima zakat), haji (syarat wajib haji) dan melakukan ibadah lainnya dengan penuh
keikhlasan dan segenap hati sebagaimana yang disebutkan dalam ayat berikut ini

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-
Nya dalam menjalankan agama yang lurus …,” (QS:98:5).

2. Sebagai al- Nas

Dalam al- Qur’an manusia juga disebut dengan al- nas. Kata al nas dalam Alquran cenderung mengacu
pada hakikat manusia dalam hubungannya dengan manusia lain atau dalam masyarakat. Manusia
sebagaimana disebutkan dalam ilmu pengetahuan, adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa
keberadaan manusia lainnya (baca keutamaan menyambung tali silaturahmi). Sebagaimana yang
dijelaskan dalam firman Allah SWT berikut

“Hai sekalian manusia, bertaqwalaha kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri,
dan dari padanya Allah menciptakan istirinya, dan dari pada keduanya Alah memperkembangbiakkan
laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah dengan (mempergunakan)
namanya kamu saling meminta satu sama lain dan peliharalah hubungan silaturahim. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS: An Nisa:1).
“Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu disisi Allah adalah yang paling taqwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS: Al Hujurat :13).

3. Sebagai khalifah Allah

Telah disebutkan dalam tujuan penciptaan manusia bahwa pada hakikatnya, manusia diciptakan oleh
Allah SWt sebagai khlaifah atau pemimpin di muka bumi.(baca fungsi alqur’an bagi umat manusia)

“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (peguasa) di muka bumi, maka berilah
keputusan di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu. Karena ia akan
menyesatkan kamu dari jalan Allah. …”(QS Shad:26).

Sebagai seorang khalifah maka masing-masing manusia akan dimintai pertanggung jawabannya kelak di
hari akhir.

4. Sebagai Bani Adam

Manusia disebut sebagai bani Adam atau keturunan Adam agar tidak terjadi kesalahpahaman bahwa
manusia merupakan hasil evolusi kera sebagaimana yang disebutkan oleh Charles Darwin. Islam
memandang manusia sebagai bani Adam untuk menghormati nilai-nilai pengetahuan dan hubungannya
dalam masyarakat. Dalam Alqur’an Allah SWT berfirman

“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan
pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah
sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, semoga mereka selalu ingat. Hai anak Adam janganlah kamu
ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, …” (QS : Al araf 26-
27).
5. Sebagai al- Insan

Tidak hanya disebut sebagai al nas, dalam Alqur’an manusia juga disebut sebagai Al insan merujuk pada
kemampuannya dalam menguasai ilmu dan pengetahuan serta kemampuannya untuk berbicara dan
melakukan hal lainnya (baca hukum menuntut ilmu). Sebagaimana disebutkan dalam surat Al hud
berikut ini

“Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat, kemudian rahmat itu kami cabut dari padanya,
pastilah ia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih.” (QS: Al Hud:9).

6. Sebagai Makhluk Biologis (al- Basyar)

Manusia juga disebut sebagai makhluk biologis atau al basyar karena manusia memiliki raga atau fisik
yang dapat melakukan aktifitas fisik, tumbuh, memerlukan makanan, berkembang biak dan lain
sebagainya sebagaimana ciri-ciri makhluk hidup pada umumnya. Sama seperti makhluk lainnya di bumi
seperti hewan dan tumbuhan, hakikat manusia sebagai makhluk biologis dapat berakhir dan mengalami
kematian, bedanya manusia memiliki akal dan pikiran serta perbuatannya harus dapat
dipertanggungjawabkan kelak di akhirat.

Segala hakikat manusia adalah fitrah yang diberikan Allah SWT agar manusia dapat menjalankan peran
dan fungsinya dalam kehidupan. Manusia sendiri harus dapat memenuhi tugas dan perannya sehingga
tidak menghilangkan hakikat utama penciptaannya.

https://dalamislam-com.cdn.ampproject.org/v/s/dalamislam.com/info-islami/hakikat-manusia-menurut-
islam/amp?amp_js_v=a2&amp_gsa=1&usqp=mq331AQCKAE
%3D#aoh=15714489685545&csi=1&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari
%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fdalamislam.com%2Finfo-islami%2Fhakikat-manusia-
menurut-islam

Asal mula manusia (Nabi Adam) berdasarkan Alquran ialah ketika Allah mulai membuat “cerita” tentang
asal-usul manusia, Malaikat Jibril seolah khawatir karena takut manusia akan berbuat kerusakan di muka
bumi. Kejadian itu tertulis dalam Alquran, ".. Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat, 'Sesungguhnya, Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal)
dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka, apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah
meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud" (QS. Al
Hijr: 28-29).
Dalam buku `Alquran vs Sains Modern’ menurut dr.Zakir Naik, Alquran menyatakan proses penciptaan
manusia dalam dua tahapan.

Tahapan pertama disebut tahapan primordial, yaitu manusia pertama ialah Adam as. Kemudian, tahapan
kedua ialah tahapan biologi, yakni bercampurnya air mani (nuthfah) yang tersimpan dalam tempat yang
kukuh (rahim).

Kemudian nuthfah itu menjadi darah beku (alaqah) yang menggantung dalam rahim. Darah beku
tersebut lalu oleh-Nya dijadikan segumpal daging (mudghah) dan dibalut dengan tulang belulang, serta
ditiupkan roh kepadanya.

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian
Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh (rahim). Kemudian air mani
itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal
daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian
Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik," (Al
Mu’minun Ayat 12-14).

http://www.ldii.or.id/id/news/2016-02-24-23-20-36/sains-i/1999-asal-mula-manusia-menurut-
alquran.html

Pertama, potensi insting. Dengan potensi ini manusia dapat memberi respon secara otomatis terhadap
apa yang dialaminya. Sehingga seorang anak dapat menangis ketika sedih, merintih ketika sakit, menjerit
ketika takut, mempertahankan diri ketika terancam atau tertawa saat merasa ada yang lucu. Potensi ini
tanpa harus dilatih, insya Allah sudah langsung dimiliki oleh setiap anak yang terlahir.

Kedua, potensi indera. Bukan saja panca indera yang selama ini kita kenal tapi juga meliputi indera
keseimbangan dan kinestetik yang membuat manusia bisa berdiri, bergerak, berjalan dan beraktivitas.
Kemampuan indera ada yang dimiliki secara sempurna, tapi ada juga yang kurang sempurna. Namun
bukan berarti ketidaksempurnaan itu lantas menjadi suatu kelemahan, lantaran tidak sedikit mereka
yang tidak sempurna dalam satu sisi ternyata diberi keistimewaan pada sisi yang lain. Untuk itu indera
yang ada perlu dilatih agar bisa berfungsi secara maksimal.
Berkenaan dengan ini tidak jarang kita temukan mereka yang tidak mampu melihat dengan
matanya tapi tetap bisa membaca bahkan di kala lampu sedang padam. Tidak memiliki kaki untuk
berjalan tapi bisa menjelajah ke seluruh dunia memperkenalkan produk dan jasanya meski lewat dunia
maya. Gagu dan sulit bicara tapi kata-katanya bisa menginspirasi seluruh manusia melalui tulisannya.
Inilah beberapa contoh yang nampak jelas di depan mata kita bahwa keterbatasan indera bukanlah
kelemahan bagi anak-anak kita.

Ketiga, potensi akal. Dengan ini manusia bisa mengetahui mana yang baik dan benar.
Mengekplorasi banyak pengetahuan yang semula tidak diketahui, sehingga dapat mengembangkan
wawasan sekaligus menemukan cara dan solusi untuk mengatasi persoalan yang dihadapinya. Tapi
potensi ini tidak muncul dengan sendirinya, perlu ada proses pembelajaran serta pelatihan untuk
menstimulasi perkembangan kemampuan akalnya secara bertahap.

Proses pembelajaran tentu memerlukan waktu yang cukup panjang dan kesabaran, karena
jangankan yang punya keterbatasan, yang terlahir normal pun tetap memerlukan pembinaan dan
bimbingan yang intensif. Sikap mudah menyerah itulah yang sesungguhnya menjadi faktor terbesar
terjadinya kegagalan, bukan keterbatasan yang dimiliki oleh seorang anak.

Keempat, potensi hati. Potensi ini menjadikan manusia bisa merasa dan berempati. Sehingga
dengannya manusia bisa menghormati, menghargai dan menunjukkan kepeduliannya terhadap kondisi
orang lain. Selain itu, hati juga bisa menjadi filter atas segala bentuk kebohongan, karena hati tidak bisa
berdusta.

Kemampuan dalam mengembangkan potensi hati dapat melahirkan kepercayaan, motivasi, spirit dan
penghargaan yang seringkali menjadi modal utama seseorang meraih kesuksesan melebihi potensi
intelegensi atau akal. Begitu banyak orang yang mempunyai intelegensi yang begitu tinggi, akhirnya
justru gagal karena minimnya kecerdasan emosional yang dimiliki.

Kelima, potensi agama. Potensi ini akan membimbing seluruh potensi yang ada sehingga sesuai
dengan kehendak Allah, memberikan batas yang boleh dan dilarang, sekaligus membantu manusia
bangkit dari berbagai masalah yang dihadapi dengan keyakinan bahwa di balik segala kelemahan yang
dimiliki masih ada Allah Yang Maha Kuasa yang mampu menjadikannya mampu menghadapi segala
macam ujian dan tantangan. Tanpa potensi ini, seluruh potensi yang dimiliki seakan bisa menjadi tidak
berarti sehingga banyak orang mudah menyerah serta putus asa.
http://punyalembak.blogspot.com/2017/01/potensi-manusia-menurut-pandangan-islam.html?m=1

Allah juga mengkaruniai kita potensi kelemahan-kelemahan didalam diri kita. Kelemahan –kelemahan
manusia yang diabadikan didalam al-Qur’an antara lain adalah:

1. Suka membantah

Terdapat di Qur’an surah Al-kahfi : 54 yang isinya

‫صرَردفقنا ففي ههققذا ادلققدرآْفن فللرَنا ف‬


‫س فمدن قكلل قمثقلل ۚ قوقكاقن ا د فلدنقساقن أقدكثققر قشديلء قجقدلل‬ ‫قولقققدد ق‬

Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al Quran ini bermacam-macam
perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.

Baca juga tentang Tujuan Penciptaan Manusia dalam Islam, Proses Penciptaan Manusia menurut Islam,
dan Hakikat Penciptaan Manusia menurut Pandangan Islam

2. Bersifat lemah

Terdapat di Qur’an surah An-Nisa : 28 yang isinya

‫ق ا د فلدنقساقن ق‬
‫ضفعيلفا‬ ‫اق أقدن يققخفل ق‬
‫ف قعدنقكدم ۚ قوقخلف ق‬ َ‫يقفريقد ر‬

Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.
Baca juga tentang Konsep Manusia dalam Islam, Hidayah Allah Kepada Manusia, Fungsi Al-quran Bagi
Umat Manusia, dan Penyebab Matinya Hati dalam Islam

3. Zalim dan bodoh

Terdapat di Qur’an surah Al-Ahzab : 72

‫ض قوادلفجقبافل فقأ قبقديقن أقدن يقدحفمدلنققها قوأقدشفقدققن فمدنقها قوقحقملققها ا د فلدنقساقن ۖ إفنرَهق قكاقن ق‬
‫ظقلولما قجقهولل‬ ‫ت قوادلقدر ف‬
‫ضقنا ادلققمانقةق قعقلىَ الرَسقماقوا ف‬
‫إفرَنا قعقر د‬

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka
semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah
amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh,

4. Senang bermaksiat

Terdapat di Qur’an surah Al-Qiyamah: 5

‫بقدل يقفريقد ا د فلدنقساقن لفيقدفقجقر أققماقمهق‬

“ bahkan manusia itu hendak bermaksiat terus-menerus”

5. Mencintai kehidupan dunia

Terdapat di Qur’an surah Al-Qiyamah: 20

‫قكرَل بقدل تقفحبِبوقن ادلقعافجلقةق‬


Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia.

Baca juga tentang Konsep Wakaf Tunai Dalam Prespektif Ekonomi Islam, Hukum Membaca Al-Quran
Digital Bagi Wanita Haid, Cara Menjadi Orang Sukses Menurut Al Qur’an

6. Melampaui batas

Terdapat di Qur’an surah Al-Alaq : 6

‫قكرَل إفرَن ا د فلدنقساقن لقيق د‬


َ‫طقغهى‬

“ketahuilah sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas

7. Malas berbuat baik

Terdapat di Qur’an surah Al-Ma’arij: 21

‫قوإفقذا قمرَسهق ادلقخديقر قمقنولعا‬

“dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir”

Baca juga tentang Keutamaan Berbaik Sangka Kepada Allah, Konsep Kesetaraan Gender Dalam Perspektif
Islam, dan Hukum Meninggalkan Puasa dengan Sengaja

8. Senang berkeluh kesah dan gelisah


Terdapat di Qur’an surah Al-Ma’arij: 19

‫ق هققلولعا‬
‫إفرَن ا د فلدنقساقن قخلف ق‬

“sesungguhnya manusia diciptakan berkeluh kesan lagi kikir”

9. Tergesa-gesa

Terdapat di Qur’an surah Al-Anbiya: 37

‫ق ا د فلدنقساقن فمدن قعقجلل ۚ قسأ قفريقكدم آْقيافتي فققل تقدستقدعفجقلوفن‬


‫قخلف ق‬

Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku perIihatkan kepadamu tanda-tanda
azab-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera.

10. Kikir

Terdapat di Qur’an surah Al-Isra’ : 100

‫ققدل لقدو أقدنتقدم تقدملفقكوقن قخقزائفقن قردحقمفة قرلبي إفلذا قلقدمقسدكتقدم قخدشيقةق ا د فلدنقفا ف‬
‫ق ۚ قوقكاقن ا د فلدنقساقن قققتولرا‬

Katakanlah: “Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-perbendaharaan rahmat Tuhanku,


niscaya perbendaharaan itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya”. Dan adalah manusia itu
sangat kikir.

Banyak kan sifat jelek yang berpotensi melekat pada diri kita, jadi janganlah sombong hanya karena
dianugerahi wajah yang cantik lalu merasa kita adalah makhluk satu-satunya yang diciptakan cantik. Dan
setiap manusia diberikan 2 potensi, yakni potensi baik dan buruk.
Terserah kita ingin jadi baik atau buruk, tidak ada yang melarang bahkan Allah sekalipun. Tetapi, ketika
kita memilih menjadi buruk, kita harus siap dengan segala konsekuensi yang akan terima nantinya.
Karena satu-satunya yang mendapat kerugian hanyalah kita, manusia, makhluk ciptaan Allah yang paling
mendekati sempurna.

https://dalamislam-com.cdn.ampproject.org/v/s/dalamislam.com/landasan-agama/al-
quran/kelemahan-manusia-menurut-islam/amp?amp_js_v=a2&amp_gsa=1&usqp=mq331AQCKAE
%3D#aoh=15714494100052&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari
%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fdalamislam.com%2Flandasan-agama%2Fal-quran
%2Fkelemahan-manusia-menurut-islam

Pertama, manusia itu lemah. “Allah hendak memberikan keringanan kepadamu dan manusia dijadikan
bersifat lemah” (Q.S. Annisa; 28)

Kedua, manusia itu gampang terperdaya “Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu
(berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah” (Q.S Al-Infithar : 6)

Ketiga, manusia itu lalai. “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu” (Q.S At-takaatsur 1)

Keempat, manusia itu penakut. “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar.” (Q.S Al-Baqarah 155)

Kelima, manusia itu bersedih hati. “Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-
orang Nasrani dan orang-orang Shabiin , siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada
Allah , hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada
kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati” (Q.S Al Baqarah: 62)

Keenam, manusia itu tergesa-gesa. "Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa
untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa. (Al-Isra’ 11)

Ketujuh, manusia itu suka membantah. “Dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi
pembantah yang nyata.” (Q.S. an-Nahl 4)

Kedelapan, manusia itu suka berlebih-lebihan. “Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada
Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu
daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada
Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui
batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.” (Q.S Yunus : 12)

“Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas” (Q.S al-Alaq : 6)

Kesembilan, manusia itu pelupa. “Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon
(pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila Tuhan memberikan
nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdoa (kepada Allah) untuk
(menghilangkannya) sebelum itu, dan dia mengada-adakan sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan
(manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah: “Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu;
sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka.” (Q.S Az-Zumar : 8 )

Kesepuluh, manusia itu suka berkeluh-kesah. “Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah” (Q.S Al
Ma’arij : 20)

“Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa
lagi putus harapan.” (Q.S Al-Fushshilat : 20)

“Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia; dan membelakang
dengan sikap yang sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa” (al-Isra’ 83)

Kesebelas, manusia itu kikir. “Katakanlah: “Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-
perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan, karena takut
membelanjakannya.” Dan adalah manusia itu sangat kikir.” (Q.S. Al-Isra’ : 100)

Keduabelas, manusia itu suka kufur nikmat. Dan mereka menjadikan sebahagian dari hamba-hamba-Nya
sebagai bahagian daripada-Nya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar pengingkar yang nyata
(terhadap rahmat Allah). (Q.S. Az-Zukhruf : 15)

sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya, (Q.S. al-’Aadiyaat : 6)

Ketigabelas, manusia itu zalim dan bodoh. “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada
langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu
amat zalim dan amat bodoh, ” (Q.S al-Ahzab : 72)

Keempatbelas, manusia itu suka menuruti prasangkanya. “Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti
kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai
kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (Q.S Yunus 36)

Kelimabelas, manusia itu suka berangan-angan. “Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-
orang mukmin) seraya berkata: “Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu?” Mereka
menjawab: “Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu (kehancuran kami) dan
kamu ragu- ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah;dan kamu
telah ditipu terhadap Allah oleh (syaitan) yang amat penipu.” (Q.S al Hadid 72)

https://m-republika-co-id.cdn.ampproject.org/v/s/m.republika.co.id/amp/ner00l?
amp_js_v=a2&amp_gsa=1&usqp=mq331AQCKAE%3D#aoh=15714496859513&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s

Dibanding makhluk lainnya manusai mempunyai kelebihan-kelebihan. Kelebihan-kelebihan itu


membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Kelebihan manusia adalah kemampuan untuk bergerak
dalam ruang yang bagaimanapun, baik didarat, dilaut, maupun diudara. Sedangkan binatang bergerak
diruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang bergerak didarat dan dilaut, namun tetap saja
mempunyai keterbatasan dan tidak bisa melampaui manusia. Mengenai kelebihan manusia atas makhluk
lain dijelaskan surat al-Isra’ ayat 70.

Disamping itu, manusia diberi akal dan hati, sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah,
berupa al-Quran menurut sunah rasul. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah menciptakan
manusia dalam keadaan sebaik-baiknya (at-Tiin : 95:4). Namun demikian, manusia akan tetap
bermartabat mulia kalau mereka sebagai khalifah ( makhluk alternatif ) tetap hidup dengan ajaran Allah (
QS. Al-An’am : 165 ). Karena ilmunya itulah manusia dilebihkan ( bisa dibedakan ) dengan makhluk
lainnya.

Jika manusia hidup dengn ilmu selain ilmu Allah, manusia tidak bermartabat lagi. Dalam keadaan
demikian manusia disamakan dengan binatang, “mereka itu seperti binatang ( ulaaika kal an’aam ),
bahkan lebih buruk dari binatang ( bal hum adhal ). Dalam keadaan demikian manusia bermartabat
rendah ( at-Tiin : 4 ).

Jadi kelebihan manusia adalah

Makhluk tuhan paling sempurna

Mengabdi kepada allah

Makhluk yang dianugerahi akal

Menjadi khalifah

Bertanggungjwab atas segala perbuatannya


http://dominique122.blogspot.com/2015/04/kelebihan-manusia-dibandingkan-dengan.html?m=1

Beberapa periode kehidupan manusia

DI ALAM KETUHANAN

DI ALAM RUH

DI DALAM RAHIM IBU

DI ALAM DUNIA

KEMBALI KEHADIRAT ALLAH

DI ALAM KETUHANAN

Tuhan ada, DIA berdiri dengan sendirinya, tidak ada apa – apa di sisi-Nya, tidak serupa apapun,
Kemudian Dia ciptakan makhluk : “ Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi, oleh sebab cinta
maka Aku ciptakan makhluk ( Nur Muhammad ) agar dia mengenal akan Aku “. (Hadist Qudsi)

Bahan dasarnya dari Dzat Ilahiah sendiri, melalui kuasa dan kehendak-Nya Dia berkata : “ Kun Fayakun –
Jadilah maka jadi”

Dari Nur Muhammad inilah jagad raya dengan segala isinya berasal, disebutnya : Teori Pancaran Tuhan (
Emanasi ), Teori Big Bang, Teori Panteisme atauTeori Neo Platonisme. Semua teori ini dianggap berasal
dari teori Monisme Hindu.

Beberapa Firman Allah :

1. Al Insan : 76 : 1

“ Bukankah telah datang atas manusia suatu waktu dari masa, sedang Dia ketika itu belum merupakan
sesuatu yang bisa disebut”.

Al Maryam 19 : 9

“ Aku menciptakan engkau sebelumnya ketika engkau belum apa – apa”.

Hadist Rosululloh
Aku berasal dari cahaya Allah, seluruh alam semesta berasal dari cahaya- Ku

Aku adalah bapak dari segala ruh dan Adam bapak dari segala jasad.

Dengan demikian berarti: ruh diciptakan sebelum jasad diciptakan.

DI ALAM RUH

Ketika masih di alam ruh, Tuhan memberikan pengetahuan melalui Firmannya sebagai berikut : Tidak
Aku Ciptakan Jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah- KU ( Dzariyat Adz 51 : 56 )

kemudian Tuhan berfirman;

“ Bukankah aku Tuhanmu”

Para Ruh menjawab

“ Benar kami bersaksi”. ( Al a’raff 7 : 172 )

Ayat ini sebagai penjelasan bahwa;

§ Ruh bisa berkomunikasi dengan Allah

§ Syahadat awal.

DI DALAM RAHIM IBU

Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur , Kami hendak
mengujinya karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat (Al Insan: 76 : 2).

Kami menunjukinya jalan yang lurus ( Al Insan 76 : 3 )

Dia mengetahui ( keadaan ) kamu ketika Dia ciptakan kamu dari tanah dan ketika kamu masih didalam
perut ibumu, karena itu janganlah kamu merasa dirimu suci. Dia mengetahui siapa yang takwa

( An Najm 53:32 )

Dia menciptakan kamu dalam perut ibumu setingkat demi setingkat dalam tiga selubung kegelapan
( Ektoderm – Mesoderm – Endoderm ). (Az Zumar 39:6).

Dia beri kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur kepada – NYA ( An Nahl 16 : 78 ).

Allah yang menciptakan pendengaran, penglihatan dan hati namun sedikit saja kamu bersyukur ( Al
Mu’minun 23 : 78 ).
Bila kamu bersyukur pasti Kami akan menambah ( Nikmat ) kepadamu, bila kamu ingkar maka adzab KU
sangat pedih ( Ibrahim 14 : 17 )

Pendengaran, penglihatan dan hati masing – masing akan diminta pertanggungjawaban ( Al Isra 17 : 36 ).

Bukan matanya yang buta tapi hatinya yang ada didalam dada

( Al Hajj 22 : 46 )

Setelah aku sempurnakan kejadiannya aku hembuskan ruh KU kepadanya ( Al Hijr 15 : 29 Ash Shad 38 :
72 )

Ruh masuk kedalam jasmani sambil membawa amanah ( agama ) karena manusia Zholim dan bodoh ( Al
Ahzab 33 : 72 )

Namun tidak dikatakan amanahnya ( agamanya ) apa. Manusia diberi kebebasan memilih walaupun
Tuhan telah memberi petunjuk.

Setelah di dunia amanah tersebut dilalaikan, oleh karena itu manusia disebut insan yang artinya lalai.

DI ALAM DUNIA

Manusia dilahirkan ke dunia, dalam keadaan fitrah, suci bersih seperti kertas, putih yang belum di coret –
coret. Setelah akil balig pendidikan dan lingkungan akan mewarnai kehidupannya.

Al Hajj 22 : 5

Kami tetapkan dalam rahim apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian
Kami keluarkan kamu sebagai bayi kemudian sampai dewasa ada yang diwafatkan, ada yang
dipanjangkan umurnya.

Al Imran 3 : 28

Ini (Al qur’an) adalah penerangan bagi seluruh manusia, petunjuk serta pelajaran bagi mereka yang
taqwa

An Nahl 16 : 43

Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahuinya.

Al Isra 17 : 70

Sesungguhnya telah Kami muliakan anak – anak Adam………


Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan.

Perjalanan hidup manusia di dunia bagaikan mata air jernih menjadi sungai yang berliku – liku, dicemari
sampah – sampah kehidupan, kena polusi duniawi, airnya jadi kotor dan busuk, namun lautan selalu
menerima air kotor – busuk yang kembali kepadanya. Air kotor itu dibersihkan diangkat derajatnya jadi
awan, bening lagi jadi air hujan dan bermanfaat lagi. Demikian juga Allah lautan ampunan, lautan kasih
sayang akan menerima siapa saja yang kembali kepada – Nya.Tuhan akan mengangkat manusia dari
keterpurukan bagi yang bertawakal dan bertakwa kepada-Nya.

Az Zumar 39 : 53

Janganlah kamu berputus asa atas Rahmat Allah yang akan mengampuni segala dosa, sesungguhnya Dia
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang

An Nisaa 4 : 48

Allah tidak mengampuni dosa syirik, tetapi Dia mengampuni dosa-dosa selain itu

Kemudian manusia yang kembali ke jalan Allah berdoa sebagaimana Adam memohon ampunan Allah

Al Araf 7 : 23

Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri dan jika engkau tidak mengampuni kami dan
memberi rahmat kepada kami niscaya pastilah kami termasuk orang – orang yang merugi

“ Robbana zolamna anfusana wa ilam tagfirlana wa tarhamna lanakunana minal khosirin “.

Al Imran 3 : 173

Cukup Allah menjadi pelindung

“ Hasbunallah wa ni mal wakil “

Al Anfal 8 : 40

Dialah sebaik – baiknya pelindung dan penolong

“ Ni mal maula wa ni mannasir “.


Setiap Ruh yang berada dialam jasmani merasa terbelenggu dan ingin kembali ke sumber asalnya oleh
karena itu setiap manusia memiliki naluri untuk mencari dan mengenal Allah sekalipun dia seorang
penjahat.

Mencari Allah tidak mudah, harus melalui ujian-ujian.

Allah berfirman:

Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur , Kami hendak
mengujinya karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat (Al Insan: 76 : 2).

Apakah cukup engkau menyatakan dirimu beriman sebelum aku mengujimu . ( Al Ankabut 29 : 2 )

Selanjutnya akan selalu ada masalah di dalam kehidupan manusia sebagai ujian dari Tuhan, baik
kehidupan yang lapang ataupun kehidupan yang sempit.

http://drmamanspog.blogspot.com/2012/12/perjalanan-hidup-manusia-versi-al-quran.html?m=1

Tujuan Hidup Menurut Islam

Manusia tidak diciptakan begitu saja tanpa adanya tujuan hidup. Adapun tujuan utama manusia
diciptakan oleh Allah SWT adalah agar dapat menyembah dan beribadah kepada Allah SWT. Berikut ini
adalah tujuan hidup manusia di bumi yang disebutkan dalam Alqur’an dan sunah rasul

1. Menyembah Allah

Adapun tujuan hidup manusia yang paling utama adalah untuk menyembah dan beribadah kepada Allah
SWT. Sebagai hamba Allah, manusia wajib menjalankan segala perintah dan menjauhi segala
laranganNya. Manusia juga harus menjadikan rukun iman dan rukun islam sebagai pedoman hidupnya.
Berikut ini adalah ayat yang menyebutkan kewajiban manusia untuk beribadah kepada Allah SWT

‫ت ادلفجرَن قوا د فلدن ق‬


‫س إفرَل لفيقدعبققدوفن‬ ‫قوقما قخلقدق ق‬
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku” (Qs Adz
zariyat : 56).

Adapun ibadah yang dapat dilaksanakan oleh manusia untuk memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah
dapat berifat umum maupun khusus. Ibadah yang bersifat khusus adalah ibadah yang langsung ditujukan
kepada Allah SWt seperti shalat, baik shalat wajib ataupun shalat sunnah, puasa (baca puasa ramadhan
dan keutamaan puasa senin kamis), zakat (baca penerima zakat dan syarat penerima zakat), haji (baca
syarat wajib haji) dan ibadah lainnya yang sifatnya sunnah seperti membaca Alqur’an (baca manfaat
membaca Alqur’an dalam kehidupan dan manfaat membaca alqur’an bagi ibu hamil), bersedekah (baca
keutamaan bersedekah). Adapun ibadah yang dilakukan secara umum adalah ibadah yang kaitannya
dengan hubungan manusia dengan sesamanya seperti menyambung tali silaturahmi (baca keutamaan
menyambung tali silaturahmi) dan tolong menolong antar sesama sebagaimana yang disebutkan dalam
firman Allah SWT bahwa manusia diciptakan sebagai makhluk sosial

‫اق قعفليمم قخفبيمر‬ َ‫س إفرَنا قخلقدققناقكدم فمدن قذقكلر قوأقدنثقهىَ قوقجقعدلقناقكدم قشقعولبا قوقققبائفقل لفتققعاقرقفوا ۚ إفرَن أقدكقرقمقكدم فعدنقد ر‬
َ‫اف أقدتققاقكدم ۚ إفرَن ر‬ ‫قيا أقبِيقها الرَنا ق‬

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Al hujurat : 13)

2. Menjalankan perannya sebagai khalifah

Manusia adalah khalifah di muka bumi dan setiap manusia adalah pemimpin bagi dirinya sendiri. Istilah
khalifah disini adalah pemimpin dimana manusai bertanggung jawab menjaga keberlangsungan
hidupnya dan alam sekitarnya. Sebagai makhluk yang dikaruniai akal maka manusia memiliki kewajiban
untuk mengelola sumber daya alam dan menjaga kelestariannya. Tidak hanya itu, manusia juga
berkewajiban untuk menjaga dirinya sendiri dari perilaku yang tidak baik karena setiap perlakuan atau
perbuatan manusia di dunia kelak akan dimintai pertanggung jawabannya. Sesuai dengan firman Allah
SWT dalam surat Albaqarah ayat 30 yang bunyinya (baca hakikat manusia menurut islam)
‫س لق ق‬
‫ك ۖ ققاقل إفلني‬ ‫ك قونقققلد ق‬ ‫ض قخفليفقةل ۖ ققاقلوا أقتقدجقعقل ففيقها قمدن يقدففسقد ففيقها قويقدسفف ق‬
‫ك اللدقماقء قونقدحقن نققسبلقح بفقحدمفد ق‬ ‫ك لفدلقمقلئفقكفة إفلني قجافعمل ففي ادلقدر ف‬
‫قوإفدذ ققاقل قربِب ق‬
‫ق‬ ‫ق‬
‫أدعلقم قما قل تقدعلقموقن‬‫ق‬

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman:
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.(QS Al Baqarah :30)

3. Meneruskan Ajaran islam

Tidak hanya beribadah dan menjalankan tugasnya sebagai khalifah, manusia juga wajib menuntut ilmu
dan meneruskannya (baca hukum menuntut ilmu) pada generasi selanjutnya agar ajaran islam tetap
terjaga hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan menurut islam yang menyebutkan bahwa ilmu
pendidikan islam bukan hanya ilmu yang diajarkan untuk melaksanakan ibadah kepada Allah SWT akan
tetapi juga untuk menuntun perilaku manusia dan menunjukkan perbuatan amar ma’ruf nahi mungkar.
Sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah surat Al imran ayat 104 yang bunyinya

‫ف قويقدنهقدوقن قعفن ادلقمدنقكفر ۚ قوقأو هلقئف ق‬


‫ك هققم ادلقمدفلفقحوقن‬ ‫قودلتققكدن فمدنقكدم أقرَمةم يقددقعوقن إفقلىَ ادلقخديفر قويقأدقمقروقن فبادلقمدعقرو ف‬

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.“(QS Al
Imran : 104)

Tujuan hidup manusia tersebut hendaknya dipahami dan dilaksanakan oleh manusia karena tanpa
tercapainya tujuan hidup tersebut maka tuhas manusia di bumi ini tidaklah dapat terpenuhi.

https://dalamislam-com.cdn.ampproject.org/v/s/dalamislam.com/info-islami/tujuan-hidup-menurut-
islam/amp?amp_js_v=a2&amp_gsa=1&usqp=mq331AQCKAE
%3D#aoh=15714515283381&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari
%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fdalamislam.com%2Finfo-islami%2Ftujuan-hidup-menurut-
islam

Berikut adalah penjelasan mengenai tujuan penciptaan manusia :


Mengabdi Kepada Allah SWT Sebagai Illah

”Dan tidaklah Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku” (QS
Adzariyat : 54)

Allah adalah Zat Yang Maha Agung yang menciptakan manusia. Allah menciptakan manusia dengan
kekuasaanya dan kemaha dahsyatannya membuat manusia tidak ada pilihan selain dari mengabdi dan
melakukan apa yang Allah inginkan. Bahkan ketika memilih untuk tidak taat dan patuh pun manusia lah
yang akan merugi. Allah telah memberikan jalan terbaik dan dampak yang baik akan didapatkan oleh
manusia. Untuk itu akan sangat banyak manfaat beriman kepada Allah SWT yang akan menyelamatkan
bukan menyesatkan kita.

Konsep manusia menurut islam semata-mata untuk mengabdi atau melaksanakan ibadah kepada Allah.
Ibadah sendiri berasal dari kata Abada yang artinya adalah sebagai budak. Untuk itu manusia hakikatnya
adalah sebagai budak atau hamba dari Allah. Seorang budak atau hamba tidak lain pekerjaannya adalah
mengikuti apa kata majikannya, menggantungkan hidup pada majikannya, dan senantiasa menjadikan
perkataan majikannya sebagai tuntunan hidupnya.

Perintah Allah untuk taat dan menyembah Allah adalah sebagai bentuk kasih sayang Allah agar manusia
tidak merugi. Ketika manusia menyembah atau menjadikan hal lain sebagai Illah atau Tuhannya, maka
dia tidak akan mendapatkan apa-apa selain kerugian. Untuk itu Allah memerintahkan manusia untuk
beriman pada rukun iman dan melaksankaan rukun islam sebagai tuntunan dasar islam.

Di zaman dahulu ada masyarakat yang menyembah berhala berupa patung. Tentunya orang tersebut
merugi karena patung yang merupakan batu atau benda mati, tidak bisa berbuat apapun malah
berbicara pun tidak bisa. Manusia yang menjadikan kebebasan diri dan hawa nafsu sebagai tuhannya
juga akan malah merugi. Hawa nafsu dan kebebasan manusia tidak bisa menuntun manusia malah akan
menyesatkan. Untuk itu, Manusia seharusnya menjadi raja bagi kebebasan dan hawa nafsunya bukan
justru diperbudak.
Contohnya sudah banyak, seperti minum-minuman keras, pergaulan bebas, dan lain sebagainya
membuat manusia akhirnya malah tersesat dan terperosok. Bukan menjadi baik dan teratur hidupnya
malah justru sebaliknya.

Menjadi Khalifah fil Ard dan Tidak Berbuat Kerusakan di Muka Bumi

Tugas manusia adalah menjadi khalifah di muka bumi. Khalifah sendiri bisa bermakna pemimpin atau
penggganti. Misi ini adalah hakikat manusia menurut islam yang harus dilakukan. Untuk mengetahui apa
sebetulnya makna khalifah maka perlu memahaminya lebih dalam lagi dengan pendekatan ayat Al-
Quran.

Manusia Menjadi Pemimpin-Pengelola di Muka Bumi

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman:
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS : Al Baqarah : 30)

Bentuk pengabdian manusia kepada Allah salah satunya adalah menjalankan misi hidupnya sebagaimana
yang telah Allah berikan untuk menjadi Khalifah fil Ard. Khalifah artinya adalah pemimpin. Tugas
pemimpin adalah mengelola dan memperbaiki agar hal yang diatur dan dipimpinnya menjadi baik.
Pemimpin atau Khalifah bukan arti sebagai status yang menjalankannya hanya orang-orang tertentu.

Khalifah di muka bumi dilakukan oleh semua orang dan di semua lingkup. Keluarga, pekerjaan,
lingkungan sekitar, masyarakat, dan negara adalah lingkup dari khalifah fil ard. Untuk menjalankannya
maka kita membutuhkan ilmu pengetahuan dan skill untuk bisa berkarya bagi kelangsungan dan
kelancaran kehidupan manusia di bumi menjadi seimbang atau mengalami kerusakan.

Manusia Tidak Berbuat Kerusakan dan Melakukan Keadilan

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang
lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (QS. Al-Qasas [28] : 77)
Sebagaimana ayat diatas maka manusia sebagai khalifah dilarang untuk berbuat kerusakan, kejahatan
yang mampu merusak keadilan dan kemakmuran di muka bumi, termasuk menjaga pergaulan dalam
islam yang sudah diatur untuk umat islam. Jika kerusakan tetap dilakukan oleh manusia maka yang
merugi adalah manusia itu sendiri. Tentunya manusia yang menggunakan akal dan taat kepada Allah
akan sadar untuk tidak berbuat kerusakan di semua aspek kehidupannya. Apa yang Allah berikan sudah
banyak dan tidak ada kurang satu apapun.

Menegakkan Keadilan Antar Sesama Manusia

Sebagaimana yang disampaikan di ayat berikut, bahwa keadilan dan hak-hak manusia perlu dijaga
keadilan dan keseimbangannya oleh umat manusia. Menjadi khalifah fil ard bukan hanya mengurus alam
dan kondisi sendiri, melainkan juga memperhatikan hak-hak hidup orang lain dan berlaku adil. Hal ini
menjaga kedamaian di muka bumi serta melangsungkan keadilan adalah nilai-nilai dasar dari ajaran
islam yang Rasulullah SAW ajarkan kepada umat islam.

“Dan Syu’aib berkata: “Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah
kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka
bumi dengan membuat kerusakan”. (QS. Hud [11] : 85)

Mengejar Tujuan Akhirat

Kehidupan di dunia adalah sementara. Untuk itu, dunia bukan tujuan akhir dari kehidupan manusia dan
juga bukan tujuan dari penciptaan manusia untuk tinggal di bumi. Kehidupan sejati adalah di Akhirat
nanti. Untuk itu Allah senantiasa menyuruh melakukan kebaikan untuk mendapatkan pahala akhirat,
menyampaikan kebahagiaan surga dan penderitaan neraka, serta memotivasi di setiap ibadah dan
perilaku kebaikan dengan balasan pahala. Untuk itu Allah menuntun manusia menuju akhirat dengan
memberikan petunjuk agama. Fungsi agama adalah untuk menuntun manusia agar tidak terlena dengan
kehidupan sementara dan senantiasa mengejar akhirat.

Allah Menyuruh untuk Berlomba-lomba Mengejar Pahala Akhirat

“Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamuberada, pasti Allah akan
mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu” (QS Al Baqarah : 148)
Dalam ayat di atas diketahui bahwasanya Allah sendiri menyuruh manusia untuk berlomba-lomba
mengejar pahala akhirat dengan kebaikan. Segala kebaikan tersebut akan diganti dengan kehidupan yang
sangat baik yaitu di Surga.

Untuk itu, pahala akhirat bukan hanya simbol belaka namun sebagai credit poin kehidupan manusia
untuk mempersiapkannya hingga akhir hidup nanti. Allah Maha Adil untuk menghitung poin tersebut
sesuai dengan perilaku manusia ketika di dunia.

Segala Kebaikan akan Dibalas Pahala untuk Kehidupan Akhirat yang baik

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman,
maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik[839] dan sesungguhnya akan
Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”
(QS An Nahl : 97)

Apa yang dilakukan manusia di muka bumi ini akan mendapatkan balasannya. Kebaikan akan dibalas
dengan kebaikan begitupun keburukan akan dibalas dengan keburukan. Untuk itu, kebaikan dan
keburukan manusia semuanya bukan Allah yang menentukan, tetapi manusia itu sendiri mau memilih
kehidupan akhir yang mana untuk dipertimbangkan.

Manusia yang memilih kebaikan tentu Allah dengan adil bahkan membalasnya lebih berkali lipat di
akhirat kelak. Sedangkan manusia yang memilih jalan keburukan dan kemaksiatan sebaliknya akan
mendapatkan siskaan yang juga sangat pedih.

Dampak Jika Manusia Tidak Tahu Tujuan Hidupnya

Manusia yang tidak tahu tujuan diciptakannya maka hidupnya akan terombang ambing dan tidak jelas
arah kemana dia akan berjalan. Untuk itu, bersyuukur bagi manusia yang menyadari dan mampu
menghayati tujuan hidupnya. Ia akan mengarahkan jalannya pada jalan keselamatan bukan kejahiliahan
yang menyesatkan. Selain itu jika manusia tidak mengetahui tujuan hidupnya, ia akan berlaku sombong
dan angkuh di muka bumi dengan aturan hidupnya sendiri. Sifat sombong dalam islam adalah sifat yang
buruk dan malah akan menjerumuskan manusia, karena orang sombong tidak pernah mengevaluasi dan
bertafakur.
https://dalamislam-com.cdn.ampproject.org/v/s/dalamislam.com/dasar-islam/tujuan-penciptaan-
manusia/amp?amp_js_v=a2&amp_gsa=1&usqp=mq331AQCKAE
%3D#aoh=15714516230306&amp_ct=1571451634203&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fdalamislam.com
%2Fdasar-islam%2Ftujuan-penciptaan-manusia

Sukses Menurut Al-Qur'an

“Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama
tuhannya, lalu dia sembahyang. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang
kehidupan akhirat lebih baik dan kekal.”(QS. A'Alaa, 87: 14 - 17)

Siapakah orang yang tak ingin meraih kesuksesan? Tentunya, setiap orang mengidam-idamkan
kesuksesan. Pada umumnya, masyarakat memahami arti kesuksesan identik dengan pencapaian cita-cita,
harapan, serta keinginan. Simpelnya - Kata sukses berarti pencapaian keberhasilan atau keberuntungan
atas wujud nyata dari apa-apa yang dicita-citakan.

Lantas bagaimana makna, “Sukses Menurut Alquran?” Dalam Alquran kata sukses terbagi menjadi 3
(tiga); al-falaah, an-najaat, danal-fauz. Menurut tata bahasa, al-falaah berarti kemenangan, kelestarian,
kekekalan, keberuntungan, dan kebertahanan hidup. An-najaat berarti keselamatan atau
keterhindarandari bencana serta kegagalan, dan terhalaunya hambatan. Adapun al-fauz berarti
keberhasilan atau keberuntungan yang baik.

Dari ketiga kata yang bermakna sukses tersebut di atas, yang mendominasi disebut dalam Alquran
adalah Al-falaah. Ini membuktikan pengertian secara bahasa dari kata Al-falaah sudah mencakup makna
an-najaat dan al-fauz. Lebih dari 15 kali, kata Al-falaah disebutkan dalam Alquran, baik variasi ataupun
derivasinya.

Beragam ayat dalam Alquran yang berkaitan dengan al-falaah, hampir rata-rata berisikan implementasi
dan merefleksikan 5 hal tersebut di bawah ini.
Bebas dari hal-hal yang membuat rugi, sakit, dan memperburuk keadaan diri (An-najaat),Mendapatkan
dan meraih keadaan dan kondisi yang layak, baik dan sentosa (Al-falaah),Tercapainya harapan serta cita-
cita (Al-fauz),Menang dan berhasil menaklukkan berbagai rintangan (Al-fauz wa an-najaat),Menggapai
'keabadian' hidup (al-falaah), keberadaannya dikenang secara positif sepanjang sejarah, mendapatkan
kehidupan damai (kekal) di dunia dan kehidupan akhirat.

http://www.pasbana.com/2017/09/sukses-dan-bahagia-menurut-al-quran.html

Pengertian Iman dalam Agama Islam - Iman (bahasa Arab:‫ )اليمان‬secara etimologis berarti 'percaya'.
Perkataan iman (‫ )إيمان‬diambil dari kata kerja 'aamana' (‫ )أمن‬-- yukminu' (‫ )يؤمن‬yang berarti 'percaya' atau
'membenarkan'.

Iman secara bahasa berarti tashdiq (membenarkan). Sedangkan secara istilah syar’i, iman adalah
"Keyakinan dalam hati, Perkataan di lisan, amalan dengan anggota badan, bertambah dengan melakukan
ketaatan dan berkurang dengan maksiat". Para ulama salaf menjadikan amal termasuk unsur keimanan.
Oleh sebab itu iman bisa bertambah dan berkurang, sebagaimana amal juga bertambah dan berkurang".
Ini adalah definisi menurut Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad, Al Auza’i, Ishaq bin Rahawaih,
madzhab Zhahiriyah dan segenap ulama selainnya.

Dengan demikian definisi iman memiliki 5 karakter: keyakinan hati, perkataan lisan, dan amal perbuatan,
bisa bertambah dan bisa berkurang.

“Agar bertambah keimanan mereka di atas keimanan mereka yang sudah ada.

QS. Al Fath [48] : 4

Imam Syafi’i berkata, “Iman itu meliputi perkataan dan perbuatan. Dia bisa bertambah dan bisa
berkurang. Bertambah dengan sebab ketaatan dan berkurang dengan sebab kemaksiatan.” Imam Ahmad
berkata, “Iman bisa bertambah dan bisa berkurang. Ia bertambah dengan melakukan amal, dan ia
berkurang dengan sebab meninggalkan amal.” Imam Bukhari mengatakan, “Aku telah bertemu dengan
lebih dari seribu orang ulama dari berbagai penjuru negeri, aku tidak pernah melihat mereka berselisih
bahwasanya iman adalah perkataan dan perbuatan, bisa bertambah dan berkurang.”

Perkataan iman yang berarti 'membenarkan' itu disebutkan dalam al-Quran, di antaranya dalam Surah
At-Taubah ayat 62 yang bermaksud: "Dia (Muhammad) itu membenarkan (mempercayai) kepada Allah
dan membenarkan kepada para orang yang beriman." Iman itu ditujukan kepada Allah , kitab kitab dan
Rasul. Iman itu ada dua Iman Hak dan Iman Batil.

Definisi Iman berdasarkan hadist merupakan tambatan hati yang diucapkan dan dilakukan merupakan
satu kesatuan. Iman memiliki prinsip dasar segala isi hati, ucapan dan perbuatan sama dalam satu
keyakinan, maka orang - orang beriman adalah mereka yang di dalam hatinya, disetiap ucapannya dan
segala tindakanya sama, maka orang beriman dapat juga disebut dengan orang yang jujur atau orang
yang memiliki prinsip. atau juga pandangan dan sikap hidup.
Para imam dan ulama telah mendefinisikan istilah iman ini, antara lain, seperti diucapkan oleh Imam Ali
bin Abi Talib: "Iman itu ucapan dengan lidah dan kepercayaan yang benar dengan hati dan perbuatan
dengan anggota." Aisyah r.a. berkata: "Iman kepada Allah itu mengakui dengan lisan dan membenarkan
dengan hati dan mengerjakan dengan anggota." Imam al-Ghazali menguraikan makna iman: "Pengakuan
dengan lidah (lisan) membenarkan pengakuan itu dengan hati dan mengamalkannya dengan rukun-
rukun (anggota-anggota)."

Jadi, dapat di simpulkan bahwa seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman)
sempurna apabila memenuhi unsur unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya
tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan,
maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, unsur unsur
keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.

Keimanan adalah hal yang paling mendasar yang harus dimiliki seseorang. Allah memerintahkan agar
ummat manusia beriman kepada-Nya, sebagaimana firman Allah yang artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya (Muhammad) dan
kepada Kitab (Al Qur’an) yang diturunkan kepada RasulNya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya.
Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya, dan hari
kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh.” (Q.S. An Nisa : 136)

b) Pengertian Ilmu

Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari: alima ya’lamu yang berarti tahu atau
mengetahui dalam bahasa Inggris ilmu biasanyadipadankan dengan kata science. Dalam bahasa
Indonesia kata science umumnyadiartikan ilmu tapi sering juga diartikan dengan ilmu pengetahuan.Ilmu
adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode–metode
tertentu yang dapat di gunakan untuk menerangkan gejala–gejala tertentu di bidang pengetahuan itu.

Ajaran Islam sebagai mana tercermin dari Al-qur'an sangat kental dengannuansa–nuansa yang berkaitan
dengan ilmu, ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran islam.Keimanan yang
dimilikioleh seseorang akan jadi pendorong untuk menuntutilmu, sehingga posisi orang yang beriman
dan berilmu berada pada posisi yang tinggidihadapan Allah. Yang berarti juga rasa takut kepada Allah
akan menjiwai seluruhaktivitas kehidupan manusia untuk beramal shaleh. Dengan demikian nampak
jelas bahwa keimanan yang dibarengi dengan ilmu akan membuahkan amal–amal shaleh. Nurcholis
Majid menyatakan bahwa keimanan dan amal perbuatan beserta ilmumembentuk segi tiga pola hidup
yang kokoh.Ilmu, iman dan amal shaleh faktor menggapai kehidupan bahagia. Ketenanganhati,
kebahagiaannnya dan hilangnya kegundahan adalah keinginan setiap orang,dengan itulah kehidupan
yang baik, perasaan senang dan tentram dapat dicapai.

c) Pengertian Amal

Secara bahasa "amal" berasal dari bahasa Arab yang berarti perbuatan atau tindakan, sedangkan saleh
berarti yang baik atau yang patut. Menurut istilah, amal saleh ialah perbuatan baik yang memberikan
manfaat kepada pelakunya di dunia dan balasan pahala yang berlipat di akhirat.

Pengertian amal dalam pandangan Islam adalah setiap amal saleh, atau setiap perbuatan kebajikan yang
diridhai oleh Allah SWT. Dengan demikian, amal dalam Islam tidak hanya terbatas pada ibadah,
sebagaimana ilmu dalam Islam tidak hanya terbatas pada ilmu fikih dan hukum-hukum agama. Ilmu
dalam dalam ini mencakup semua yang bermanfaat bagi manusia seperti meliputi ilmu agama, ilmu
alam, ilmu sosial dan lain-lain. Ilmu-ilmu ini jika dikembangkan dengan benar dan baik maka
memberikan dampak yang positif bagi peradaban manusia

Kata amal artinya pekerjaan. Dalam bahasa Arab kata amal dipakai untuk semua bentuk pekerjaan. Tidak
seperti anggapan sebagian masyarakat Muslim, yang mengembalikan kata amal dengan kata ibadah dan
memahaminya sebatas kegiatan ritual seperti pergi ke masjid, membaca Alquran, shalat, puasa, haji,
zakat, sedekah, dan sebagainya.
Dalam Al-Quran, kata amal terbagi kepada 'amalus-shalih (pekerjaan baik) dan 'amalun ghairus-shalih
(pekerjaan yang tidak baik). 'Amalun ghairus-shalih disebut pula dengan 'amalus-sayyi-ah (amal salah),
termasuk pula ke dalam kategori ini 'amalus-syaithan (pekerjaan setan) dan 'amalus-mufsidin (pekerjaan
pelaku kebinasaan). Umat Islam diperintah melakukan 'amalus-shalih dan wajib menjauhi 'amalus-sayyi-
ah.

Ada firman Allah SWT, ''Siapa yang mengerjakan kebaikan dia mendapat pahala dari perbuatannya itu
dan siapa yang mengerjakan kejahatan maka orang yang melakukan kejahatan itu tidak dibalas kecuali
menurut apa yang dikerjakannya.'' (Al-Qasas: 84).

2.2 Hubungan antara Iman, Ilmu dan Amal

Sumber pokok ilmu pengetahuan menurut Islam adalah wahyu dan akal yang keduanya tidak boleh
dipertentangkan karena manusia diberi kebebasan dengan mengembangkan akalnya dengan catatan
dalam pengembangan tersebut tetap, terikat dengan wahyu dan tidak akan bertentangan dengan syariat
Islam. Sehingga ilmu pengetahuan dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu ilmu yang bersifat abadi yang
tingkat kebenarannya bersifat mutlak dan ilmu yang bersifat perolehan yang tingkat kebenarannya
bersifat nisbi. Menuntut ilmu pengetahuan mendalami ilmu agama bertujuan untuk mencerdaskan umat
dan mengembangkan agama islam agar dapat disebarluaskan dan dipahami oleh masyarakat.Tiga
macam kewajiban ilmu pengetahuan bagi orang mukmin:

Ø Menuntut ilmu, walaupun sampai ke negeri cina.

Ø Mengamalkannya.

Ø Mengajarkan kepada orang lain tanpa pilih-pilih.

Kewajiban menuntut ilmu pengetahuan yanbg ditekankan adalah dalam bidang agama,karena agama
merupakan sistem hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia.Allah juga memberikan
tuntunan agar motifasi dan niat belajar serta menuntut ilmu itu hanya semata-mata karena Allah
SWT.Seperti di QS Al-Alaq:1-5. Alasan mencari ilmu yang motifasinya harus wajib karena Allah SWT :

Ø Karena ilmu yang dicari itu bermanfaat baik di dunia maupun di akherat.
Ø Ada kesungguhan bagi yang menuntutnya karena dorongannya hanya satu yaitu perintah Allah SWT.

Ø Tidak akan kecewa berat apabila tujuannya tidak tercapai karena semuanya telah diatur oleh Allah
yang maha bijaksana.

Menurut HR.Al-Baihaqi,”Betapa wajib dan pentingnya hubungan sinerki antara iman, ilmu,dan amal
perbuatan, sehingga mencari ilmu dalam kondisi apapun dalam orang mukmin merupakan suatu
kewajiban yang tidak bisa diabaikan serta dalam mengamalkannya yang dilandasi iman karena Allah SWT.

http://istiqomahnovita.blogspot.com/2016/12/iman-ilmu-dan-amal.html?m=1

Allah menyebut ada 5 sifat di dalam ayat tersebut. Berikut adalah sifat-sifatnya.

Memiliki Rasa Takut di Dalam Hatinya

Allah Ta’ala berfirman

‫إفنرَقما ٱدلقمدؤفمقنوقن ٱلرَفذيقن إفقذا قذفكقر ٱرَلق قوفجلق د‬


‫ت قققلوبقهقدم‬

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati
mereka” (QS. Al-Anfal: 2)

Hanya orang yang beriman jika disebutkan nama Allah, muncul rasa takut dalam hatinya. Rasa takutnya
sebagai bentuk mengagungkan Allah. Sebagai contoh, jika ada seseorang yang berkeinginan melakukan
maksiat, kemudian ia teringat Allah atau ada yang mengingatkannya dengan mengatakan, “bertakwalah
anda kepada Allah”, maka dia adalah seorang yang mukmin. Rasa takut tersebut adalah ciri-ciri orang
yang beriman.

Adanya Tambahan Iman ketika Ayat Quran Dibacakan

Allah Ta’ala berfirman

‫ت قعلقديفهدم قءا هيقتقهۥُق قزاقددتهقدم فإيهقملنا‬


‫قوإفقذا تقلفيق د‬

“dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya)” (QS. Al-Anfal: 2)
Hal ini menjadi bukti keimanan seseorang ketika Al Qur’an dibaca baik oleh dirinya ataupun orang lain, ia
dapat mengambil manfaat dengan bertambahnya rasa iman. Sebagaimana RasulullahShallallahu ‘alaihi
Wasallam pernah memerintahkan Ibnu Mas’ud untuk membacakan Al Qur’an, lantas Ibnu Mas’ud
bertanya, “Bagaimana aku membacakan Al Qur’an sedang Al Qur’an diturunkan untukmu?”.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam pun menjawab, “Sungguh aku senang mendengar bacaan Al
Qur’an dari orang lain.” Ibnu Mas’ud pun membaca surah An-Nisa, tatkala sampai pada ayat 41,

‫ك قعلقهىَ ههققؤقلفء قشفهيلدا‬


‫ف إفقذا فجدئقنا فمن قكلل أقرَمةلة بفقشفهيلد قوفجدئقنا بف ق‬
‫فققكدي ق‬

“Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari
tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai
umatmu)” (QS. An-Nisa: 41).

Maka Nabi mengatakan, “Cukup” Aku pun memandangi Nabi dan melihat mata beliau berlinangan air
mata. (HR. Al-Bukhari)

Potongan ayat ke-2 surah Al-Anfal di atas menjadi dalil bahwa rasa iman bisa bertambah dan bisa
berkurang. Karena akidah ahlusunnah adalah iman itu bertambah dengan melakukan ketaatan dan
berkurang dengan melakukan maksiat. Dicontohkan dalam ayat di atas adalah melakukan ketaatan
dengan mendengarkan bacaan al quran. Adapun kelompok murji’ah yang memiliki penyimpangan dalam
akidah ini, mengatakan bahwa rasa iman tidak dapat bertambah maupun berkurang, dan ini adalah
akidah yang keliru.

Kisah Ibnu Mas’ud di atas juga menunjukkan betapa lembutnya hati Nabi, tatkala beliau dibacakan Al
Qur’an, hati beliau terenyuh sehingga berlinanglah air mata beliau.

Tawakkal Hanya kepada Allah

Allah Ta’ala berfirman


‫قوقعلقهىَ قربلفهدم يقتققورَكقلوقن‬

“dan hanya kepada Rabbnya mereka bertawakkal” (QS. Al-Anfal: 2).

Orang yang beriman akan menyandarkan segala urusannya hanya kepada Allah, bukan kepada yang lain.
Akan tetapi mereka juga melakukan sebab agar terwujudnya suatu hal, di samping tetap bertawakkal
kepada Allah. Karena mereka yakin bahwa tidak akan terwujud suatu hal kecuali atas kehendak Allah.

Mendirikan Shalat

Allah Ta’ala berfirman

َ‫ٱلرَفذيقن يقفقيقموقن ٱل ر‬
‫صلقهوةق‬

“(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat” (QS. Al-Anfal: 3).

Banyak ayat yang menunjukkan shalat adalah bukti keimanan seseorang, salah satu dalam ayat ini. Orang
yang beriman akan mendirikan shalat secara sempurna, baik shalat yang hukumnya wajib maupun yang
dianjurkan.

Senang Berinfak

Allah Ta’ala berfirman

‫قوفمرَما قرقزدق هنقهقدم قينففققوقن‬

“dan yang menginfakkan rizki yang Kami berikan kepada mereka” (QS. Al-Anfal: 3).

Seorang dikatakan beriman ketika ia menginfakkan hartanya di jalan Allah. Sebagaimana yang dilakukan
oleh Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, beliau menginfakkan seluruh hartanya di jalan Allah. Namun ada
catatan penting, ketika ada yang memiliki kebutuhan mendesak, baik dari keluarga maupun orang lain,
maka tidak sepatutnya menginfakkan seluruh hartanya.

Demikianlah 5 sifat orang beriman yang Allah sebut dalam surah Al-Anfal ayat ke-2 dan ke-3. Kemudian
di awal ayat ke 4 Allah sebut mereka itulah orang yang memiliki iman dengan sebenar benar iman. Allah
mengatakan:

‫ه‬
‫ك هققم ٱدلقمدؤفمقنوقن قح قلقا‬
‫أقوولقئف ق‬

“Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya” (QS. Al-Anfal: 4).

Semoga kita tergolong orang yang memiliki sifat-sifat di atas sehingga predikat orang yang beriman dapat
kita raih. Wallahul muwaffiq.

***

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/25367-5-sifat-orang-yang-beriman.html

Tauhid secara bahasa arab merupakan bentuk masdar dari fi’il wahhada-yuwahhidu (dengan huruf ha di
tasydid), yang artinya menjadikan sesuatu satu saja. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata:
“Makna ini tidak tepat kecuali diikuti dengan penafian. Yaitu menafikan segala sesuatu selain sesuatu
yang kita jadikan satu saja, kemudian baru menetapkannya” (Syarh Tsalatsatil Ushul, 39).

Secara istilah syar’i, makna tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan yang
benar dengan segala kekhususannya (Syarh Tsalatsatil Ushul, 39). Dari makna ini sesungguhnya dapat
dipahami bahwa banyak hal yang dijadikan sesembahan oleh manusia, bisa jadi berupa Malaikat, para
Nabi, orang-orang shalih atau bahkan makhluk Allah yang lain, namun seorang yang bertauhid hanya
menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan saja
Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/6615-makna-tauhid.html

A]. Makna Syahadat “Laa ilaaha illallah”

Yaitu beri’tikad dan berikrar bahwasanya tidak ada yang berhak disembah dan menerima ibadah kecuali
Allah Subhanahu wa Ta’ala, menta’ati hal terse-but dan mengamalkannya. La ilaaha menafikan hak
penyembahan dari selain Allah, siapa pun orangnya. Illallah adalah penetapan hak Allah semata untuk
disembah.

Jadi makna kalimat ini secara ijmal (global) adalah, “Tidak ada sesembahan yang hak selain Allah”.
Khabar “Laa ” harus ditaqdirkan “bi haqqi” (yang hak), tidak boleh ditaqdirkan dengan “maujud ” (ada).
Karena ini menyalahi kenyataan yang ada, sebab tuhan yang disembah selain Allah banyak sekali. Hal itu
akan berarti bahwa menyembah tuhan-tuhan tersebut adalah ibadah pula untuk Allah. Ini Tentu
kebatilan yang nyata.

Read more https://almanhaj.or.id/2101-makna-syahadatain-rukun-syarat-konsekuensi-dan-yang-


membatalkannya.html

Tauhid sebagai Landasan bagi Semua Aspek kehidupan

Tauhid dalam pandangan islam merupakan akar yang melandasi setiap aktivitas manusia.
Kekokohan dan tegaknya tauhid mencerminkan luasnya pandangan, timbulnya semangat beramal dan
lahirnya sikap optimistik. Sehingga tauhid dapat digambarkan sebagai sumber segala perbuatan (amal
shalih) manusia.

Sebetulnya formulasi tauhid terletak pada realitas sosial. Adapun bentuknya, tauhid menjadi titik
sentral dalam melandasi dan mendasari aktivitas. Tauhid harus diterjemahkan ke dalam realitas historis-
empiris. Tauhid harusnya dapat menjawab semua problematika kehidupan modernitas, dan merupakan
senjata pamungkas yang mampu memberikan alternatif yang lebih anggun dan segar.

Tujuan tauhid adalah memanusiakan manusia. Itu sebabnya, dehumanisasi merupakan tantangan
tauhid yang harus dikembalikan kepada tujuan tauhid, yaitu memberikan perubahan terhadap
masyarakat. Perubahan itu didasarkan pada cita-cita profetik yang diderivasikan dari misi historis
sebagaimana tertera dalam firman Allah:
‫س تقأدقمقروقن فبادلقمدعقرو ف‬
‫ف قوتقدنهقدوقن قعفن ادلقمدنقكفر قوتقدؤفمقنوقن فبارَلف‬ ‫قكدنتقدم قخديقر أقرَملة أقدخفرقج د‬
‫ت فللرَنا ف‬

Artinya :“Engkau adalah umat terbaik yang diturunkan di tengah manusia untuk menegakkan kebaikan,
mencegah kemungkaran dan beriman kepada Allah”.(QS. Ali’Imran: 110).

Kuntowijoyo memberikan tiga muatan dalam ayat di atas sebagai karakteristik ilmu sosial profetik, yakni
kandungan nilai humanisasi, liberasi dan transendensi. Tujuannya supaya diarahkan untuk merekayasa
masyarakat menuju cita-cita sosial-etiknya di masa depan.

E. Jaminan Allah Bagi Ahli Tauhid

Tidak diragukan lagi bawa tauhid memiliki kedudukan yang sangat agung dalam Islam. Oleh
karena itu, bagi siapa yang mampu merealisasikan tauhid dengan benar akan mendapat beberapa
keistimewaan. Bagi orang-orang yang termasuk ahli tauhid, Allah janjikan banyak sekali kebahagian,baik
di dunia, lebih-lebih di akhirat. Itu semua hanya khusus diberikan bagi ahli tauhid.

1. Ahli Tauhid Mendapatkan Keamanan dan Petunjuk

Seorang yang bertauhid dengan benar akan mendapatkan rasa aman dan petunjuk. Allah SWT
menegaskan dalam firman-Nya :

‫الرَفذيقن آْقمقنوا قولقدم يقدلبفقسوا فإيقمانقهقدم بفظقدللم قأولقئف ق‬


‫ك لقهققم الدمقن قوهقدم قمدهتققدوقن‬

Artinya : “ Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukan iman meraka dengan
kezhaliman (syirik), mereka itulah yang mendapa keamanan dan mereka itu adalah –orang-orang yang
mendapatkan petunjuk’. (QS. Al-An’am: 82).

Kezhaliman meliputi tiga perkara, yaitu kezhaliman terhadap hak Allah yaitu dengan berbuat
syirik, kezhaliman seseorang terhadap dirinya sendiri yaitu dengan berbuat maksiat, dan kezhaliman
seseorang terhadap orang lain yaitu dengan menganiaya orang lain.

Kezhaliman adalah menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya. Kesyirikan disebut kezhaliman
karna menunjukan ibadah kepada yang tidak berhak menerimanya. Ini merupakan kezhaliman yang
paling zhalim. Hal ini karena pelaku syirik menunjukan ibadah kepada yang tidak berhak menerimanya,
mereka menyamakan Al-Khaliq (Sang Pencipta) dengan makhluk, menyamakan yang lemah dengan
Maha Perkasa.

Yang dimaksud dengan kezhaliman dalam ayat di atas adalah syirik, sebagaimana dijelaskan oleh
Rasulallah SAW ketika menafsirkan ayat ini. Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu mengatakan, “ Ketika ayat ini
turun,terasa beratlah di hati para sahabat, mereka mengatakan siapakah di antara kita yang tidak pernah
menzhalimi dri sendiri (berbuat maksiat), maka rasulallah SAW bersabda : “Dan (ingatlah) ketika Luqman
berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “ Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya , mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang
besar.(QS. Lukman : 13)”
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukan keimanan mereka dengan kezhaliman
(kesyirikan). Mereka akan mendapatkan rasa aman di dunia dan di akhirat serta mendapatkan keamanan
di dunia berupa ketenangan hati, dan keamanan di akhirat dari hal-hal yang ditakti yang akan terjadi di
Hari Akhir. Petunjuk yang mereka dapatkan di dunia berupa ilmu yang bermanfaat dan amal shalih,
sedangkan petunjuk diakhirat berupa petunjuk yang mereka dapatkan sesuai dengan kadar tauhidnya.
Semakin sempurna Tauhid seseorang, semakin besar keamanan dan petunjuk yang akan diperoleh.

2. Ahli Tauhid Djamin Masuk Surga.

Rasulullah SAW bersabda :

‫اف قوقرقسولقهق قوقكلفقمتقهق أقدلققاقها‬


َ‫ك لقهق قوأقرَن قمقحرَملدا قعدبقدهق قوقرقسولقهق قوأقرَن فعيقسىَ قعدبقد ر‬ َ‫قمدن قشفهقد أقدن قل إفلقهق إفرَل ر‬
‫اق قودحقدهق قل قشفري ق‬

‫اق ادلقجنرَةق قعقلىَ قما قكاقن فمدن ادلقعقمفل‬


َ‫ق أقددقخلقهق ر‬ ‫إفقلىَ قمدريققم قوقرومح فمدنهق قوادلقجنرَةق قح ق‬
‫ق قوالرَناقر قح ق‬

Artinya :” Barangsiapa yang bersyahadat (bersaksi) bahwa tidak ada ilah (sesembah) yang berhak
disembah selain allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan saksi bahwa Muhammad adalah hamba
dan rosul-Nya, dan ‘Isa adalah hamba dan rasul-Nya, dan kalimat yang disampaikan-Nya kepada
Maryam serta ruh dari-Nya dan bersaksi bawha surga dan neraka benar adanya, maka Allah akan
memasukkannya ke dalam surga, sesuai amal yang telah dikerjakannya”.

Ini merupakan janji dari Allah SAW untuk ahli Tauhid bawha mereka akan dimasukkan ke dalam
surga. Ahli Tauhid adalah mereka yang bersyahadat (bersaksi) dengan persaksian yang disebut dalam
hadis diatas. Maksud syahadat yang benar harus terkandung tiga hal, yaitu mengucapkannya dengan
lisan, memahami maknanya, dan mengamalkan segala konsekuensinya. Tidak cukup hanya sekedar
mengucapkan saja.

Sesuai amal yang telah dikerjakannya ada dua tafsiran :

Pertama, mereka akan masuk surga walaupun memiliki dosa-dosa selain syirik karena dosa-dosa
selain syirik tersebut tidak menghalanginya untuk masuk ke dalam surga, baik masuk surga secara
langsung maupun sempat diazab di neraka lalu akhirnya masuk surga. Ini merupakan keutamaan tauhid
yang dapat menghapuskan dosa-dosa dengan izin Allah dang mnghalangi seseorang dengan amal
shalihnya.

Kedua, ,mereka akan masuk surga, namun kedudukan mereka dalam surga sesuai dengan amalan
merka, karena kedudukan seseorang di surga bertingkat-tingkat sesuai amal shalihanya.

3. Ahli Tauhid Diharamkan dari Neraka

Sungguh, neraka adalah seburuk-buruk tempat kembali. Betapa bahagianya seseorang yang tidak
mnjadi penghuni neraka. Hal ini akan didapatkan oleh sesorang yang bertauhid dengan benar. Sabda
Rasullalah SAW:

َ‫ك قودجهق ر‬
‫اف‬ َ‫اق ققدد قحرَرقم قعقلىَ الرَنافر قمدن ققاقل لق إفلقهق إفلرَ ر‬
‫اق يقدبتقفغدي بفقذلف ق‬ َ‫فقإ فرَن ر‬.
Artinya : “ Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang yang menatakan La ilaaha illa-
Allah, yang di ucapkan ikhlas mengharapkan wajah Allah. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Pengharaman dari neraka ada dua bentuk. Pertama, diharamkan masuk neraka secara mutlak
dalam arti dia tidak akan pernah masuk neraka sama sekali. Boleh jadi dia mempunyai dosa, lalu Allah
SWT mengampuninnya atau dia termasuk golongan orang-orang yang masuk surga tanpa hisab dan
tanpa azab. Kedua, diharamkan kekal masuk neraka dalam arti dikeluarkan dari neraka setelah sempat
dimasukkan ke dalamnya selama beberapa waktu.

4. Ahli Tauhid Diampuni Dosa-dosanya.

Hidup kita tidak luput dari gelimbang dosa dan maksiat. Karena itu pengampunan dosa adaalah
sesuatu yang sangat kita harapkan. Dengan melaksanakan tauhid swcara benar, menjadi sebab terbesar
dapat menghapus dosa-dosa kita. Rasulallah SAW bersabda :

Yang Artinya : “ Allah berfirman : ‘ Wahai anak adam, sesungguhnya sekiranya kamu kamu datang
pada-Ku dengan kesalahan sepenuh bumi, keumdian kamu datang kepada-Ku tanpa menyrkutukan
sesuatu pun dengan-Ku, maka aku akan mendtangimu dengan ampun sepenuh bumi pula”. (HR. Tirmidzi)

Dalam hadist ini Rasulallah mengabarkan tentang luasnya keutamaan dan rahmat Allah. Allah
akan menghapus dosa-dosa yang besar sekalipun selama itu bukan dosa syirik. Semakna dengan hadist
ini seperti difirmankan Allah :

‫ك لفقمدن يققشاقء قوقمدن يقدشفردك فبارَلف فقققفد ادفتققرى إفدثلما قعفظيلما‬ ‫اق قل يقدغففقر أقدن يقدشقر ق‬
‫ك بففه قويقدغففقر قما قدوقن قذلف ق‬ َ‫إفرَن ر‬

Artinya :’ Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala
dosa yang lain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya, Barangsiapa siapa yang
mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”. (QS. An-Nisaa’:48)

5. Jaminan Bagi Masyarakan yang Bertauhid

Kebaikan tauhid ternyata tidak hanya bermanfaat bagi individu. Jika sesuatu masyarakat benar-
benar merealisasikan tauhid dalam kehidupan mereka, Allah SWT akan memberikan jaminan bagi
mereka

Sebagaimana friman-Nya Yang Artinya :

“ Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan
amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan merka berkuasa di muka bumi,
sebagaimanan Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan
meneguhkan bagi mereka agama yang telah dirikhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan
menukar(keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap
menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang
(tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka merka itulah orang-orang yang fasik”.(QS. An-Nur:55)

Dalam ayat di atas Allah SWT memberikan bebrapa jaminan bagi sesuatu masyarakat yang mau
mengimplementasikan nilai-nilai ketauhidan dalam kehidupan, yaitu mendapat kekuasaan di muka bumi,
mendapat kemantapan dan keteguhan dalam beragama, serta mndapat keamanan dan dijauhkan rasa
takut.

Dalam ayat di atas Allah SWT memebrikan beberapa jaminan bagi suatu masyarakat yang mau
mengimplementasikan nila-nilai ketauhidan dalam kehidupan, yaitu mendapat kekuasaan di muka bumi,
mendapat kemantapan dan keteguhan dalam beragama, serta mndapat keamanan dan dijaukan dari
rasa takut.

Demikian sebagian di antara jaminan yang akan didapatkan oleh ahli tauhid. Mengutip Asy-Syaikh
Abdurrahman As-Sa’di, termasuk keutamaan Tauhid adalah :

a. Dapat menghapus dosa-dosa.

b. Merupakan faktor terbesar dalam melapangkan berbagai kesusuhan serta bisa menjadi
penangkal dari berbagai akibat buruk dalam kehidupan dunia dan akhirat.

c. Mencegah kekekalan dalam api neraka meskipun dalam hati hanya tertanam keimanan sebesar
biji sawi. Juga mencegah masuk neraka secara mutlak bila dia menyempurnakan dalam hati. Ini termasuk
keutamaan tauhid yang paling mulia.

d. Merupakan sebab satu-satunya untuk menggapai ridha Allah SWT dan pahala-Nya. Orang yang
paling bahagia dalam memperoleh syafaat Rasulallah adalah mengucapkan laa ilaaha illa-Allah dengan
ikhlas dari hatinya.

e. Penerimaan seluruh amalan dan ucapan baik yang tampak dan yang tersembunyi
tergantung kepada tauhid seseorang. Demikian pula penyempurnaan dan pemberian ganjarannya.
Perkara-perkara ini menjadi sempurna dan lengkap tatkala tauhid dan keikhlasan kepada Allah SWT
menguat. Ini termasuk keutamaan tauhid yang paling besar.

f. Memudahkan seorang hamba untuk melakukan kebaikan-kebaikan dan meninggalkan


kemungkaran-kemungkaran serta menghibur tatkala menghadapi berbagai musibah. Sesorang yang
ikhlas kepada Allah SWT dalam beriman dan bertauhid akan merasa ringan untuk melakukan ketaatan-
ketaatan karena dia menghadapkan pahala dan keridhaan Rabb-Nya.

g. Bila tauhid sempurna dalam hati seseorang, Allah menjadikannya mencintai keimanan.
Kemudian Allah menjadikan orang tersebut membenci kekafiran, kefasikan, dan kemaksiatan. Juga Allah
akan menggolongkan ke dalam orang-orang yang terbimbing.

h. Meringankan segala kesulitan dan rasa sakit. Semua itu sesuai dengan menyempurnakan tauhid
dan iman yang dilakukan oleh seorang hamba. Sesuai pula dengan sikap seseorang hamba saat
menerima segala kesulitan dan rasa sakit dengan hati yang lapang, jiwa yang tenang, dan ridha terhadap
ketentuan-ketentuan-Nya.

i. Melepaskan seorang hamba dari ketergantungan dan pengharapan kepada makhluk. Inilah
keagungan dan kemuliaan yang hakiki. Bersamaan dengan itu dia hanya beribadah dan menghambakan
diri kepada Allah, dengan mengharap hanya kepada Allah.

j. Bila tauhid sempurna dalam hati seseorang dan terealisasi lengkap dengan keikhlasan, amal
yang sedikit akan berubah menjadi banyak. Segenap amal dan ucapan berlipat ganda tanpa batas dan
hitungan. Kalimat ikhlas menjadi berat dalam timbangan amal sehingga tidak terimbangi oleh langit dan
bumi beserta seluruh penghuninya.

k. Allah SWT menjamin kemenangan, pertolonga, kemuliaan, kemudahan danpetunjuk d dunia


bagi pemilik tauhid, Cukup banyak dalil yang menguatkan keterangan ini baik dari Al- Qur’an maupun As-
Sunnah.

Dengan demikian cukup besar dan banyak keutamaan yang Allah limpahkan bagi para
hamba-Nya yang bertauhid, Sangat beruntung orang yang bisa menggapai seluruh keutamaannya.
Namun keberhasilan total hanya milik orang-orang yang mampu menyempurnakan tauhid sepenuhnya.
Tentu manusia bertingkat-tingkat dalam wujud tauhid kepada Allah SWT. Mereka tidak berada pada satu
tingkatan. Masing-masing menggapai keutamaan tauhid sesuai dengan prestasi dalam menerapkan
tauhid.

https://maswanuldwim.blogspot.com/2017/05/tauhid-dan-urgensinya-bagi-kehidupan.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai