Anda di halaman 1dari 5

RESUME AQIDAH, SYARIAH, DAN AKHLAK

NAMA: AISYAH ADAWIA ALWI


NIM: B011221336
KELAS: HUKUM ISLAM E

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS HASANUDDIN


NAMA : AISYAH ADAWIAH ALWI
NIM : B011221336
HUKUM ISLAM F

AQIDAH, SYARIAH, DAN AKHLAQ

1. AQIDAH
Kata akidah dalam bahasa arab adalah ‘aqidah, yang diambil dari kata dasar ‘aqada,
ya’qidu, ‘aqdan,’ aqidatan, menjadi ‘aqidah, maka ia bermakna keyakinan. Dengan
demikian ‘aqidah, yang berhubungan dengan kata ‘aqdan, menjadi bermakna
keyakinan yang kokoh di hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian. Dalam
kamus bahasa Indonesia, akidah berarti yang dipercayai hati. Pengertian akidah secara
istilah berarti perkara yang wajib dibenarkan oleh hati, sehingga menjadi suatu
kenyataan yang teguh dan kokoh, tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.
Sementara itu, menurut abu bakar jabir al-jazariry, akidah adalah sejumlah kebenaran
yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah.
Kebenaran itu dimunculkan oleh manusia dalam hati, diyakini kebenarannya secara
pasti serta ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu. Yusuf al-
qardlawi menguraikan beberapa prinsip akidah, diantara adalah:
 Tidak boleh bercampur sedikitpun dengan keraguan.
 Mendatangkan ketentraman jiwa.
 Menolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran.
Uraian tersebut senada dengan yang dikatakan oleh muhammad al-ghazali, seorang
ulama besar dari mesir, bahwa apabila aqidah telah tumbuh pada diri seseorang, maka
tertanamlah dalam jiwanya keyakinan bahwa hanya allah swt. Sajalah yang paling
berkuasa. Segala wujud yang ada ini hanya makhluk belaka. Ia akan senantiasa
berkomunikasi dengan penuh rasa tanggungjawab dan waspada dalam segala urusan.
Apabila ia bertindak atas dasar kebenaran, maka ia dapat bekerja sama dengan mereka
yang berperilaku atas kebenaran pula. Jika ia melihat ada yang menyimpang dari
kebenaran, ia tetap mengambil jalan yang benar itu. Ruang lingkup pembahasan
akidah adalah:
 Ilahiyat, adalah pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
allah swt seperti wujud allah swt, sifat-sifat serta perbuatan allah swt dll.
 Nubuwat, adalah pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan nabi dan rasul, termasuk pembahasan tentang kitab-kitab allah swt.
Mu’jizat dan lain sebagainya.
 Ruhaniyat, adalah pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan alam metafisik seperti malaikat, jin, iblis, syaitan, roh dan lain
sebagainya.
 Sam’iyyat, adalah pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa
diketahui lewat dalil naqli berupa al-quran dan sunnah, seperti alam barzakh,
azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga-neraka dan lainnya.

2. SYARIAH
Syariah dalam konteks kajian hukum islam lebih menggambarkan kumpulan norma-
norma hukum yang merupakan hasil dari proses tasyri’. Maka daalm membahas
syariah diawali dengan membahas tasyri’. Tasyr’ adalah menciptakan dan
menerapkan syariah.
Dalam kajian hukum islam, tasyri’ sering didefinisikan sebagai penetapan norma-
norma hukum untuk menata kehidupan manusia, baik dalam hubungannya dengan
tuhan maupun dengan umat manusia lainnya.
Sesuai dengan objek penerapannya, maka para ulama membagi tasyri’ kedalam dua
bentuk; tasyri’ samawi dan tasyri’wadl’i
Tasyri’ samawi adalah penetapan hukum yang dilakukan oleh allah dan rasul-nya
dalam al-quran dan sunnah. Ketentuan-ketentuan tersebut bersifat abadi dan tidak
berubah karena tidak ada yang kompoten untuk mengubahnya selain allah sendiri.
sedangkan tasyri’ wadl’I adalah penentuan hukum yang dilakukan para mujtahid.
Ketentuan-ketentuan hukum hasil kajian mereka ini tidak memiliki sifat yang mutlak
tetapi bisa berubah-ubah karena merupakan hasil kajian nalar para ulama yang tidak
lepas dari salah karena dipengaruhi oleh pengalaman keilmuan mereka serta kondisi
lingkungan dan dinamika sosial budaya masyarakat di sekitarnya. Sementara itu, kata
syariah bermakna jalan tempat keluarnya air untuk minum. Dalam kajian hukum
islam, syariah diartikan sebagai segala sesuatu yang disyariatkan oleh Allah kepada
seluruh manusia, agar mereka memperoleh kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
Aspek hukum yang masuk dalam kategori syariah itu mencakup aturan tentang
hubungan antara manusia dengan Allah, yang disebut dengan ‘ubudiyah, dan
mencakup aturan tentang tentang hubungan antara manusia dengan sesama manusia,
yang disebut dengan mu’amalah/ijtima’iyah. Hukum islam dulu identik dengan
syariah, baru akhir abad ke-8/awal abad ke 9, fikih muncul, dengan arti memahami.
Syariat adalah hukum islam dalam kualitas ilahiyah. Fikih adalaj aktivitas keilmuan
manusia. Syariat adalah wahyu, al-quran dan sunnah fikih adalah menemukan dan
mengungkap pengertian syariah (wahyu, alquran dan sunnah). Fikih ter-ilhami dari
perkataan dan perbuatan nabi yang merupakan perwujudan dari perintah allah yang
dilestarikan dan dipelihara oleh para sahabat dan tabi’in dalam bentuk hadits. Hadits
yang disampaikan dari generasi ke generasi itulah yang mula-mula meng-ilhami
perbincangan dan kemudian pemikiran hukum yang sistematik (fikih). Ada dua
prinsip utama yang harus dijadikan sebagai pijakan dalam memahami mazhab fikih:
 Prinsip sinkronik: yang mensyaratkan agar suatu rumusan hukum setiap saat
harus dapat diverifikasi dengan merujuk kepada wahyu.
 Prinsip dakronik: yang mengharuskan pada penganut tradisi mazhab untuk
menjaga kesetiaan tradisi tersebut dengan menghargai capaian penafsiran para
ulama mazhab terdahulu.
Dengan demikian, wahyu bukan suatu kejadian, tetapi proses. Pelaku kreatifnya
bukan nabi, tetapi komunitas yang letak geografisnya bukan hijaz (saudi), tetapi kata-
kata muslim di Afrika Utara, Suriah , dan Irak.

3. AKHLAK-TASAWUF
Secara etimologis, akhlak berarti budi pekerti, tingkah laku atau tabiat. Sementara itu
secara terminologis, akhlak berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu
keingian secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Tiga pakar dalam
bidang akhlak yaitu, ibnu miskawaih, muhammad al-ghazali, dan ahmad amin.
Menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang
dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.
Tingkah laku itu dilakukan secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali
melakukan perbuatan baik, atau hanya sewakyu-waktu saja. Maka seseorang dapat
dikatakan ber-akhlak apabila timbul dengan sendirinya, didorong oleh motivasi dari
dalam diri dan dilakukan tanpa banyak pertimnbangan pemikiran, apalagi
pertimabangan yang sering diulang-ulang, sehingga terkesan sebagai keterpaksaan
untuk berbuat. Apabila perbuatan tersebut dilakukan dengan terpaksa bukanlah
pencerminan dari akhlak. Sementara itu, ilmu akhlak adalah ilmu yang membahas
tentang perbuatan yang dilakukan oleh manusia dan perbuatan buruk yang harus
dihindari dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan pengertian akhlak di atas, maka
terdapat 4 hal yang menjadi syariat apabila seseorang ingin dikatakan berakhlak:
 Perbuatan yang baik.
 Kemampuannya melakukan perbuatan.
 Kesadarannya akan perbuatan itu.
 Kondisi jiwa yang membuat cenderung melakukan perbuatan baik atau buruk.
Secara terminologis, akhlak berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu
keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Muhammad Al-
Ghazali menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang yang melekat pada diri
seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran
terlebih dahulu. Perangai sendiri mengandung pengertian sebagai suatu sifat dan
watak yang merupakan bawaan. Budi pekerti, moral, etika, dan akhlak memiliki
pengertian yang sangat berbeda. Tasawuf secara umum sering digunakan untuk
menyebut kelompok muslim yang memperhatikan dengan sungguh-sungguh seruan
allah untuk menyadari kehadirannya, baik didunia maupun di akhirat, dimana mereka
lebih menekankan hal-hal batiniah di atas lahiriah, kontemplasi di atas tindakan.
Ruang lingkup akhlak adalah, akhlak dalam berubungan dengan allah swt. Akhlak
dalam berhubungan dengan sesama manusia. Akhlak dalam berhubungan dengan
alam.

Anda mungkin juga menyukai