Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fiqih merupakan bagian dari entitas kehidupan di dunia Islam dan mejadi
salah satu subyek dalam pengkajian Islam, baik di Indonesia maupun di dunia pada
umumnya, oleh karena itu, fiqh dituntut untuk dikembangkan, agar bidang ilmu itu
memiliki makna bagi pengembangan keahlian dan untuk selanjutnya dapat
dimanfaatkan bagi pengembangan kehidupan manusia, khususnya di dunia
Islam.
Adapun juga sumber hukum, yakni Al – Qur’an, sunnah, ijma, dan qiyas atau analogi
Al – Qur’an dan hadits yang sampai kepada kita masih otentik dan orisinil, Orisinilitas
dan otensitas didukung oleh penggunaan bahasa aslinya, yakni bahasa Arab karena
Al – Qur’an dan Hadits merupakan dua dalil hukum, yakni petunjuk – petunjuk
adanya hukum. Menyikapi hal ini, kita sebagai orang muslim tahu benar tentang
ajaran Islam, apalagi dalam bidang ilmu Fiqh yang ada sangkut pautnya dengan
sumber hukum.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah konsep dari Fiqih, Syari’h, dan Hukum Islam?

2. Bagaimanakah hubungan anatara Fiqh, Ushul Fiqh, dan Qawa’idul Fiqh?

3. Bagaimanakah perbedaan anatara Fiqh, Ushul Fiqh, dan Qawa’idul Fiqh?

BAB II

PEMBAHASAN

A.Konsep Fiqih, Syari’ah, dan Hukum Islam

1
1. Fiqih

Secara etimologis, Fiqih berarti mengetahui dan memhami sesuatu yang baik.
Dalam terminologi Ushuliyyun(pakar Ushul fiqih), Fiqih didefinisikan sebagai
Ilmutentanghukum-hukum
syara’yangbersifatpraktisyangdigalidaridalil-dalilyangterperinci . Disebut
Ilmu, karena Fiqih merupakan garapan manusia dengan memperguanakn
metode-metode tertentu, seperti Qiyas, Istihsan, Istishhab, dan lain-lain. Disebut
praktis karena ia berisi pedoman bagi kaum muslimin dalam melakukan segala
aktivitas ibadah maupun muamalah. Dengan demikian, hukum-hukum akidah dan
akhlak tidak termasuk fiqih, karena fiqih adalah hukum-hukum syara’ yang
diambil dari proses istidlal atau istinbath dan nazhar (analisis) dari sumber-
sumber primernya berupa al

-Qur’an dan Hadist. Sumber-sumber ini bersifat tafshili (terperinci). 1 Jadi dapat
disimpulkan bahwa Fiqih merupakan himpunan hukum yang diperoleh dari teks
(nash) atau kaidah-kaidah yang umum yang kebanyakan digali dengan
menggunakan alat ijtihad.

Dengan definisi tersebut dapat dirumuskan hakikat fiqih yaitu:

a) Fiqih adalah ilmu tentang hukum Allah.

b) Didalam fiqih terdapat bahasan menegnai hal-hal yang bersifat amaliyah


furu’iyah.

c) Pengertian hukum Allah didasarkan apad dalil tafsili.

d) Fiqih itu digali dan ditemukan melaluipenalaran dan


Istidhal(kesimpulan) seorang mujtahid.2

2. Syari’ah

Syari’ah dari segi bahasa berarti Madzhab dan jalan lurus. Kata
Syir’atulma’berarti sumber air yang hendak diminum. Kata Syara’a bermakna

1 Sofyan A.P. Kau, FikihAlternatif,(Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2013), hlm. 1-2.


2 Amir Syarifudin, Garis-garisBesarFiqih,(Jakarta: Kencana, 2013), hlm. 8.

2
nahaja (meneliti), menerangkan, dan menjelaskan berbagai jalan titian. Kata
Syara’ah juga berarti Sanna(menetapkan). Menurut Istilah, Syari’ah berarti
agama dan berbagai hukum yang disyariatkan Allah untuk hambahambaNya.
Syari’ah,dindanmillah memiliki arti yang sama, yaitu hukum-hukum yang
disyariatkan Allah untuk hamba-hambaNya. Namun hukum-hukum itu disebut
Syari’at karena aspek perbuatannya, kejelasannya, dan konsistensinya, disebut
Dinkarena menjadi sarana untuk patuh dan beribadah kepada Allah, dan disebut
Millahkarena didektekan (diimla’kan) kepada manusia.

Karakteristik Syari’ah Islam:

a) Syari’at berasal dari sisi Allah

Sumber Syari’ah Islam adalah Allah. Syari’ah adalah wahyu Allah


kepada Rasul-Nya Muhammad SAW., dengan lafadz dan makna yaitu al-
Qur’an atau dengan makna tanpa lafadz yaitu Sunnah. Syari’ah dengan
demikian berbeda secara mendasar dari seluruh hukum positif, karena
hukum ini bersumber dari manusia sedangkan sumber syari’ah Islam
adalah Tuhan semua manusia.

b) Sanksi dunia dan akhirat dalam syari’ah

Sanksi dunia bersifat pidana dalam bentuk siksaan fisik atau


membatasi kebebasan atau mengurangi harta benda berupa denda.
Selain itu juga terdapat sanksi yang bersifat perdata melalui pemaksaan
orang yang berhutang untuk melaksanakan tanggungjawab materinya
atau dengan ganti rugi harta atau membatalkan kesepakatan yang
bertentangan dengan Undang-Undang dengan segala implikasinya. Hanya
saja, sanksi dengan dua bentuknya itu merupakan sanksi duniawi yang
mengenai manusia dimasa hidupnya, bukan diakhiratnya, karena negara
tidak berkuasa atas urusan akhirat, dan negara tidak dapat menerapkan
sanksi kecuali yang dapat dilaksanakan didunia.

Sanksi akhirat diberikan kepada setiap pelanggaran hukum-hukum


syariat, baik perbuatan hati atau fisik, baik dalam masalah hubungan
perdata atau pidana, baik telah dilaksanakan sanksinya oleh manusia

3
didunia atau belum, selama pelanggarannya tidak diikuti dengan taubat
nasuha dan meminta keleraan dari orang yang berhak.

c) Syari’ah berlaku universal dan abadi

Syari’ah Islam berlaku universal meliputi seluruh manusia disetiap


tempat dan waktu, Allah berfirman dalam QS. Al-‘Araf/7: 158

"Katakanlah: "Hai manusia Sesungguhnya aku adalah utusan Allah


kepadamu semua, Yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi;
tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan
dan mematikan, Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya,
Nabi yang Ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-
Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk".

Syari’ah yang merupakan ketentuan dari Allah tidak dapat dihapus


kecuali dengan ketentuan syari’ah lain yang datang dari Allah. Disisi lain,

4
Syari’ah Islam adalah penutup semua Syari’ah dan Muhammad SAW
adalah penutup para nabi.3

3. Hukum Islam

Hukum ialah tata aturan yang mencakup seluruh perilaku manusia, baik
dalam hubungan anatarmanusia maupun hubungan anatara manusia dengan
Tuhan. Hukum Islam adalah hukum yang bersum ber pada nilai-nilai keislaman
yang berasal dari dalil-dalil agama Islam. Bentuk hukumnya dapat berupa
kesepakatan, larangan, anjuran, dan ketetapan. Satu hal yang perlu kita ketauhi
bahwa hukum Islam hanya ditujukan kepada orang-orang yang beragama Islam
dan tidak berlaku pada orang-orang yang non-Islam. Sumber-sumber hukum
Islam adalah al-Qur’an, Hadist, Ijma’ ulama dan Qiyas. Tujuan Hukum Islam
adalah mencegah kerusakan dan mencegah datangnya kemaslahatan bagi umat
manusia. Menurut Hasbi, Tujuan hukum islam tidak akan tercapai, kecuali jika
benar-benar mampu mewujudkan kemaslahatan dan kebahagiaan bagi umat
manusia dan dapat mencegah kemudlaratan. Jadi tujuan hukum islam ialah
menolak segala bentuk kerusakan yang akan menimpa umat manusia, mengurus
dunia secara benar, baik dan adil.

Contoh bentuk hukum islam yaitu hukuman yang bersifat Hadd, Qishash, dan
Ta’zir yang tidak lain bertujuan untuk mencegah orang berbuat jahat dan ingkar
serta mendidik si pelaku kejahatan atau ingkat agar tidak mengulangi
perbuatannya dan kembali menjadi masyarakat yang baik. Hukuman Hadd ialah
hukuman yang dijatuhkan terhadap kejahatan yang mengganggu ketenangan
umum seperti merampok, pemberontakan bersenjata, dan sebagainya. Hukuman
Qishahs ialah hukuman terhadap kejahatan perorangan. Sedangkan hukuman
Ta’zir ialah hukuman terhadap pelanggaran hukum yang bersifat berbuat maksiat
seperti bersumpah palsu, tidak mau membayar hutang padahal mampu dan
sebagainya.4

Hukum pada dasarnya ialah produk politik. Ia dibentuk melalui beberapa


proses anatara nilai -nilai, ideologi, dan kepentingan yang tercermin dalam

3 Abdul Karim Zaidan, PengantarStudiSyari’ah,(Jakarta: Robbani Press, 2008), hlm. 45-54.


4 Nourouzzaman Shiddiqi, FiqhIndonesia,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), hlm. 99-105.

5
konfigurasi politik yang ada dalam masyarakat.5 Sebagai bagian dari sitem hukum
nasional, proses pembentukan hukum Islam di Indonesia tidak harus
menggunakan pendekatan ideologis, tetapi bisa dengan pola elektisisme yakni
dengan mengambil yang terbaik dari nilai-nilai dan hukum nasional. Dalam
konteks ini, pengertian sistem hukum nasional berarti mengacu pada tiga sistem
hukum yaitu hukum Islam, hukum adat, dan hukum barat.

Proses pembentukan hukum nasional yang didasarkan pada nilai-nilai hukum


Islam perlu memperhatikan kaidah-kaidah kebangsaan dan konstitusi negara
yang meliputi:
a) Proses itu harus menjamin integrasi atau keutuhan bangsa, tidak boleh
ada hukum yang diskriminatif berdasarkan ikatan primordial, ideologi,
ataupun kedaerahan.

b) Hukum harus dibentuk melalu sistem demokrasi.

c) Hukum harus mendorong terciptanya keadilan sosial..

d) Hukum tidak boleh mengatasnamakan kelompok agama tertentu sebelum

diintegrasikan dengan sistem hukum nasional.6

Perbedaan Ilmu Fiqih, Syari’ah, dan Hukum Islam:

a) Syari’ah merupakan hukum Islam yang berlaku abadi sepanjang masa,


sedangkan fiqih adalah perumusan konkret syari’at Islam untuk
diterapkan pada suatu kasus tertentu disuatu tempat dan disuatu masa.

b) Syari’ah dapat berubah-ubah sesuai dengan perkembangan masa,


sedangkan syari’ah bersifat universal, absolut, dan berlaku sepanjang
masa.

c) Cakupan fiqih lebih luas dari hukum Islam karena hukum Islam merupakan
hasil dari ijtihad ulama.

5 Zaini Rahman, FiqhNusantaradanSistemHukumNasional, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), hlm. 260.


6 Ibid, hlm. 263.

6
B. Hubungan Fiqih dengan Ushul Fiqih dan Qawa’idul Fiqih

Sumber Ushul Fiqih


Fiqih
Hukum Metodologi

Fiqihmerupakanpengetahuanyangdihasilaknmelaluiprosespenelitiandalil-dalil
rinci

dengan menggunakan metodologi ushul fiqh. Kemudian ushl fiqh berfungsi untuk
memahami dalil-dalil rinci agar terhindar dari kesalahan penempatan dan pemakaian
dalil-dalil tersebut. Selain itu ushul fiqh juga mengahasilkan hukum-hukum global
(Kulli) yang bisa diterapkan pada masalah-masalah yang mempunyai kesamaan.
Hukum-hukum Kulli inilah yang kemudian disebut Qawa’idul Fiqh. 7

C. Perbedaan Fiqih, Ushul Fiqih, dan Qawa’idul Fiqh

1. Ushul Fiqih memandang dalil dari sisi cara penunjukan atas suatu ketentuan

hukum, sedangkan fiqih memandang dalil hanya sebagai rujukannya. 8

2. Ushul fiqh berisi dalil-dalil global yang kemudian diterapkan dalam dalil-dalil
yang lebih rinci.
Sedangkan Qawa’idul fiqh berisi hukum-hukum global yang diambil dari dalil-dalil
terperinci.

3. Ilmu Fiqh merupakan ilmu yang membahas tentang hukum-hukum syara’ yang
digali dari dalil-dalil yang terperinci. Sedangkan Qawa’idul Fiqh ialah
mengklasifikasikan masalah-masalah fiqh menjadi dalam sebuah kelompok
kemudian tiap-tiap kelompok itu merupakan kumpulankumpulan dari masalah-
masalah yang serupa.9

7 A. Djazuli, IlmuFiqih:Penggalian,Perkembangan,danPenerapanHukumIslam, (Jakarta: Kencana, 2005),


hlm. 17-18.
8 Rachmat Syafe’i, IlmuUshulFiqih,(Bandung: CV Pustaka Setia, 2015), hlm. 24.
9 http://tafaqquh.com/ushul-fiqh/perbedaan-fiqih-ushul-fiqih-dan-qowaid-fiqhiyyah/ diakses pada Senin, 26
Maret 2018 pukul. 11.50 WIB

7
BAB III

PENUTUPAN

A. Simpulan

Fiqih didefinisikan sebagai Ilmu tentang hukum-hukum syara’ yang bersifat


praktis yang digali dari dalil-dalil yang terperinci. Syari’ah merupakan hukum-hukum
yang disyariatkan Allah untuk hamba-hambaNya. Sedangkan Hukum Islam adalah
hukum yang bersumber pada nilai-nilai keislaman yang berasal dari dalil-dalil agama
Islam. Bentuk hukumnya dapat berupa kesepakatan, larangan, anjuran, dan
ketetapan.

Fiqih merupakan pengetahuan yang dihasilakn melalui proses penelitian dalil-


dalil rinci dengan menggunakan metodologi ushul fiqh. Kemudian ushl fiqh berfungsi
untuk memahami dalil-dalil rinci agar terhindar dari kesalahan penempatan dan
pemakaian dalil-dalil tersebut. Selain itu ushul fiqh juga mengahasilkan hukum-
hukum global (Kulli) yang bisa diterapkan pada masalah-masalah

yang mempunyai kesamaan. Hukum-hukum Kulli inilah yang kemudian


disebut Qawa’idul Fiqh.

Ushul fiqh berisi dalil-dalil global yang kemudian diterapkan dalam dalil-dalil
yang lebih rinci. Sedangkan Qawa’idul fiqh berisi hukum-hukum global yang diambil
dari dalil-dalil terperinci. Ilmu Fiqh merupakan ilmu yang membahas tentang hukum-
hukum syara’ yang digali dari dalil-dalil yang terperinci. Sedangkan Qawa’idul Fiqh
ialah mengklasifikasikan masalah-masalah fiqh menjadi dalam sebuah kelompok
kemudian tiap-tiap kelompok itu merupakan kumpulan-kumpulan dari
masalahmasalah yang serupa.

DAFTAR PUSTAKA

Djazuli, A. 2005.
IlmuFiqih:Penggalian,Perkembangan,danPenerapanHukumIslam. Jakarta:

8
Kencana
Zaidan, Abdul Karim. 2008. PengantarStudiSyari’ah.Jakarta: Robbani Press
Syarifudin, Amir. 2013. Garis-garisBesarFiqih.Jakarta: Kencana
Shiddiqi, Nourouzzaman. FiqhIndonesia.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Syafe’i, Rachmat. 2015. IlmuUshulFiqih.Bandung: CV Pustaka Setia
A.P., Kau, Sofyan. 2013. FikihAlternatif.Yogyakarta: Mitra Pustaka
Rahman, Zaini. 2016. FiqhNusantaradanSistemHukumNasional.Yogyakarta:
Pustaka Pelajar http://tafaqquh.com/ushul-fiqh/perbedaan-fiqih-ushul-fiqih-dan-qowaid-
fiqhiyyah/ diakses pada Senin, 26
Maret 2018 pukul. 11.50 WIB

Anda mungkin juga menyukai