PENDHULUAN
A. Latar Belakang
Tiap sendi-sendi kehidupan manusia, ada tata aturan yang harus ditaati. Bila
berada dalam masyarakat maka hukum masyarakat harus dijunjung tinggi. Begitu
pula
dengan memeluk agama Islam, yaitu agama yang memiliki aturan.Dan aturan yang
pertama kali harus kita pahami adalah aturan Allah. Segala aturan Ilahi dalam
segala bentuk hukum-hukum kehidupan manusia tertuang di Al-Qur’an, yang
dilengkapi penjelasannya dalam hadits Nabi SAW.
Allah SWT telah menciptakan dalam diri manusia potensi kehidupan yang
berupa kebutuhan naluri yang terdiri dari naluri beragama, naluri yang
mempertahankan diri serta naluri melangsungkan kehidupan. Disamping itu Allah
SWT juga telah menciptakan potensi kehidupan lainnya yang berupa kehidupan
jasmani dan rohani. Dengan adanya potensi kehidupan berupa kebutuhan jasmani
dan rohani inilah manusia menjalani kehidupannya sehari hari atau dengan kata lain
apapun yang dilakukan manusia selama hidup didunia adalah dalam rangka
memenuhi kebutuhan mereka.
Dalam hal ini manusia harus mengetahui apa itu hukum dan al-hakim, oleh
karena itu disini kami akan membahasnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hukum dan hakim dalam Islam?
2. Apa saja sumber-sumber dan macam-macam hukum Islam?
3. Apa ruang lingkup hukum Islam?
4. Apa saja tujuan dan fungsi hukum Islam?
5. Apa saja sumber hukum selain Nash dan Al Hakim?
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian hukum dan hakim dalam Islam.
2. Mahasiswa dapat mengetahui sumber-sumber dan macam-macam hukum
Islam.
3. Mahasiswa dapat mengetahui ruang lingkup hukum Islam.
4. Mahasiswa dapat mengetahui tujuan dan fungsi hukum Islam.
5. Mahasiswa dapat mengetahui sumber hukum selain Nash dan Al Hakim.
BAB I
PEMBAHASAN
1. Al-Qur’an
2. Al-Hadist
3. Ijma’
4. Qiyas
Wajib
Sunnah
Makruh
Mubah
a. Ibadah (mahdhah)
Ibadah adalah tata cara dan upacara yang wajib dilakukan oleh seoraang
muslim dalam menjalankan hubingan kepada Allah, seperti shalat,
membayar zakat, menjalankan ibadah haji. Tata cara dan upacara ini tetap,
tidak ditambah-tambah maupun dikurangi. Ketentuannya telah di atur
dengan pasti oleh Allah dan dijelaskan oleh RasulNya. Dengan demikian
tidak mungkin ada proses yang membawa perubahan dan perombakan
secaara asasi mengenai hukum, susunan dan tata cara beribadat. Yang
mungkin berubah hanyalah penggunaan aalat-alat modern dalam
pelaksanaannya.
Memelihara agama
Memelihara jiwa
Memelihara akal
Memelihara keturunan
Memelihara harta
Fungsi ibadah
Dalam adz-Dzariyat: 56, Allah berfirman: "Dan tidak aku ciptakan
jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu". Maka dengan
daalil ini fungsi ibadah tampak palilng menonjol dibandingkan dengan
fungsi lainnya.
Hakim menurut ushul fiqih juga berarti pihak penentu dan pembuat hukum
syariat secara hakiki. Ulama ushul fiqih sepakat bahwa hakim dalam Islam
(pembuat hukum syariat) adalah Allah azza wa jalla baik hukum taklifi dan
wad'i.
Dalam Islam , sumber hukum yang pokok dan utama dalam al-Qur’an dan
juga hadist. Namun seperti yang telah diuraikan tadi ada wahyu yang sudah
jelas dan ada wahyu yang belum jelas . Dan penafsiran ,juga pemkiran akal
dari wahyu yang belum jelas tersebut melahirkan sumber hukum yang lain
dalam islam diantaranya:
a. Ijma’
Ijma’ dalam istilah ahli ushul adalah kesepakatan semua para mujtahid
dari kaum muslimin dalam suatu masa setelah wafat Rasul SAW atas
hukum syara’. Ijma’ harus memenuhi persyaratan yaitu Tidak cukup ijma’
dikeluarkan oleh seorang mujtahid saja. Adanya kesepakatan sesama para
mujtahid atas hukum syara’ dalam suatu masalah.
b. Qiyas
c. Istihsan
Menurut bahasa istihsan artinya menganggap sesuatu itu baik,
memperhitungkan sesuatu lebih baik. menurut istilah ulama’ ushul fiqh
adalah berpaling seorang mujtahid dari tuntutan qiyas yang jail (nyata)
kepada tuntutan qiyas yang khaofi (samar) atau dari hukum kulli (umum)
kepada hukum istitsnaiy ( pengecualian) ada dalil yang menyebabkan dia
mencela akalnya dan memenangkan perpalingan ini, atau meninggalkan
hukum yang jelas ditetapkan pada suatu peristiwa atau kejadian yang
ditetapkan berdasarkan dalail syara’,menuju (menetapkan) hukum lain dari
peristiwa atau kejadian itu juga. Contoh dari istihsan adalah madzab hanafi
yang menganggap rusaknya sholat seorang laki yang berhadapan dengan
perempuan.
d. Istishab
e. Maslahat mursalah
f. ‘Urf
‘Urf adalah Sebuah hal yang menjadi kebiasaan manusia dan yang
merreka selalu melaksanakannya baik berupa pekerjaan atau perkataan
yang di tetapkan pada arti tertentu.
g. Madhzab sahabi
Pengertian madzab sahabi sendiri adalah fatwa yang dikeluarkan
sahabat secara perorangan. Beberapa pendapat tentang madzhb shohaby:
Tidak bisa di pakai sebagai hujjah sama sekali, ini pendapat dari jumhur
dan qoul jadid imam syafi’i. Didahulukan sebagai hujjah dari pada qiyas,
ini pendapat dari imam malik, kebanyakan ulama’ hanafi dan qaul qadim
imam syafi’i. Menjadi hujjah apabila menyimpan qiyas dan di dahulukan
dari qiyas yang tidak menyimpan qaulus shohaby.
h. Dzaro’i
Imam malik dan imam ahmad menjadikan dzaroi’ sebagai salah satu
sumber hukum fiqh, ibnu qayyim beerkata: “saddud dzaroi’ adalah ¼
agama”.
Imam syafii dan imam hanafi terkadng memakai dan terkadang tidak.
Ibnu hazm sama sekali tidak memakai dzaroi’.
Syar’un Man qoblana
Syar’un man qablana adalah syariat yang dibawa oleh para rasul
terdahulu, sebelum diutus Nabi Muhammad SAW. Jika Al-qur’an atau
sunnah yang shohih mengisahkan suatu hukum yang telah disyariatkan
pada umat yang terdahulu melalui para rasul, kemudian nash tersebut
diwajibkan kepada kita sebagai mana diwajibkan kepada mereka, maka
tidak diragukan lagi bahwa syariat tersebut ditunjukkan juga kepada kita
seperti syariat tentang puasa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-hakim adalah pembuat hukum, dalam hal ini adalah Allah SWT lah
sebagai pembuat hukum yang mutlaq. Dalam hal ini akal manusia pun berperan
dalam memperjelas dan menerangkan wahyu dari al-hakim yang belum jelas
maksudnya. Selain Al-qur’an dan juga As-sunah sumber hukum islam adalah
ijma’, qiyas, istihsan, istishab, urf, dzaroi, syar’un man qoblana, madzab sahabi.
B. Saran
Dalam era islam masa kini, masih banyak orang yang melanggar dan tidak
mengikuti aturan atau hukum yang dibuat Hakim. Padahal hukum sudah jelas
tercantum dalam Al-qur’an dan Sunnah Nabi. Manusia sebagai subjek hukum
seharusnya dapat mampu menjalankan perbuatan dalam Al-qur’an dan sunnah
yang sebagai ojek hukum. Jika Subjek dan Objek hukum tidak berjalan dengan
baik, telah dijelaskan dalam hukum akan ada beban hukum yang dibebankan pada
manusia itu sendiri. Demikianlah akhir makalah ini. Jika ada penulisan makalah
yang kurang tepat kami mohon maaf.
DAFTAR PUSTAKA