Anda di halaman 1dari 3

TUGAS 2

Nama : Pratama Ramansya Habibullah


NIM : 856853492
MK : Pendidikan Agama Islam

1. Jelaskan pengertian hukum syariat menurut isi kandungan Q.S. Al-’Ankabut/29: 45!
Surah Al-‘Ankabut/ 29: 45 berbunyi :

‫ِم َن ٱْلِك َٰت ِب َو َأِقِم ٱلَّص َلٰو َة ۖ ِإَّن ٱلَّص َلٰو َة‬ ‫ٱْت ُل َم آ ُأوِح َى ِإَلْي َك‬
‫َو ٱْلُمنَك ِر ۗ َو َلِذ ْك ُر ٱِهَّلل َأْك َب ُرۗ َو ٱُهَّلل َي ْع َلُم‬ ‫َت ْن َه ٰى َع ِن ٱْل َفْح َش آِء‬
‫َم ا َت ْص َن ُعوَن‬
Artinya: "Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran)
dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah
lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa
yang kamu kerjakan."
Menurut isi kandungan surah ini bahwa hukum syariat yang berisi hukum
dan aturan dalam menjalani kehidupan di dunia, merupakan panduan yang
menyeluruh untuk mengatasi permasalahan yang ada wajib mengikuti aturan yang
ada dalam Al-Qur’an dan aturan Islam. Contohnya adalah perintah membaca Al-
Qur’an dan perintah untuk melaksanakan sholat untuk mencegah dari perbuatan-
perbuatan yang tidak baik, keji, dan mungkar yang dilarang oleh agama karena saat
kita sholat berarti kita mengingat Allah Swt. dan diharapkan kita memerhatikan apa
yang kita lakukan karena Allah Swt. selalu melihat kita.

2. Sebutkan dan jelaskan lima macam hukum Islam!


1) Wajib
Wajib berarti harus dilakukan dan tidak boleh ditinggalkan. Dan di dalam Islam,
jika hal ini tidak dilakukan, maka ada siksa yang diperoleh. Hukum wajib dalam
Islam ini misalnya seperti mengerjakan sholat lima waktu, berpuasa di bulan
Ramadan, membayar zakat, dan naik haji bagi yang mampu.
2) Sunnah
Sunnah adalah perbuatan yang jika dilakukan maka bisa mendatangkan pahala.
Dan saat ditinggalkan, maka tidak akan berdosa. Misalnya saja mengerjakan
sholat sunnah dhuha, sholat tahajud dan berpuasa senin-kamis.
3) Haram
Haram merupakan hokum Islam yang jika dilakukan maka akan mendapatkan
dosa. Dan ketika perbuatan tersebut ditinggalkan, maka akan mendapatkan
pahala. Perbuatan-perbuatan yang tergolong haram untuk dilakukan misalnya
seperti berzina, membunuh, mencuri, berjudi, dan sebagainya. Jadi, Islam
sangat melarang pebuatan-perbuatan tersebut karena ada banyak kerugian yang
didapat oleh diri sendiri maupun orang lain.
4) Makruh
Hukum makruh ini adalah perbuatan yang jika dikerjakan maka tidak akan
berdosa, dan jika tidak dikerjakan maka akan mendapatkan pahala. Di mana
hukum makruh adalah menunjukkan larangan yang sifatnya tidak tetap.
Misalnya saja saat berwudu dengan mendahulukan bagian yang kiri dulu
daripada yang kanan. Dalam hal ini akan lebih baik jika ditinggalkan saja karena
Allah SWT tidak menyukainya.

5) Mubah
Hukum yang terakhir adalah mubah, yaitu suatu hal yang jika dilakukan atau
pun ditinggalkan maka sama-sama tidak mendapatkan pahala maupun dosa.
Dalam hal ini sifatnya adalah tetap atau tidak tetap serta tidak ada larangan yang
bersifat tetap maupun tidak tetap. Misalnya saja saat makan dan minum atau
pun memilih warna pakaian.

3. Sebutkan dan jelaskan tujuh macam prinsip-prinsip umum hukum Islam!


1) Prinsip Tauhid
Prinsip ini menegaskan bahwa seluruh hukum Islam bermuara pada
mengesakan Tuhan, yaitu Allah Swt. Dengan prinsip tauhid, pelaksanaan suatu
hukum akan bermakana sebagai ibadah.
2) Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan memiliki makna bahwa hukum Islam yang mengatur persoalan
manusia dari berbagai aspek harus dilandaskan pada keadilan yang meliputi
hubungan antara dirinya sendiri, masyarakat, maupun dengan Allah Swt.
3) Prinsip Amar Makruf Nahi Munkar
Amar makruf nahi munkar memiliki arti hukum Islam yang ditegakkan untuk
menjadikan manusia dapat melaksanakan hal-hal secara baik dan benar sesuai
yang dikehendaki Allah Swt. sehingga tidak terjadi keburukan dalam kehidupan
bermasyarakat.
4) Prinsip al-Hurriyah (Kemerdekaan dan Kebebasan)
Prinsip ini mengandung makna bahwa hukum Islam tidak ada paksaan. Artinya,
manusia dapat menolak dan menerima hukum Islam namun tetap harus
bertanggung jawab akan keputusannya.
5) Prinsip Musawah (Persamaan)
Hukum dalam agama Islam tidak membedakan derajat, suku, ataupun fisik
dengan manusia lainnya. Semua manusia di hadapan Allah Swt. adalah sama.
Adapun yang membedakannya adalah ketakwaan.
6) Prinsip Al-Ta’awun (Tolong Menolong) dan Al-Shura (Musyawarah)
Prinsip ini menjelaskan dalam menjalani hidup ini, sesama manusia hendaknya
saling tolong-menolong, saling bahu-membahu baik dalam ranah sosial, hukum,
dan lainnya. Dalam melakukan ijtihad (penggalian hukum Islam), sebaiknya
dilakukan secara jama'i (kolektif) dengan melibatkan setiap pihak yang kompeten
dalam bidangnya, serta bidang-bidang yang ada keterkaitan dengan
permasalahan yang akan dikaji status hukumnya.
7) Prinsip Al-Tasamuh (Toleransi)
Prinsip toleransi menegaskan bahwa pebedaan pandangan dalam melihat sebuah
hukum, karena perbedaan teori, metode dan pendekatan yang dipakai dalam
penggalian hukum Islam hendaknya masing-masing berlapang dada
menerimanya sebagai keniscayaan dalam realitas kehidupan.
4. Jelaskan posisi dan fungsi sunnah terhadap Al-Qur’an!
Posisi sunnah terhadap Al-Qur’an menempati posisi yang kedua. Jumhur
muslimin pun telah menyepakati bahwa segala hal mengenai keterangan Rasulullah
Saw. yang ada hubungannya dengan Allah Swt. dan diriwayatkan secara sahih dai-
Nya, baik itu berupa perkataan, perbuatan atau ketetapan adalah hujjah sumber
hukum serta menjadi pedoman dari pengamalan yang dilakukan setiap umat Islam.
Sedangkan fungsi sunnah terhadap Al-Qur’an adalah sebagai penguat hukum
yang ada dalam Al-Qur’an, sebagai penjelas dan penjabar, serta sebagai penetap
hukum yang belum diatur dalam Al-Qur’an

5. Jelaskan perbedaan moral, susila, budi pekerti, etika, dan akhlak, dan kaitan antara
semuanya!
Perbedaan antara moral, susila, budi pekerti, etika, dan akhlak terletak pada
sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam
etika penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral dan
budi pekerti berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum dimasyarakat, maka pada
akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik dan buruk itu adalah Al-
Qur’an dan Hadits. Perbedaan lainnya terlihat pada sifat dan kawasan
pembahasannya. Jika etika lebih banyak bersifat teoritis, maka pada moral dan
susila lebih banyak bersifat praktis. Etika memandang tingkah laku manusia secara
umum, sedangkan moral dan budi pekerti bersifat lokal atau idividual. Etika
menjelaskan baik buruknya, sedangkan moral dan budi pekerti menyatakan ukuran
tersebut dalam bentuk perbuatan. Namun demikian moral, susila, budi pekerti,
etika, dan akhlak tetap saling berhubungan dan membutuhkan.
Adapun hubungan diantara semuanya bisa dilihat dari fungsi perannya,
dapat dikatakan bahwa semuanya menentukan hukum atau nilai dari suatu
perbuatan yang dilakukan manusia untuk ditentukan baik dan buruknya. Kesemua
istilah tersebut sama-sama menghendaki terciptanya keadaan masyarakat yang
baik, teratur, aman, damai dan tentram sehingga sejahtera batiniah dan lahiriyah.
Dari penjelasan diatas dapat saya ambil bahwa etika, moral dan susila berasal
dari produk ras dan budaya masyarakat yang secara selektif diakui sebagai yang
bermanfaat dan baik bagi kelangsungan hidup manusia. Sementara akhlak berasal
dari wahyu, yakni ketentuan yang berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits. Dengan kata
lain jika etika, moral dan budi pekerti berasal dari manusia, sedangkan akhlak
berasal dari Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai