Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 2

MATA KULIAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DISUSUN OLEH:

SAEFUL AZIS
NIM : 051458469

MAHASISWA UNIVERSITAS TERBUKA


FAKULTAS FHISIP
PROGRAM STUDI S1 ILMU HUKUM

DOSEN:
M. IRFAN LUTHFI RANGKUTI, S.Pd
SOAL :

1. Jelaskan pengertian hukum syariat menurut isi kandungan Q.S.


Al-’Ankabut/29: 45!
2. Sebutkan dan jelaskan lima macam hukum Islam!
3. Sebutkan dan jelaskan tujuh macam prinsip-prinsip umum hukum Islam!
4. Jelaskan posisi dan fungsi sunnah terhadap Al-Qur’an!
5. Jelaskan perbedaan moral, susila, budi pekerti, etika, dan akhlak, dan kaitan
antara semuanya!

JAWABAN:
1. Pengertian Hukum Syariat Menurut Isi Kandungan Q.S. Al-’Ankabut/29: 45:

Dalam ayat tersebut, Allah berfirman, "Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu
Al Kitab (Al-Qur'an), dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
perbuatan keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah adalah lebih besar
(keutamaannya). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan."

Ayat ini menyiratkan bahwa hukum syariat dalam Islam adalah pedoman yang diberikan oleh
Allah melalui Al-Qur'an. Hukum syariat mencakup aturan-aturan dalam agama Islam, seperti
perintah untuk membaca Al-Qur'an, menjalankan shalat, dan menjauhi perbuatan keji dan
mungkar. Dalam konteks ini, hukum syariat mencerminkan prinsip-prinsip moral dan etika
yang harus diikuti oleh umat Islam.

2. Lima Macam Hukum Islam:


a. Hukum Fardhu: Hukum fardhu adalah hukum yang wajib dan harus dipatuhi
oleh setiap Muslim, seperti shalat lima waktu, puasa selama bulan Ramadan,
dan zakat.
b. Hukum Wajib: Hukum wajib adalah hukum yang disarankan dan dianjurkan
untuk dilakukan, tetapi tidak wajib. Contohnya, shalat sunnah.
c. Hukum Sunnah: Hukum sunnah adalah hukum yang dianjurkan dan
dikerjakan sesuai dengan tuntunan Rasulullah dan tidak diperintahkan dalam
Al-Qur'an.
d. Hukum Makruh: Hukum makruh adalah hukum yang kurang dianjurkan atau
lebih baik dihindari, tetapi tidak berdosa jika dilakukan.
e. Hukum Haram: Hukum haram adalah hukum yang melarang dan
mengharamkan suatu perbuatan. Perbuatan haram adalah dosa jika dilakukan,
seperti konsumsi alkohol atau riba.

3. Tujuh Macam Prinsip-Prinsip Umum Hukum Islam:

a. Tauhid (Ketuhanan): Prinsip ini menekankan keesaan Allah dalam segala aspek
kehidupan, termasuk hukum. Hukum Islam didasarkan pada keyakinan bahwa Allah
adalah satu-satunya otoritas tertinggi, dan semua hukum harus sesuai dengan ajaran-
ajaran-Nya. Tauhid juga berarti bahwa keadilan, kebenaran, dan moralitas harus
diterapkan dalam hukum.
b. Adil (Keadilan): Prinsip ini menekankan pentingnya keadilan dalam sistem hukum
Islam. Hukum harus ditegakkan secara adil tanpa memandang status sosial, ekonomi,
atau etnis seseorang. Prinsip keadilan ini tercermin dalam banyak aspek hukum Islam,
termasuk hukum perdata, pidana, dan etika bisnis.
c. Maslahah (Kepentingan Umum): Hukum Islam memperhatikan maslahah atau
kepentingan umum. Ini berarti hukum harus berusaha untuk mempromosikan
kesejahteraan dan kepentingan umum masyarakat. Ketika suatu hukum dapat
merugikan masyarakat atau tidak lagi relevan, hukum tersebut dapat direvisi.
d. Sharia (Hukum Islam): Hukum Islam didasarkan pada prinsip-prinsip hukum Sharia,
yang berasal dari Al-Quran dan Hadis (tradisi Nabi Muhammad SAW). Sharia adalah
pedoman utama dalam menentukan apa yang dianggap halal (diperbolehkan) dan
haram (dilarang) dalam Islam.
e. Ijma (Konsensus Umat Islam): Prinsip ini mengacu pada konsensus umat Islam atau
kesepakatan umat Islam yang berkaitan dengan hukum dan etika. Ketika ulama
(cendekiawan agama) dan komunitas Islam secara luas mencapai kesepakatan tentang
suatu masalah hukum, hal itu menjadi landasan hukum.
f. Qiyas (Analogi): Qiyas adalah prinsip yang memungkinkan ulama untuk menerapkan
hukum yang ada pada situasi baru dengan analogi. Ini memungkinkan adaptasi hukum
Islam terhadap perubahan zaman dan situasi yang tidak diatur secara eksplisit dalam
Al-Quran atau Hadis.
g. Urf (Adat Istiadat): Prinsip ini mempertimbangkan adat istiadat atau tradisi
masyarakat dalam menentukan hukum dalam hal-hal yang tidak diatur oleh hukum
Islam secara langsung. Asalkan adat istiadat tersebut tidak bertentangan dengan
prinsip-prinsip Islam, hukum dapat mengakomodasi kebiasaan masyarakat.

4. Posisi dan Fungsi Sunnah terhadap Al-Qur'an:

Hadis dari Abdullah bin Amr, ia berkata: "Aku diberitahu oleh Rasulullah SAW: 'Bacalah Al-
Qur'an.' Aku menjawab, 'Aku telah membacanya, ya Rasulullah.' Beliau bersabda, 'Bacalah
Al-Qur'an. Demi Allah, sungguh Al-Qur'an akan datang pada hari kiamat sebagaimana rupa
seseorang, maka ia akan mendatangkan kebaikan kepada pemiliknya yang membacanya pada
dunia.'"

Dari Hadis ini, kita dapat memahami posisi dan fungsi Sunnah terhadap Al-Qur'an sebagai
berikut:

a. Pengklarifikasi Al-Qur'an: Sunnah membantu mengklarifikasi dan menjelaskan isi Al-


Qur'an. Beberapa ayat Al-Qur'an mungkin memerlukan penjelasan tambahan untuk
pemahaman yang lebih baik, dan Hadis memberikan penjelasan ini.
b. Penafsiran: Sunnah digunakan untuk menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an. Nabi
Muhammad SAW sering memberikan penjelasan tentang makna dan konteks ayat-
ayat tertentu melalui tindakan, perkataan, dan persetujuannya.
c. Pelaksanaan Hukum: Sunnah menguraikan cara-cara pelaksanaan hukum-hukum yang
terkandung dalam Al-Qur'an. Misalnya, cara melaksanakan ibadah seperti shalat,
puasa, dan zakat dijelaskan dalam Sunnah.
d. Peraturan Tambahan: Sunnah juga memberikan peraturan tambahan yang tidak ada
dalam Al-Qur'an. Contohnya, masalah hukum waris, pernikahan, dan tata cara ibadah
tertentu yang dijelaskan dalam Hadis.
e. Pemberian Teladan: Sunnah memberikan teladan yang nyata dalam kehidupan sehari-
hari Nabi Muhammad SAW. Umat Islam diharapkan untuk mengikuti contoh Nabi
dalam perilaku dan etika mereka, sesuai dengan ajaran Sunnah.

Jadi, Sunnah berperan penting dalam memahami, menafsirkan, dan mengimplementasikan


ajaran Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari umat Islam. Keduanya saling melengkapi dan
membentuk landasan utama ajaran Islam.

5. Perbedaan Moral, Susila, Budi Pekerti, Etika, dan Akhlak, dan Kaitan Antara
Semuanya:

a) Moral: Merujuk pada prinsip-prinsip atau norma-norma yang mengatur tindakan dan
perilaku individu berdasarkan pandangan tentang benar dan salah.
b) Susila: Merupakan etika atau moral dalam konteks sosial atau budaya tertentu. Ini
mencerminkan norma-norma perilaku yang berlaku dalam masyarakat.
c) Budi Pekerti: Merujuk pada sifat-sifat baik dan karakter yang dianggap positif dalam
tindakan dan sikap individu.
d) Etika: Merupakan studi tentang prinsip-prinsip moral dan peraturan perilaku yang
berlaku dalam konteks tertentu.
e) Akhlak: Merujuk pada karakter dan perilaku yang mencerminkan moral dan nilai-nilai
positif dalam Islam.

Semua konsep ini saling terkait dalam upaya membentuk perilaku etis dan moral individu dan
masyarakat secara keseluruhan. Moral, susila, budi pekerti, etika, dan akhlak bekerja bersama
untuk membimbing individu dalam membuat keputusan yang benar, berperilaku baik, dan
hidup dalam harmoni dengan nilai-nilai yang diakui dalam masyarakat dan agama.
Referensi :

"The Islamic Jurisprudence" oleh Dr. Taha Jabir Al-Alwani

"The Reliance of the Traveler" (Umdat al-Salik) - Terjemahan bahasa Inggris dari kitab
hukum Islam Shafi'i oleh Ahmad ibn Naqib al-Misr

"The Authority of Sunnah" oleh Dr. Bilal Philips

"An Introduction to the Science of Hadith" oleh Dr. Suhaib Hasan

https://tafsirweb.com/7271-surat-al-ankabut-ayat-45.html

https://e-journal.metrouniv.ac.id/index.php/nizham/article/download/864/706/

Anda mungkin juga menyukai