Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 2

1. Menjelaskan pengertian hukum syariat menurut isi kandungan QS Al- ‘Ankabut/29:45!


 Allah berfirman dalam QS Al-‘Ankabut/29: 45:

‫ِه‬ ‫ِذ‬ ‫ِء‬ ‫ِق‬ ‫ِم ِك‬ ‫ِح‬


‫ٱْتُل َم ٓا ُأو َى ِإَلْيَك َن ٱْل َٰت ِب َو َأ ِم ٱلَّص َلٰو َةۖ ِإَّن ٱلَّص َلٰو َة َتْنَه ٰى َعِن ٱْلَف ْح َش ٓا َو ٱْلُم نَك ِر ۗ َو َل ْك ُر ٱلَّل َأْك َبُر ۗ َو ٱلَّل ُه‬

‫َيْع َلُم َم ا َتْص َنُعوَن‬

Artinya:

“Bacalah kitab (Al-qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan


laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan
munkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (shalat) itu lebih besar (keutamaannya dari
pada ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Ayat 45 dari Surah Al-'Ankabut (QS. 29:45) dalam Al-Qur'an berbicara tentang hukum
syariat yang mengandung pesan penting. Ayat ini menyampaikan bahwa hukum syariat,
atau aturan yang ditetapkan dalam Islam, diarahkan untuk menghindari kefasikan,
keburukan, dan kejahatan dalam masyarakat.

hukum syariat menekankan pentingnya ibadah, khususnya salat (sholat), sebagai sarana
untuk menjaga kebersihan moral dan spiritual seseorang. Salat bukan hanya sekadar
rangkaian gerakan fisik, tetapi juga sebagai sarana untuk menumbuhkan kesadaran
spiritual, memperkuat ikatan dengan Allah, dan mencegah dari perbuatan dosa,
keburukan, serta perbuatan tercela.

Ayat ini juga menegaskan bahwa mengingat Allah adalah hal yang paling penting.
Artinya, kesadaran akan kehadiran dan kekuasaan Allah serta pengamalan ajaran-Nya
harus menjadi fokus utama dalam kehidupan seseorang. Dengan demikian, hukum
syariat tidak hanya mengatur tata cara ibadah, tetapi juga memandu umat dalam
menjalani kehidupan sehari-hari dengan prinsip moral dan etika yang baik. Ayat ini
menegaskan bahwa hukum syariat tidak hanya tentang ketaatan ritual semata, tetapi
juga merupakan panduan untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik, menjaga
moralitas, dan mencegah terjadinya kejahatan serta keburukan di dalamnya.

2. Jelaskan dan jelaskan lima macam hukum islam!

Hukum Islam, yang dikenal sebagai Syariah, merupakan seperangkat aturan yang diberikan
dalam agama Islam untuk mengatur kehidupan individu dan masyarakat. Hukum Islam ini
terbagi menjadi beberapa kategori berdasarkan karakteristik dan sifatnya. Berikut adalah
lima macam hukum dalam Islam:

 Hukum Wajib (Fardh):

Ini adalah jenis hukum yang diwajibkan oleh Allah dan Rasul-Nya kepada umat Islam.
Hukum wajib memiliki tingkatan yang tinggi dan tidak boleh diabaikan. Contoh hukum
wajib termasuk menjalankan lima waktu sholat, berpuasa selama bulan Ramadhan,
membayar zakat, dan menjalankan haji bagi yang mampu.

 Hukum Sunnah:

Hukum sunnah adalah aturan yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW. Meskipun
tidak diwajibkan, mengamalkan hukum sunnah membawa pahala kepada umat Islam.
Contoh hukum sunnah termasuk berbagai amalan yang dianjurkan Rasul, seperti
misalnya menggunakan miswak (gigi kayu), membaca doa sebelum dan sesudah makan,
dan sebagainya.

 Hukum Mubah:

Hukum ini mengacu pada tindakan atau perilaku yang diperbolehkan atau tidak diatur
secara khusus oleh hukum Islam. Tindakan-tindakan ini tidak diwajibkan atau dilarang
oleh syariah. Contohnya termasuk makanan atau minuman yang tidak diharamkan oleh
agama, seperti buah-buahan dan air.

 Hukum Makruh:

Hukum makruh merujuk pada tindakan yang kurang disukai menurut ajaran Islam,
meskipun tidak diharamkan secara tegas. Meskipun seseorang tidak akan dihukumi atas
melakukan tindakan tersebut, namun lebih baik untuk menghindarinya. Contoh tindakan
yang termasuk dalam hukum makruh adalah makan dengan tangan kiri atau tidur setelah
sholat Subuh hingga terbitnya matahari.

 Hukum Haram:

Hukum ini merujuk pada tindakan atau perilaku yang dilarang atau diharamkan secara
tegas dalam Islam. Melakukan tindakan haram dapat mendatangkan dosa kepada
individu yang melakukannya. Contoh tindakan yang termasuk dalam hukum haram
adalah minum alkohol, makan daging babi, riba (bunga), dan perzinahan.

Menerapkan hukum-hukum ini menjadi bagian penting dalam kehidupan seorang Muslim
untuk menjalani kehidupan sesuai dengan ajaran Islam dan mendapatkan ridha Allah SWT.

3. Jelaskan dan jelaskan tujuh macam prinsip-prinsip umum hukum islam!

Prinsip-prinsip umum dalam hukum Islam membentuk dasar yang mengatur tata cara hidup
umat Islam dan berbagai aspek kehidupan mereka. Berikut adalah tujuh prinsip umum
dalam hukum Islam:

 Taklid (Mengikuti) dan Ijtihad (Penelitian)

Taklid adalah mengikuti otoritas agama atau ahli hukum yang diakui dalam hal-hal yang
belum dipahami atau diputuskan sendiri.

Ijtihad adalah proses penelitian dan penafsiran hukum untuk mencapai pemahaman
yang lebih dalam terhadap hukum Islam. Ini dilakukan oleh para ulama atau
cendekiawan hukum Islam.

 Keadilan (Adl)

Keadilan adalah prinsip fundamental dalam hukum Islam. Hukum harus diterapkan
secara adil tanpa diskriminasi terhadap siapa pun, baik dalam peradilan, perdagangan,
maupun urusan sosial.

 Maslahah (Kemanfaatan)
Prinsip ini menekankan pentingnya mengutamakan kemanfaatan umum. Hukum harus
mengutamakan kemaslahatan masyarakat dalam pengambilan keputusan.

 Preservasi Agama (Hifz al-Din)

Prinsip ini menekankan perlindungan terhadap agama Islam dan kebebasan beragama.
Hukum harus menjaga kebebasan beribadah dan menjaga agama dari segala bentuk
penyelewengan.

 Preservasi Nyawa (Hifz al-Nafs)

Prinsip ini menekankan perlindungan terhadap nyawa manusia. Hukum harus menjamin
keselamatan dan keamanan hidup individu.

 Preservasi Keturunan (Hifz al-Nasl)

Prinsip ini menekankan perlindungan terhadap keturunan dan keluarga. Hukum harus
melindungi institusi keluarga, seperti pernikahan dan kehidupan keluarga.

 Preservasi Kekayaan (Hifz al-Mal)

Prinsip ini menekankan perlindungan terhadap kekayaan dan harta benda. Hukum harus
menjaga keadilan dalam perdagangan dan kepemilikan harta.

Prinsip-prinsip ini membentuk kerangka dasar yang digunakan dalam menafsirkan,


mengembangkan, dan menerapkan hukum Islam. Mereka memberikan panduan yang luas
dan fleksibel untuk menjalani kehidupan sehari-hari sesuai dengan prinsip-prinsip agama
Islam.

4. Menjelaskan posisi dan fungsi sunnah terhadap Al-Qur’an!

Sunnah memiliki posisi yang sangat penting dalam Islam sebagai pelengkap Al-Qur'an.
Fungsi dan hubungan Sunnah dengan Al-Qur'an memiliki keterkaitan yang erat, yang secara
bersama-sama membentuk dua sumber utama ajaran dalam Islam.

 Pelengkap Al-Qur'an:
Sunnah atau hadis merupakan catatan dan pengajaran yang berasal dari ajaran, perbuatan,
dan perkataan Nabi Muhammad. Meskipun Al-Qur'an adalah sumber utama dalam agama
Islam yang dianggap sebagai firman Allah, Sunnah membantu memperjelas dan
menjelaskan banyak konsep, perintah, dan prinsip yang terdapat dalam Al-Qur'an. Sunnah
secara efektif melengkapi Al-Qur'an dengan penjelasan praktis tentang cara menerapkan
ajaran-ajaran agama yang terkandung di dalamnya.

 Penjelasan dan Aplikasi Al-Qur'an:

Sunnah memberikan penjelasan dan aplikasi konkret dari ajaran Al-Qur'an. Sebagian besar
ajaran dalam Al-Qur'an tidak diberikan dalam konteks atau detail tertentu. Sunnah, melalui
hadis-hadisnya, memberikan pemahaman mendalam tentang konteks, implementasi, serta
detail-detail yang lebih spesifik mengenai bagaimana ajaran Al-Qur'an seharusnya
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

 Penegak Konsistensi dan Otoritas:

Sunnah membantu menegaskan konsistensi dan otoritas ajaran Islam. Al-Qur'an adalah
sumber utama yang dianggap sebagai firman Allah, sedangkan Sunnah merupakan ajaran
yang diambil langsung dari Nabi Muhammad yang dianggap sebagai panutan terbaik
dalam mengamalkan ajaran Al-Qur'an. Dengan keduanya, Islam menjadi ajaran yang
konsisten dan utuh dalam prinsip-prinsip serta aplikasinya.

 Hukum Islam (Syariah):

Banyak hukum dan ketetapan dalam Syariah Islam tidak secara eksplisit dinyatakan dalam
Al-Qur'an tetapi diambil dari Sunnah. Sunnah, melalui hadis, menjadi sumber utama dalam
menentukan hukum-hukum tertentu, tata cara ibadah, dan aturan-aturan lainnya dalam
kehidupan sehari-hari umat Islam.

Dengan demikian, hubungan Sunnah dengan Al-Qur'an adalah sebagai pelengkap dan
penjelas, memberikan pemahaman yang lebih dalam dan aplikatif tentang ajaran Islam yang
terkandung dalam Al-Qur'an. Keduanya bersama-sama menjadi sumber ajaran utama dalam
memandu kehidupan umat Islam.
5. Menjelaskan perbedaan moral, susila, budi pekerti, etika dan akhlak, dan kaitan antara
semuanya!

Perbedaan antara moral, susila, budi pekerti, etika, dan akhlak sering kali membingungkan
karena keterkaitan dan kesamaan maknanya. Namun, ada perbedaan subtanstial dalam aspek
yang ditekankan oleh setiap istilah. Berikut penjelasannya:

 Moral:

Moral mengacu pada aturan, prinsip, atau standar perilaku yang memandu individu dalam
menentukan apa yang benar dan salah. Ini berkaitan dengan norma dan nilai-nilai yang
ditetapkan dalam masyarakat atau budaya tertentu. Moral berkaitan dengan tindakan
seseorang yang diterima atau dianggap sesuai dengan norma-norma yang berlaku.

 Susila:

Istilah susila sering kali digunakan sebagai sinonim untuk moral. Namun, dalam beberapa
budaya, susila merujuk pada nilai-nilai atau kode etik yang lebih berkaitan dengan
kesopanan, adab, dan tata krama dalam hubungan antar manusia.

 Budi Pekerti:

Budi pekerti merujuk pada sifat-sifat baik, kebajikan, dan perilaku yang positif dari
seorang individu. Ini melibatkan sikap, tindakan, dan karakter yang baik. Budi pekerti
sering dilihat sebagai aspek internal individu yang mencerminkan karakter baik seseorang.

 Etika:

Etika adalah studi tentang apa yang dianggap benar dan salah, baik secara moral maupun
filosofis. Ini melibatkan penerapan prinsip-prinsip moral dalam situasi nyata, serta
pemeriksaan dan pertimbangan filosofis terhadap moralitas dan kebenaran.

 Akhlak:

Akhlak merujuk pada perilaku atau karakter yang baik dan sesuai dengan ajaran agama,
terutama dalam Islam. Akhlak sering kali digunakan dalam konteks agama sebagai cara
hidup yang baik, benar, dan patut dicontoh.
Kaitan antara semua istilah ini adalah bahwa mereka berkaitan dengan aspek-aspek moralitas,
baik dalam tindakan, karakter, maupun prinsip yang membimbing perilaku individu atau
masyarakat. Mereka mewakili serangkaian nilai, norma, dan panduan yang membentuk dasar
perilaku manusia. Meskipun masing-masing memiliki fokus dan aspek yang berbeda, mereka
secara kolektif menyumbang pada penciptaan individu yang berakhlak baik, baik dalam
konteks sosial, pribadi, maupun agama.

Anda mungkin juga menyukai