Anda di halaman 1dari 7

NAMA : ANNISA SALSA CAHYANI

NIM : 859674938
MATA KULIAH : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TUGAS 2
1. Jelaskan pengertian hukum syariat menurut isi kandungan Q.S. Al-’Ankabut/29: 45!
2. Sebutkan dan jelaskan lima macam hukum Islam!
3. Sebutkan dan jelaskan tujuh macam prinsip-prinsip umum hukum Islam!
4. Jelaskan posisi dan fungsi sunnah terhadap Al-Qur’an!
5. Jelaskan perbedaan moral, susila, budi pekerti, etika, dan akhlak, dan kaitan antara
semuanya!

JAWABAN

1.
Pengertian hukum syariat menurut isi kandungan Q.S. Al-’Ankabut/29: 45. Hukum Islam adalah
sistem hukum yang bersumber dari ajaran agama Islam dan merupakan bagian integral dari
kehidupan sehari-hari umat Muslim.Hukum Islam, atau sering disebut sebagai hukum syariat,
merupakan panduan yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia melalui wahyu-Nya,
terutama dalam bentuk Al-Quran dan Hadis (sunnah Rasulullah SAW). Hukum syariat ini
memiliki peran penting dalam mengatur kehidupan manusia agar sesuai dengan nilai-nilai dan
prinsip-prinsip Islam.Salah satu ayat yang mencerminkan
konsep hukum syariat dalam Islam adalah dalam Al-Quran Surah Al-Ankabut (29): 45.Dalam
ayat ini, Allah SWT berfirman:

‫ُاْتُل َم ٓا ُاْو ِح َي ِاَلْيَك ِم َن اْلِكٰت ِب َو َاِقِم الَّص ٰل وَۗة ِاَّن الَّص ٰل وَة َتْنٰه ى َع ِن اْلَفْح َش ۤا ِء َو اْلُم ْنَك ِرۗ َو َلِذ ْك ُر ِهّٰللا َاْك َبُرۗ َو ُهّٰللا َيْع َلُم َم ا َتْص َنُعْو َن‬

"Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah
salat.
Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar.
Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain).
Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan."
Ayat ini adalah salah satu ayat yang menerangkan prinsip dasar dalam hukum syariat Islam.
Dalam ayat ini, Allah SWT memberikan petunjuk kepada Nabi Muhammad SAW untuk
membaca Al-Qur'an yang telah diwahyukan kepadanya dan untuk melaksanakan salat.
Allah juga menjelaskan bahwa salat memiliki keutamaan yang besar, karena dapat mencegah
seseorang dari perbuatan keji dan mungkar.
Selain itu, Allah menegaskan bahwa mengingat-Nya (dalam salat) adalah suatu ibadah yang
memiliki keutamaan yang besar. Allah juga mengetahui segala perbuatan yang dilakukan oleh
manusia.
Dalam konteks hukum syariat Islam, ayat ini menggarisbawahi pentingnya salat sebagai salah
satu kewajiban utama dalam agama Islam. Salat merupakan bentuk ibadah yang mengikat secara
spiritual dan merupakan sarana untuk memperkuat ikatan individu dengan Allah SWT.
Melalui salat, seorang Muslim diperintahkan untuk memperkuat kepatuhan dan ketaatan
terhadap ajaran-ajaran agama, serta menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang diharamkan
oleh Allah.
Konsep salat dalam Islam tidak hanya menjadi kewajiban formal semata, melainkan juga
menjadi sarana untuk membersihkan jiwa dan mengarahkan individu menuju kebaikan.
Dengan melaksanakan salat secara rutin, seorang Muslim diharapkan dapat mencapai kebersihan
spiritual dan moral, serta meningkatkan kesadaran akan kehadiran Allah dalam kehidupan sehari-
hari.
Ayat ini juga menunjukkan bahwa salat memiliki keutamaan yang luar biasa, karena selain
menjadi sarana ketaatan kepada Allah, salat juga berfungsi sebagai penghalang dari perbuatan-
perbuatan tercela dan mungkar.

2. Dalam Islam , terdapat sederet aturan dan hukum yang perlu diketahui bagi setiap umat
muslim. Hal ini karena setiap amalan dan perlakuan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari
perlu dilakukan sesuai dengan hukum Islam yang berlaku.
Sebutkan dan jelaskan lima macam hukum Islam! Berikut ini adalah lima hukum Islam dan
penjelasannya.

1. Wajib

Mengutip buku berjudul Khazanah Buku Pintar Islam 1, Arif Munandar Riswanto (2010), wajib
adalah perbuatan yang akan diberikan balasan yang baik (berupa pahala) jika dilaksanakan dan
akan disiksa jika ditinggalkan. Sebutan lain untuk hukum wajib adalah fardhu. Wajib atau fardhu
dibagi menjadi dua, yaitu fardhu ain atau kewajiban yang dibebankan bagi setiap orang dan
fardhu kifayah yang merupakan kewajiban yang dapat digugurkan jika suatu amalan sudah
dilakukan oleh sebagian orang lainnya.

Namun, semua orang akan berdosa jika kewajiban tersebut tidak dilakukan seorang pun.

2. Sunnah

Sunnah adalah perintah yang sangat dianjurkan bagi setiap orang. Jika seseorang mengamalkan
sunnah maka ia akan memperoleh balasan yang baik. Namun, jika tidak mengerjakannya, maka
seseorang tersebut tidak akan mendapat siksa atau dosa.

Balasan kebaikan yang diperoleh bagi seseorang yang mengamalkan sunnah dapat berupa
pahala, keridhoan Allah, derajatnya diangkat di sisi Allah, dan lain sebagainya.
3. Mubah

Hukum mubah adalah suatu perkara yang diperbolehkan untuk diamalkan, tetapi juga
diperbolehkan untuk meninggalkannya. Jika seseorang mengerjakan amalan yang termasuk ke
dalam kategori mubah, maka tidak akan diberikan ganjaran kebaikan atau pahala.

Begitu juga jika tidak mengerjakannya maka tidak akan berdosa atau diberi siksaan.

4. Makruh

Makruh merupakan suatu perkara yang sebaiknya dihindari, ditinggalkan atau tidak dikerjakan
sebab makruh adalah perkara yang dibenci Allah. Meski begitu, seseorang yang mengamalkan
suatu yang makruh tidak akan diganjar dosa atau siksaan, tetapi perbuatan atau amalan makruh
tidak disukai oleh Allah.

5. Haram

Kebalikan halal, haram adalah perkara yang harus ditinggalkan bagi siapapun sebab dilarang
dengan keras. Dengan begitu, jika seseorang mengerjakan suatu amalan yang termasuk dalam
kategori haram maka akan mendapat dosa dan siksa. Sebaliknya, jika seseorang berhasil
meninggalkannya maka akan mendapat pahala.

3.

7 Macam Prinsip-Prinsip Umum Hukum dalam Islam


Dikutip dari buku Ijtihad Maqasidi oleh A. Halil Thahir (2015), 7 macam prinsip-prinsip
hukum Islam yang dijadikan pokok seseorang dalam berpikir, bertindah, dan sebagai berikut.

1. Prinsip Tauhid

Prinsip ini menegaskan bahwa seluruh bangunan hukum Islam adalah bermuara pada
mengesakan Tuhan, yaitu Allah SWT. Dengan prinsip tauhid, pelaksanaan suatu hukum akan
bermakana sebagai ibadah.
Allah SWT berfirman,
‫َو ِإْذ َأَخ َذ َر ُّبَك ِم ْن َبِني آَد َم ِم ْن ُظُهوِر ِهْم ُذ ِّر َّيَتُهْم َو َأْش َهَد ُهْم َع َلٰى َأْنُفِس ِهْم َأَلْس ُت ِبَر ِّبُك ْم ۖ َقاُلوا َبَلٰى ۛ َش ِهْد َناۛ َأْن َتُقوُلوا َيْو َم اْلِقَياَم ِة ِإَّنا ُكَّن ا‬
‫َع ْن َٰه َذ ا َغاِفِليَن‬
Artinya, “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah
Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi".
(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya
kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",” (QS. Al-
A’raf: 172)

2. Prinsip Keadilan

Prinsip keadilan memiliki makna bahwa hukum Islam yang mengatur persoalan manusia dari
berbagai aspek harus dilandaskan pada keadilan yang meliputi hubungan antara dirinya sendiri,
masyarakat, maupun dengan Allah SWT.
Allah SWT bersabda,
ۚ‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا ُك وُنوا َقَّواِم يَن ِهَّلِل ُش َهَداَء ِباْلِقْس ِط ۖ َو اَل َيْج ِر َم َّنُك ْم َشَنآُن َقْو ٍم َع َلٰى َأاَّل َتْع ِد ُلواۚ اْع ِد ُلوا ُهَو َأْق َر ُب ِللَّتْق َو ٰى ۖ َو اَّتُق وا َهَّللا‬
‫ِإَّن َهَّللا َخ ِبيٌر ِبَم ا َتْع َم ُلوَن‬
Artinya, “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah,
karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Maidah: 8)

3. Prinsip Amar Makruf Nahi Munkar

Amar makruf nahi munkar memiliki arti hukum Islam yang ditegakkan untuk menjadikan
manusia dapat melaksanakan hal-hal secara baik dan benar sesuai yang dikehendaki Allah SWT
sehingga tidak terjadi keburukan dalam kehidupan bermasyarakat.
Seperti dalam firman Allah SWT,
‫ُكْنُتْم َخْيَر ُأَّمٍة ُأْخ ِر َج ْت ِللَّناِس َتْأُم ُروَن ِباْلَم ْعُروِف َو َتْنَهْو َن َع ِن اْلُم ْنَك ِر َو ُتْؤ ِم ُنوَن ِباِهَّللۗ َو َل ْو آَم َن َأْه ُل اْلِكَت اِب َلَك اَن َخْي ًرا َلُهْم ۚ ِم ْنُهُم‬
‫اْلُم ْؤ ِم ُنوَن َو َأْكَثُر ُهُم اْلَفاِس ُقوَن‬
Artinya, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”

4. Prinsip al-Hurriyah (Kemerdekaan dan Kebebasan)

Prinsip ini mengandung makna bahwa hukum Islam tidak ada paksaan. Artinya, manusia dapat
menolak dan menerima hukum Islam namun tetap harus bertanggung jawab akan keputusannya.
Allah SWT bersabda,
‫اَل ِإْك َر اَه ِفي الِّديِن ۖ َقْد َتَبَّيَن الُّر ْش ُد ِم َن اْلَغ ِّي ۚ َفَم ْن َيْكُفْر ِبالَّطاُغ وِت َو ُيْؤ ِم ْن ِباِهَّلل َفَق ِد اْسَتْمَس َك ِب اْلُعْر َو ِة اْل ُو ْثَقٰى اَل اْنِفَص اَم َلَه اۗ َو ُهَّللا‬
‫َسِم يٌع َع ِليٌم‬
Artinya, “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan
yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan
beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat
yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah:
256)

5. Prinsip Musawah (Persamaan)

Hukum dalam agama Islam tidak membedakan derajat, suku, ataupun fisik dengan manusia
lainnya. Semua manusia di hadapan Allah SWT adalah sama. Adapun yang membedakannya
adalah ketakwaan.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah ayat,
‫َيا َأُّيَها الَّناُس ِإَّنا َخ َلْقَناُك ْم ِم ْن َذ َك ٍر َو ُأْنَثٰى َو َجَع ْلَناُك ْم ُش ُعوًبا َو َقَباِئَل ِلَتَع اَر ُفواۚ ِإَّن َأْك َر َم ُك ْم ِع ْنَد ِهَّللا َأْتَقاُك ْم ۚ ِإَّن َهَّللا َع ِليٌم َخ ِبيٌر‬
Artinya, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13)

6. Prinsip Al-Ta’awun (Tolong Menolong) dan Al-Shura (Musyawarah)

Prisip ini menjelaskan dalam menjalani hidup ini, sesama manusia hendaknya saling tolong-
menolong, saling bahu-membahu baik dalam ranah sosial, hukum, dan lainnya. Dalam
melakukan ijtihad (penggalian hukum Islam), sebaiknya dilakukan secara jama'i (kolektif)
dengan melibatkan setiap pihak yang kompeten dalam bidangnya, serta bidang-bidang yang ada
keterkaitan dengan permasalhan yang akan dikaji status hukumnya.
Allah SWT bersabda,
‫َو َتَع اَو ُنوا َع َلى اْلِبِّر َو الَّتْقَو ٰى ۖ َو اَل َتَع اَو ُنوا َع َلى اِإْل ْثِم َو اْلُع ْد َو اِن ۚ َو اَّتُقوا َهَّللاۖ ِإَّن َهَّللا َش ِد يُد اْلِع َقاِب‬
Artinya, “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah: 2)

7. Prinsip Al-Tasamuh (Toleransi)

Prinsip toleransi menegaskan bahwa pebedaan pandangan dalam melihat sebuah hukum, karena
perbedaan teori, metode dan pendekatan yang dipakai dalam penggalian hukum Islam hendaknya
masing-masing berlapang dada menerimanya sebagai keniscayaan dalam realitas kehidupan yang
plural.
Allah SWT berfirman,
‫َو اَل َتُك وُنوا َك اَّلِذ يَن َتَفَّر ُقوا َو اْخ َتَلُفوا ِم ْن َبْع ِد َم ا َج اَء ُهُم اْلَبِّيَناُت ۚ َو ُأوَٰل ِئَك َلُهْم َع َذ اٌب َع ِظ يٌم‬
Artinya, “Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih
sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat
siksa yang berat.” (QS. Ali Imran: 105)
4.
Sunnah menurut ulama maw'izhah adalah segala sesuatu yang datang dari nabi dan sahabat.
Sedangkan bid'ah adalah antonim dari sunnah, yaitu sesuatu yang tidak datang dari keduanya.
Mengutip buku Ulumul Hadis (Edisi Kedua), Abdul Majid Khon (2012), Sunnah menurut ulama
hadist lebih bersifat umum, yaitu meliputi segala sesuatu yang datang dari Nabi dalam bentuk
apapun, baik berkaitan dengan hukum atau tidak.
Sedangkan sunnah menurut ulama ushul fiqh dibatasi pada hal-hal yang berkaitan dengan hukum
saja. Yang tidak berkaitan dengan hukum seperti amal mubahat, seperti makan, minum, duduk,
berdiri, jongkok, dan lain sebagainya tidak termasuk sunnah. Jika ada pertanyaan untuk jelaskan
posisi dan fungsi sunnah terhadap Al-Qur’an. Maka jawabannya adalah keduanya saling terikat
dan terkait. Penjabarannya adalah sebagai berikut.

1. Posisi Sunnah

Posisi sunnah dalam Islam sebagai sumber hukum. Para ulama juga telah berkonsensus dasar
hukum Islam adalah Al-Qur'an dan sunnah. Dari segi urutan tingkatan dasar Islam, sunnah
menjadi dasar hukum Islam (tasyri'iyyah) kedua setelah Al-Qur'an.

2. Fungsi Sunnah

Sunnah berfungsi sebagai penjelas atau tambahan terhadap Al-Qur'an. Tentunya pihak penjelas
diberikan peringkat kedua setelah pihak yang dijelaskan.
Teks Al-Qur'an sebagai pokok asal, sedangkan sunnah sebagai penjelas (tafsir) yang dibangun
karenannya. Dengan demikian, segala uraian dalam sunnah berasal dari Al-Qur'an.
Al-Qur'an mengandung segala permasalahan secara paripurna dan lengkap, baik menyangkut
masalah duniawi maupun ukhrawi, tidak ada suatu masalah yang tertinggal. Sebagaimana firman
Allah Swt. dalam Surat Al-An'am ayat 8:
‫َم ا َفَّر ۡط َنا ِفى اۡل ـِكٰت ِب ِم ۡن َش ۡى ٍء‌ ُثَّم ِاٰل ى َر ِّبِه ۡم ُيۡح َش ُر ۡو َن‬
maa farratnaa fil Kitaabi min shai'in summa ilaa Rabbihim yuhsharuun

5.
Moral adalah seperangkat prinsip atau nilai-nilai yang mengatur perilaku manusia dalam
hubungannya dengan orang lain. Susila adalah konsep yang lebih luas daripada moral. Susila
mencakup nilai-nilai moral serta norma-norma sosial dan budaya yang berlaku dalam
masyarakat. Budi pekerti adalah sikap dan perilaku yang baik yang mencerminkan karakter
seseorang. Etika adalah studi tentang apa yang benar dan salah dalam tindakan manusia. Akhlak
adalah perilaku atau tindakan yang sesuai dengan nilai-nilai moral dan etika.

Kaitan Antara Moral, Susila, Budi Pekerti, Etika, dan Akhlak

Terkaitnya konsep-konsep ini adalah hal yang sangat penting. Mereka membentuk dasar perilaku
manusia dalam masyarakat dan memengaruhi bagaimana individu berinteraksi dengan dunia di
sekitar mereka. Mari kita lihat beberapa kaitan penting di antara mereka:
Moral dan etika melibatkan pemikiran kritis tentang apa yang benar atau salah. Moral
menekankan pedoman universal, sementara etika seringkali digunakan dalam konteks
budaya tertentu. Keduanya saling terkait dalam membentuk pandangan individu tentang
tindakan yang sesuai.
Susila dan budi pekerti, meskipun bersifat lokal dan lebih terkait dengan nilai-nilai budaya,
juga memengaruhi perilaku individu. Susila mencakup prinsip-prinsip seperti kejujuran dan
kesopanan, yang merupakan bagian penting dari budi pekerti. Budi pekerti adalah upaya
untuk mengajarkan dan mendorong perilaku yang baik dalam pergaulan sehari-hari.
Akhlak mencakup dimensi spiritual dan hubungan dengan lingkungan. Ini menggambarkan
bagaimana perilaku manusia berdampak pada hubungannya dengan Tuhan, sesama
manusia, dan lingkungan. Prinsip-prinsip akhlak mencakup elemen-elemen moral dan etika
yang menjadi dasar bagi tindakan individu dalam berbagai konteks.

Anda mungkin juga menyukai