Anda di halaman 1dari 13

MATA KULIAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 679

Oleh :
NAMA : REZA ELI GHADAVI
NIM : 044812238

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TERBUKA
BANDUNG
2022
1. Hukum Islam bersumber dari Allah SWT untuk mengatur kehidupan
manusia.
A. Pengertian hukum syariat menurut isi kandungan Al-Quran Surah Al-Ankabut ayat 45
bahwa hukum syariat yang berisi hukum dan aturan dalam menjalani kehidupan di
dunia ini, merupakan panduan yang menyeluruh untuk mengatasi permasalahan yang
ada harus mengikuti aturan yang ada dalam kitab Al-Quran dan aturan islam.
Contohnya adalah perintah membaca kitab Al-Quran dan perintah untuk
melaksanakan sholat untuk mencegah dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik, keji,
dan mungkar yang dilarang oleh agama karena saat kita sholat berarti kita mengingat
Allah dan diharapkan kita memerhatikan apa yang kita lakukan karena Allah melihat
kita.

‫صلَ ٰوةَ تَ ْنهَ ٰى َع ِن‬ َّ ‫ب َوَأقِ ِم ٱل‬


َّ ‫صلَ ٰوةَ ۖ ِإ َّن ٱل‬ ِ َ‫ك ِم َن ْٱل ِك ٰت‬ َ ‫وح َى ِإلَ ْي‬ِ ‫ٱ ْت ُل َمآ ُأ‬
‫ُون ْٱلفَحْ َشآ ِء‬ َ ‫َو ْٱل ُمن َك ِر ۗ َولَ ِذ ْك ُر ٱهَّلل ِ َأ ْكبَ ُر ۗ َوٱهَّلل ُ يَ ْعلَ ُم َما تَصْ نَع‬

Artinya: "Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan
mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya
dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Q.S. Al-
Ankabut:45)

B. 5 Hukum dalam Islam dan contohnya :


1). Wajib
Merupakan suatu perintah yang harus dikerjakan, di mana orang yang
meninggalkannya akan mendapat dosa.
Hukum wajib terbagi menjadi empat jenis berdasarkan bentuk kewajibannya, yakni
kewajiban waktu pelaksanaannya, kewajiban bagi orang melaksanakannya, kewajiban
bagi ukuran atau kadar pelaksanaannya, dan kandungan kewajiban perintahnya.

Waktu pelaksanaannya :
Wajib muthlaq, wajib yang tidak ditentukan waktu pelaksanaannya. Seperti, meng-
qadha puasa Ramadan yang tertinggal atau membayar kafarah sumpah.
Wajib muaqqad, wajib yang pelaksanaannya ditentukan dalam waktu tertentu dan
tidak sah dilakukan di luar waktu yang ditentukan.

Orang yang melaksanakannya


Wajib aini, kewajiban secara pribadi yang tidak mungkin dilakukan atau diwakilkan
orang lain. Misalnya, puasa dan salat.
Wajib kafa'i atau kifayah, kewajiban bersifat kelompok apabila tidak seorang pun
melakukannya maka berdosa semuanya dan jika beberapa melakukannya maka gugur
kewajibannya. Contohnya, sholat jenazah.

Ukuran atau kadar pelaksanaannya


Wajib muhaddad, kewajiban yang harus sesuai dengan kadar yang sesuai ketentuan,
contohnya zakat.
Wajib ghairu muhaddad, kewajiban yang tidak ditentukan kadarnya, misalnya
menafkahi kerabat.

Kewajiban perintahnya
Wajib mu'ayyan, kewajiban yang telah ditentukan dan tidak ada pilihan lain.
Contohnya, membayar zakat dan salat lima waktu.
Wajib mukhayyar, kewajiban yang objeknya boleh dipilih antara beberapa
alternatif. Seperti, kafarat pelanggaran sumpah.
2). Sunah
Orang yang melaksanakan berhak mendapat ganjaran (pahala), namun tidak akan
dosa bila ditinggalkan. Pembagian hukum sunnah berdasarkan tuntutan untuk
melakukannya di antaranya,
Sunah muakkad adalah perbuatan yang selalu dilakukan oleh nabi, di samping ada
keterangan yang menunjukkan bahwa perbuatan itu bukanlah sesuatu yang fardhu.
Contohnya, sholat witir.
Sunah ghairu mu'akad adalah sunnah yang dilakukan oleh nabi, tetapi tidak tidak
dilazimkan untuk berbuat demikian. Contohnya, sunah 4 rakat sebelum dzuhur dan
sebelum ashar.

3). Makruh
Makruh secara bahasa artinya mubghadh (yang dibenci). Jumhur ulama
mendefinisikan makruh sebagai larangan terhadap suatu perbuatan. Namun, larangan
tidak bersifat pasti, lantaran tidak ada dalil yang menunjukkan haramnya perbuatan
tersebut. Artinya, orang yang meninggalkan larangan tersebut akan mendapat
ganjaran berupa pahala. Sebaliknya, orang tersebut tidak akan mendapat apa-apa bila
tidak meninggalkannya.

Para ulama membagi makruh ke dalam dua bagian, yakni:


• Makruh tahrim adalah sesuatu yang dilarang oleh syariat secara pasti. Contohnya
larangan memakai perhiasan emas bagi laki-laki.
• Makruh tanzih adalah sesuatu yang diajurkan oleh syariat untuk
meninggalkannya, tetapi larangan tidak bersifat pasti. Contohnya memakan
daging kuda saat sangat butuh waktu perang.

4). Mubah
Hukum mubah memberikan pilihan bagi seseorang untuk mengerjakan atau
meninggalkannya. Bila dikerjakan, orang tersebut tidak dijanjikan ganjaran pahala.
Tetapi, tidak pula dilarang dalam mengerjakannya. Artinya jika sesuatu bersifat
mubah, maka tidak ada pahala atau dosa jika dilakukan.
Ulama ushul fiqih membagi mubah dalam tiga jenis, di antaranya:
- Tidak mengandung mudharat (bahaya) apabila dilakukan atau tidak. Contohnya,
makan, minum, dan berpakaian
- Tidak ada mudharat bila dilakukan, sementara perbuatan itu pada dasarnya
diharamkan. Misalnya, makan daging babi saat keadaan darurat.
- Sesuatu yang pada dasarnya bersifat mudharat, tetapi Allah SWT memaafkan
pelakunya. Contoh, mengerjakan pekerjaan haram sebelum Islam.

5). Haram
Secara terminologi, haram adalah sesuatu yang dilarang Allah SWT dan rasulNya.
Orang yang melanggar mendapat dosa, sementara orang yang meninggalkannya
dijanjikan pahala. Menurut madzhab hanafi, hukum haram harus didasarkan dalil
qathi yang tidak mengandung keraguan sedikitpun. Sehingga kita tidak
mempermudah dalam menetapkan hukum haram.

Ada beberapa jenis haram yang dikelompokkan oleh jumhur ulama, yaitu:
Al Muharram li dzatihi, sesuatu yang diharamkan oleh syariat karena esensinya
mengandung kemadharatan bagi kehidupan manusia. Contoh makan bangkai, minum
khamr, berzina.
Al Muharram li ghairihi, sesuatu yang dilarang bukan karena kandungannya, tetapi
karena faktor eksternal. Misalnya, jual beli barang secara riba.

C. prinsip-prinsip umum hukum Islam

1). Prinsip Tauhid


Prinsip hukum Islam yang pertama adalah tauhid. Di mana tauhid sendiri adalah
fondasi dari ajaran Islam. Dalam artian bahwa manusia itu berada dalam satu
ketetapan yang sama, yakni tauhid melalui kalimat La illaha illa Allah (Tidak ada
Tuhan selain Allah).
Allah SWT menciptakan segala sesuatunya di bumi ini pasti memiliki tujuan yang
jelas. Salah satu tujuan di dunia ini adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Hal
ini karena kehidupan di dunia ini tidaklah abadi. Sehingga ketika sudah tiba waktunya
dipanggil oleh Sang Pemilik Kehidupan, maka ibadah kitalah yang akan membantu
perjalanan menuju akhirat. Prinsip tauhid ini dijelaskan Allah SWT dalam firman-
Nya surat Ali Imran ayat 64 berikut ini:

ٰ ‫قُ ْل ٰيٓاَهْاَل ْلك ٰتبتَعالَ ْواا ٰلى َكلم ٍةسو ۤا ۢ ٍءب ْينَنَاوب ْينَ ُكماَاَّل نَ ْعبُ َدااَّل‬
‫اللّهَ َواَل نُ ْش ِر َكبِ ٖه‬ ِ ْ ََ َ ََ َِ ِ َ ِ ِ
ٰ ‫ضنَاب ْعضًااَرْ بابًام ْن ُد ْون‬
‫اللّ ۗ ِهفَاِ ْنتَ َولَّ ْوافَقُ ْولُواا ْشهَ ُد ْوابِاَنَّا‬ِ ِّ َ َ ُ ‫َش ْيـًٔا َّواَل يَتَّ ِخ َذبَ ْع‬
‫ُم ْسلِ ُم ْو َن‬

Artinya: “ Katakanlah (Muhammad), “ Wahai Ahli Kitab! Marilah (kita) menuju


kepada satu kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak
menyembah selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun,
dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah. Jika
mereka berpaling maka katakanlah (kepada mereka), “ Saksikanlah, bahwa kami
adalah orang Muslim.” (QS. Ali Imran: 64).

2). Prinsip Keadilan


Prinsip hukum Islam yang kedua adalah prinsip keadilan. Dari beberapa ayat, Allah
SWT memerintahkan kepada umat-Nya untuk bersikap adil. Prinsip keadilan dalam
hukum Islam ini ada beberapa aspek, diantaranya adalah hubungan antara individu
dengan dirinya sendiri, antara individu dengan masyarakat, antara individu dengan
hakim, dan sebagainya. Di mana selama prinsip hukum Islam keadilan ini dimaknai
sebagai prinsip moderasi. Salah satunya dalam surat Al-Maidah ayat 8 berikut ini:
ِۖ ‫ٰيٓاَيُّهَاالَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْوا ُك ْونُ ْواقَ َّوا ِم ْينَلِ ٰلّ ِه ُشهَ َد ۤا َءبِ ْالقِس‬
‫ْط َواَل يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم َشنَ ٰانُقَ ْو ٍم َع‬
ٰ ُ‫ٰلٓىاَاَّل تَ ْعدلُ ْو ۗاا ْعدلُ ْو ۗاهُواَ ْقربُللتَّ ْق ٰو ۖىواتَّق‬
ٰ َّ‫وااللّ ۗهان‬
‫اللّهَ َخبِ ْي ۢ ٌربِ َماتَ ْع َملُ ْو َن‬ َِ َ ِ َ َ ِ ِ ِ

Artinya: “ Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan
karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu
terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah.
Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh,
Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Maidah: 8).

3). Prinsip Amar Makruf Nahi Munkar


Prinsip hukum Islam yang ketiga adalah prinsip amar makruf nahi munkar.
Keberadaan hukum Islam adalah untuk menggerakkan manusia mencapai tujuan yang
baik dan benar sesuai dengan yang diridai Allah SWT. Menurut Hasbi Ash
Shiddieqy, prinsip amar makruf nahi munkar diihat dari peran suatu negara dalam
Islam. Di mana negara tidak memperbolehkan masyarakat untuk berbuat sesuatu
sesuai kemauannya sendiri dan bertindak secara semena-mena. Terlebih jika tindakan
tersebut sudah melanggar hukum Islam

4). Prinsip Kemerdekaan


Prinsip hukum Islam keempat adalah prinsip kemerdekaan atau kebebasan. Dalam
hukum Islam, prinsip kemerdekaan menginginkan supaya agama atau hukum Islam
disebarluaskan tidak dengan dasar paksaan, namun dengan dasar penjelasan,
demonstrasi, dan argumentasi. Kebebasan untuk beragama dalam Islam pun dijamin
dengan tidak adanya pemaksaan. Sedangkan hak setiap manusia yang paling asasi
adalah kebebasan dalam bertindak, berekspresi, dan berimajinasi.

5). Prinsip Persamaan


Prinsip hukum Islam yang kelima adalah prinsip kesamaan. Prinsip kebebasan ini
memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan hukum Islam utnuk
menggerakkan dan mengontrol sosial. Prinsip kebebasan ini ditunjukkan dari
dihapusnya perbudakan dan penindasan manusia kepada manusia. Dalam hukum
Islam, setiap manusia mendapatkan perlakuan yang sama di hadapan hukum. Tidak
ada yang akan didholimi atau pun mendapat keuntungan dengan alasan apapun.
Firman Allah SWT yang menjelaskan tentang prinsip kesamaan ini ada dalam surat
Al-Hujurat ayat 13 yang bunyinya sebagai berikut:

‫ٰيٓاَيُّهَاالنَّا ُساِنَّا َخلَ ْق ٰن ُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َّواُ ْن ٰثى َو َج َع ْل ٰن ُك ْم ُشع ُْوبًا َّوقَبَ ۤا ِٕىلَلِتَ َعا َرفُ ْو ۚااِنَّا َ ْك َر‬
ٰ َّ‫اللّها َ ْت ٰقى ُك ۗمان‬
‫اللّهَ َعلِ ْي ٌم َخبِ ْي ٌر‬ ٰ
ِْ ِ ‫َم ُك ْم ِع ْن َد‬

Artinya: “ Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha
Mengetahui, Mahateliti.” (QS. Al-Hujurat: 13).

6). Prinsip Ta’awun


Prinsip hukum Islam yang keenam adalah prinsip ta’awun. Di mana prinsip ini adalah
saling menolong dengan sesama manusia dengan prinsip tauhid. Prinsip ta’awun ini
menginginkan supaya umat Islam saling tolong-menolong dalam hal kebaikan dan
ketakwaan. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadalah ayat 9
yang bunyinya sebagai berikut:

ِ ‫ٰيٓاَيُّهَاالَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوااِ َذاتَنَا َج ْيتُ ْمفَاَل تَتَنَا َج ْوابِااْل ِ ْث ِم َو ْال ُع ْد َوانِ َو َمع‬
ِ‫ْصيَتِال َّرس ُْول‬
ٰ ُ‫وتَنَاج ْواب ْالب ِّروالتَّ ْق ٰو ۗىواتَّق‬
‫وااللّهَالَّ ِذ ْٓياِلَ ْي ِهتُحْ َشر ُْو َن‬ َ َ ِ ِ َ َ
Artinya: “ Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu mengadakan
pembicaraan rahasia, janganlah kamu membicarakan perbuatan dosa, permusuhan
dan durhaka kepada Rasul. Tetapi bicarakanlah tentang perbuatan kebajikan dan
takwa. Dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nya kamu akan dikumpulkan
kembali.” (QS. Al-Mujadalah: 9)

7). Prinsip Toleransi


Prinsip hukum Islam yang ketujuh atau yang terakhir adalah prinsip toleransi. Di
mana dalam hal ini sesuai dengan kehendak Islam adalah toleransi yang menjamin
tidak adanya pelanggaran akan hak-hak Islam dan umatnya. Lebih jelasnya, toleransi
ini hanya bisa diterima jika tidak mendatangkan kerugian pada agama Islam.
Toleransi atau disebut juga tasamuh dalam hukum Islam memiliki nilai yang lebih
tinggi daripada rukun dan damai. Toleransi dalam Islam berarti tidak memberikan
paksaan atau pun tidak merugikan orang lain.
D. taat kepada hukum Allah SWT
Berikut ini isi kandungan Surat An Nisa ayat 59 :
1). Wajib taat kepada ulil amri selama tidak bertentangan dengan ketaatan kepada
Allah dan Rasul-Nya. Jika ulil amri memerintahkan sesuatu yang bertentangan
dengan Al Quran dan Sunnah Rasulullah atau untuk bermaksiat kepada Allah,
maka tidak ada kewajiban taat kepadanya.
2). Orang-orang yang beriman wajib taat kepada Allah dan Rasulullah secara mutlak.
Yakni mengamalkan Al Quran dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam.

3). Menjadikan Al Quran dan hadits sebagai sumber hukum dan mengembalikan
kepada penilaian keduanya ketika terjadi perselisihan adalah bukti keimanan.
Orang yang tidak mau menjadikan Al Quran dan hadits sebagai hakimnya,
keimanannya dipertanyakan.
4). Kembali kepada Al Quran dan hadits akan menghasilkan penyelesaian yang lebih
baik dan membawa keberkahan.

2. moral dan akhlak menurut isi kandungan QS. An-Nahl/16:125!


a. Sumber moral dan akhlak menurut isi kandungan Surah An-Nahl ayat 125 adalah
berdasarkan Al-Quran dan Al-Hadits. Jadi perilaku, akhlak, dan moral yang kita
tunjukkan harus sesuai dengan apa yang diajarkan dalam kitab Al-Quran dan apa
yang diajarkan oleh Rasulullah dalam Al-Hadits. Contohnya dalam Surah An-Nahl
ayat 125 kita diperintahkan untuk bersikap, berperilaku, dan berbicara kepada orang
lain dengan cara yang baik, santun, lemah lembut. Kita harus mengetahui cara
berkomunikasi sesuai dengan karakteristik orang yang kita ajak bicara namun tetap
dengan cara santun dan baik. Apabila kita tidak setuju dengan pendapat orang
tersebut, kita tetap diperintahkan untuk menyampaikan ketidaksetujuan kita dengan
cara yang baik. Termasuk ketika kita ingin memberikan nasihat, maka sampaikan
juga nasihat-nasihat yang baik, positif, memotivasi, serta dengan penyampaian dan
perkataan yang baik.

Al-Quran Surah An-Nahl (16) ayat 125 berbunyi:

‫ك بِ ْٱل ِح ْك َم ِة َو ْٱل َم ْو ِعظَ ِة ْٱل َح َسنَ ِة ۖ َو ٰ َج ِد ْلهُم ِبٱلَّتِى ِه َى‬ َ ِّ‫يل َرب‬ ِ ِ‫ع ِإلَ ٰى َسب‬
ُ ‫ٱ ْد‬
َ ‫ض َّل َعن َسبِيلِ ِهۦ ۖ َوهُ َو َأ ْعلَ ُم ِب ْٱل ُم ْهتَ ِد‬
‫ين‬ َ ْ‫َأح‬
َ ‫س ُن ۚ ِإ َّن َرب ََّك هُ َو َأ ْعلَ ُم بِ َمن‬

Artinya: "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk." (Q.S. An-Nahl: 125)

b. peranan agama sebagai sumber akhlak menurut isi kandungan QS. Al-Ahzab/33:21!

Umat Islam diperintahkan oleh Allah SWT untuk senantiasa meneladani sifat-sifat
Nabi Muhammad SAW. Sebab, beliau adalah teladan bagi manusia dalam segala hal,
termasuk di medan perang. Hal ini berdasarkan firman-Nya dalam Alquran Surat Al
Ahzab ayat 21.

َ ‫ان يَرْ جُو هَّللا‬ َ ‫ُول هَّللا ِ ُأ ْس َوةٌ َح َسنَةٌ لِ َم ْن َك‬


ِ ‫ان لَ ُك ْم فِي َرس‬
َ ‫لَقَ ْد َك‬
‫َو ْاليَ ْو َم اآْل ِخ َر َو َذ َك َر هَّللا َ َكثِيرًا‬

Artinya: “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.”

Umat Islam diperintahkan oleh Allah SWT untuk senantiasa meneladani sifat-
sifat Nabi Muhammad SAW. Sebab, beliau adalah teladan bagi manusia dalam
segala hal, termasuk di medan perang. pada intinya membicarakan mengenai
USWATUN HASANAH, yang artinya dalah suri tauladan yang baik pada diri
Nabi Muhammad SAW. Sosok nabi Muhammad sendiri adalah maksum, artinya
dijaga dan dipelihara langsung oleh Allah SWT dari dosa dan kesalahan sehingga
pada diri beliau yang tersisa adalah akhlak mulia.

Akhlak mulia pada diri rasulullah SAW ini adalah teladan yang terbaik bagi umat
manusia yang hendak meraih kebahagiaan hidup bukan hanya di dunia melainkan
juga di akhirat kelak.

3. QS. Al-Jaatsiyah 45:13 menyatakan bahwa alam raya diciptakan dan


ditundukkan Allah untuk manusia.
a. QS. Al-Jaatsiyah 45:13

ِ ْ‫ت َو َما فِى ٱَأْلر‬


‫ض َج ِميعًا ِّم ْنهُ ۚ ِإ َّن فِى‬ ِ ‫َو َس َّخ َر لَ ُكم َّما فِى ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬
ٍ َ‫ك َل َءا ٰي‬
َ ‫ت لِّقَ ْو ٍم يَتَفَ َّكر‬
‫ُون‬ َ ِ‫ٰ َذل‬

Artinya: Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di
bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
berfikir.

b. Allah SWT dalam QS Al-Jaatsiyah 45:13 telah memberikan keleluasaan bagi


manusia untuk mengembangkan berbagai hal yang ada di langit dan di bumi sesuai
dengan kebutuhan manusia, hal ini menjadi penanda tentang kekuasaan yang
dimiliki dan rahmat yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia. Selain itu, jika
manusia peka terhadap ayat tersebut, maka manusia bisa memanfaatkan segala
pengetahuan dan upaya untuk mengembangkan teknologi bahkan sampai teknologi
yang paling sulit sekalipun (selama tidak bertentangan dengan ajaran islam), maka
allah akan tetap membantu manusia karena Allah SWT telah menjamin bahwa Allah
akan menunjukkan tanda-tanda kebesaran Allah SWT bagi orang-orang yang
berfikir.

Sumber Referensi :
https://www.teknobgt.com/

https://brainly.co.id/

https://www.antapedia.com/

https://tafsirweb.com/

https://kumparan.com/

https://webmuslimah.com/

https://www.dream.co.id/

https://www.detik.com/

BMP MKDU4221 “Pendidikan Agama Islam”

Anda mungkin juga menyukai