Oleh :
NAMA : REZA ELI GHADAVI
NIM : 044812238
Artinya: "Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan
mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya
dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Q.S. Al-
Ankabut:45)
Waktu pelaksanaannya :
Wajib muthlaq, wajib yang tidak ditentukan waktu pelaksanaannya. Seperti, meng-
qadha puasa Ramadan yang tertinggal atau membayar kafarah sumpah.
Wajib muaqqad, wajib yang pelaksanaannya ditentukan dalam waktu tertentu dan
tidak sah dilakukan di luar waktu yang ditentukan.
Kewajiban perintahnya
Wajib mu'ayyan, kewajiban yang telah ditentukan dan tidak ada pilihan lain.
Contohnya, membayar zakat dan salat lima waktu.
Wajib mukhayyar, kewajiban yang objeknya boleh dipilih antara beberapa
alternatif. Seperti, kafarat pelanggaran sumpah.
2). Sunah
Orang yang melaksanakan berhak mendapat ganjaran (pahala), namun tidak akan
dosa bila ditinggalkan. Pembagian hukum sunnah berdasarkan tuntutan untuk
melakukannya di antaranya,
Sunah muakkad adalah perbuatan yang selalu dilakukan oleh nabi, di samping ada
keterangan yang menunjukkan bahwa perbuatan itu bukanlah sesuatu yang fardhu.
Contohnya, sholat witir.
Sunah ghairu mu'akad adalah sunnah yang dilakukan oleh nabi, tetapi tidak tidak
dilazimkan untuk berbuat demikian. Contohnya, sunah 4 rakat sebelum dzuhur dan
sebelum ashar.
3). Makruh
Makruh secara bahasa artinya mubghadh (yang dibenci). Jumhur ulama
mendefinisikan makruh sebagai larangan terhadap suatu perbuatan. Namun, larangan
tidak bersifat pasti, lantaran tidak ada dalil yang menunjukkan haramnya perbuatan
tersebut. Artinya, orang yang meninggalkan larangan tersebut akan mendapat
ganjaran berupa pahala. Sebaliknya, orang tersebut tidak akan mendapat apa-apa bila
tidak meninggalkannya.
4). Mubah
Hukum mubah memberikan pilihan bagi seseorang untuk mengerjakan atau
meninggalkannya. Bila dikerjakan, orang tersebut tidak dijanjikan ganjaran pahala.
Tetapi, tidak pula dilarang dalam mengerjakannya. Artinya jika sesuatu bersifat
mubah, maka tidak ada pahala atau dosa jika dilakukan.
Ulama ushul fiqih membagi mubah dalam tiga jenis, di antaranya:
- Tidak mengandung mudharat (bahaya) apabila dilakukan atau tidak. Contohnya,
makan, minum, dan berpakaian
- Tidak ada mudharat bila dilakukan, sementara perbuatan itu pada dasarnya
diharamkan. Misalnya, makan daging babi saat keadaan darurat.
- Sesuatu yang pada dasarnya bersifat mudharat, tetapi Allah SWT memaafkan
pelakunya. Contoh, mengerjakan pekerjaan haram sebelum Islam.
5). Haram
Secara terminologi, haram adalah sesuatu yang dilarang Allah SWT dan rasulNya.
Orang yang melanggar mendapat dosa, sementara orang yang meninggalkannya
dijanjikan pahala. Menurut madzhab hanafi, hukum haram harus didasarkan dalil
qathi yang tidak mengandung keraguan sedikitpun. Sehingga kita tidak
mempermudah dalam menetapkan hukum haram.
Ada beberapa jenis haram yang dikelompokkan oleh jumhur ulama, yaitu:
Al Muharram li dzatihi, sesuatu yang diharamkan oleh syariat karena esensinya
mengandung kemadharatan bagi kehidupan manusia. Contoh makan bangkai, minum
khamr, berzina.
Al Muharram li ghairihi, sesuatu yang dilarang bukan karena kandungannya, tetapi
karena faktor eksternal. Misalnya, jual beli barang secara riba.
ٰ قُ ْل ٰيٓاَهْاَل ْلك ٰتبتَعالَ ْواا ٰلى َكلم ٍةسو ۤا ۢ ٍءب ْينَنَاوب ْينَ ُكماَاَّل نَ ْعبُ َدااَّل
اللّهَ َواَل نُ ْش ِر َكبِ ٖه ِ ْ ََ َ ََ َِ ِ َ ِ ِ
ٰ ضنَاب ْعضًااَرْ بابًام ْن ُد ْون
اللّ ۗ ِهفَاِ ْنتَ َولَّ ْوافَقُ ْولُواا ْشهَ ُد ْوابِاَنَّاِ ِّ َ َ ُ َش ْيـًٔا َّواَل يَتَّ ِخ َذبَ ْع
ُم ْسلِ ُم ْو َن
Artinya: “ Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan
karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu
terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah.
Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh,
Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Maidah: 8).
ٰيٓاَيُّهَاالنَّا ُساِنَّا َخلَ ْق ٰن ُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َّواُ ْن ٰثى َو َج َع ْل ٰن ُك ْم ُشع ُْوبًا َّوقَبَ ۤا ِٕىلَلِتَ َعا َرفُ ْو ۚااِنَّا َ ْك َر
ٰ َّاللّها َ ْت ٰقى ُك ۗمان
اللّهَ َعلِ ْي ٌم َخبِ ْي ٌر ٰ
ِْ ِ َم ُك ْم ِع ْن َد
Artinya: “ Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha
Mengetahui, Mahateliti.” (QS. Al-Hujurat: 13).
ِ ٰيٓاَيُّهَاالَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوااِ َذاتَنَا َج ْيتُ ْمفَاَل تَتَنَا َج ْوابِااْل ِ ْث ِم َو ْال ُع ْد َوانِ َو َمع
ِْصيَتِال َّرس ُْول
ٰ ُوتَنَاج ْواب ْالب ِّروالتَّ ْق ٰو ۗىواتَّق
وااللّهَالَّ ِذ ْٓياِلَ ْي ِهتُحْ َشر ُْو َن َ َ ِ ِ َ َ
Artinya: “ Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu mengadakan
pembicaraan rahasia, janganlah kamu membicarakan perbuatan dosa, permusuhan
dan durhaka kepada Rasul. Tetapi bicarakanlah tentang perbuatan kebajikan dan
takwa. Dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nya kamu akan dikumpulkan
kembali.” (QS. Al-Mujadalah: 9)
3). Menjadikan Al Quran dan hadits sebagai sumber hukum dan mengembalikan
kepada penilaian keduanya ketika terjadi perselisihan adalah bukti keimanan.
Orang yang tidak mau menjadikan Al Quran dan hadits sebagai hakimnya,
keimanannya dipertanyakan.
4). Kembali kepada Al Quran dan hadits akan menghasilkan penyelesaian yang lebih
baik dan membawa keberkahan.
ك بِ ْٱل ِح ْك َم ِة َو ْٱل َم ْو ِعظَ ِة ْٱل َح َسنَ ِة ۖ َو ٰ َج ِد ْلهُم ِبٱلَّتِى ِه َى َ ِّيل َرب ِ ِع ِإلَ ٰى َسب
ُ ٱ ْد
َ ض َّل َعن َسبِيلِ ِهۦ ۖ َوهُ َو َأ ْعلَ ُم ِب ْٱل ُم ْهتَ ِد
ين َ َْأح
َ س ُن ۚ ِإ َّن َرب ََّك هُ َو َأ ْعلَ ُم بِ َمن
Artinya: "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk." (Q.S. An-Nahl: 125)
b. peranan agama sebagai sumber akhlak menurut isi kandungan QS. Al-Ahzab/33:21!
Umat Islam diperintahkan oleh Allah SWT untuk senantiasa meneladani sifat-sifat
Nabi Muhammad SAW. Sebab, beliau adalah teladan bagi manusia dalam segala hal,
termasuk di medan perang. Hal ini berdasarkan firman-Nya dalam Alquran Surat Al
Ahzab ayat 21.
Artinya: “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.”
Umat Islam diperintahkan oleh Allah SWT untuk senantiasa meneladani sifat-
sifat Nabi Muhammad SAW. Sebab, beliau adalah teladan bagi manusia dalam
segala hal, termasuk di medan perang. pada intinya membicarakan mengenai
USWATUN HASANAH, yang artinya dalah suri tauladan yang baik pada diri
Nabi Muhammad SAW. Sosok nabi Muhammad sendiri adalah maksum, artinya
dijaga dan dipelihara langsung oleh Allah SWT dari dosa dan kesalahan sehingga
pada diri beliau yang tersisa adalah akhlak mulia.
Akhlak mulia pada diri rasulullah SAW ini adalah teladan yang terbaik bagi umat
manusia yang hendak meraih kebahagiaan hidup bukan hanya di dunia melainkan
juga di akhirat kelak.
Artinya: Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di
bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
berfikir.
Sumber Referensi :
https://www.teknobgt.com/
https://brainly.co.id/
https://www.antapedia.com/
https://tafsirweb.com/
https://kumparan.com/
https://webmuslimah.com/
https://www.dream.co.id/
https://www.detik.com/