Anda di halaman 1dari 9

Nama: Febrabin Angga Perdana

Nim: 044909299

Jurusan: Ilmu Administrasi Bisnis

Tugas 2 Pendidikan Agama Islam

1. Hukum Islam bersumber dari Allah SWT untuk mengatur kehidupan manusia.

a. Jelaskan pengertian hukum syariat menurut isi kandungan Q.S. Al-’Ankabut/29:45!

b. Sebutkan dan jelaskan lima macam hukum Islam!

c. Sebutkan dan jelaskan tujuh macam prinsip-prinsip umum hukum Islam!

d. Jelaskan pengertian taat kepada hukum Allah SWT sesuai dengan isi kandungan An-
Nisaa’/4:59!

a) Allah Ta’ala menjelaskan bahwa di dalam salat terdapat pencegahan terhadap perbuatan
keji dan munkar. Allah Ta’ala berfirman:
َ ‫اِنَّ الص َّٰلو َة َت ْن ٰهى َع ِن ْال َفحْ َش ۤا ِء َو ْال ُم ْن‬
‫ك‬

“Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar … ” (QS.
Al-‘Ankabut: 45)

Maksud dari salat mencegah dari perbuatan keji dan munkar yaitu apabila seorang hamba
benar-benar menegakkan salat, menyempurnakan rukun dan syarat salat, khusyuk di
dalam mendirikan salat, maka hatinya akan terang dan suci, keimanan bertambah, hasrat
terhadap kebaikan semakin kuat, dan hasrat terhadap keburukan pun akan menghilang.
Seorang hamba yang konsisten dalam keadaan seperti ini, dia akan terjaga dari perbuatan
keji dan munkar. Inilah yang diharapkan pada hamba yang mengerjakan salat.
b) Penting untuk mengetahui hukum dalam Islam. Agar kamu tak salah mengambil
keputusan atas sebuat sikap atau perbuatan.
I. Wajib

Merupakan suatu perintah yang harus dikerjakan, di mana orang yang meninggalkannya akan
mendapat dosa. Hukum wajib terbagi menjadi empat jenis berdasarkan bentuk kewajibannya,
yakni kewajiban waktu pelaksanaannya, kewajiban bagi orang melaksanakannya, kewajiban bagi
ukuran atau kadar pelaksanaannya, dan kandungan kewajiban perintahnya.

Waktu pelaksanaannya

Wajib muthlaq, wajib yang tidak ditentukan waktu pelaksanaannya. Seperti, meng-qadha puasa
Ramadan yang tertinggal atau membayar kafarah sumpah.

Wajib muaqqad, wajib yang pelaksanaannya ditentukan dalam waktu tertentu dan tidak sah
dilakukan di luar waktu yang ditentukan.

Orang yang melaksanakannya

Wajib aini, kewajiban secara pribadi yang tidak mungkin dilakukan atau diwakilkan orang lain.
Misalnya, puasa dan salat.

Wajib kafa'i atau kifayah, kewajiban bersifat kelompok apabila tidak seorang pun melakukannya
maka berdosa semuanya dan jika beberapa melakukannya maka gugur kewajibannya.
Contohnya, sholat jenazah

Ukuran atau kadar pelaksanaannya

Wajib muhaddad, kewajiban yang harus sesuai dengan kadar yang sesuai ketentuan,
contohnya zakat.
Wajib ghairu muhaddad, kewajiban yang tidak ditentukan kadarnya, misalnya menafkahi
kerabat.

Kewajiban perintahnya

Wajib mu'ayyan, kewajiban yang telah ditentukan dan tidak ada pilihan lain. Contohnya,
membayar zakat dan salat lima waktu.
Wajib mukhayyar, kewajiban yang objeknya boleh dipilih antara beberapa alternatif. Seperti,
kafarat pelanggaran sumpah.

II. Sunah

Orang yang melaksanakan berhak mendapat ganjaran (pahala), namun tidak akan dosa bila
ditinggalkan. Pembagian hukum sunnah berdasarkan tuntutan untuk melakukannya di
antaranya,

Sunah muakkad adalah perbuatan yang selalu dilakukan oleh nabi, di samping ada keterangan
yang menunjukkan bahwa perbuatan itu bukanlah sesuatu yang fardhu. Contohnya, sholat witir.

Sunah ghairu mu'akad adalah sunnah yang dilakukan oleh nabi, tetapi tidak tidak dilazimkan
untuk berbuat demikian. Contohnya, sunah 4 rakat sebelum dzuhur dan sebelum ashar.

III. Makruh

Makruh secara bahasa artinya mubghadh (yang dibenci). Jumhur ulama mendefinisikan makruh
sebagai larangan terhadap suatu perbuatan. Namun, larangan tidak bersifat pasti, lantaran tidak
ada dalil yang menunjukkan haramnya perbuatan tersebut.

Artinya, orang yang meninggalkan larangan tersebut akan mendapat ganjaran berupa pahala.
Sebaliknya, orang tersebut tidak akan mendapat apa-apa bila tidak meninggalkannya.

Para ulama membagi makruh ke dalam dua bagian, yakni:

 Makruh tahrim adalah sesuatu yang dilarang oleh syariat secara pasti. Contohnya
larangan memakai perhiasan emas bagi laki-laki.
 Makruh tanzih adalah sesuatu yang diajurkan oleh syariat untuk meninggalkannya,
tetapi larangan tidak bersifat pasti. Contohnya memakan daging kuda saat sangat butuh
waktu perang.

IV. Mubah

Hukum mubah memberikan pilihan bagi seseorang untuk mengerjakan atau meninggalkannya.
Bila dikerjakan, orang tersebut tidak dijanjikan ganjaran pahala. Tetapi, tidak pula dilarang
dalam mengerjakannya.
Artinya jika sesuatu bersifat mubah, maka tidak ada pahala atau dosa jika dilakukan. Ulama
ushul fiqih membagi mubah dalam tiga jenis, di antaranya:

- Tidak mengandung mudharat (bahaya) apabila dilakukan atau tidak. Contohnya, makan,
minum, dan berpakaian

- Tidak ada mudharat bila dilakukan, sementara perbuatan itu pada dasarnya diharamkan.
Misalnya, makan daging babi saat keadaan darurat.

- Sesuatu yang pada dasarnya bersifat mudharat, tetapi Allah SWT memaafkan pelakunya.
Contoh, mengerjakan pekerjaan haram sebelum Islam.

V. Haram

Secara terminologi, haram adalah sesuatu yang dilarang Allah SWT dan rasulNya. Orang yang
melanggar mendapat dosa, sementara orang yang meninggalkannya dijanjikan pahala.

Menurut madzhab hanafi, hukum haram harus didasarkan dalil qathi yang tidak mengandung
keraguan sedikitpun. Sehingga kita tidak mempermudah dalam menetapkan hukum haram.

Ada beberapa jenis haram yang dikelompokkan oleh jumhur ulama, yaitu:

 Al Muharram li dzatihi, sesuatu yang diharamkan oleh syariat karena esensinya


mengandung kemadharatan bagi kehidupan manusia. Contoh makan bangkai, minum
khamr, berzina.
 Al Muharram li ghairihi, sesuatu yang dilarang bukan karena kandungannya, tetapi
karena faktor eksternal. Misalnya, jual beli barang secara riba.

Refrensi: Baca artikel detikjabar, "5 Hukum dalam Islam dan Contohnya, Muslim Harus Tahu!" selengkapnya
https://www.detik.com/jabar/berita/d-6181547/5-hukum-dalam-islam-dan-contohnya-muslim-harus-tahu.

c) Fiqh Islam Mencakup Seluruh Perbuatan Manusia


Tidak ragu lagi bahwa kehidupan manusia meliputi segala aspek. Dan kebahagiaan yang
ingin dicapai oleh manusia mengharuskannya untuk memperhatikan semua aspek
tersebut dengan cara yang terprogram dan teratur. Manakala fiqih Islam adalah ungkapan
tentang hukum-hukum yang Allah syari’atkan kepada para hamba-Nya, demi mengayomi
seluruh kemaslahatan mereka dan mencegah timbulnya kerusakan ditengah-tengah
mereka, maka fiqih Islam datang memperhatikan aspek tersebut dan mengatur seluruh
kebutuhan manusia beserta hukum-hukumnya.

Kalau kita memperhatikan kitab-kitab fiqih yang mengandung hukum-hukum syari’at


yang bersumber dari Kitab Allah, Sunnah Rasulnya, serta Ijma’ (kesepakatan) dan Ijtihad
para ulama kaum muslimin, niscaya kita dapati kitab-kitab tersebut terbagi menjadi tujuh
bagian, yang kesemuanya membentuk satu undang-undang umum bagi kehidupan
manusia baik bersifat pribadi maupun bermasyarakat. Yang perinciannya sebagai berikut:

1. Hukum-hukum yang berkaitan dengan ibadah kepada Allah. Seperti wudhu, shalat,
puasa, haji dan yang lainnya. Dan ini disebut dengan Fiqih Ibadah.
2. Hukum-hukum yang berkaitan dengan masalah kekeluargaan. Seperti pernikahan, talaq,
nasab, persusuan, nafkah, warisan dan yang lainya. Dan ini disebut dengan Fikih Al
Ahwal As sakhsiyah.
3. Hukum-hukum yang berkaitan dengan perbuatan manusia dan hubungan diantara mereka,
seperti jual beli, jaminan, sewa menyewa, pengadilan dan yang lainnya. Dan ini disebut
Fiqih Mu’amalah.
4. Hukum-hukum yang berkaitan dengan kewajiban-kewajiban pemimpin (kepala negara).
Seperti menegakan keadilan, memberantas kedzaliman dan menerapkan hukum-hukum
syari’at, serta yang berkaitan dengan kewajiban-kewajiban rakyat yang dipimpin. Seperti
kewajiban taat dalam hal yang bukan ma’siat, dan yang lainnya. Dan ini disebut dengan
Fiqih Siasah Syar’iah.
5. Hukum-hukum yang berkaitan dengan hukuman terhadap pelaku-pelaku kejahatan, serta
penjagaan keamanan dan ketertiban. Seperti hukuman terhadap pembunuh, pencuri,
pemabuk, dan yang lainnya. Dan ini disebut sebagai Fiqih Al ‘Ukubat.
6. Hukum-hukum yang mengatur hubungan negeri Islam dengan negeri lainnya. Yang
berkaitan dengan pembahasan tentang perang atau damai dan yang lainnya. Dan ini
dinamakan dengan Fiqih As Siyar.
7. Hukum-hukum yang berkaitan dengan akhlak dan prilaku, yang baik maupun yang
buruk. Dan ini disebut dengan adab dan akhlak.
Demikianlah kita dapati bahwa fiqih Islam dengan hukum-hukumnya meliputi semua
kebutuhan manusia dan memperhatikan seluruh aspek kehidupan pribadi dan masyarakat.

d) Kembalikan Kepada Al Qur’an dan As Sunnah dengan Pemahaman Salaful ‘Ummah.


kewajiban bagi setiap muslim untuk mengembalikan seluruh permasalahan agama yang
dihadapinya kepada Al Qur’an dan As Sunnah sesuai pemahaman salaful ummah yang
lebih dahulu dalam ilmu, iman dan amal.

Allah Subhana wa Ta’ala berfirman,

‫ك َخ ْي ٌر َوَأحْ َسنُ َتْأ ِوياًل‬


َ ِ‫ون ِباهَّلل ِ َو ْال َي ْو ِم اَآْلخ ِِر َذل‬ ِ ‫ازعْ ُت ْم فِي َشيْ ٍء َف ُردُّوهُ ِإلَى هَّللا ِ َوالرَّ س‬
َ ‫ُول ِإنْ ُك ْن ُت ْم ُتْؤ ِم ُن‬ َ ‫َفِإنْ َت َن‬

“Jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran)
dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. [ QS. An Nisa’ (4) : 59]

Al Hakim menyebutkan di dalam Manaqib Asy Syafi’i, “Abul Abbas Al Ashom (Muhammad
bin Ya’kub bin Yusuf seorang ahli hadits wafat 346 H) telah mengabarkan kepada kami, dia
mengatakan, “Sesungguhnya Ar Robi’ berkata, “Aku mendengar imam Asy Syafi’i (150-204 H)
mengatakan, “Iman adalah perkataan dan amal, dapat bertambah dan berkurang”[1].

Imam Asy Syafi’i Rohimahullah mengatakan dalam kitab Al ‘Um Bab Niat dalam Sholat, “Kami
berpendapat bahwa tidaklah sah sholat kecuali di dahului niat berdasarkan hadits ‘Umar bin Al
Khoththob Rodhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, “Sesungguhnya setiap
amal bersama dengan niatnya”. Kemudian beliau mengatakan, “Merupakan sebuah ijma’/sepakat
para sahabat dan tabi’in yaitu orang-orang setelah mereka yang bertemu dengan mereka bahwa
iman adalah perkataan, amal/perbuatan dan niat, tidaklah salah satu dari ketiga hal tersebut tanpa
yang lainnya”
2. Al-Quran dan Sunnah menjadi sumber moral dan akhlak bagi manusia. Suri tauladan
pelaksanaannya ada pada diri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Dalam kerangka
pendidikan dan pembinaan akhlak manusia.

a. Jelaskan sumber moral dan akhlak menurut isi kandungan QS. An-Nahl/16:125!

b. Jelaskan peranan agama sebagai sumber akhlak menurut isi kandungan QS.
Al-Ahzab/33:21!

a. Allah Ta’ala berfirman:

ُ‫ِي َأحْ َسن‬


َ ‫ك ِب ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َم ْوعِ َظ ِة ْال َح َس َن ِة َو َجاد ِْل ُه ْم ِبالَّتِي ه‬ ِ ‫ْاد ُع ِإلَى َس ِب‬
َ ‫يل َر ِّب‬

Serulah manusia kepada jalan Allah dengan hikmah (ilmu) dan nasehat yang baik. Dan
debatlah mereka dengan cara yang baik” (QS. An Nahl: 125).

Allah Subhana wa Ta’ala. memerintahkan kepada Rasul-Nya—Nabi Muhammad Shallallahu


‘alaihi wa Sallam. agar menyeru manusia untuk menyembah Allah dengan cara yang
bijaksana.

Ibnu Jarir mengatakan bahwa yang diserukan kepada manusia ialah wahyu yang diturunkan
kepadanya berupa Al-Qur'an, Sunnah, dan pelajaran yang baik; yakni semua yang
terkandung di dalamnya berupa larangan-larangan dan kejadian-kejadian yang menimpa
manusia (di masa lalu). Pelajaran yang baik itu agar dijadikan peringatan buat mereka akan
pembalasan Allah Subhana wa Ta’ala. (terhadap mereka yang durhaka). Yakni terhadap
orang-orang yang dalam rangka menyeru mereka diperlukan perdebatan dan bantahan. Maka
hendaklah hal ini dilakukan dengan cara yang baik. yaitu dengan lemah lembut, tutur kata
yang baik, serta cara yang bijak.

b. Mempelajari Siroh (sejarah hidup) Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam berguna
sebagai nutrisi bagi hati dan sumber keceriaan bagi jiwa serta penyejuk bagi mata.
Bahkan hal itu merupakan bagian dari agama Allah Ta’ala dan ibadah untuk
mendekatkan diri kepada-Nya. Sebab, kehidupan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam sarat merupakan kehidupan dengan mobilitas tinggi, ketekunan, kesabaran,
keuletan, penuh harapan, jauh dari pesimisme dalam mewujudkan ubudiyah
(penghambaan diri) kepada Allah Ta’ala dan mendakwahkan ajaran agama-Nya.
Mengenal teladan terbaik bagi seluruh manusia dalam aqidah, ibadah dan akhlak. Allah
Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah“. (QS. Al-Ahzab/33:21).
Dan usaha meneladani Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak bisa lepas dari
mengetahui sejarah hidup dan petunjuk-petunjuk beliau.

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Allah Subhanahu wa Ta’ala menggantungkan


kebahagiaan dunia dan akhirat pada ittiba kepada beliau, dan menjadikan celaka di dunia
dan akhirat disebabkan menentang beliau”. (Zadul Ma’ad fi Hadyi Khairil ‘Ibad 1/36).

3. Banyak ayat Al-quran yang berbicara tentang alam raya, materi dan fenomenanya, dan yang
memerintahkan kepada manusia untuk mengetahui dan memanfaatkannya. QS. Al-Jaatsiyah
45:13 menyatakan bahwa alam raya diciptakan dan ditundukkan Allah untuk manusia.

a. Tuliskan ayat dan terjemahan QS. Al-Jaatsiyah 45:13

b. Jelaskan potensi pengembangan teknologi menurut QS. Al-Jaatsiyah 45:13

A. Allah Ta’ala berfirman,

َ ‫ت لِ َق ْو ٍم َي َت َف َّكر‬
‫ُون‬ ٍ ‫ك آَل َيا‬ ِ ْ‫ت َو َما فِي اَأْلر‬
َ ِ‫ض َجمِيعً ا ِم ْن ُه ِإنَّ فِي َذل‬ ِ ‫َو َس َّخ َر لَ ُك ْم َما فِي ال َّس َم َاوا‬

“Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya,
(sebagai rahmat) dari-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.” (QS. Al-Jatsiyah [45]: 13)
B. Hal ini menunjukkan bahwa mempelajari teknologi dan penemuan terkini termasuk
dalam perkara yang dituntut oleh syariat, sebagaimana hal itu juga perkara yang dituntut
sebagai sebuah keharusan oleh akal. Dan hal itu termasuk dalam jihad di jalan Allah
Ta’ala dan termasuk dalam ilmu Al-Qur’an. Sesungguhnya Al-Qur’an mengingatkan para
hamba bahwa Allah Ta’ala menciptakan besi dengan kekuatan yang hebat dan
bermanfaat bagi manusia; dan Allah Ta’ala sediakan untuk manusia apa saja yang ada di
bumi. Maka wajib atas manusia untuk berusaha agar meraih manfaat-manfaat dari semua
itu melalui cara yang paling mudah. Hal ini telah dikenal melalui penelitian, dan juga
termasuk dalam ayat Al-Qur’an.

Sumber: https://muslim.or.id/44194-isyarat-al-quran-untuk-mempelajari-ilmu-duniawi-yang-
bermanfaat.html

© 2022 muslim.or.id

Anda mungkin juga menyukai