Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PENGERTIAN HUKUM ISLAM (Syariah


Islam)
2.1 Pengertian Hukum Islam (Syariah Islam)
Syariah menurut bahasa artinya jalan menuju mata air. Sedangkan menurut istilah syariah
artinya aturan atau undang-undang yang diturunkan Allah untuk mengatur hubungan manusia
dengan Tuhannya, mengatur hubungan sesama manusia, dan hubungan antar manusia dengan
alam semesta.

Syariah mengatur hidup manusia sebagai individu, yaitu hamba Allah yang harus taat,
tunduk, dan patuh kepada Allah. Ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan kepada Allah
dibutuhkan dalam bentuk pelaksanaan ibadah yang tata caranya diatur sedemikian rupa oleh
syariah islam.

Syariah Islam mengatur perbuatan seorang muslim, didalamnya terdapat hukum-hukum yang
terdiri atas :

1. Wajib, yaitu suatu perkara yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan jika
ditinggalkan mendapat dosa.

Wajib dibagi menjadi dua bagian :

1. Wajib ain, yaitu suatu perbuatan yang dikerjakan oleh setiap orang yang mukalaf
sendiri, seperti shalat wajib, puasa, dan sebagainya.

2. Wajib kipayah, yaitu suatu kewajiban yang telah dianggap cukup apabila telah
dikerjakan oleh sebagian dari orang-orang mukalaf dan berdosalah seluruhnya apabila
tidak seorangpun dari mereka mengerjakannya. Contohnya : salat jenazah.

3. Sunah, yaitu suatu perkara yang apabila dikerjakan mendapat pahala, dan apabila
ditinggalkan tidak berdosa.

Sunah dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Sunah muakad, yaitu sunah yang sangat dianjurkan mengerjakannya seperti salat
tarawih, salat qobliyah dan badiyah duhur dan lain-lainnya.

2. Sunah ghairu muakad, yaitu sunah biasa. Contohnya : salat badiyah ashar.

3. Mubah, yaitu suatu perkara yang boleh dikerjakan atau ditinggalkan karena tidak
diberi pahala dan tidak berdosa.
4. Makruh, yaitu suatu perkara apabila ditinggalkan mendapat pahala dan jika
dikerjakan tidak berdosa, seperti : makan bawang mentah.

5. Haram, yaitu suatu perkara yang apabila ditinggalkan mendapat pahala dan jika
dikerjakan berdosa. Contohnya : zinah, mencuri, dan sebagainya.

Syariah Islam merupakan jalan hidup yang benar dan dijadikan dasar bagi kehidupan manusia
sebagaimana difirmankan Allah SWT;

Waanzalna ilayka alkitaba bialhaqqi musaddiqan lima bayna yadayhi mina alkitabi
wamuhayminan AAalayhi faohkum baynahum bima anzala Allahu wala tattabiAA
ahwaahum AAamma jaaka mina alhaqqi likullin jaAAalna minkum shirAAatan
waminhajan walaw shaa Allahu lajaAAalakum ommatan wahidatan walakin
liyabluwakum feema atakum faistabiqoo alkhayrati ila Allahi marjiAAukum
jameeAAan fayunabbiokum bima kuntum feehi takhtalifoona

Artinya :

Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran,


membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan
batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut
apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan
meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu,
Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu
dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya
kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali
kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.
(Al-maaidah, 5:48)1

2.2 Tujuan Syariat Islam


Adalah aturan yang dijalankan untuk mencapai kebahagiaan hidup manusia di dunia ini dan
di akhirat dengan mengambil segala manfaat dan mencegah mudarat atau keburukan yang
tidak berguna bagi kehidupan. Menurut buku Syariah dan Ibadah (Pamator 1999) yang
disusun oleh Tim Dirasah Islamiyah dari Universitas Islam Jakarta, ada 5 (lima) hal pokok
yang merupakan tujuan utama dari Syariat Islam, yaitu:

1. Memelihara kemaslahatan agama(Hifzh al-din)

Agama Islam harus dibela dari ancaman orang-orang yang tidak bertanggung-jawab yang
hendak merusak aqidah, ibadah dan akhlak umat. Ajaran Islam memberikan kebebasan untuk
memilih agama.
Akan tetapi, untuk terpeliharanya ajaran Islam dan terciptanya rahmatan lilalamin, maka
Allah SWT telah membuat peraturan-peraturan, termasuk larangan berbuat musyrik dan
murtad:

Inna Allaha la yaghfiru an yushraka bihi wayaghfiru ma doona thalika liman yashao
waman yushrik biAllahi faqadi iftara ithman AAatheeman

Artinya:

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa
yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya.Barangsiapa yang
mempesekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS An-Nisaa [4]:
48).2

Dengan adanya Syariat Islam, maka dosa syirik maupun murtad akan ditumpas.

2. Memelihara jiwa(Hifzh al-nafsi)

Agama Islam sangat menghargai jiwa seseorang oleh sebab itu, diberlakukanlah hukum
qishash yang merupakan suatu bentuk hukum pembalasan. Seseorang yang telah membunuh
orang lain akan dibunuh, seseorang yang telah mencederai orang lain, akan dicederai,
seseorang yang yang telah menyakiti orang lain, akan disakiti secara setimpal. Dengan
demikian seseorang akan takut melakukan kejahatan.

Namun, qishash tidak diberlakukan jika si pelaku dimaafkan oleh yang bersangkutan, atau
daiat (ganti rugi) telah dibayarkan secara wajar.

Dengan adanya Syariat Islam, maka pembunuhan akan tertanggulani karena para calon
pembunuh akan berpikir ulang untuk membunuh karena nyawanya sebagai taruhannya.
Dengan begitu, jiwa orang beriman akan terpelihara.

3. Memelihara akal(Hifzh al-aqli)

Kedudukan akal manusia dalam pandangan Islam amatlah penting.Akal manusia dibutuhkan
untuk memikirkan ayat-ayat Qauliyah (Al-Quran) dan kauniah (sunnatullah) menuju manusia
kamil. Salah satu cara yang paling utama dalam memelihara akan adalah dengan menghindari
khamar (minuman keras) dan judi.

4. Memelihara keturunan dan kehormatan(Hifzh al-nashli)

Islam secara jelas mengatur pernikahan, dan mengharamkan zina.Didalam Syariat Islam telah
jelas ditentukan siapa saja yang boleh dinikahi, dan siapa saja yang tidak boleh dinikahi.



Alzzaniyatu waalzzanee faijlidoo kulla wahidin minhuma miata jaldatin wala
takhuthkum bihima rafatun fee deeni Allahi in kuntum tuminoona biAllahi waalyawmi
alakhiri walyashhad AAathabahuma taifatun mina almumineena

Artinya:

Perempuan dan lak-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya
seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk
(menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman
kepada Allah dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan
oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman. (QS An-Nur [24]: 2).3

Syariat Islam akan menghukum dengan tegas secara fisik (dengan cambuk) dan emosional
(dengan disaksikan banyak orang) agar para pezina bertaubat.

5. Memelihara harta benda(Hifzh al-mal)

Dengan adanya Syariat Islam, maka para pemilik harta benda akan merasa lebih aman,
karena Islam mengenal hukuman Had, yaitu potong tangan dan/atau kaki.

Hukuman ini bukan diberlakukan dengan semena-mena.Ada batasan tertentu dan alasan yang
sangat kuat sebelum diputuskan.Jadi bukan berarti orang mencuri dengan serta merta
dihukum potong tangan. Dilihat dulu akar masalahnya dan apa yang dicurinya serta kadarnya.
Jika ia mencuri karena lapar dan hanya mengambil beberapa butir buah untuk mengganjal
laparnya, tentunya tidak akan dipotong tangan. Berbeda dengan para koruptor yang sengaja
memperkaya diri dengan menyalahgunakan jabatannya, tentunya hukuman berat sudah pasti
buatnya. Dengan demikian Syariat Islam akan menjadi andalan dalam menjaga suasana tertib
masyarakat terhadap berbagai tindak pencurian.

BAB III
RUANG LINGKUP HUKUM ISLAM
3.1 Ruang Lingkup Hukum Islam
Ruang lingkup hukum islam dalam makna syariah islam sangat luas. Oleh karena ruang
lingkup hukum islamdalam makna syariah islam meliputi seluruh ajaran islam, baik yang
berkaitan dengan keimanan, amaliah ibadah ataupun akhlak. Berbeda apabila ruang lingkup
hukum islam yang dimaksud adalah ilmu fiqih. Ilmu fiqih itu sendiri merupakan bagian dari
syariah, sehingga ruang lingkup hukum islam dalam makna ilmu fiqih lebih sempit daripada
ruang lingkup hukum islam dalam makna syariah islam.

Ruang lingkup hukum islam sebagaimana disebutkan diatas, ranahnya sangat luas. Syariah
islam mencakup segala hal yang bersumber dari Al-Quran dan Sunnah Rasul. Adapun fiqih,
juga bersumber dari Al-Quran dan Sunnah Rasul yang dirumuskan berdasarkan ijtihad para
ahli hukum islam.

3.2 Ibadah
Ibadah artinya menghambakan diri kepada Allah. Ibadah merupakan tugas hidup di dunia,
karena itu manusia yang beribadah kepada Allah disebut abdullah atau hamba Allah. Hidup
seorang hamba tidak memiliki alternatif lain selain taat, patuh, dan berserah diri kepada
Allah. Karena itu yang menjadi inti dari ibadah adalah ketaatan, kepatuhan dan penyerahan
diri secara total kepada Allah SWT.

Tujuan ibadah adalah membersihkan dan mensucikan jiwa dengan mengenal dan
mendekatkan diri serta beribadah kepada-Nya.

Ibadah terdiri dari ibadah khusus atau ibadah mahadah dan ibadah umum atau ibadah gair
mahadah. Ibadah khusus adalah bentuk ibadah langsung kepada Allah yang tata cara
pelaksanaannya telah diatur dan diterapkan oleh Allah atau dicontohkan oleh Rasulullah.
Macam-macam ibadah khusus diantarnya salat, taharah, puasa, zakat, dan ibadah haji.

3.2.1 Ibadah Mahdhah dan Ibadah Ghairu Mahdah

1. Ibadah Mahdhah

Ibadah Mahdhah artinya penghambaan yang murni hanya merupakan hubungan antara
hamba dengan Allah secara langsung. Ibadah bentuk ini memiliki beberapa prinsip:

1. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-Quran


maupun al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh akal
atau logika keberadaannya.

2. Tata caranya harus berpola kepada contoh Rasulullah sawSalah satu tujuan diutus
rasul oleh Allah adalah untuk memberi contoh:

Jika melakukan ibadah bentuk ini tanpa dalil perintah atau tidak sesuai dengan praktek Rasul
saw., maka dikategorikan Muhdatsatul umur perkara mengada-ada, yang populer disebut
bidah.

2. Ibadah Ghairu Mahdhah

Ibadah Ghairu Mahdhah, (tidak murni semata hubungan dengan Allah) yaitu ibadah yang di
samping sebagai hubungan hamba dengan Allah juga merupakan hubungan atau interaksi
antara hamba dengan makhluk lainnya . Prinsip-prinsip dalam ibadah ini, ada 4:

1. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah dan
Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh diselenggarakan.

2. Tata laksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya dalam ibadah
bentuk ini tidak dikenal istilah bidah , atau jika ada yang menyebutnya, segala hal
yang tidak dikerjakan rasul bidah, maka bidahnya disebut bidah hasanah,
sedangkan dalam ibadahmahdhahdisebut bidah dhalalah.

3. Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat


atau madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut
logika sehat, buruk, merugikan, danmadharat, maka tidak boleh dilaksanakan.

4. Azasnya Manfaat, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.

3.2.2 Syahadat, Fungsi dan Hikmahnya

Syahadat berasal dari kata bahasa Arab yaitu syahida (), yang artinya ia telah
menyaksikan. Kalimat itu dalam syariat Islam adalah sebuah pernyataan kepercayaan dalam
keesaan Tuhan (Allah) dan Nabi Muhammad sebagai RasulNya. Syahadat sering disebut
dengan Syahadatain karena terdiri dari 2 kalimat (Dalam bahasa arabSyahadatain berarti 2
kalimat Syahadat). Kedua kalimat syahadat itu adalah:

Kalimat pertama :

ahadu al l ilha illa l-Lh

artinya : Saya bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah

Kalimat kedua :

wa ahadu anna muh ammadar raslu l-Lh

artinya: dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah rasul (utusan) Allah.

1. Makna syahadat

1. Pengakuan ketauhidan

Artinya, seorang muslim hanya mempercayai Allh sebagai satu-satunya Allah dan tiada
tuhan yang lain selain Allah.

1. Pengakuan kerasulan

Dengan mengikrarkan kalimat ini seorang muslim memantapkan diri untuk meyakini ajaran
Allh seperti yang disampaikan melalui Muhammad saw, seperti misalnya meyakini hadist-
hadist Muhammad saw.

2. Inti syahadat

Inilah sekilas tentang makna Laa Ilaaha Illallah yang pada intinya adalah pengakuan bahwa
tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah taala semata.

3. Kandungan syahadat
1. Ikrar

Ikrar yaitu suatu pernyataan seorang muslim mengenai apa yang diyakininya.Ketika
seseorang mengucapkan kalimat syahadah, maka ia memiliki kewajiban untuk menegakkan
dan memperjuangkan apa yang ia ikrarkan itu.

1. Sumpah

Syahadat juga bermakna sumpah.Seseorang yang bersumpah, berarti dia bersedia menerima
akibat dan risiko apapun dalam mengamalkan sumpahnya tersebut. Artinya, Seorang muslim
itu berarti siap dan bertanggung jawab dalam tegaknya Islam dan penegakan ajaran Islam.

1. Janji

Syahadat juga bermakna janji. Artinya, setiap muslim adalah orang-orang yang berjanji setia
untuk mendengar dan taat dalam segala keadaan terhadap semua perintah Allah SWT, yang
terkandung dalam Al Quran maupun Sunnah Rasul.

5. Makna syahadat bagi Muslim

1. Pintu masuk menuju islam; syarat sahnya iman adalah dengan bersyahadatain
(bersaksi dengan dua kalimat syahadat)

2. Intisari ajaran islam; pokok dari ajaran Islam adalah syahadatain, sebagaimana ajaran
yang dibawa nabi-nabi dan rosul-rosul sebelumnya

3. Pondasi iman; bangunan iman dan Islam itu sesungguhnya berdiri di atas dua kalimat
syahadah

4. Pembeda antara muslim dengan kafir; hal ini berkenaan dengan hak-hak dan
kewajiban-kewajiban syariat yang akan diterima atau ditanggung oleh seseorang
setelah dia mengucapkan dua kalimat syahadat

5. Jaminan masuk surga Allah SWT memberi jaminan surga kepada orang yang
bersyahadatain

3.2.3 Thaharah; Tujuan dan Berbagai Bentuknya

Taharah berasal dari kata tahara artinya bersih, yaitu kondisi seseorang yang bersih
dari hadas dan najis sehingga layak untuk melakukan kegiatan ibadah seperti salat.

Taharah atau bersuci bertujuan untuk menyucikan badan dari najis dan hadas, najis adalah
kotoran yang mewajibkan seorang muslim untuk menyucikan diri dari dan kepada apa yang
dikenainya. Sedangkan hadas adalah suatu kondisi dimana seseorang yang memilikinya wajib
mandi atau wudhu.

Sarana yang digunakan untuk bersuci adalah air, tanah, batu atau tisu yang memiliki sifat-
sifat membersihkan.

KARAKTERISTIK SYARIAH
Sedangkan secara istilah syariah berarti aturan yang ditentukan Allah SWT
melalui Rasulnya agar dijalankan manusia untuk kebahagian mereka. Korelasi
makna bahasa dan makna istilah adalah bahwa manusia membutuhkan syariah
sebagaimana kebutuhan mereka terhadap air yang menjadi sumber kehidupan.
Tanpa air, manusia tidak akan hidup layak dan baik. Demkian juga hal-nya
dengan syariah. Tanpa syariah, manusia tidak akan hidup layak dan baik.
Syariah, yang meskipun telah turun berabad-abad lalu, namun keberadaannya
selalu relevan dalam kehidupan manusia, baik dahulu, kini, maupun masa depan.
Baik di Arab, Indonesia, Eropa, Amerika bahkan di seluruh belahan bumi ini.
Karena pada hakekatnya, seluruh alam ini adalah milik Allah, Tuhan yang
menurunkan aturan atau syariah itu.
Berbeda dengan aturan dan undang-undang yang diciptakan manusia, syariah
atau Islamic Law mempunyai kelebihan dan karakteristiknya. Antara lain:
Pertama, robbaniyah, artinya berorientasi ketuhanan, baik secara tujuan maupun
sumbernya. Secara tujuan, jelas, syariah Islam ditujukan agar manusia hanya
menyembah dan mengabdi kepada Allah. Sebagaimana firman Allah SWT: Dan
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepadaKu (QS. Adz-Dzariyat: 56).
Selain tujuan mengabdi hanya kepada Allah, syariah juga bertujuan
membebaskan manusia dari penyembahan kepada sesama manusia serta
kepada makhluk lainnya. Manusia harus bebas dari tekanan manusia lainnya,
terlebih mengaggap dirinya sebagai Tuhan yang dapat mengatur segala hal.
Dari segi sumbernya, robbaniyah-nya syariah Islam adalah bahwa dia berasal
dan bersumber dari wahyu Allah SWT. Dia bukan ciptaan manusia, bukan pula
karangan manusia yang penuh hawa nafsu. Berbeda undang-undang dan
peraturan dunia yang diciptakan manusia yang bersifat relatif dan dipengaruhi
oleh hawa nafsu manusia.
Efek dari karakteristik robbaniyah ini membuat manusia melaksanakan undang-
undang dan aturan Allah tidak hanya dilihat saat dipantau aparat atau atasan.
Tetapi dia tetap patuh melaksanakan aturan itu meskipun tidak dipantau oleh
aparat. Puasa misalnya, tetap ditaati oleh muslim yang patuh, meskipun jika ia
makan atau minum di siang hari tidak diketahui aparat.
Kedua, Insaniyah, yang berarti sesuai dengan peri-kemanusiaan. Bukti atas hal
itu adalah dijadikan Rasul dari kalangan manusia, bukan dari jin atau malaikat.
Hal itu terjadi, agar manusia melihat langsung bagaimana aplkasi hukum Allah
yang ideal melalui persaksian mereka terhadap perilaku dan nasehat Rasulullah
saw. Andaikata rasul itu berupa jin atau malaikat, maka akan terjadi kesulitan
bagi kita tentang bagaimana mengaplikasikan isi ajaran Allah SWT, karena jin
dan malaikat adalah makhluk non-fisika yang tidak terlihat oleh kasat mata.
Ketika Aisyah ditanya tentang bagaimana perilaku kehidupan Rasulullah? Beliau
menjawab, perilakunya adalah al-Quran.
Bukti insaniyah syariah Islam juga adalah bahwa Islam mengajarkan persamaan
derajat manusia. Keunggulan dan kemuliaan manusia tidak terletak kepada ras,
suku, bangsa, warna kulit, kekayaan, ilmu dan pangkat-jabatan. Akan tetapi
kemuliaan dan keunggulan manusia hanya terletak pada ketakwaannya kepada
Allah SWT.
Dengan demikian hukum dan syariah Allah berlaku sama untuk semua manusia.
Tidak ada perbedaan antara pejabat dan rakyat kecil, tidak ada perbedaan
antara darah biru dan darah merah. Di depan hukum Allah semua manusia
sama.
Ketiga; al-Syumul, artinya syariah Islam bersifat komprehensif (menyeluruh).
Syariah Islam tidak hanya mengatur tentang ibadah ritual saja, namun juga
mengatur seluruh kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi, keluarga,
masyarakat, bangsa, negara bahkan dunia internasional. Dengan demikian
syariah Islam dapat diterapkan dimana saja, dan dibelahan bumi mana saja.
Selain itu, ia juga dapat diterapkan di segala zaman dan era.
Keempat, al-wasathiiyah, yang berarti menengah, moderat dan adil. Syariah
islam bersifat menengah dan adil. Tidak ghuluw (keterlaluan), tafrith
(berlebihan), dan ifrath (serba kekurangan). Umat Islam yang komitmen
melaksanakan ajaran Islam yang moderat ini juga bersifat menengah.
Sebagaimana firman Allah SWT: Dan demikian (pula) kami Telah menjadikan
kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas
(perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas
(perbuatan) kamu. (QS.Al-Baqarah: 143)
Menengah dan adil adalah sifat ber-keseimbangan. Keseimbangan dalam sikap,
keseimbangan akhlak, ibadah, akidah, dan lainnya. Sikap ekstrim adalah sikap
yang jauh dari karakteristik ajaran Islam. Baik ekstrim dalam hal akidah, sikap,
maupun ibadah.
Kelima, al-Waqiiyyah, artinya bahwa syariah dan ajaran Islam itu bersifat
realistis. Ia membumi dan mudah diaplikasikan oleh semua manusia. Bukti
realistis ajaran Islam adalah adanya rukhsoh (dispensasi) serta bersifat
memudahkan. Oleh karena itu ajaran Islam bisa masuk ke semua negara dan ke
semua suku dengan beraneka ragam budaya sosial mereka. Ia juga dapat masuk
di tengah kondisi yang berbeda-beda di suatu negara, baik hukum, undang-
undang maupun model sistem negara yang dianut. Kaidah fiqih mengatakan, Al-
Hukmu yaduuru maal illati wujudan wa adaman. Hukum berlaku sesuai dengan
illat (sebab)nya, ada atau tidak adanya. #

Anda mungkin juga menyukai