AGAMA ISLAM
OLEH :
Zakia Irza
1908155870
DOSEN :
Dr. H. ZULKARNAIN, M.Si
2. Menjaga jiwa
Menjaga jiwa juga termasuk dharû riyatul-khamsi, dan din tidak akan bisa tegak, jika
tidak ada jiwa-jiwa yang menegakkannya. Kalau kita ingin menegakkan din, artinya,
kita harus menjaga jiwa-jiwa yang akan menegakkan din ini. Untuk menjaga dan
memuliakan jiwa-jiwa ini, Allah Azza wa Jalla berfirman :
“Dan dalam qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang
yang berakal, supaya kamu bertakwa” [Al-Baqarah/2:179]
Dalam ayat ini Allah Azza wa Jalla menjadikan qishash sebagai salah satu sebab
kelestarian kehidupan, padahal qishash itu merupakan kematian. Mengapa? Karena,
dengan keberadaan hukum qishash, maka para pelaku kriminal menjadi jera,
kehidupan pun menjadi aman. Jadi, qishash merupakan salah satu sebab
terwujudnya kehidupan yang damai, tenang, dan dalam naungan hidayah.
.
3. Menjaga Akal
Bahwasanya, untuk menjaga kebaikan akal, maka syari’at mengharamkan semua
yang bisa merusaknya, baik yang maknawi (abstrak) seperti perjudian, nyanyian,
memandang sesuatu yang diharamkan, maupun yang bersifat fisik seperti khamr,
narkoba karna memberikan efeknkepada akal serta memberikan sanksi kepada
yang melakukannya.
.
4. Menjaga keturunan
Di antara dharû riyyâ tul-khams yang dipelihara dan dijaga dalam syari’at, yaitu
menjaga keturunan. Allah Azza wa Jalla berfirman yang artinya :
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk”. [Al-Isrâ /17: 32]
Bentuk penjagaan agar manusia menjauhkan manusia dari perbuatan zina, maka
syari’at memperbolehkan dan menganjurkan pernikahan poligami, sebagaimana
firman Allah Azza wa Jalla menyebutkan.
“Maka kawinilah wanita wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat” (qs.
an-nisa)
.
5. Menjaga harta
2. Jelaskan bagaimana pengamalan syariat islam saat wabah covid 19. Meliputi, sholat,
zakat, sedeqah, amaliah ramadhan, haji dan umroh. Kenapa mesti ada fatwa ulama dan
himbauan pemerintah?
a. Pengamalan syariat islam saat sholat
Shalat sebagaimana yang kita ketahui merupakan tiang agama, seperti
dinyatakan Rasulullah SAW dalam haditsnya:
“Pokok dari perkara ini adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan
puncaknya adalah jihad fi sabillah.” (HR. Ahmad 5/231, At-Tirmidzi no.
2616 dan Ibnu Majah no. 3979, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani t dalam
Shahih At-Tirmidzi dan Shahih Ibnu Majah)
Secara bahasa, shalat berarti doa dengan kebaikan. Allah SWT berfirman:
“Shalatlah untuk mereka karena sesungguhnya shalatmu adalah
ketenangan bagi mereka.” (At-Taubah: 103)
Ibadah yang disyariatkan ini dinamakan dengan nama doa/shalat karena
tercakup di dalamnya doa-doa.
Adapun makna shalat dalam syariat adalah peribadatan kepada Allah
SWT. dengan ucapan dan perbuatan yang telah diketahui, diawali dengan
takbir dan diakhiri dengan salam, disertai syarat-syarat yang khusus dan
dengan niat.
1. Syarat Shalat
Thaharah
Thaharatul al-tsaubi
Thaharatul al-badani
Thaharatul al-makani
2. Rukun Shalat
Rukun Qalbiyyun, yakni yang berhubungan dengan hati (qalb).
Rukun Qauliyyah, yakni keadaan rukun itu berupa ucapan dengan
menggunakan lidah.
Rukun Fi’liyyah, yakni keberadaan rukun shalat adalah pekerjaan
dengan organ-organ tubuh.
Pada saat wabah covid-19 ini, maka sangat dianjurkan kepada umat islam untuk
menambah ibadah shalat sunnah, seperti dhuha, tahajud dan ibadah sunnah
lainnya. Dengan tidak melakukan sebuat kewajiban yang sangat wajib
hukumnya yaitu ibadah shalat fardhlu dengan mengikuti sesuai dengan syariat
islam. Karena dengan shalat akan memberikan ketenangan bathin saat kita
sedang berada di wabah covid 19 ini, meltih kedisiplinan dan penyerahan diri
kepada Allah SWT terhdap qada dan qadar.
Untuk shalat, kaya, miskin, sakit, tetap melekat kewajiban untuk dilaksanakan.
Tidak kuat berdiri maka bisa duduk, tidak kuat duduk, dengan cara berbaring,
dan terakhir dengan hati, ini menunjukkan tidak ada peluang untuk
meninggalkan shalat. Dari Abu Umamah Al Bahili, ia berkata, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tali ikatan Islam akan putus seutas demi seutas. Setiap kali terputus, manusia
bergantung pada tali berikutnya. Yang paling awal terputus adalah hukumnya,
dan yang terakhir adalah shalat.” (HR. Ahmad 5: 251)
Hadits ini jelas menyatakan bahwa ketika tali Islam yang pertama sudah putus
dalam diri seseorang, yaitu ia tidak berhukum pada hukum Islam, ia masih bisa
disebut Islam. Di sini Nabi tidak mengatakan bahwa ketika tali pertama putus,
maka kafirlah ia. Bahkan masih ada tali-tali yang lain hingga yang terakhir
adalah shalatnya.
Dari Zaid bin Tsabit, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Yang pertama kali diangkat dari diri seseorang adalah amanat dan yang
terakhir tersisa adalah shalat.” (HR. Al Hakim At Tirmidzi).
Jika dikaji lebih lanjut tentang syariat Islam; yaitu shalat, zakat, puasa, naik dan
naik haji. Maka syariat shallat-lah yang tidak memiliki celah untuk bisa
ditinggalkan atau tidak dilaksanakan.
b. Pengamalan syariat islam saat Zakat
Zakat adalah adalah Pemberian sebagian harta yang telah nisab kepada
mustahiqnya.
Urgensi Zakat yaitu :
• 82 kali perintah shalat sejajar dengan perintah zakat
• Harta kekayaan yang sudah nisab dinilai sebagai kotor
• Rukun Islam yang ke-3
• Kwajiban yang universal
• Tidak memberikan zakat dinilai sebagai merampas hak orang lain
• Tidak memberikan zakat dinilai dosa besar
Zakat dikeluarkan dari semua harta benda yang didapatkan dengan cara yang
halal yang memenuhi nishab, seperti emas perak, pertanian, peternakan ,
perdagangan, rikaz, penghasilan dari profesi (seperti dokter, guru, pegawai dll)
jika tidak mampu maka gugur kewajibannya, bahkan dalam keadaan tertentu
dia menjadi mustahik.
Orang yang wajib membayar zakat fitrah adalah mereka yang memiliki
kelebihan makanan di luar kebutuhannya ketika hari raya, sekalipun dia tidak
memiliki kelebihan harta lainnya. Ini adalah pendapat mayoritas ulama,
diantaranya Az-Zuhri, As-Sya’bi, Ibnu Sirrin, Ibnul Mubarok, Imam As-Syafii,
Imam Ahmad dan yang lainnya. (Ma’alim As-Sunan karya Al-Khithabi, 2/49).
Namun jika seandainya, syarat atau kelebihan makanan betul-betul tidak ada,
maka kewajiban ini bisa gugur.
c. Pengamalan syariat islam saat sedeqah
Puasa, jika sedang safar atau sakit maka diganti dengan hari lain, atau jika tidak
sanggup (menggantinya dengan puasa) maka rukhsyah berikutnya yang Allah
berikan adalah membayar fidyah (memeberi makan kepada fakir miskin)
“..Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu
dia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan
itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat
menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu), memberi
makan seorang miskin” (Al-Baqarah:184)
e. Pengamalan syariat islam haji
syari’at haji merupakan rukun Islam yang ke-5. Maka kesempurnaan Iman akan
terasa jika sudah pernah menjadi tamu Allah di rumah-Nya (Baitullah).
Tentunya syarat dan rukun harus terpenuhi sehingga ia ibadah haji yang ia
lakukan menjadi haji mabrur.
Namun kewajiban haji hanya bisa dilaksanakan oleh mereka yang memiliki
kemampuan, berarti yang tidak mampu melakukannya baik secara materi
maupun hal lain yang dipersyaratkan sesuai syariat Islam maka dia tidaklah
berdosa.
“ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang disembah)
selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau
mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika
mampu “ (HR. Muslim)
Hadits diatas sangat populer, terdapat dalam kitab Hadits Arbai’n Imam Nawai.
Dari penjelasan diatas jika kita perhatikan satu persatu, Puasa dapat diganti
dengang ibadah selain puasa (fidyah), Zakat bisa gugur jika tidak ada kelebihan,
kewajiban haji hanya yang memiliki kemampuan.
3. Jelaskan bagaimana syariat islam mengatur yg berkaitan dgn ibadah mahdoh dan ghairu
mahdoh, dan bagian manakah yg luas dalam pengamalannya?
a. Ibadah Mahdhoh
Merupakan yang ketentuannya telah pasti dan diatur oleh Allah SWT dan dijelaskan
secara rinci oleh rasulnya. Contoh : Shalat, puasa, Zakat, Haji.
Ketiga, ibadah mahdhah hanya bisa diketahui melalui jalan wahyu, tidak ada jalan
yang lainnya, termasuk melalui akal atau budaya.
Ketiga, amal perbuatan tersebut bisa diketahui dan dikenal meskipun tidak ada
wahyu dari para rasul.
Contoh sederhana dari ibadah ghairu mahdhah adalah aktivitas makan. Makan
pada asalnya bukanlah ibadah khusus. Orang bebas mau makan kapan saja, baik
ketika lapar ataupun tidak lapar, dan dengan menu apa saja, kecuali yang
Allah Ta’ala haramkan. Bisa jadi orang makan karena lapar, atau hanya sekedar
ingin mencicipi makanan. Akan tetapi, aktivitas makan tersebut bisa berpahala
ketika pelakunya meniatkan agar memiliki kekuatan (tidak lemas) untuk shalat
atau berjalan menuju masjid. Ini adalah ciri pertama.
Pengamalan nya yang lebih luas yaitu adalah ibadah ghoiru mahdhah, karena pada
ibadah mahdhah tidak lebih dari sekedar sholat, puasa,zakat dan naik haji saja.
Sedangkan pada ibadah ghairu mahdhah banyaak ibadah yang dapat kita lakukan.
4. Jelaskan kenapa syariat islam mengatur semua sisi kehidupan manusia. Jelaskan dan
terangkan maksud dari surah Albaqarah : 208. Kaitannya, dalam hal tersebut.
Syariat itu sebenarnya adalah memudahkan. Kaitannya yaitu agar memudahkan maka
Allah perintahkan kita masuk kedalam islam secara kaffah , sehingga semua kehidupan
kita menggunakan pedoman islam. Dengan adanya pedoman ini akan menjadikan kita
menjadi seorang muslim yang lebih baik. Kaitannya denga surat Al-Baqarah ayat 208
yang artinya :
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan
janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang
nyata bagimu.
Dengan adanya syariat islam, maka manusia akan menjadi umat yang berjalan dijalan
yang benar dengan selalu mengikuti apa yang Allah SWT perintahkan dan juga menjauhi
larangan-Nya. Dan mengetahui bahwa mengikuti langkah syaitan justru akan
menyesatkan umat manusia.