Anda di halaman 1dari 28

Sumber Hukum Islam,

Ruang Lingkup Hukum Islam


& Tujuan Hukum Islam
1.
2.
3.
4.

Dosen pengampu : Wahyudin, S.Ag, MSI


Disusun oleh :
Raufia Ardini (P1337420215041)
Laeli Nur Hanifah (P1337420215042)
Lilis Dwi Cahyanti (P1337420215043)
Siti Komariyah (P1337420215044)

A. Hukum Islam
Adalah : Seperangkat kaidah-kaidah hukum yang didasarkan pada

wahyu Allah SWT dan Sunnah Rasul mengenai tingkah laku mukallaf
(orang yang sudah dapat dibebani kewajiban) yang diakui dan
diyakini, yang mengikat bagi semua pemeluk agama islam (Ahmad
Rofiq).
Hukum Islam berarti keseluruhan ketentuan-ketentuan perintah Allah

yang wajib diturut (ditaati) oleh seorang muslim. Dari definisi


tersebut syariat meliputi:
Ilmu Aqoid (keimanan)
Ilmu Fiqih (pemahan manusia terhadap ketentuan-ketentuan Allah)
Ilmu Akhlaq (kesusilaan)

B. Ruang Lingkup
Hukum Islam
1. Ibadah sebagai Ruang Lingkup Hukum Islam

Ibadah adalah peraturan-peraturan yang


mengatur hubungan langsung dengan Allah SWT
(ritual) yang terdiri atas :
a. Rukun Islam
b. Ibadah yang berhubungan dengan rukun islam

dan ibadah lainnya, yaitu badani dan mali.

2. Muamallah sebagai Ruang Lingkup Hukum


Islam
Muamalah adalah peraturan yang mengatur

hubungan seseorang dengan orang lainnya


dalam hal tukar-menukar harta (termasuk
jual beli), di antaranya : dagang, pinjammeminjam, sewa-menyewa, kerja sama
dagang, simpanan barang atau uang,
penemuan, pengupahan, warisan, wasiat
dan lain-lain.

3. Jinayah sebagai ruang lingkup hukum islam


Jinayah ialah peraturan yang menyangkup pidana
islam, di antaranya : qishash, diyat, kifarat,
pembunuhan, zina, minuman memabukkan, murtad
dan lain-lain.

4. Siyasah sebagai Ruang Lingkup Hukum Islam


Siyasah yaitu menyangkut masalah-masalah
kemasyarakatan, di antaranya : persaudaraan,
tanggung jawab sosial, kepemimpinan, pemerintahan
dan lain-lain.

5. Akhlak sebagai Ruang Lingkup Hukum Islam


Akhlak yaitu sebagai pengatur sikap hidup pribadi, di

antaranya : syukur, sabar, rendah hati, pemaaf,


tawakal, berbuat baik kepada ayah dan ibu dan lainlain.

6. Peraturan lainnya di antaranya : makanan,


minuman, sembelihan, berbutu, nazar, pemeliharaan
anak yatim, masjid, dakwah, perang dan lain-lain.

Jika ruang lingkup hukum islam di atas

dianalisis objek pembahasannya, maka akan


mencerminkan seperangkat norma ilahi yang
mengatur tata hubungan manusia dengan
Allah, hubungan yang terjadi antara manusia
yang satu dengan manusia lain dalam
kehidupan sosial, hubungan manusia dan
benda serta alam lingkungan hidupnya.

C. Tujuan hukum islam


Tujuan hukum islam secara umum adalah Dar-ul

mafaasidiwajalbul mashaalihi (mencegah


terjadinya kerusakan dan mendatangkan
kemaslahatan). Abu Ishaq As-Sathibi merumuskan
lima tujuan hukum islam:
1. Memelihara agama

Beragama merupakan kebutuhan manusia yang


harus dipenuhi, karena agamalah yang dapat
menyentuh nurani manusia.

Lanjutan....
Agama Islam memberi perlindungan kepada pemeluk

agama lain untuk menjalankan agama sesuai dengan


keyakinannya.
Agama Islam tidak memaksakan pemeluk agama lain

meninggalkan agamanya untuk memeluk agama Islam.


Hal ini dengan jelas disebutkan dalam QS. 2 (AlBaqarah) : 256.

Artinya...
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama

(Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang


benar daripada jalan yang sesat. Karena itu
barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan
beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia
telah berpegang kepada buhul tali yang amat
kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.

2. Memelihara jiwa

Menurut hukum islam jiwa harus dilindungi.


Islam melarang pembunuhan sebagai penghilangan

jiwa manusia dan melindungi berbagai sarana yang


dipergunakan oleh manusia untuk mempertahankan
kemaslahatan hidupnya(Qs.6:51,17:33)

Artinya....
Katakanlah: "Sesungguhnya aku dilarang

menyembah tuhan-tuhan yang kamu sembah


selain Allah". Katakanlah: "Aku tidak akan
mengikuti hawa nafsumu, sungguh
tersesatlah aku jika berbuat demikian dan
tidaklah (pula) aku termasuk orang-orang
yang mendapat petunjuk".

3. Memelihara akal
Seseorang tidak akan dapat menjalankan hukum islam

dengan baik dan benar tanpa mempergunakan akal


sehat. Oleh karena itu pemeliharaan akal merupakan
salah satu tujuan hukum Islam.
Untuk itu hukum Islam melarang seseorang meminum

minuman yang memabukkan yang disebut dengan


istilah khamar, dan memberi hukuman pada perbuatan
orang yang merusak akal. Larangan minum khamar ini
dengan jelas disebutkan dalam QS. 5 (Al-Maidah): 90.

4. Memelihara keturunan
Dalam hukum islam memelihara keturunan adalah

hal yang sangat penting. Karena itu, meneruskan


keturunan harus melalui perkawinan yang sah
menurut ketentuan Yang ada dalam Al-Quran dan
As-Sunnah dan dilarang melakukan perzinahan.
seperti larangan-larangan perkawinan yang terdapat

dalam QS. 4 (Al-Nisa) : 23. Sedangkan larangan


berzina, disebutkan dalam QS. 17 (Al-Isra) : 32.

5. Memelihara harta
Pada prinsipnya, hukum Islam tidak mengakui hak

milik seseorang atas sesuatu benda secara mutlak.


Kepemilikan atas suatu benda secara mutlak hanya
pada Allah, namun karena diperlukan adanya
kepastian hukum dalam masyarakat, untuk menjamin
kedamaian dalam kehidupan bersama, maka hak milik
seseorang atas suatu benda diakui dengan pengertian,
bahwa hak milik itu harus diperoleh secara halal dan
berfungsi sosial (Anwar Haryono, 1968 : 140).

D. Sumber- sumber hukum Islam


Sumber hukum Islam terkadang disebut dalil hukum Islam atau

pokok hukum Islam atau dasar hukum Islam.


Menurut istilah ahli ushul fiqh, hukum adalah titah Allah Swt

mengenai pekerjaan mukalaf, baik titah itu mengandung tuntutan


suruhan atau larangan, atau semata-mata sebagai suatu pilihan
dan ketetapan.
Ada ahli ushul fiqh yang mengatakan bahwa hanya 2 (dua) sumber

hukum Islam itu, ada yang mengatakan empat, dan ada pula yang
mengatakan lebih dari sepuluh, yaitu al-Quran, al-Sunnah, Ijma,
Qiyas, Istihsan, Maslahah Mursalah, Urf, pendapat sahabat,
Istishab, Saddud-Dzarai, dan Syara sebelum kita.

Terhadap sumber-sumber hukum tersebut,


maka apabila diadakan pengelompokkan dapat
didasarkan pada:
Sumber yang berupa nash dan bukan nash;
Sumber naqli dan aqli;
Sumber yang sudah disepakati dan yang

belum disepakati;
Sumber pokok dan tambahan; dan Sumber

dari Syara

1. Al-Qur`an
Al-qur`an berasal dari kata qaraa yaqrau qiraatan - wa quranan,

yang secara harfiah berarti bacaan. sesuai dengan Firman Allah Swt.
dalam surat al-Qiyamah: 17-18
al-Quran secara terminologis ditemukan dalam beberapa perumusan.

Menurut Syaltut, lafadz Arabi yang diturunkan kepada Nabi


Muhammad Saw. yang dinukilkan kepada kita secara mutawatir.
Menurut Syaukani, kalam Allah Swt. yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad Saw. yang tertulis dalam bentuk mushaf, dinukilkan secara


mutawatir.
Sedangkan menurut Abu Zahroh, kitab yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad.

Kedudukan al-qur`an
Allah swt. Menetapkan Al-Quran sebagai sumber pertama dan utama bagi
hukum Islam.

Kandungan isi al-qur`an


a. Ajaran mengenai kepercayaan (aqidah)
b. Berita (riwayat) tentang keadaan umat manusia sebelum Nabi

Muhammad Saw
c. Berita yang menggambarkan apa yang akan terjadi pada masa

mendatang, terutama pada kehidupan akhirat; dan


d. Peraturan-peraturan kemanusiaan, dalam hal ini adalah hubungan

interaksinya selaku makhluk individu maupun social.

2. Al-Sunnah
Kata Sunnah secara etimologis berarti yang biasa

dilakukan. Sunnah dalam istilah ulama ushul adalah apa-apa


yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW., baik dalam
bentuk perkataan, perbuatan maupun pengakuan Nabi SAW.
Berhujah terhadap Sunnah ini sesuai dengan dengan

perintah Allah SWT dalam al-Quran (3): 32 dan (4): 80, yang
artinya : Katakanlah, taatlah engkau sekalian kepada Allah
dan Rasul-Nya...
Siapa yang taat kepada Rasul berarti taat kepada Allah

Sunnah terbagi menjadi 3 macam:


1. Sunnah Qauliyah
2. Sunnah Filiyah
3. Sunnah Taqririyah
Kedudukan Sunnah terhadap al-Quran ada tiga hal
yaitu:
1. Sunnah sebagai taqid (penguat) nash al-Quran
2. Sunnah sebagai bayanu tasyri (penjelas) nash
al-Quran
3. Sebagai Musyari (Pembuat Syariat)

3. Ijma (Konsensus)
Ijma' merupakan sumber yang kuat dan salah satu metode

pengembangan Ijtihad untuk meneruskan dan menetapkan


hukum-hukum Islam.
Alasan menempatkan ijma sebagai dasar hukum setelah al-

Qur'an dan Sunnah juga dikuatkan oleh beberapa Asar


sahabat Nabi Muhammmad SAW diantaranya sebagaimana di
sampaikan Umar ibn al-Khattab kepada Syuraih : "Putuskanlah
(perkara itu) menurut hukum yang ada dalam Kitab Allah.
kalau tidak ada (dalam al-Qur'an), maka putuskanlah sesuai
hukum yang ada dalam Sunnah Rasulullah SAW.

Objek Ijma' ialah sernua peristiwa atau kejadian

yang tidak ditemukan dasarnya dalam al-Qur'an


dan Sunnah atau peristiwa atau kejadian yang
berhubungan dengan ibadat ghairu mahdah
(ibadat yang tidak langsung ditujukan kepada
Allah SWT), bidang mu'amalah, bidang
kemasyarakatan atau semua hal-hal yang
berhubungan dengan urusan duniawi tetapi tidak
ada dasamya dalam al-Qur'an dan al-Hadits.

Macam-macam ijma:
Ijma' Bayani (disebut juga dengan sebutan ljma' Qauli, Ijma'

Sharih atau ljma' haqiqi)


ljma' Sukuti disebut juga dengan Ijmu' itibari
Adapun kriteria Ijma' menurut sebagian ulama ushul adalah

:
Kesepakatan sekelompok fuqaha/ulama;
Pada kurun waktu tertentu; dan
Di ruang lingkup suatu wilayah atau kawasan tertentu pula.

Kegunaan ijma :
Menjadi asas Itjihad Jama'i (Ijtihad kolektif);
Melandasi penemuan serta pengembangan

hukum kontekstual menurut kondisi ruang dan


waktu. Dari sini lebih jelas tampak bahwa
hukum Islam memiliki sifat kelenturan
(elastisitas dan fleksibelitas).

4. Qiyas (Analogi)
Qiyas secara etimologi berarti "ukuran", "mengetahui ukuran

sesuatu", "membandingkan" atau menyamakan sesuatu


dengan yang lainnya
Dasar penetapan Qiyas sebagai sumber hukum,

sebagaimana firman Allah SWT. dalam al-Quran (59): 2 yang


artinya :
"....Ambillah i'tibar wahai ahli pikir...."
Contoh Qiyas dalam ayat al-Quran sebagaimana dipaparkan

sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Maidah ayat 90.

Rukun Qiyas
Ahad (pokok)
Far'u (cabang)
Hukum ashl
Illat

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai