Anda di halaman 1dari 9

Sumber &

Tujuan
Hukum
Islam
AULIA RIDYATI
1974201073
HUKUM 1 C
A. PENGERTIAN SUMBER HUKUM
ISLAM

Hukum Islam adalah hukum yang ditetapkan oleh Allah SWT melalui wahyu yang kini terdapat dalam Al
Qur’an dan dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAWsebagai Rosul-Nya melalui sunnah beliau yang kini
tersimpan baik dalam kitab-kitab hadist.
B. MACAM-MACAM SUMBER HUKUM
ISLAM

1. Al Qur’an ( Sumber hukum Pertama )


– a). Pengertian Al Qur’an
Al Qur’an merupakan sumber hukum utama dan menempati kedudukan pertama dari sumber – sumber
hukum yang lain dan merupakan aturan dasar yang paling tinggi. Al Qur’an juga dapat dikatakan sebagai
Kitab mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril yang datang kepada
kita dengan jalan mutawattir dan dipandang ibadah bagi yang membaca. Sumber hukum maupun
ketentuan norma yang ada tidak boleh menyimpang dan bertentangan dengan isi Al Qur’an.
– b). Pedoman Al Qur’an dalam menetapkan hukum
Pedoman Al Qur’an dalam menetapkan hukum sesuai dengan perkembangan dan kemampuan manusia,
baik secara fisik maupun rohani. Manusia selalu berawal dari kelemahan dan ketidakmampuan.
2. Al Hadist ( Sumber Hukum Islam Kedua )
a). Pengertian Hadits
Pengertian Al hadits menurut bahasa adalah sesuatu yang baru, bekas dan bekas. Sedangkan pengertian Hadits menurut
istilah adalah semua yang disandarkan pada Nabi baik berupa ucapan (qouliyah), perbuaan (fi’liyah), ketetapan (taqririyah)
dan cita–cita (hammiyyah).
Al Qur’an dan Al Hadits merupakan dua sumber hukum pokok syariat Islam yang tetap dan orang Islam tidak akan mungkin
bisa memahami syari’at Islam secara mendalam dan lengkap tanpa kembali kepada kepada kedua sumber Islam tersebut.
Seorang mujtahid dan seorang Ulama pun juga tidak doperbolehkan hanya mencukupkan diri dengan mengambil salah satu
dari keduanya.
b). Istilah – istilah dalam Hadits
– Sanad adalah urutan rawi dari awal sampai akhir
– Matan adalah teks atau bunyi hadits
– Rowi adalah orang yang meriwayatkan hadits
3. Ijtihad atau Ra’yu atau Akal
a). Pengertian Ijtihad
Menurut bahasa ijtihad berarti bersungguh-sungguh, rajin dan giat. Menurut istilah ijtuhad berarti
usaha yang sungguh-sungguh dari seorang ahli hukum / fuqoha untuk mengetahui hukum syari’at.
Menurut Al-Ghozali Ijtihad adalah mencurahkan seluruh kemampuan untuk menetapkan hukum
dengan jalan istilah (mengeluarkan hukum dari kitab Al-Qur’an dan sunah).

b). Fungsi Ijtihad


– Sebagai sumber hukum atau ajaran Islam ketiga
– Untuk membuktikan bahwa ajaran Islam sesuai dengan jaman, sampai hari kiamat
– Sebagai bukti bahwa Islam memberi kebebasan berfikir
c). Macam-macam Ijtihad

1). Ijma’

Ijma’ adalah berkumpul / kesepakatan para mustahid umat Nabi Muhammad setelah beliau wafat pada satu masa tertentu tentang masalah tertentu.

2). Qiyas

Qiyas adalah menyamakan hukum sesuatu yang tidak disebut hukumnya dalam nash ( Al Qur’an dan Al Hadits ) dengan sesuatu yang disebut hukumnya dalam nash karena ada kesamaan
‘ilat atau sifat.

3).Istihsan

Istihsan adalah berpindahnya seorang mujtahid dari hukum yang dikehendaki oleh Qiyas Khafy ( samar-samar ), atau dari hukum kully ( umum ) kepada hukum yang bersifat pengecualian.

4). Istishab

Istishab adalah mengambil hukum yang telah ada atau ditetapkan pada masa lalu dan tetap dipakai hingga masa-masa selanjutnya, sebelum ada hukum yang mengubahnya. Misalnya
seseorang ragu-ragu apakah sudah wudhu atau belum? Dalam keadaan seperti ini, ketentuan harusnya berpegang kepada “belum wudhu”, karena hukum yang asal adalah belum wudhu.

5). Mashalihul Mursalah

Mashalihul Mursalah adalah penetapan hukum berdasarkan kepada kemaslahatan, yaitu manfaat bagi manusia atau menolak kemadhorotan atas mereka.

6). Al ‘Urf

Al ‘Urf adalah segala sesuatu yang sudah saling dikenal dan dijalankan oleh suatu masyarakat dan sudah menjadi adat istiadat, baik berupa perkataan maupun perbuatan.

7). Syar’u Man Qablana

Syar’u Man Qablana adalah syari’at yang diturunkan kepada orang-orang sebelum kita, yaitu ajaran agama sebelum datangnya agama islam.

8). Saddudz Dzari’ah

Saddudz Dzari’ah adalah melarang perkara-perkara yang lahirnya boleh, karena ia membuka jalan dan menjadi pendorong kepada perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama.

9). Mazhab Shahaby

Mazhab Shahabi adalah fatwa-fatwa para sahabat mengenai berbagai masalah yang dinyatakan setelah Rasulullah SAW wafat.
c. FUNGSI HUKUM ISLAM DALAM
KEHIDUPAN BERMASYARAKAT
1). Fungsi Ibadah
Fungsi utama hukum Islam adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Hukum Islam adalah ajaran Allah yang harus dipatuhi umat manusia, dan kepatuhannya merupakan ibadah yang sekaligus
juga merupakan indikasi keimanan seseorang.
2). Fungsi Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Hukum Islam sebagai hukum yang ditunjukkan untuk mengatur hidup dan kehidupan umat manusia, jelas dalam praktik akan selalu bersentuhan dengan masyarakat. Sebagai contoh, proses
pengharaman riba dan khamar, jelas menunjukkan adanya keterkaitan penetapan hukum (Allah) dengan subyek dan obyek hukum (perbuatan mukallaf). Penetap hukum tidak pernah mengubah
atau memberikan toleransi dalam hal proses pengharamannya. Riba atau khamar tidak diharamkan sekaligus, tetapi secara bertahap. Ketika suatu hukum lahir, yang terpenting adalah bagaimana
agar hukum tersebut dipatuhi dan dilaksanakan dengan kesadaran penuh. Penetap hukum sangat mengetahui bahwa cukup riskan kalau riba dan khamar diharamkan sekaligus bagi masyarakat
pecandu riba dan khamar. Berkaca dari episode dari pengharaman riba dan khamar, akan tampak bahwa hukum Islam berfungsi sebagai salah satu sarana pengendali social
3). Fungsi Zawajir
Fungsi ini terlihat dalam pengharaman membunuh dan berzina, yang disertai dengan ancaman hukum atau sanksi hukum. Qishash, Diyat, ditetapkan untuk tindak pidana terhadap jiwa/ badan,
hudud untuk tindak pidana tertentu (pencurian , perzinaan, qadhaf, hirabah, dan riddah), dan ta’zir untuk tindak pidana selain kedua macam tindak pidana tersebut. Adanya sanksi hukum
mencerminkan fungsi hukum Islam sebagai sarana pemaksa yang melindungi warga masyarakat dari segala bentuk ancaman serta perbuatan yang membahayakan. Fungsi hukum Islam ini dapat
dinamakan dengan Zawajir.
4). Fungsi Tandhim wa Islah al-Ummah
Fungsi hukum Islam selanjutnya adalah sebagai sarana untuk mengatur sebaik mungkin dan memperlancar proses interaksi sosial, sehingga terwujudlah masyarakat yang harmonis, aman, dan
sejahtera. Dalam hal-hal tertentu, hukum Islam menetapkan aturan yang cukup rinci dan mendetail sebagaimana terlihat dalam hukum yang berkenaan dengan masalah yang lain, yakni masalah
muamalah, yang pada umumnya hukum Islam dalam masalah ini hanya menetapkan aturan pokok dan nilai-nilai dasarnya. Perinciannya diserahkan kepada para ahli dan pihak-pihak yang
berkompeten pada bidang masing-masing, dengan tetap memperhatikan dan berpegang teguh pada aturan pokok dan nilai dasar tersebut. Fungsi ini disebut dengan Tanzim wa ishlah al-ummah.
– Ke empat fungsi hukum Islam tersebut tidak dapat dipilah-pilah begitu saja untuk bidang hukum tertentu, tetapi satu dengan yang lain saling terkait.
D. Pengertian Tujuan Hukum Islam

Tujuan Hukum Islam secara umum adalah Dar-ul mafaasidi wa jalbul mashaalihi (mencegah terjadinya
kerusakan dan mendatangkan kemaslahatan), mengarahkan manusia pada kebenaran untuk mencapai
kebahagiaan hidup mereka dunia dan akhirat, dengan jalan mengambil segala yang berguna dan mencegah
yang mudlarat dalam kehidupan manusia.
E. Tujuan Hukum Islam

Tujuan hukum Islam sejatinya adalah tujuan Pencipta hukum Islam itu sendiri. Tujuan hukum Islam
adalah arah setiap perilaku dan tindakan manusianya dalam rangka mencapai kebahagiaan hidup
dengan mentaati serta menghindari apa yang telah menjadi hukumNya. Dalam FirmanNya Allah
tegas memberikan segala ciptaannya pada manusia itu tidaklah sia-sia.
Tujuan hukum Islam sesuai dengan fitrah manusia dan fungsi-fungsi daya fitrah manusia. Fitrah
manusia mempunyai tiga daya atau potensi yaitu : ‘aql, syahwat, gadlab

Anda mungkin juga menyukai