Anda di halaman 1dari 4

Nama : M.

Albier Fattasyah

NPM : 2103101010160

UJIAN HUKUM ISLAM

1. Pengertian syariat secara sederhana ialah jalan yang jelas yang ditunjukkan Allah kepada
umat manusia. Jalan ini berupa hukum dan ketentuan dalam agama Islam, yang bersumber
dari al-Quran, hadis Nabi Muhammad SAW, ijma, dan qiyas.

Sedangkan Fikih adalah salah satu bidang ilmu dalam syariat Islam yang secara khusus
membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik
kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun kehidupan manusia dengan Allah, Tuhannya.

Dan hukum Islam atau syariat islam adalah sistem kaidahkaidah yang didasarkan pada
wahyu Allah SWT dan Sunnah Rasul mengenai tingkah laku mukallaf (orang yang sudah
dapat dibebani kewajiban) yang diakui dan diyakini, yang mengikat bagi semua pemeluknya.

2. Ruang lingkup hukum Islam ada dua, yaitu : hubungan manusia dengan Tuhan (hablun
minaallah) dan hubungan manusia dengan sesamanya (hablun miannas). Bentuk hubungan
pertama disebut dengan ibadah dan bentuk hubungan yang kedua disebut dengan muamalah.
Jika bagian-bagian hukum Islam bidang muamalah dalam artiluas tersebut di atas
dibandingkan dengan susunan hukum Baratseperti yang telah diajarkan dalam Pengantar
llmu Hukum, makabutir (1) dapat disamakan dengan hukum perkawinan, burir (2)dengan
hukum kewarisan, butir (3) dengan hulkum benda dan hukumperjanjian, perdata khusus,
butir (4) dengan hukum pidana, butir(5) dengan hukum ketatanegaraan yakni tata negara
dan administrasnegara, butir (6) dengan hukum internasional, dan butir (7) denganhukum
acara.
Ciri ciri hukum islam :
yakni
1) berwatak universal, berlaku abadi untuk umat Islam dimanapun mereka berada, tidak
terbatas pada umat Islam dimanapun mereka berada, tidak terbatas pada umat islam di
suatu tempat atau negara pada suatu masa;
2) menghormati martabat manusia sebagai kesatuan jiwa dan raga, rohani dan jasmani,
serta memuliakan manusia dan kemanusiaan secara keseluruhan;
3)pelaksanaan dalam ppraktik digerakkan oleh iman dan akhlak umat Islam.

3. Bertindak sebagai pedoman hidup yang harus dipatuhi oleh semua Muslim. Tujuan hukum
Islam membantu umat Islam memahami bagaimana mereka harus menjalani setiap aspek
kehidupan mereka sesuai dengan perintah Allah SWT.
Bagi al-Syatibi untuk menjadi mujtahid seorang faqih harus menguasai bahasa Arab dan
mampu memahami maksud syariat (maqasid al-syaria) serta sanggup mengistinbathkan
hukum berdasarkan pemahamannya sendiri terhadap maqasid al-syariah. Maqasid al-syariah
merupakan pokok dalam pemikiran hukum al-Syatibi yang di dalamnya terdapat konsep
mashlahat sebagai tujuan Tuhan selaku Pembuat syariat (qashd al- syari).
4. Hakim mempunyai dua pengertian yaitu :
1. Pembuat, yg menetapkan, yang memunculkan dan sumber hukum.
2. Yang menemukan, menjelaskan, memperkenalkan, dan menyingkapkan hukum.

Mahkum fih adalah perbuatan seorang mukallaf yang berkaitan dengan


taklif/pembebanan. Taklif yang berasal dari Allah ditujukan pada manusia dalam setiap
perbuatan-perbuatannya. Mahkum alaih adalah seorang mukallaf yang
perbuatannya itu berkaitan dengan hukum dari syari'.

Ahliyyah adalah sifat yang menunjukkan seseorang itu telah sempurna jasmani dan
akalnya, sehingga seluruh tindakannya dapat dinilai oleh Syara’. Apabila seseorang telah
mempunyai sifat ini, maka ia dianggap telah sah melakukan suatu tindakan hukum, seperti
transaksi yang bersifat menerima hak dari orang lain

5. 1. Al-Qur'an
Al Quran adalah kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. Tulisannya
berbahasa Arab dengan perantaraan Malaikat Jibril.
Al Quran juga merupakan hujjah atau argumentasi kuat bagi Nabi Muhammad SAW dalam
menyampaikan risalah kerasulan dan pedoman hidup bagi manusia serta hukum-hukum yang
wajib dilaksanakan. Hal ini untuk mewujudkan kebahagian hidup di dunia dan akhirat serta
untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
2. Hadits
Seluruh umat Islam telah sepakat dan berpendapat serta mengakui bahwa sabda, perbuatan
dan persetujuam Rasulullah Muhammad SAW tersebut adalah sumber hukum Islam yang
kedua sesudah Al Quran. Banyak ayat-ayat di dalam Al Quran yang memerintahkan untuk
mentaati Rasulullah SAW seperti firman Allah SWT
3. Ijtihad
Ijtihad adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh, yang sebenarnya bisa dilaksanakan oleh
siapa saja yang sudah berusaha mencari ilmu untuk memutuskan suatu perkara yang tidak
dibahas dalam Al Quran maupun hadis dengan syarat menggunakan akal sehat dan
pertimbangan matang

Adapun dalil hukum adalah dalil yang dengannya seorang mujtahid dapat menemukan
hukum suatu perkara, dimana terdapat beberapa dalil hukum dalam Islam, yaitu: Ijma’, Qiyas,
Istihsan, Istishab, Istislah, Syaru’ Man Qoblana, Dzariah, dan ‘Urf. Dalil-dalil hukum ini tidak
digunakan oleh keseluruhan ulama atau mujtahid dalam menetapkan hukum suatu perkara.

6. Hukum taklifi dan hukum wadh'i. Jika hukum taklifi ialah seperangkat hukum yang berisikan
tuntutan, larangan, atau pembolehan, maka hukum wadh'i lebih bersifat penjelasan tentang
situasi bagaimana tuntutan dan lainnya tersebut diberlakukan
7. 1. Sebab
Yaitu sesuatu yang dijadikan pokok pangkal bagi adanya musabbab (hukum). Artinya dengan
adanya sebab terwujudlah musabbab (hukum) dan dengan tiadanya sebab, tidak terwujudlah
suatu musabbab (hukum).
2. Syarat
Syarat yaitu suatu yang mesti ada yang menentukan sah dan tidaknya suatu pekerjaan
(ibadah), tapi suatu itu tidak termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu.
3. Sah
Sah adalah salah satu dari hukum Islam. Sah adalah sesuatu perkara yang dilakukan sesuai
dengan hukum syariat
4. Batal
Batal adalah sesuatu perkara yang dilakukan tidak sesuai dengan hukum syariat.
5. Azimah
azimah adalah hukum yang ditetapkan pertama kali atau hukum yang ditetapkan secara umum
berlaku terhadap setiap mukallaf tanpa dijelaskan situasi dan kondisi yang dihadapi oleh
mukallaf tersebut.
6. Rukhsah
Rukhshah adalah ketetapan hukum yang menyalahi atau berbeda dari hukum yang ditetapkan
secara kulli atau dalam istilah ushul disebut dengan 'azimah. Rukhshah lebih bermakna adanya
pengecualian dari hukum-hukum yang ditetapkan secara global dan berlaku umum.

8. Ijtihad merupakan istinbath (formulasi) aturan-aturan hukum secara umum, baik kasusnya
sudah terjadi atau belum terjadi. Sementara fatwa berkenaan dengan kasus yang telah ada di
mana mufti memberikan ketentuan hukumnya yang dilandaskan pada pengetahuan seorang
mufti tersebut.

9. 1. Mashlahah al-Dharuriyah, yaitu kemashlahatan yang berhubungan dengan kebutuhan pokok


umat manusia di dunia dan akhirat. Kemashlahatan seperti ini ada lima, yaitu ; (1) memelihara
agama, (2) memelihara jiwa, (3) memelihara akal, (4) memelihara keturunan, (5) memelihara
harta.

2. Maslahah Al-Hajiyah, yaitu kemaslahatan dalam menyempurnakan kemaslahatan pokok


sebelumnya yang berbentuk keringanan untuk mempertahankan dan memelihara kebutuhan
mendasar manusia. Misalnya diperbolehkan jual beli saham (pesanan), kerja sama dalam
pertanian (Muzara'ah) dan yang lainnya

3. Mashlahah Tahnisiyah adalah maslahah yang menjadikan kehidupan manusia berada pada
keunggulan tingkah laku dan baiknya adat kebiasaan serta menjauhkan diri dari keadaan-
keadaan yang tercela dan tidak terpuji.

10. Dikarenakan Musyawarah sendiri memiliki tujuan agar suatu masalah dapat dipecahkan jalan
keluarnya dan sebisa mungkin tidak merugikan orang lain serta mengambil jalan yang adil.
Penyelesaian masalah yang berkaitan dengan kepentingan bersama, musyawarah tentu lebih
cocok daripada tindakan lainnya. satiap anggota musyawarah berhak untuk mengajukan
pendapat. hasil musyawarah harus diterima dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

11. Ahlussunnah wal Jama’ah menggunakan dalil nadli dan aqli. Dalil naqli ialah dalil dari Al-
Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW dan dalil Aqli ialah dalil yang berdasarkan akan pikiran yang
sehat. Sebagaimana dikemukakan bahwa madzhab Mu’tazilah mengutamakan dalil akal dari
pada dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah. Mereka berani menafsirkan Al-Qur’an menurut akal
mereka, sehingga ayat-ayat Al-Qur’an disesuaikan dengan akal mereka. Apabila ada hadits
yang bertentangan dengan akal, mereka ditinggalkan itu dan mereka berpegang kepada akal
pikirannya.

12. Sebab Fikih nusantara itu memang lebih dekat dengan mazhab Syafi'i karena penyebar Islam
pertama kali ke Indonesia bermazhab Syafi'i. para ulama menegaskan Imam al-Muhajir
bermazhab Suni dalam teologi dan menganut mazhab Syafi’i di bidang fikih. Juga agar umat
Islam dapat dengan mudah mengikuti dan mengamalkan paham ini. Baik dalam kehidupan
sehari-hari maupun dalam berbangsa dan bernegara di Indonesia.

13. Imam Abu Bakar Al Ahdali di dalam kitab Alfaraidul Bahiyyah yang membahas tentang kaidah-
kaidah fiqh dengan model syiiran menyebutkan ada tujuh penyebab seorang muslim
mendapatkan dispensasi hukum agama. Salah satunya adalah Lupa, Maka, bagi umat Muslim
yang melanggar hukum Islam karena lupa, maka ia tidak berdosa. Seperti lupa melakukan
hubungan badan antara suami istri di siang hari dalam keadaan berpuasa, maka tidak ada
kafarat baginya, dan puasanya tidak batal. Begitu juga lupa makan dan minum saat berpuasa,
maka tidak berdosa dan tidak batal puasanya.

Anda mungkin juga menyukai