HUKUM ISLAM
DISUSUN OLEH :
INDAH PURNAMA SARI
(20111047)
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI HUKUM ISLAM
1. Syariah. Menurutkan akar katanya شرع yang berarti jalan menuju sumber air
Menurut istilah: Hukum yang diatur oleh Allah SWT, untuk hambanya
melalui lisan para Rasul. Para Rasul menyampaikan kepada umatnya untuk
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Baik berbentuk aqidah, hukum, akhlak,
muamalah dan sebagainya, secara singkat dapat dikatakan bahwa syariah Islam
adalah keseluruhan ajaran Islam yang bersumber dari wahyu Allah SWT. Dalam
wacana keislaman, kata syari’ah (atau syariat) memang memiliki makna dan
signifikansi yang penting, karena secara eksplisit tercantum dalam al-Qur’an dan
hadits Nabi Muhammad SAW., dua sumber utama ajaran Islam. Kata ‘syari’at’ dan
pecahannya tercantum lima kali dalam al-Qur’an. Dalam bentuk kata
kerja (syara’a dan syara’u) terdapat masing-masing pada ayat 42:13 dan 42:21.
Tiga bentuk kata bendanya tercantum pada tiga ayat berbeda, masing-masing
7:123, 5:48 dan 45:18. Ayat terakhir inilah yang terpenting dan sering ditabalkan
menjadi salah satu konsep kunci dalam pemikiran hukum Islam.
Syari’ah, yang awalnya berarti jalan, terutama jalan menuju sumber air,
dipergunakan di kalangan umat Islam dengan arti seluruh pandanan
Allah (khitabllah) yang terkait dengan perbuatan manusia. Kata syari’ah biasanya
dinisbahkan kepada para utusan Tuhan, seperti syari’ah Nabi Musa,. syari’ah Nabi
Ibrahim dan syari’ah Muhammad SAW. Meskipun Allah sebagai syari’ (pembuat
syari’ah) mungkin berbeda pada para utusan-Nya, tetapi segera setelah periode
risalahnya selesai, apalagi dengan selesainya risalah penutup para nabi (khatam
al-nabiyyin), syari’ah itu menjadi permanen. Kata syari’ah telah dipakai dalam
pengertian dan makna yang beragam dalam lingkup yang berbeda dlan masa yang
berbeda. Manna’ al-Qattan, seumpamanya, mendefinisikannya sebagai ‘segala
ketentuan Allah yang disyariatkan, bagi hamba-hamba-Nya, baik menyangkut
ritual, sosial, ekonomi, moral, hukum dan lain-lainnya.
1. Fiqih menurut etimologi (lughah) adalah berarti paham, yaitu memahami segala
sesuatu, seperti saya paham (mengerti) bahwa langit di atas kita, dan bumi di
bawah kita, atau memahami satu setengah dari dua dan sebagainya.
Menurut istilah, fiqh adalalah pengetahuan tentang hukum syara’ mengenai
perbuatan manusia yang diperoleh dari dalil-dalil yang terinci.[i] Adapula ulama
yang mendifinisikan fiqih dengan usaha yang dihasilkan oleh manusia melalui
ijtihad setelah dianalisis dan perenungan (al Juryany)
Dengan kata lain, perbedaan pendapat dan pengamalan fiqh adalah sesuatu yang
lumrah dan tidak perlu di pertentangkan. Dan pada gilirannya , di antara para
pengikut ulama mazhab, akan saling toleran untuk mengerti formula fiqh dari
ulama yang diikutinya . fiqh sebagai hasil istinbath (upaya mengeluarkan hukum
dari nash) atau ijtihad fuqaha’ yang manusia biasa , meski telah di yakini
kebenarannya, tidaklah tertutup kemungkinan terjadi kesalahan di dalamnya.
Meskipun dalam hal ini , apabila terjadi kesalahan di dalamnya. Meskipun dalam
hal ini , apabila terjadi kesalahan tidak berakibat dikenakan sanksi hukum.
Sebagaimana sabda Rasulullah saw: Iza’ ajtihada al-hakim fa asaba falahu ajran
wa iza ijtahada fa akhta’a fa lahu ajr wahid ( apabila ia berijtihad dan salah,
maka baginya satu pahala). Amir Syarifuddin merinci cakupan pengertian fiqh
yaitu
Dengan demikian ,memperhatikan watak dan sifat fiqh adalah hasil jerih payah
fuqaha, ia dapat saja menerima perubahan atau pembaharuan , karena tuntutan
ruang dan waktu.
Difinisi ini dapat disimpulkan bahwa fiqih adalah hasil ijtihad para ulama
berdasarkan kaidah-kaidah ushul fiqih (kaedah istimbath hukum-hukum syara’.)
3. Hukum Islam secara etimologi (lughah) kata hukum berasal dari ح ك م yang
berarti ”menolak kezhaliman/penganiayaan atau dengan arti menetapkan, atau
memutuskan dan lain-lain. Secara terminologi/istilah ushul fiqh. Hukum itu
adalah titah Allah yang berkenaan dengan perbuatan orang-orang mukallaf,
berupa tuntutan (perintah dan larangan) pilihan, atau menjadi sebab-syarat, dan
mani’ (penghalang).
Dari definisi diatas diketahui hukum itu terbagi kepada 2 (dua) bahagian, yaitu
hukum taklifi yang mengandung perintah yaitu wajjib dan sunnat, dan larangan
yaitu, haram dan makruh dan pilihan yaitu mubah (harus) boleh dikerjakan dan
boleh ditinggalkan.
Bagian kedua yaitu hukum wad’y, yaitu yang dijadikan sebab, seperti,
tergelincirnya matahari menjadi sebab wajib shalat zuhur, syarat, seperti
berwudhu menjadi syarat sahnya shalat, dan mani’ (pengahalang) seperti haid dan
nifas menjadi pengahalang wajibnya shalat dan puasa.
Dalam hukum Islam, hukum lebih diartikan kepada fiqih Islam sebagai
penjabaran dari syari’ah. Syari’ah sulit akan dilaksanakan tanpa fiqih, maka fiqih
adalah ujung tombak dalam pelaksanaan syari’ah Islam. Antara syari’ah dan fiqih
dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan. Untuk memperjelas persamaan
dan perbedaan antara syari’ah dan fiqih dibawah ini dijelaskan sebagai berikut:
Syari’ah terdapat di dalam al Qur’an dan sunnah Rasul saw. Kalau kita berbicara
tentang syari’ah yang dimaksud adalah wahyu Allah dalam al Qur’an dan sunnah
Rasul. Sedangkan fiqih terdapat dalam berbagai kitab fiqih, dan yang dimaksud
dengan fiqih adalah pemahaman atau penalaran pemikiran manusia yang
memenuhi syarat untuk berijtihad tentang syari’at. Syariah dan fikih dapat
dibedakan tapi tidak dapat dipisahkan, karena fikih adalah ujung tombak dari
syariah (operasional syariah)