Anda di halaman 1dari 11

Perbedaan Ciri Syariah dan Fiqih dalam Hukum Islam

1. Pendahuluan
Syariah dapat diartikan sebagai seperangkat aturan yang diturunkan Tuhan
kepada manusia agar menjadi pedoman dalam berhubungan dengan Tuhan, sesama,
lingkungan dan kehidupan sehari-hari. Hukum Islam memiliki ciri-ciri yang
membedakannya dengan sistem hukum lainnya dalam Dunia.
Syariah adalah kata Syari’ah berasal dari kata syara’a. Kata ini menurut ar-Razi
dalam bukunya Mukhtar-us Shihab bisa berarti nahaja (menempuh), awdhaha
(menjelaskan) dan bayyan-al masalik (menunjukkan jalan). Sedangkan menurut Al-
Jurjani Syari’ah bisa juga artinya mazhab dan thriqah mustaqim / jalan yang lurus. Jadi
arti kata Syariah secara bahasa banyak artinya. Ungkapan Syari’ah Islamiyyah yang kita
bicarakan maksudnya bukanlah semua arti secara bahasa itu. Kata syari’ah juga seperti
itu, para ulama akhirnya menggunakan istilah Syari’ah dengan arti selain arti bahasanya
lalu mentradisi. Maka setiap disebut kata Syari’ah langsung dipahami dengan artinya
secara tradisi itu. Imam al-Qurthubi menyebut bahwa Syari’ah artinya adalah agama yang
ditetapkan oleh Allah swt.untuk hamba-hambaNya yang terdiri dari berbagai hukum dan
ketentuan. Hukum dan ketentuan Allah itu disebut syariat karena memiliki kesamaan
dengan sumber air minum yang menjadi sumber kehidupan bagi makhluk hidup.
Makanya menurut ibn-ul Manzhur syariat itu artinya sama dengan agama. Yang
dimaksud dengan syariat atau ditulis dengan syari’’ah, secara harfiah adalah jalan ke
sumber (mata) air yakni jalan lurus yang harus diikuti oleh setiap muslim,syariat
merupakan jalan hidup muslim, ketetapanketetapan Allah dan ketentuan RasulNya, baik
berupa larangan maupun berupa suruhan, meliputi seluruh aspek hidup dan kehidupan
manusia. Dilihat dari segi ilmu hukum, syari’at merupakan norma hukum dasar yang
ditetapkan Allah, yang wajib diikuti oleh orang Islam bedasarkan iman yang berkaitan
dengan akhlak, baik dlam hubungannya dengan Allah maupun dengan sesama manusia
dan benda dalam masyarakat. Nrma hukum dasar ini dijelaskan dan atau dirinci lebih
lanjut oleh Nabi Muhammad saw. sebagai Rasul-Nya. Karena itu, syari’at terdapat di
dalam al-Qur’an dan di dalam kitab-kitab Hadis.
Syariah dalam definisi terbatas adalah hukum Ilahi seperti yang dinyatakan dalam
al-Qur'an dan as-Sunnah. Dengan demikian, Syariah adalah berhubungan dan juga
berbeda dengan Fiqih, yang disebut sebagai interpretasi hukum oleh manusia.
Banyak sarjana telah menunjukkan bahwa Syariah merupakan norma utama atau
prinsip inti atau aturan yang disebut bersifat global (ijma>li), didefinisikan sebagai
„seperangkat aturan‟. Syariah ditandai sebagai pemahaman tentang agama (tafaqquh fi
aldīn) perihal tugas-tugas Muslim, didasarkan pada kedua pendapat dari masyarakat
Muslim dan literatur yang luas.Hunt Janin dan Andre Kahlmeyer menyimpulkan bahwa
Syariah adalah „lama, beragam, dan rumit.‟Dari abad ke-9, kekuatan untuk menafsirkan
dan memperbaiki hukum di masyarakat Islam tradisional ada di tangan para ulama
(fuqaha>), ini berfungsi pemisahan kekuasaan untuk membatasi berbagai tindakan yang
ada oleh penguasa, dengan keputusan atau penafsiran hukum secara independen dan
mengharapkan dukungan dari masyarakat. Melalui keberhasilan berabad-abad dan
keberadaan kesultanan, keseimbangan antara Ulama dan penguasa bergeser dan
direformasi, tetapi keseimbangan kekuasaan tidak pernah berubah tegas. Pada awal abad
kesembilan belas, Revolusi Industri dan Revolusi Perancis memperkenalkan sebuah era
hegemoni dunia Eropa yang meliputi dominasi sebagian besar wilayah Islam. Pada akhir
Perang Dunia Kedua, kekuatan Eropa menemukan diri mereka terlalu lemah untuk
mempertahankan kerajaan mereka. Berbagai macam bentuk pemerintahan, sistem hukum,
sikap terhadap modernitas dan interpretasi Syariah adalah hasil dari mesin penggerak
berikutnya untuk kemerdekaan dan modernitas di dunia Muslim.
ilmu fiqh dinamai berdasarkan bahasan syariah, fiqh istilah menurut bahasa atau
etimologi artinya pandai, pandai, tahu dan mengerti menurut ajaran asal-mulanya
bertentangan dengan tujuan seorang penutur dan ceramahnya. Dari satu aspek, ilmu fiqh
seperti halnya ilmu-ilmu Islam lainnya, bisa dikatakan telah berkembang sejak zaman
Nabi sendiri.
Fikih adalah di alam bahasa Arab, perkataan fiqh yang ditulis fiqih atau kadang-
kadang fekih setelah diindonesiakan, artinya paham atau pengertian. Kalau dihubungkan
dengan ilmu ,,dalam hubungan ini dapat juga dirumuskan (dengan kata lain), ilmu fiqih
adalah ilmu yang bertugas mnentukan dan menguraikan norma-norma hukum dasar yang
terdapat di dalam al-Qur’an dan Nurhayati ketentuan-ketentuan umum yang terdapat
dalam Sunnah Nabi yang direkam dalm kitab-kitab hadis. Dengan kata lain ilmu fikiih
adalah ilmu yang berusaha memahami hukum-hukum yang terdapat di dalam al-Qur’an
dan sunnah Nabi Muhammad untuk diterapkan pada perbuatan manusia yang telah
dewasa yang sehat akalnya yang berkewajiban melaksanakan hukum Islam. Hasil
pemahaman tentang hukum Islam itu disusun secara sistematis dalam kitabkitab fiqih dan
disbut hukum fiqih.
Fiqih menurut etimologi (lughah) adalah berarti paham, yaitu memahami segala
sesuatu, seperti saya paham (mengerti) bahwa langit di atas kita, dan bumi di bawah kita,
atau memahami satu setengah dari dua dan sebagainya. Menurut istilah, fiqh adalalah
pengetahuan tentang hukum syara’ mengenai perbuatan manusia yang diperoleh dari
dalil-dalil yang terinci. Adapula ulama yang mendifinisikan fiqih dengan usaha yang
dihasilkan oleh manusia melalui ijtihad setelah dianalisis dan perenungan (al Juryany).
Dengan kata lain, perbedaan pendapat dan pengamalan fiqh adalah sesuatu yang
lumrah dan tidak perlu di pertentangkan. Dan pada gilirannya , di antara para pengikut
ulama mazhab, akan saling toleran untuk mengerti formula fiqh dari ulama yang
diikutinya. Fiqh sebagai hasil istinbath (upaya mengeluarkan hukum dari nash) atau
ijtihad fuqaha’ yang manusia biasa , meski telah di yakini kebenarannya, tidaklah tertutup
kemungkinan terjadi kesalahan di dalamnya. Meskipun dalam hal ini , apabila terjadi
kesalahan di dalamnya. Meskipun dalam hal ini , apabila terjadi kesalahan tidak berakibat
dikenakan sanksi hukum. Sebagaimana sabda Rasulullah saw: Iza’ ajtihada al-hakim fa
asaba falahu ajran wa iza ijtahada fa akhta’a fa lahu ajr wahid ( apabila ia berijtihad dan
salah, maka baginya satu pahala). Amir Syarifuddin merinci cakupan pengertian fiqh
yaitu :
1. Bahwa fiqh itu adalah ilmu tentang syara.
2. Bahwa yang dibicarakan fiqh adalah hal-hal yang bersifat amaliyah furu’iyah
3. Bahwa pengetahuan tentang hukum syara itu didasarkan kepada dalitafsili (rinci)
4. Bahwa fiqh itu digali dan ditemukan melalui penalaran dan Istidlal (penggunaan
dalil) si mujtahid dan Faqih.
Dengan demikian ,memperhatikan watak dan sifat fiqh adalah hasil jerih payah
fuqaha, ia dapat saja menerima perubahan atau pembaharuan , karena tuntutan ruang dan
waktu. Definisi ini dapat disimpulkan bahwa fiqih adalah hasil ijtihad para ulama
berdasarkan kaidah-kaidah ushul fiqih (kaedah istimbath hukum-hukum syara’.)
fiqh, menurut Al-Ghazali adalah bayan adalah bukti sam'ikuasa atau wahyu, atas
dalil bahwa yang maha itu muncul bukan karena jalan yang masuk akal melainkan
melalui mukjizat, Selanjutnya beliau juga mengemukakan pada suatu konsistensi yaitu
sumber hukum naql sumber primer, tetapi hukum bukanlah sumber ilmu, hal ini
dikarenakan objek kajian ilmu Ushul fiqh adalah penerapan norma dan teori terhadap
dalil atau teks rinci demi kepentingan mengambil hukum-hukum yang terdapat dalam
teks tersebut dan ini merupakan salah satu kajian dalam filsafat hukum Islam.
Ini tidak berarti bahwa syariah adalah produk wahyu ketuhanan yang harus
diturunkan dari Alquran dan Sunnah, karena meskipun syariah sebagai hukum Tuhan
bersumber dari konstruksi Syariah yang sebenarnya juga melalui aktivitas manusia dan
menghasilkan hukum Tuhan dalam bentuk yang dapat dipahami oleh setiap manusia,
karena hukum (syariah dan fiqh) tidak diturunkan secara langsung (dalam prakteknya
Alquran sendiri diturunkan secara bertahap dan bertahap) jadi kecuali melalui
pemahaman dan pemikiran adalah orang yang membuat hukum dapat diterapkan dalam
masyarakat Islam.
Pengertian Syariah secara umum ada dua pendapat utama yang sering dijadikan
acuan para ulama Islam, yaitu pendapat Imam Abu Hanafiah, pendiri Hanafi dan pendiri
Imam Syafi'i Syafi'i, Mengenai Penjelasan Syariah sesuai dengan dua imam antara lain
adalah: Menurut Imam Abu Hanafiah, Syariah diartikan sebagai segala ajaran wahyu
yang disampaikan oleh Muhammad PUBH baik kepada umatnya, wahyu yang
berhubungan dengan lahiriyah atau batiniyah. Bertentangan dengan pendapat para ulama
Hanafi berpendapat bahwa syariat didefinisikan terlalu luas karena ajaran Nabi
Muhammad SAW yang bersumber dari wahyu adalah keseluruhan agama Islam yang
meliputi keyakinan, ibadah, syariah, tasawwuf dll.
Menurut Imam Syafi'I Syariah adalah wahyu yang disampaikan oleh Rasullullah
yang berisi hukum-hukum khusus yang berkaitan dengan perbuatan daging saja, yaitu
yang mengatur perilaku manusia:
a. Vertikal, yaitu antara manusia dengan Tuhannya disebut ibadah atau
hablumminallah. b. Secara horizontal, yaitu hubungan antara manusia dengan sesamanya
dengan lingkungan alam sekitar atau hablumminannas. Islam sebagai hukum yang
mengatur hubungan antar sesama manusia atau syariah dalam arti dapat dibagi menjadi
beberapa ruang lingkup sempit yang antara lain adalah:
1. Munakahat: itu adalah bagian dari hukum Islam yang mengatur pernikahan,
perceraian, dan segala macam konsekuensi dari prestasi semacam itu;
2. Wirasah / faraid: yaitu bagian dari hukum Islam yang mengatur segala hal yang
berkaitan dengan ahli waris, ahli waris, dan ahli waris harta pusaka;
3. Muamalat: yaitu bagian dari hukum Islam yang mengatur masalah material, hak
atas benda, tata cara hubungan antar manusia dalam jual beli, pinjam, pinjam,
perkumpulan dsb;
4. Jinayat / Ukubat: yang merupakan bagian dari hukum Islam yang mengatur
tentang undang-undang dapat dipidana dengan pidana yang terdiri atas:
a.Jarimah Hudud yaitu hukuman berdasarkan Alquran dan Sunnah; b.
Jarimah Ta'zir yaitu hukuman berdasarkan pertimbangan penguasa atau Pemerintah;
5. Al Suthananiyah: yaitu bagian dari hukum Islam yang membahas persoalan
pemerintahan, kepala negara, perpajakan, serta hal-hal lain yang berkaitan
dengan ketata up nya kita;
6. Siyar: yaitu bagian dari hukum Islam yang mengatur urusan perang, perdamaian
dan hubungan antar negara;
7. Mukhashamat: itu adalah bagian dari hukum Islam yang mengatur Pengadilan,
serta peradilan. Uraian diatas berarti bahwa Syariah tidak semata-mata sebagai
doktrin hukum dan sistem peradilan yang berfungsi mengatur masyarakat, atau
sebagai penyelesaian perselisihan, tetapi lebih dari itu syariah adalah sesuatu yang
jauh di dalam jiwa umat Islam .
Lebih lanjut dijelaskan oleh Hallaq dalam catatannya bahwa: “Syariat
bukan hanya sistem peradilan dan doktrin hukum yang fungsinya untuk mengatur
hubungan sosial dan menyelesaikan serta menengahi perselisihan, tetapi juga
praktik yang meresap dan sistemik yang secara struktural dan organik
mengikatkan dirinya pada dunia di sekitarnya dengan cara tertentu. yang vertikal
dan horizontal, struktural dan linier, ekonomi dan sosial, moral dan etika,
intelektual dan spritiual, epistemik dan budaya dan tekstual dan puitis, di antara
banyak lainnya. Syariah adalah cara hidup dan melihat dunia seperti halnya
sebuah badan kepercayaan dan permainan intelektual ”. Pendapat diatas
menjelaskan bahwa Syariah dapat dipandang sebagai suatu sistem yang secara
praktis, struktural dan terorganisir telah terikat dengan dunia sekitarnya yaitu
secara vertikal (hablumminallah), dan horizontal (hablumminannas), linier dan
struktural, ekonomi dan sosial, moral dan etika., intelektual dan spiritual,
epistemik dan kultural, tekstual dan puitis, lebih dari itu syariat adalah sebagai
hidup dan memandang dunia hanya sebagai wadah kepercayaan dan hanya
sebagai permainan intelektual.

2. Pembahasan
Dalam syariah tafsir melalui upaya fiqh harus mengikuti norma yang berlaku,
yaitu tidak terjadi kesalahan tafsir dan definisi yang salah, sehingga dapat dipahami,
meskipun fiqh bisa bermacam-macam sehingga fiqh harus mengikuti wahyu. Hal ini bisa
di ilustrasikan sebagai berikut, misalkan ada tukang kayu yang bekerja dengan kayu dan
meteran, maka idealnya kayu yang di potong mengikuti meterannya bukan sebaliknya,

begitu pula dengan syariah dan fiqh yang dikasus fikih ini mengikuti Syariah bukan

sebaliknya.
Salah satu ciri utama fikih adalah fleksibilitas, yaitu fleksibilitas yang dirumuskan
kaidah fikih berdasarkan dua sumber, yaitu:
1. Aturan-aturan tersebut dikurangkan dari bukti-bukti untuk menentukan yang
diturunkan dari Alquran dan Sunnah, aturan ini tidak dapat diubah hanya karena
perubahan tempat, ruang dan waktu, aturan ini hanya berkaitan dengan ibadah.
2. Kaidah-kaidah yang dikurangkan oleh para ulama dengan berdasarkan pada
pemahaman dan tafsir terhadap isi konten yang terdapat pada teks Alquran dan Sunnah,
selain itu pertimbangan yang mereka keluarkan juga berdasarkan istihsan, masalih al
mursalah, istihsab dan urf . Upaya ini sangat bergantung pada kemampuan para ahli
hukum Islam untuk memaksimalkan kemampuan nalar yang dimilikinya dalam
menyelesaikan permasalahan fiqh yang muncul.
Tentang perbedaan Syariah dan fiqh Laldin menjelaskan bahwa terdapat beberapa
perbedaan dari kedua istilah tersebut yang masing-masing menunjukkan spesifikasi dari
kedua istilah tersebut ( syariah dan fiqh) yang antara lain adalah:
1. Syariah memiliki ruang lingkup yang lebih luas yang mencakup seluruh perbuatan dan
perbuatan manusia, sedangkan fiqh hanya mengarah pada apa yang secara umum
dipahami sebagai perbuatan manusia yang didasarkan pada sesuatu yang legal dan ilegal.
2. Isinya syariah yang terdiri dari ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Alquran dan
Sunnah yang mencakup tiga komponen utama yaitu, aqidah, fiqh,
3. Syariah sudah sempurna dan tidak bisa diubah, sedangkan perubahan fiqh mengikuti
perubahan waktu, ruang dan tempat dimana fiqh diterapkan.
4. Syariah didasarkan pada wahyu yang hanya berasal dari Al-Qur'an dan Sunnah, fiqh,
sementara itu, adalah hasil dari penalaran dan deduksi berdasarkan pengetahuan yang
terus berkembang.
5. Syariah memiliki beberapa tingkatan pekerjaan mulai dari diperbolehkan sampai tidak
diperbolehkan sedangkan fiqh hanya mengatur tentang tindakan legal dan ilegal.
Yusuf Musa dalam bukunya yang berjudul al Madkhal li Dirasah al Fiqh al
Islamy juga mengemukakan tiga Syariah dan fiqh perbedaan yang antaralain:
1. Syariah memiliki cakupan lebih luas fiqh yang, syariah karena mencakup seluruh
ajaran agama yaitu aqidah, fiqh ibadah dan hukum sedangkan hanya mencakup amalan
saja;
2. Subjeknya adalah syari'ah Allah SWT atau al-Syar'i sedangkan subjek fiqh adalah
manusia atau al faqih, dalam hal ini syariat sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa adalah
kebenaran yang sempurna dan abadi,sedangkan fiqh dapat diubah. menurut pengertian
faqih yang disebabkan oleh faktor sejarah dan sosial budaya;
3.Perbedaan asalmu asal penggunaan istilah tersebut, istilah Syariah telah digunakan
sejak awal sejarah Islam sedangkan baru fiqh istilah digunakan setelah lahirnya cabang-
cabang ilmu agama dalam Islam pada abad kedua hijriah.
Ushul fiqh bisa dikatakan juga sebagai pendekatan teori dan metodologi yang
digunakan dalam fiqh, untuk memahami kaidah-kaidah yang ditetapkan Allah yaitu
syariah, guna menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul di tengah-tengah umat
manusia, maka Ushul fiqh juga sering dijelaskan. sebagai proses aktivitas intelektual
yang teliti dalam upayanya menemukan, memperoleh dan memahami istilah-istilah yang
ada dalam firman Tuhan Yang Maha Esa, yang kemudian di transformasikan menjadi
suatu sistem hak dan kewajiban. Pada zaman Muhammad Rasullullah kata-katameliputi
semua aspek fiqh dalam Islam yaitu teologis, politik, ekonomi dan hukum, karena
Alquran menggunakan istilah tersebut dalam pengertian umum dalam fiqh. Dengan
demikian pada masa awal istilahIslamfiqhs
eringdigunakanistilahilm'karenapengertiannyasecaraumum bertentangan dengan prinsip
Islam dan. Sepeninggal Muhammad Rasullullah, umat Islam dihadapkan pada persoalan
baru dan terpaksa menggunakan pertimbangan pribadi, istilah yang digunakan untuk ilmu
fiqh yang dihasilkan dari penggunaan kecerdasan dan pendapat pribadi sedangkan kata
ilm' digunakan untuk ilmu yang diperoleh dari rangkaian perawi Sunnah atau disebut juga
Perawi.
Ushul fiqh tidak hanya sebatas satu kajian saja yaitu kajian hukum, tetapi lebih
dari itu cakupannya meluas ke semua materi pelajaran untukstudidiIslam,hal ini karena
Ushul fiqh merupakan pendekatan, teori dan metodologi yang digunakan dalam
memahami semua ajaran Islam, hal ini pula yang mendasari mengapa fiqh juga sering
disebut dengan istilah al-science. Ilmu fiqh saat ini sering juga dikaitkan dengan
hermeneutika,Hal ini disebabkan karena fiqh hermeneutika pada dasarnya tidak diarahkan
untuk mengembangkan kaidah dan tata cara guna memahami teks hukum, tetapi
mempunyai tujuan yaitu hermeneutika filosofis berusaha menghubungkan pemikiran dan
maksud serta arah dan tujuan. tujuan suatu teks antara pembaca di masa lalu dengan
pembaca sekarang (kontemporer), juga nanti melahirkan apa yang disebut sebagai proses
hermeneutis tripartit atau tiga proses hermeneutika yang terdiri dari pemahaman, tafsir
dan hermeneutika. Baik ilmu fikih maupun hermeneutika terbukti sama-sama digunakan
sebagai upaya memahami teks-teks kitab suci yang pernah menjadi pegangan manusia,
validitas tersebut yang menyebabkan keduanya memiliki keterhubungan antara satu
dengan yang lainnya.
Tentang fiqh juga dapat dikategorikan sebagai hukum yang diturunkan dari Tuhan
(hukum ketuhanan), terhadap hal ini Halper juga mengemukakan pendapatnya bahwa:
“Hukum Ilahi, tentu saja, tidak bisa diubah. Tapi, seperti hukum lainnya, itu harus
diterapkan. Fiqh adalah ilmu penerapannya, dimana jawaban ditemukan untuk
pertanyaan-pertanyaan tertentu. Dalam memperoleh jawaban ini, ahli hukum harus
mempertimbangkan apakah kondisi kehidupan waktu dan tempat di mana syariat
diterapkan telah berubah sejak pertanyaan serupa muncul sebelumnya. Jika kondisi telah
berubah, maka suatu aturan fikih yang dibuat atas dasar sebelumnya kondisi yang
adaharus dipertimbangkan kembali untuk melihat apakah perubahan tersebut relevan dan
material dengan aturan yang ada. Undang-undang juga tidak dikecualikan dari proses ini
”.
Untuk perbedaan syariah dan fiqh secara teknis dapat digunakan dalam
menunjukkan sejumlah prinsip atau kaidah sebagai pembanding antara satu sama lain
berdasarkan pemikiran spekulatif yang didukung oleh teks-teks yang terdapat dalam
Alquran dan Sunnah atau. Sehubungan dengan itu An Naim menjelaskan: “Perbedaan ini
dapat berguna dalam arti teknis untuk menunjukkan bahwa beberapa prinsip atau aturan,
dibandingkan dengan yang lain, lebih didasarkan pada pemikiran spekulatif daripada
dukungan tekstual dari Alquran dan / atau Sunnah. Tetapi ini tidak berarti bahwa mereka
yang dianggap syariah daripada fiqh adalah produk langsung dari wahyu karena Alquran
dan Sunnah tidak dapat dipahami dan tidak memiliki pengaruh apa pun terhadap perilaku
manusia kecuali melalui upaya manusia yang salah. makhluk. Meskipun hukum itu
berasal dari Tuhan, konstruksi hukum yang sebenarnya adalah aktivitas manusia, dan
hasilnya mewakili hukum Tuhan sebagaimana dipahami secara manusia ”.
Menurut Al-Ghazali penting juga untuk digarisbawahi bahwa pola pokok Ushul
fiqh adalah komposisi antara naql (wahyu) dan aql (akal), keterkaitan keduanya tidak
sama tetapi pola hubungan bertingkat, yang dalam hal ini naql selalu ada. tingkatan yang
lebih tinggi dari aql atau akal, sehingga akal harus tunduk pada naql, hal ini menjadikan
naql menjadi ashl (pokok) sedangkan akal sehat menjadi jauh'(bercabang),dalam hal ini
jauh' harus selalu tunduk padahal, Namun hal ini hanya berlaku untuk persoalan sumber
hukum bukan pada sumber ilmu di Ushul, hal ini juga dilakukan dalam Ushul fiqh
epistemology menurut Ghazali tidak hanya berdasarkan satu aspek yaitu sumber hukum,
tetapi lebih dari itu seharusnya secara keseluruhan, tidak masuk akal bisa dijadikan
sebagai sumber hukum, sekaligus Dilihatnaql, namun bila ada kekosongan naql, maka
akal atau aql bisa berperan dalam perlombaan mengisi kekosongan atau hukum tersebut.
Sehingga perlu ditegaskan bahwa posisi sentral sebagai sumber hukum adalah naql n
ature bayani(bukti),namun demikian posisi sentral tersebut hanya berlaku untuk sumber
hukum dan bukan dalam struktur dasar ilmu Ushul
Menurut Noel J. Coulson, perbedaan antara Syariah dan fiqh yaitu: Pertama,
Syari’ah di turunkan oleh Allah (al-Syari), jadi kebenarannya bersifat mutlak (absolut),
sementara fiqh adalah formula hasil kajian fuqaha, dan kebenarannya bersifat relatif
(nisbi). Karena syari’ah adalah wahyu sementara fiqh adalah penalaran manusia. Kedua,
Syari’ah adalah satu (unity) dan fiqh beraga, (diversity). Ketiga, Syari’ah bersifat otoritas
maka fiqh berwatak liberal. Keempat, Syari’ah stabil atau tidak berubah, fiqh mengalami
perubahan seirig dengan tuntutan ruang dan waktu. Kelima, syari’ah bersifat idealistis,
fiqh bercorak realistis.
Berdasarkan penjelasan ini, maka dapat disimpulkan bahwa syari’ah dan fiqh
adalah dua konsep yang berbeda. Perbedaan keduanya minimal dalam tiga hal: Pertama,
dipandang dari sudut subjeknya, maka syari’ah ditetapkan oleh syari (Tuhan) sedangkan
fiqh ditetapkan oleh manusia, dalam hal ini adalah para mujtahid atau fuqaha. Kedua,
syari’ah berada pada wahyu, sedangkan fiqh karena terdapat interfensi rasio (ra’yun),
maka berkualitas ijtihadi. Ketiga, karena ditetapkan oleh Tuhan dan bekualitas wahyu
maka Syari’ah memiliki tingkat kebenaran absolut, sedangkan fiqh lebih bersifat relatif.
Penjelasan tersebut diatas, menunjukan meskipun kedua istilah tersebut berbeda,
tetapi antara syari’ah dan fiqh memiliki hubungan yang sangat erat. Karena fiqh adalah
formula yang dipahami dari syari’ah. syari’ah tidak bisa jalan dengan baik tanpa
dipahami melalui fiqh atau pemahaman yang memadai dan diformulasikan secara baku.
Kendati demikian terdapat perbedaan karakteristik antara syari’ah dan fiqh, yang apabila
tidak dipahami secara proposional, dapat menimbulkan keracunan yang bukan tidak
mungkin akan melahirkan sikap salah kaprah terhadap fiqh. fiqh diidentikkan dengan
syari’ah.
Menurut pemikiran aliran Islam sebagai hukum adalah produk legilasi yang dalam
hal ini Allah (Allah) sebagai subyek utama yang tidak dapat diganti (syari '), sedangkan
fiqh adalah hukum yang mengandung pengertian hukum dimana orang yang menjadi
pokok bahasan (faqih), maka dengan kata lain kita dapat mengatakan bahwa syariah
hukumbersumber dari Tuhan Yang Maha Esa dan fiqh adalah hukum yang bersumber
dari pikiran manusia sebagai Tuhan Yang Maha Esa.
3. Kesimpulan
Syariah dan fiqh meskipun memiliki satu keterkaitan antara satu dengan yang lainnya,

namun keduanya tidak sama, hal ini dikarenakan Syariah mempunyai cakupan lebihluas

fiqh yang, atau dengan kata lain ketika membahas tentang masalah fiqh maka pasti akan

membahas tentang syariah, tetapi juga ketika membahas tentang Syariah belum tentu

membahas tentang fiqh, karena cakupan Syariah yang meliputi aqidah,ibadah dan hukum
jauh lebih luas jika dibandingkan dengan cakupan fiqh yang hanya mencakup perbuatan
manusia saja.

Anda mungkin juga menyukai