Oleh
Rahmaniah 2204117435
Semester III Lokal C Prodi Pendidikan Agama Islam
STAI RAKHA Amuntai 2023
Email: rahmaniahzn@gmail.com
Abstrak
A. PENDAHULUAN
Ilmu Fiqh yang bersumber dari kitab suci Al-Quran dan Hadist Nabi, ternyata mampu
bertahan dan terus mengetahui kehidupan muslim, baik individu maupun kelompok. Ushul
fiqh juga merupakan suatu ilmu yang berisikan tentang kaidah yang menjelaskan cara-cara
mengistinbatkan hukum dari dalil-dalilnya. Bahasan tentang kaidah-kaidah kebahasaan ini
1
penting mengingat kedua hukum Islam, yaitu Al-Qur’an dan sunnah berbahasa arab, untuk
membimbing mujtahid dalam memahami al-Qur’an dan sunnah sebagai landasan dalam
menetapkan hukum tentu perlu mengetahui tentang lafal dan ungkapan yang terdapat pada
keduanya. Fiqh telah lahir sejak periode sahabat, yaitu sesudah Nabi SAW wafat, sejak saat
itu sudah digunakan para sahabat dalam melahirkan fiqh, meskipun ilmu tersebut belum
dinamakan ushul fiqh.
Pembahasan ini membahas tentang apa saja yang mendasari perbedaan, pembentukan,
kriteria, pembidangan serta pemetaan dari fiqih dan ushul fiqih beserta contohnya.
Pembidangan fiqih juga sangat penting untuk diketahui yang terdiri dari fiqih ibadah dan
fiqih muamalah. fiqih ibadah yaitu semua perbuatan yang berkaitan dengan Thaharoh, Shalat,
Puasa, Zakat, Haji, Qurban, Nadzar, Sumpah dan semua perbuatan manusia yang
berhubungan dengan Tuhannya. Sedangkan fiqih muamalat yaitu semua bentuk kegiatan
transaksional seperti; deposito, jual beli, pidana, perdata antar sesama manusia baik secara
individu maupun lembaga bahkan negara. Ilmu Ushul fiqih juga terdiri dari Al-Qur’an,
hadits, sunah, ijma’, qiyas, istihsan, maslahah mursalah, dan istishab.
Perbedaan ushul fiqh dan fiqh, yaitu bahwa ushul fiqh adalah metode atau kaidah atau
dalil atau dasar yang harus ditempuh dalam upaya memperoleh kejelasan norma syara’ atas
hukum suatu perbuatan dari dalil-dalilnya. Selain itu, juga harus terampil dan profesional
dalam menetapkan dalil mana yang harus didahulukan, di nomor duakan dan seterusnya.
Sedangkan fiqh adalah hasil yang berupa norma-norma hukum yang didapat dengan tata cara
tersebut diatas. Hubungan antara ushul fiqh dengan fiqh adalah seperti hubungan ilmu logika
dengan ilmu-ilmu lain yang berbasis filsafat, atau seperti hubungan ilmu nahwu dengan tata
cara berbicara dalam bahasa Arab atau tata cara menulisnya. (Zahrah: 6) Artinya ushul fiqh
itu menuntun dan mengarahkan seorang mujtahid dalam beristinbath atau berijtihad serta
menghindarkannya dari kesalahan sebagaimana ilmu logika dan ilmu nahwu.
2
B. PEMBAHASAN
Ushul fiqih berasal dari dua kata yaitu ushul dan kata fiqh. Kata ushul
merupakan jamak plural dari kata asal secara etimologis mempunyai arti berakar,
berasal, pangkal, asal, sumbu, pokok, induk, pusat, aset, dasar,, semula, asli, kaidah,
dan silsilah.1 Ushul Fiqh adalah ilmu pengetahuan tentang kaidah-kaidah yang
membawa kepada usaha merumuskan hukum dari dalil-dalil yang terperinci. 2 Dalam
artian sederhana unsur fiqih adalah kaidah-kaidah yang menjelaskan cara-cara
mengeluarkan hukum-hukum dari dalil-dalilnya.
Yang disebut dengan salat itu ada aturannya adalah bentuk kaidah
umpamanya setiap perintah itu menunjukkan wajib. Pengetahuan tentang kaidah-
kaidah yang menjelaskan cara-cara mengeluarkan hukum dari diri dengan syarat
tersebut itulah yang disebut dengan ilmu ushul fiqih.3
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa Ushul fiqih adalah pedoman
atau aturan-aturan yang membatasi dan menjelaskan cara-cara yang harus diikuti
seorang Faqih dalam usahanya menggali dan mengeluarkan hukum syarat dari
dalilnya sedangkan fikih adalah hukum-hukum syarat yang telah digali dan
dirumuskan dari diri dari dalil menurut aturan yang sudah ditentukan itu. Adapun hal-
hal yang berbincangkan dalam Ushul fiqih adalah kaidah-kaidah fiqhiyah, kaidah-
kaidah ushuriyah, kaidah-kaidah bahasa, dan metode-metode dalam ijtihad.4
1
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir, (Yogyakarta: ponpes al-Munawwir 1 1983),h. 29-30.
2
Muktar Yahya dan Fathurrahman, Dasar-dasar Pembinaan Hukum Fiqih Islami, (Bandung: Al-Ma’arif, 1986),h.
17.
3
Amir Syarifuddin, ushul fiqh, jilid 1,h.36.
4
Syakir Jamaluddin, Kuliah Fiqih Ibadah, (Yogyakarta: LPPI UMY, 2010), h. 3.
3
Kata fiqh adalah bahasa arab yang berasal dari kata faqiha-yafqahu-fiqhan
yang bermakna mengerti atau memahami. Fiqih secara etimologi berarti paham.
Dalam kamus Al-Misbah Al-Munir disebut, “ fiqih (fikih) adalah memahami sesuatu.
Ibnu Faris mengatakan, “ Setiap pemahaman terhadap sesuatu berati fiqih baginya.
Penggunaan kata fiqih secara etimologi, selain berarti pemahaman juga berarti
pengetahuan (ilmu) tentang sesuatu dan kecerdasan.
Secara definitif, fiqih Berarti ilmu tentang hukum-hukum syar'i yang bersifat
Amaliyah yang digali dan ditemukan dari dalil-dalil yang tafsili. Dalam definisi ini,
fiqih diibaratkan ilmu karena fiqih itu semacam ilmu pengetahuan. Memang fiqih itu
tidak sama dengan ilmu seperti disebutkan di atas, fiqih itu bersifat zhanni. Fiqih
adalah apa yang dapat dicapai oleh mujtahid dengan zhan-Nya, sedangkan ilmu tidak
bersifat zhanni seperti fiqih. Namun karena zhan dalam fiqih ini kuat, maka ia
mendekati kepada ilmu karenanya dalam definisi ini ilmu digunakan juga untuk
fiqih.5
Pada hakikatnya fiqih dapat dipahami dari empat sudut pandang. Pertama,
fiqih merupakan ilmu tentang syara’. Kedua, fiqih mengkaji hal-hal yang bersifat
Amaliah Furu’iyah (praktis dan bersifat cabang). Ketiga, pengetahuan tentang hukum
syara’ yang didasarkan pada dalil-dali tafsiri yakni Alquran dan Sunnah. Keempat,
fiqih digali dan ditentukan melalui penalaran dan istidlal (penarikan kesimpulan)
mujtahid.6
Adapun yang menjadi bidang pembahasan ilmu Ushul fiqih ialah dalil-dalil
syara' sendiri dari segi bagaimana penunjukannya pada suatu hukum secara ijmali
(garis besar). Misalnya, Alquran dalam dalil syara’ yang pertama. Cara
penunjukkannya pada hukum tidak hanya menurut satu bentuk saja, tetapi ada
kalanya dengan bentuk kalimat perintah (sighat amar), kalimat melarang sighat nahi
dan adakalanya menggunakan kalimat yang bersifat umum, mutlak, dan sebagainya.
Para ahli ushul membahas itu semuanya agar dapat memperoleh ketentuan hukum
yang ditunjukkan atas bantuan Penelitian terhadap gaya dan rasa bahasa Arab dan
pemakaiannya dalam syariat. Jika pembahasan mereka dapat menemukan bahwa
5
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqih, jilid 1,(Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 3.
6
Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 9.
4
sighat (bentuk) amar itu mengandung perintah, sighat nahi tu mengandung petunjuk
haram, dan kalimat yang bersifat umum itu harus mencakup pengertian keseluruhan,
maka mereka lalu menciptakan kaidah-kaidah yang lain.
Sementara itu, yang menjadi pembahasan ilmu fiqih ialah perbuatan orang
mukallaf dari sisi penetapan hukum syariat padanya. Faqih (ahli fiqih) dalam
membicarakan perbuatan-perbuatan orang mukallaf dalam bidang muamalah, seperti
jual-beli, sewa-menyewa, pinjam-meminjam, dan gadai-menggadai. Dalam bidang
munakahat seperti mengadakan akad pernikahan, nafkah, dan hadhanah
(pemeliharaan anak). Dalam bidang ibadah seperti salat, puasa, zakat, dan haji. Dalam
bidang jinayah (kepidanaan) dan urusan pengadilan seperti mencuri, membunuh,
menuduh dan berbuat zina, dan sumpah palsu yang bertujuan mengetahui apakah
ketetapan hukum bagi setiap tindakan-tindakan tersebut sesuai dengan ketentuan
syariat atau tidak.
a) Ushul fiqih merupakan metode (cara) yang harus ditempuh oleh ahli fiqih
(faqiih) di dalam menetapkan hukum-hukum syara’ berdasarkan dalil
syar’i, serta mengklasifikasikan dalil-dalil tersebut berdasarkan
kualitasnya. Dalil dari Alquran harus didahulukan dari pada qiyas serta
dalil-dalil lain yang tidak berdasarkan nash Alquran dan hadis. Sedangkan
fiqih adalah hasil hukum-hukum syar’i berdasarkan metode-metode
tersebut.
b) Dilihat dari objek pembahasannya, ilmu Ushul fiqih membahas tentang
kaidah-kaidah yang bersifat umum (kulli) dan hukum yang bersifat umum.
Adapun yang menjadi objek pembahasan ilmu fiqih adalah dalil yang
bersifat juz’i, sehingga menghasilkan hukum Juz'i pula yang berhubungan
dengan perbuatan mukallaf.
c) Dilihat dari tujuan yang hendak dicapai, Ushul fiqih bertujuan untuk tidak
menerapkan kaidah-kaidah yang bersifat kulli terhadap nas-nas syariat
sedangkan ilmu fiqih bertujuan untuk menerapkan hukum syariat terhadap
perbuatan dan ucapan mukallaf.
5
d) Ushul fiqih merupakan dasar kebijakan bagi ilmu fiqih, sedangkan fiqih
merupakan hasil atau produk dari ushul fiqh. Dengan kata lain dari usul
Fiqih akan melahirkan fiqih.
e) Dilihat dari sifatnya, Ushul fiqih lebih bersifat kebahasaan (teoritis)
sedangkan fiqih lebih bersifat praktis.
Kedua, fiqih itu adalah produk dan hasil kerja dari ushul fikih, sedangkan
ushul fikih adalah alat untuk menghasilkan produk tersebut. Sebagai contoh: wajibnya
shalat adalah ketentuan hukum fiqih. Sedangkan alat (kaidah) yang digunakan untuk
menetapkan wajibnya shalat adalah dalil perintah shalat dan dalil inilah yang menjadi
obyek kajian ushul fikih.
A. Masa Sahabat
6
terwujud tanpa adanya metodologi istinbat. Dan metode istinbath ini
sendiri adalah inti dari bagian ushul fiqih.7
B. Masa Tabi’in
7
Muhammad Abu Zahra, Ushul Fiqih, (Damaskus: Daar al-Fikr, tt.), hlm 11.
8
Ibid, hlm. 11.
7
gunakan pada periode ini adalah sumber hukum pada 2 periode
sebelumnya (periode Nabi dan sahabat). Jadi sumber hukum fiqih pada
masa periode ini terdiri dari hukum Allah (al-Qur’an) , rasulnya
(hadis) fatwa dan keputusan sahabat Rasul serta fatwa mujtahidin.
2. Sejarah fiqih
9
Ibid, hlm. 11.
8
Metode Mekkah ini istilah fiqih belum dikenal, tetapi banyak
menekankan pada keyakinan akidah Islam yang berbentuk
kepercayaan pada keesaan Allah SWT, malaikat, nabi dan rasul, kitab-
kitab-Nya, hari kiamat, serta qada dan qadar sehingga nyaris tidak
berbicara mengenai aturan-aturan hukum beribadah. Hal ini
dikarenakan pembentukan keimanan merupakan modal yang sangat
kuat dan penting dalam upaya penerimaan segala tindak laku ibadah
yang akan ditawarkan saat itu untuk periode selanjutnya.
9
SAW sendiri dengan bimbingan dan arahan dari Allah SWT. Ayat-
ayat itu banyak mengandung dasar hukum, baik yang mengenai Islam
maupun mengenai hidup kemasyarakatan yang disebut dengan ayat
Al-Ahkam. Ayat Al-Ahkam inilah yang menjadi dasar bagi hukum
yang dipakai untuk mengatur masyarakat dalam Islam.
10
sahabat) lebih kuat dari putusan yang dibuat oleh satu atau beberapa orang
saja. Pada zaman Abu Bakar konsensus masih dapat dipertahankan, tetapi
pada zaman Umar Bin Khattab pengadaan konsensus mendapati kesulitan. Hal
ini dikarenakan sahabat-sahabat telah mulai berpisah tempat tinggal di
daerah-daerah yang jauh di bawah kekuasaan Islam. Ada yang menetap di
Mesir, Suriah, Irak, dan Persia.10
C. Zaman abad l Hijriyah (41 H/662 M) Sampai dengan Abad Vll Hijriyah
(656 H/1258 M)
10
Harun Nasution, Islam, jilid 2,h.5.
11
T.M. Hasbi ash-Shiddieqy, Pengantar Hukum Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), h. 73.
11
mengikat pemikiran kaum muslim sehingga bermunculan kitab-kitab syarh
dan hasyiah (hawasyih) sebagai wujud kelemahan intelektual untuk
menentukan karya-karya baru di bidang fiqih ini.
Pada periode inilah ilmu ushul fiqih dibukukan. Ulama pertama yang merintis
pembukuan ilmu ini adalah Imam Syafi'i, ilmuwan berkebangsaan Quraish. Ia
memulai menyusun metode-metode penggalian hukum Islam, sumber-sumbernya
serta petunjuk-petunjuk Ushul Fiqih. Dalam penyusunannya ini, Imam Syafi'i
bermodalkan peninggalan hukum-hukum fiqih yang diwariskan oleh generasi
pendahulunya, di samping juga rekaman hasil diskusi antara berbagai aliran fiqih
yang bermacam-macam, sehingga Ia memperoleh gambaran yang konkrit antara fiqih
ahli Madinah dan fiqih ahli Irak. Berbekal pengalaman beliau yang pernah "nyantri"
kepada Imam Malik (Ulama Madinah), Imam Muhammad bin Hasan (Ulama Irak dan
salah seorang murid Abu Hanifah) serta fiqih Makkah yang dipelajarinya ketika
berdomisili di Makkah menjadikannya seorang yang berwawasan luas, yang dengan
kecerdasannya menyusun kaidah-kaidah yang menjelaskan tentang ijtihad yang benar
dan ijtihad yang salah. Kaidah-kaidah inilah yang di kemudian hari dikenal dengan
nama Ushul Fiqih. Oleh sebab itu Imam Syafi'i adalah orang pertama yang
membukukan Ilmu Ushul Fiqih, yang diberi nama "al-Risalah".
Setelah Islam meluas dan bangsa Arab bergaul dengan bangsa-bangsa lain,
dibuatlah peraturan-peraturan bahasa Arab agar bangsa lain mudah mempelajari Al-
Qur'an. Disamping itu banyak peristiwa lain yang menyebabkan para ulama berusaha
mencari dan menentukan hukum-hukumnya. Dengan demikian, timbullah fikiran
untuk membuat peraturan-peraturan dalam ijtihad pengambilan hukum untuk
memperoleh pendapat-pendapat yang benar. Adapun orang yang mula-mula
mengumpulkan dan menyusun ilmu ushul fiqih adalah Imam Muhammad bin Idris
asy-Syafi'(150-204 H).
12
1. Mulai melemahnya kemampuan bahasa Arab di sebagian umat akibat
interaksi dengan bangsa lain terutama Persia.
2. Perkembangan wilayah Islam yang semakin luas, sehingga tidak jarang
menyebabkan timbulnya berbagai persoalan yang belum diketahui
kedudukan hukumnya. Untuk itu, para ulama Islam sangat
membutuhkan kaidah-kaidah hukum yang sudah dibukukan untuk
dijadikan rujukan dalam menggali dan menetapkan hukum.
3. Munculnya banyak persoalan yang belum pernah terjadi sebelumnya
dan memerlukan kejelasan hukum, sehingga kebutuhan akan ijtihad
kian mendesak.
● Pembentukan fiqih
Pada abad ini terjadi penurunan dinamika berpikir dalam bidang hukum dan
mulai munculnya kecenderungan taklid dan melemahnya ijtihad. Hal ini merupakan
akibat sampingan dari tersisanya warisan fiqih yang amat kaya berkat pembukuan
pemikiran fiqih yang disertai dengan dalil-dalil nya, dan perselisihan pendapat antara
mazhab-mazhab beserta hasil perbandingannya (tarjih). Oleh karena itu, pekerjaan
yang tersisa pada periode ini adalah upaya tahrij, yaitu mempergunakan sarana
metodologis yang telah tersedia dalam madzhab-mazhab tertentu untuk menghadapi
kasus-kasus hukum baru.
13
amaliyah. Hukum-hukum amaliyah pada masa Rasulullah telah dibentuk dari
beberapa hukum yang telah ada di dalam Al-Quran termasuk pula hukum yang keluar
dari Rasulullah SAW. Dalam fatwanya dalam suatu kejadian atau keputusan terhadap
suatu perselisihan dan atau jawaban terhadap suatu soal. Jadi hukum-hukum fiqih itu
dalam periode pertamanya terjadi dari hukum Allah SWT dan Rasul Nya dengan
sumbernya ada Al-Qur’an dan hadits.
Bahwa pada abad ke-2 Hijriyah ketika daulah Islamiyah sudah makin
berkembang dan sudah banyak pengikut-pengikut Islam dari selain bangsa Arab,
banyak pula kejadian baru banyak pula kesulitan, bahasan yang harus diselesaikan.
Pada inilah dimulai dikodifikasi hukum-hukum tersebut bersama-sama dengan
permulaan kodifikasi hadis dan menjelmalah hukum itu sebagai ilmu pengetahuan
karena sudah dilengkapi dengan dalil-dalilnya, illatnya dan dalil-dalil pokok yang
umum dan tokoh-tokoh ilmu ini disebut faqaha sedang ilmunya disebut fiqih, adapun
ilmu fiqih yang pertama kali dikodifikasikan ialah kitab al-Muwatta' karangan Imam
Malik bin Anas disusun atas dasar permintaan khalifah Mansur yang berisi mengenai
sunnah dan fatwa sahabat serta Tabi’in dan Tabi' Tabi'in yang sah menurut Imam
Malik.12
1. Fiqih Ibadah
12
Prof. Dr. Abdul Wahhab Khalaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam, PT. Rajawali;1994 hal.9
14
Fiqih ibadah yaitu semua perbuatan yang berkaitan dengan Thaharoh,
Shalat, Puasa, Zakat, Haji, Qurban, Nadzar, Sumpah dan semua perbuatan
manusia yang berhubungan dengan Tuhannya.
2. Fiqih Muamalat
1. Al-Qur’an
Kata Alquran dalam bahasa Arab berasal dari kata Qara'a artinya
membaca. Bentuk mashdarnya artinya ' bacaan' dan 'apa yang tertulis
padanya'. Secara istilah Alqur'an adalah Kalamullah yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad, tertulis dalam mushhaf berbahasa Arab, yang sampai
kepada kita dengan jalan mutawatir, bila membacanya mengandung nilai
ibadah, dimulai dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas.
2. Hadist
Secara bahasa hadis itu berarti al-jadid (yang baru), al-qarib (yang
dekat), aa-khabr (berita/khabar). Secara istilah hadits adalah rekaman atas
semua ucapan, perbuatan dan taqrir (persetujuan) Nabi Muhammad SAW.
selama menjadi Nabi dan Rasul Allah SWT.
3. Sunnah
15
4. Ijma'
5. Qiyas
Kata qiyas itu artinya : ukuran, sukatan, timbang/an. Para ahli ushul
fiqih memberi definisi Qiyas secara istilah bermacam-macam: Mengeluarkan
hukum yang sama dari yang disebutkan kepada yang tidak disebutkan dengan
menghimpun antara keduanya. Membandingkan yang didiamkan kepada yang
dinashkan ( diterangkan) karena ada illat hukum. Menyatukan sesuatu yang
tidak disebutkan hukumnya dalam nash dengan sesuatu yang disebutkan
hukumnya oleh nash dikarenakan kesatuan illat hukum antara keduanya.
6. Istihsan
7. Maslahah Mursalah
Maslahah artinya baik (lawan dari buruk), manfaat atau terlepas dari
kerusakan. Adapun kata mursalah secara bahasa artinya terlepas dan bebas
maksud ia terlepas dan bebas. Maksudnya ialah terlepas dan bebas dari
keterangan yang menunjukkan boleh atau tidaknya sesuatu itu dilakukan.
Maslahah mursalah adalah sesuatu yang tidak ada Nas hukumnya dalam
Alquran maupun hadis Maslahah Mursalah adalah sesuatu yang baik menurut
akal. Dengan pertimbangan dapat mewujudkan kebaikan dan menghindari
keburukan. Sesuatu yang baik menurut akal sehat maka pada hakekatnya tidak
bertentangan dengan tujuan syarat secara umum.
8. Istishab
16
Kata Istishab berasal dari kata suhbah artinya ' menemani ' atau '
menyertai'. atau al-mushahabah : menemani , juga istimrar al-suhbah ; terus
menemani. Istishab yaitu menetapkan hukum yang telah ada pada sejak
semula tetap berlalu sampai sekarang karena tidak ada dalil yang merubah.
13
M. Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqh, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), hal 152
14
M. Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqh, hal. 14
15
Ahmad Hanafi, pengantar Sejarah Hukum Islam, hal. 20
16
M. Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqh, hal. 152
17
Ahmad Hanafi, pengantar Sejarah Hukum Islam, hal... hal. 21-22
17
7) Bahwa tujuan susunan hidup manusia yang khusus dan umum, mendatangkan
kebahagiaan alam seluruhnya.18
Ushul fikih memiliki peran sentral dalam proses istinbath ahkam (penggalian hukum),
karena tiada satu hukum dalam hukum-hukum fikih yang tidak didasarkan kepada kaidah-
kaidah ushul fikih. Jika diibaratkan, ushul fikih merupakan pabrik, nash-nash al-Qur’an dan
Hadis sebagai bahan-bahannya, sementara fikih adalah produk dari pabrik itu sendiri.
Berbeda dengan ilmu tafsir dan hadis (yang hanya menggunakan peran teks wahyu),
ilmu matematika dan ilmu filsafat (yang hanya menggunakan peran nalar logika), Ilmu ushul
fikih di samping kaidah-kaidahnya didasarkan kepada teks-teks wahyu, ia juga menggunakan
peran nalar logika dalam membuat kaidah-kaidahnya.
18
M. Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqh, hal. 152
18
o Ketentuan-ketentuan hukum yang berkaitan dengan bidang ubudiah, seperti shalat,
puasa, dan ibadah haji. Inilah yang kemudian ia sebut dengan fiqih ibadah.
o Ketentuan-ketentuan hukum yang berkaitan dengan kehidupan keluarga, seperti
perkawinan, perceraian dan status nasab. Inilah yang kemudian ia sebut sebagai ahwal
al-syakhsiyah.
o ketentuan hukum yang berkaitan dengan hubungan sosial antara umat islam, dalam
konteks hubungan ekonomi dan jasa. Seperti jual beli, sewa-menyewa dan gadai.
Bidang ini kemudian ia sebut sebagai fiqih muamalah.
o Ketentuan hukum yang berkaitan dengan sanksi-sanksi terhadap pelaku tindak
kejahatan kriminal. Seperti qisas, diyat dan hudud. Bidang ini kemudian disebut
sebagai fiqih jinayah.
o Ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur masalah-masalah hubungan warga negara
dengan pemerintahannya, serta hubungan antara satu negara dengan yang lainnya.
Pembahasan bidang ini dinamakan sebagai fiqih siyasah
o Ketentuan-ketentuan yang mengatur etik pergaulan antara seorang muslim dengan
yang lainnya dalam tatanan kehidupan sosial. Bidang ini kemudian disebut sebagai
Al-ahkam khuluqiyah.19
19
Musthafa Ahmad Zarqa. 1986. Fiqh Islam Fi Tsaubihi Jadid : Al-madkhal Fiqh Am. Damaskus: Dar Fikr. Juz 1
hlm 55.
19
10. Simpulan
Fiqih adalah ilmu tentang hukum-hukum syar'i yang bersifat amali yang digali dari
dalil-dalil terperinci. Adapun objek pembahasan dalam ilmu fiqih adalah perbuatan mukallaf
dilihat dari sudut hukum syara, perbuatan tersebut dapat dikelompokkan dalam dua kelompok
besar: ibadah, dan muamalah . Fiqih telah ada pada zaman Nabi Muhammad SAW akan
tetapi belum berbentuk ilmu serta belum terkodifikasi, namun sekitar abad ke-2 Hijriyah
mulai terkodifikasi, adapun kitab fiqih yang pertama dikodifikasikan adalah kitab al-
muwatho karangan Imam Malik.
Ushul fiqih ialah ilmu yang mengkaji tentang dalil fiqih berupa kaidah untuk
mengetahui cara penggunaannya, mengetahui keadaan orang yang menggunakannya
(muttahid) dengan tujuan mengeluarkan hukum amali ( perbuatan) dari dalil dalil secara
terperinci dan jelas .Objek pembahasannya mengkaji dalil yang masih bersifat umum dilihat
dari ketetapan hukum yang umum pula puncak tujuan mempelajarinya adalah untuk
memelihara agama Islam dari penyimpangan dan penyalahgunaan dalil-dalil syara’, hingga
terhindar dari kecerobohan yang menyesatkan.
Sejarah perkembangan ilmu ushul fiqih terbagi kepada dua periode: Pertama: periode
ushul fiqih sebelum dibukukan meliputi masa sahabat, masa tabi’in, dan mujtahid sebelum
imam Syafi’I, Sumber hukum pada masa sahabat meliputi al-Qur’an dan Hadits tetapi di
tambah dengan ijtihad sahabat. Kemudian masa tabi’in, tabi’ al-tabi’in serta imam-imam
mujtahid (abad ke-2 dan ke-3 H). Pada masa ini, istinbat sudah mengalami perluasan
dikarenakan banyaknya kejadian yang muncul akibat bertambah meluasnya wilayah
kekuasaan Islam, sumber hukum yang digunakan meliputi al-Qur’an, sunah Rasulullah, fatwa
sahabat, ijma’, qiyas, dan maslahah mursalah, masa sebelum imam Syafi’I di kenal dua tokoh
utama yaitu: pertama Imam Abu Hanifah al-Nu’man (w. 150 H), dasar istinbatnya secara
berurutan menggunakan al-Qur’an sunah, fatwa sahabat dan pendapat yang disepakati oleh
para sahabat. Kedua, Imam Malik bin Anas, selain Al-Qur’an dan Hadits ia menggunakan
praktik ahli Madinah. Imam Malik seperti halnya Imam Abu Hanifah tidak meninggalkan
karyanya dalam bidang ushul fiqih. Ilmu ushul fiqih tumbuh pada abad kedua hijrah yang
dilatarbelakangi oleh perdebatan sengit antara ahlul hadis dan ahlu al-ra’yi. Penghujung abad
kedua dan awal abad ketiga hijrah muncul Muhammad bin Idris al-Syafi’I (150 H – 204 H),
yang membukukan ilmu ushul fiqih dengan karyanya yang bernama al-Risalah.
20
Daftar Pustaka
Nurhayati, M. Ag, and Ali Imran Sinaga. Fiqh dan ushul fiqh. Kencana, 2018.
Shidiq, Sapiudin. Ushul fiqih . Kencana, 2017.
Syarifudin, H.Amir. Ushul Fiqih Jilid I. Jil. 1.Prenada Media, 2014.
Effendi, H. Satria, dan M. Zein. Ushul Fiqih: Edisi Pertama . Prenada Media, 2017.
Haries, DR H. Akhmad, MSI S AG, dan HS Maisyarah Rahmi. Ushul Fiqh: Kajian
Komprehensif Teori, Sumber Hukum dan Metode Hukum Istinbath . Penerbitan Media
Bening, 2021.
Pudjihardjo, M., Desi Tri Kurniawati, and Nur Faizin. Ushul Fikih Ekonomi Syariah.
Universitas Brawijaya Press, 2021.
Adam, Panji. Hukum Islam: Konsep, Filosofi dan Metodologi. Sinar Grafika, 2021.
Latip, Abdul. "Ushul Fiqih dan Kaedah Ekonomi Syariah." Medan: Merdeka Kreasi Group
(2021).
Hermawan, Iwan. Ushul Fiqh Kajian Hukum Islam. Hidayatul Quran, 2019.
Al-Khin, Mustafa Said. Sejarah Ushul Fiqih . Perpustakaan Al-Kautsar, 2014.
Zaki, Muhammad. "Fikih, Ushul Fikih dan Qawaid Al-Fiqhiyyah dalam Lintasan Sejarah."
21