Anda di halaman 1dari 11

KONSEP USHUL FIKIH

PRAWACANA
Mempelajari konsep ushul fikih terlebih dahulu dimulai dari mengetahui hubungan antara fikih deng
an ushul fikih.
Setelah memahami ushul fikih maka akan dipahami fikih secara lebih mendalam. Ushul fikih merupa
ka metode dan jalan tengah untuk memahami hukum Islam (fikih).
Kalau diibaratkan sebuah pohon, maka alQur’an, al-
Sunnah, ilmu nahwu, ilmu shorof, ilmu tafsir, ilmu hadis, dan lain-
lain itu diibaratkan akar dari sebuah pohon sedangkan ushul fikih diibaratkan batang (pokok) dari po
hon itu dan fikih diibaratkan ranting (cabang) dari pohon
TUJUAN MEMPELAJARI

Tujuan mempelajari ushul fikih adalah untuk memahami fikih (hukum Islam) secara menyeluruh,
sebab fikih berkembang sepanjang zaman sedangkan ushul fikih merupakan metodologi atau teori
yang tidak hanya digunakan untuk memahami hukum-hukum syara’ saja, melainkan juga
dapat berfungsi untuk menetapkan dan menghasilkan hukum-hukum syara’ yang bersifat furu’iyah
(fikih) agar seorang muslim tidak tersesat atau keluar dari ketentuan syari’at Islam.

Pengertian Fikih dan Ushul Fikih


Pengertian Fikih

BAHASA : Kata “fikih” ditinjau dari segi bahasa berasal dari kata kerja dasar bahasa Arab ‫ فقها‬- ‫ يفقه‬-
‫ فقه‬yang memiliki beberapa arti, yaitu; “memahami secara mendalam, mengerti, dan ahli”.

Paham di sini maksudnya adalah paham dan mengerti maksud yang dibicarakan.
ISTILAH : “fikih” ditinjau dari segi istilah, dikutip sebagaimana pendapat Abdul Wahab Khalaf, Fikih
adalah kumpulan (ketetapan) hukum syara’ yang berkenaan dengan perbuatan manusia, yang
diambil dari dalil-dalilnya yang jelas dan terperinci.

Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa fikih itu berkaitan dengan berbagai ketentuan hukum
syara’, baik yang telah ditetapkan langsung oleh Allah Swt. dan Rasul -Nya di dalam al-Qur’an dan al-
Hadits maupun berbagai ketetapan maupun hukum syara’ yang ditetapkan oleh para ahli fikih atau
mujtahid dari masa ke masa.

Sedangkan yang dimaksud dengan ketentuan hukum syara’ adalah ketentuan hukum yang terkait
dengan perbuatan manusia dari berbagai aspek kehidupan. De ngan kata lain, hukum syara’ adalah
sejumlah ketentuan hukum yang mengatur semua perbuatan manusia yang meliputi nilai dan
ukurannya, namun ia tidak mencakup persoalan yang berhubungan dengan aqidah. Dalam pada itu,
hukum syara’ haruslah didasarkan pada dalil-dalil yang terperinci yang dijadikan pijakan dan
merupakan sumber pembentukan hukum syara’

Pengertian Ushul Fikih


BAHASA : Frasa “ushul fikih” ditinjau secara bahasa terdiri dari dua suku kata, yaitu “ushul” dan
“fikih”. Kata ushul ُُ (‫ )ألصول‬adalah bentuk jamak dari kata al-ashl (‫ )ألصل‬yang berarti sesuatu yang
menjadi dasar atau landasan bagi lainnya.

Adapun kata al-fiqh ُ(‫ )الفقه‬sebagaimana yang diuraikan tersebut, berarti paham atau mengerti
secara mendalam.

ISTILAH :

1. Muhammad al-Syaukani : Fungsi ushul fikih adalah mengetahui kaidah-kaidah yang dapat
digunakan sebagai alat untuk menggali (istimbath) hukum-hukum furu’ dari dalil-dalilnya
yang rinci dan jelas
2. Qutub Mustafa Sanu’ : Ushul fikih adalah kaidah-kaidah kulliyyah yang digunakan oleh
seorang mujtahid untuk memahami nash al-kitab dan al-sunnah

KESIMPULAN : ushul fikih merupakan sarana atau alat yang dapat digunakan untuk memahami nash
al-Qur’an dan as-Sunnah agar dapat menghasilkan hukum-hukum syara’.

Dengan kata lain, ushul fikih merupakan metodologi atau teori yang tidak hanya digunakan untuk
memahami hukum-hukum syara’ saja, melainkan juga dapat berfungsi untuk menetapkan dan
menghasilkan hukum-hukum syara’ yang bersifat furu’iyah

Obyek Pembahasan Fikih dan Ushul Fikih


Obyek Pembahasan Fikih
Ilmu fikih merupakan cabang (furu’) dari ilmu ushul fikih. Yang menjadi obyek pembahasan dari ilmu
fikih adalah perbuatan mukallaf dan nilai-nilai hukum yang berkaitan erat dengan perbuatan
tersebut

Berbagai aspek kehidupan mukallaf meliputi

1. Aspek mu’amalah yang terkait dengan interaksi sesama manusia. Seperti hal-hal yang terkait
dengan harta, jual beli, sewa menyewa, pinjam meminjam, titipan syirkah, siyasah dan lain
sebagainya dan .

2. Aspek ibadah menyangkut hubungan vertikal antara manusia dengan Allah Swt. dan juga
menyangkut segala persoalan yang berkaitan erat dengan urusan mendekatkan diri kepada
Allah Swt. seperti sholat, puasa, zakat dan haji serta berbagai bentuk amal kebaikan yang
lainnya.

3. Aspek Jinayah yang berkaitan dengan tindak pidana dan kejahatan serta sanksi-sanksinya,
seperti pembunuhan, pencurian, perampokan, penganiayaan, dan lain sebagainya.
Obyek Pembahasan Ushul Fikih

Obyek pembahasan ilmu ushul fikih adalah syari’at yang bersifat kulli atau yang menyangkut dalil-
dalil hukum. Baik dalil-dalil hukum ini menyangkut dalildalil hukum nash yang terdapat dalam al-
Qur’an dan al-Hadis ataupun dalil-dalil yang ijtihadiyah

Dalil-dalil yang ada dalam al-Qur’an dan al-Hadits kajiannya berkaitan dengan berbagai bentuk
karakteristik lafazd nash, yaitu :

1. Lafadz nash dari segi bentuknya

2. Lafadz nash dari segi cakupan maknanya

3. Lafadz nash dari dilalahnya

4. Lafadz nash dari segi jelas dan tidak jelasnya serta macam-macam tingkatannya

5. Lafadz nash dari segi penggunaannya

6. Hukum syara’ dalam kaitannya dengan makna hukum, pembagian hukum dan obyek serta
subyek hukum
Dalil-dalil ijtihadiyah ini merupakan dalil-dalil yang dirumuskan berdasarkan ijtihad ulama’. Dalil-
dalil tersebut seperti :

1. Al-Ijmak

2. Al-Qiyas

3. Al-Istihsan

4. Al-Maslahah Mursalah

5. Al-Istishab f. Sadzudz Dzari’ah

6. Al-‘Urf

7. Syar’u Man Qablana

8. Mazhab Sahabi
Tujuan Mempelajari Fikih Dan Ushul Fikih
Tujuan Mempelajari Fikih

Dengan mempelajari fikih manusia akan mengetahui mana yang halal dan mana yang haram, mana
yang boleh dan mana yang tidak boleh. Kesemuanya itu merupakan kebutuhan manusia agar
tercipta kemaslahatan dalam hidup dan kehidupan manusia baik di dunia maupun na nti di akhirat

Tujuan Mempelajari Ushul Fikih


Mempelajari ushul fikih sesungguhnya akan membawa seorang muslim sampai pada pemahaman
tentang seluk-beluk dan proses penetapan hukum dan dalil-dalil yang melandasinya.

Disamping itu, mempelajari ushul fikih untuk menjadikan kita paham secara mendalam tentang
berbagai ketentuan hukum seperti ibadah, mu’amalah dan ‘uqubah

Secara lebih perinci, Wahba Zuhaili menyebutkan bahwa tujuan dan manfaat mempelajari ushul fikih
itu sebagai berikut :
1. Mengetahui kaidah-kaidah dan cara-cara yang digunakan oleh para fuqaha’ atau mujtahid
dalam istimbath hukum syara’.

2. Untuk memperoleh kemampuan dalam melakukan istinbath hukum dari dalil-dalilnya,


terutama bagi mujtahid. Seorang mujtahid dituntut mampu menggali dan menghasilkan
berbagai ketetapan hukum syara’ dengan jalan istimbath

3. Bagi mujtahid khususnya, akan membantu mereka dalam melakukan istimbath hukum dari
dalil-dalil nash. Dengan mempelajari ushul fikih para peneliti (mujtahid) akan mampu
mentarjih dan mentakhrij pendapat para ulama terdahulu, atau menetapkan hukum-hukum
yang terkait dengan kepentingan manusia baik secara individu maupun kolektif. Sebab
sebagaimana diketahui bahwa nash al-Qur’an dan al-Hadis terbatas sementara berbagai
peristiwa baru dan kasus-kasus hukum tidak pernah berhenti dan terus terjadi. Untuk
menjawab berbagai persoalan ini jalan yang harus ditempuh adalah dengan melakukan
ijtihad, dan ijtihad hanya dapat dilakukan apabila mengetahui kaidah -kaidah ushul, dan
mampu mengetahui ‘illat hukum. dengan menguasai ushul fikih secara mendalam akan bisa
menghindarkan diri dari prilaku taqlid buta. Dan, yang lebih penting lagi adalah mampu
menghasilkan berbagai ketetapan hukum syara’ yang sesuai dengan perkembangan zaman
sekarang.

4. Mempelajari ushul fikih adalah merupakan jalan untuk memelihara agama dan sendi-sendi
hukum syari’at beserta dalil-dalilnya. Oleh karena itulah, para ulama ushul fikih mengatakan
bahwa manfaat mempelajari ushul fikih adalah mengetahui hukum-hukum Allah Swt.
sekaligus mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

5. Mampu menerapkan kaidah-kaidah ushul fikih dalam menghadapi dan menjawab kasus-
kasus baru yang tidak ditemukan dalilnya dalam nash secara tekstual
Menganalisis Pertumbuhan dan Perkembangan Fikih dan Ushul Fikih
Pertumbuhan Dan Perkembangan Fikih

Ulama telah membagi kepada berapa periodisasi dari pertumbuhan dan perkembangan
fikih.Sebagaimana dijelaskan oleh Jadul Haq Ali Jadul Haq bahwa pertumbuhan dan perkembangan
fikih itu dapat dibagi menjadi lima periode. Pertama, periode Nabi dan masa kedatangan Islam;
kedua, periode sahabat dan tâbî’in; ketiga, periode kodifikasi (tadwin) fikih dan kematangannya;
keempat, periode berhentinya ijtihad; dan kelima, merupakan periode kebangkitan

Pertumbuhan Dan Perkembangan Ushul Fikih

Sebetulnya, apabila berbicara fikih maka pada dasarnya akan terkait dengan ushul fikih. Menurut
Amir Syarifuddin, bahwa ushul fikih itu bersamaan munculnya dengan ilmu fikih, walaupun dalam
penyusunannya fikih dilakukan lebih dahulu dari ushul fikih. Penyusun an fikih itu sebenarnya sudah
dimulai langsung setelah wafatnya Rasulullah Saw. yaitu pada periode sahabat dan pada waktu itu
pemikiran tentang ushul fikih juga telah ada. Untuk menyebut beberapa orang sahabat , misalnya
Umar Bin Khatab, Ibnu Mas’ud, Ali Bin Abi Thalib dalam mengemukakan pendapat mereka tentang
hukum telah menggunakan logika (aturan) dalam merumuskan hukum, meskipun secara jelas tidak
mengemukakan demikian
Post Tes Konsep Ushul Fikih
Embed://<iframe width="640px" height= "480px" src=
"https://forms.office.com/Pages/ResponsePage.aspx?id=IWuoD01i2EeN_yhVs5_Mvo852iWpGxtGm
2n1kOd1QZ5UNjZVVlJVRkhGV1dMM1NUUDZMTjJKQzhUSi4u&embed=true" frameborder= "0"
marginwidth= "0" marginheight= "0" style= "border: none; max-width:100%; max-height:100vh"
allowfullscreen webkitallowfullscreen mozallowfullscreen msallowfullscreen> </iframe>

Anda mungkin juga menyukai