Anda di halaman 1dari 14

Pengertian Ushul Fiqh dan Hubungannya dengan Ilmu Fiqh

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ushul Fiqh
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. KH. Said Agil Husin Al Munawwar, MA.
KH. Abdul Hadi, S.Ag

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1:

ILHAM HUSNI MUBAROK NIM. 18232400020

M. ARIF SYAIFUDIN NIM. 18232400028

MUKHOBIR NIM. 18232400034

PENDIDIKAN KADER ULAMA (PKU) ANGKATAN XVIII


MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI)
PROVINSI DKI JAKARTA

1
2023 M/1445 H
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ushul fiqih merupakan materi yang sangat penting khususnya bagi
pendidikan yang di dalamnya mengkaji tentang agama Islam. Ushul fiqih
yang di dalamnya membahas kaidah-kaidah hukum dikatakan penting karena
akan menghasilkan seperangkat materi ketentuan-ketentuan hukum yang
harus diamalkan oleh setiap umat Islam. Dan dengan ushul fiqih-lah
dimungkinkan seorang muslim beribadah/beramal dalam kondisi terbebas dari
taklid (mempercayai hukum yang sudah ada sejak lama tanpa mengetahui
dasar atau alasanya).

Ilmu ushul fiqh munculnya bersamaan dengan ilmu fiqh meskipun


dalam penyusunannya ilmu fiqh dilakukan lebih dahulu dari ushul fiqh.
Sebenarnya keberadaan fiqh harus didahului oleh ushul fiqh, karena ushul fiqh
itu adalah ketentuan atau kaidah yang harus diikuti mujtahid pada waktu
menghasilkan fiqhnya. Namun dalam perumusannya ushul fiqh datang
belakangan.

Menurut sejarahnya, fiqh merupakan suatu produk ijtihad lebih dulu


dikenal dan dibukukan dibanding dengan ushul fiqh. Tetapi jika suatu produk
telah ada maka tidak mungkin tidak ada pabriknya. Ilmu fiqh tidak mungkin
ada jika tidak ada ilmu ushul fiqh. Ushul Fiqh merupakan ilmu hukum Islam
di bidang amaliah praktis; bidang kajian usul fiqh merupakan persoalan yang
praktis bukan dalam bidang tauhid/i’tiqad, Ushul Fiqh merupakan prosedur
yang terukur bagi fuqaha dalam menjalankan istinbat hukum. Metode yang
digunakan fuqaha merupakan aplikasi satuan dalil tertentu dalam kasus
hukum amaliyah dengan nalar deduktif dan normatif.

Kaidah ushul fiqh secara umum dibagi kepada dua macam, yaitu
kaidah yang disepakati ulama (muttafaqun alaih) dan kaidah yang tidak
2
disepakati ulama (mukhtalafun alaih). Kaidah yang disepakati ulama terdiri
dari ijma dan qiyas, sedangkan yang tidak disepakati terdiri dari istihsan,
maslahah al-mursalah, ‘urf, syar’u man qablana, istishab, qaul sahabi dan
seterusnya. Kaidah yang disepakati di sini berarti kaidah yang telah diterima
dan digunakan oleh kalangan mujtahid dari semua mazhab. Sedangkan kaidah
yang tidak disepakati berarti kaidah tersebut hanya diakui oleh sebahagian
mujtahid dan menggunakannya dalam kegiatan ijtihad mereka. Sedangkan
mujtahid yang lain menolaknya, karena menganggapnya salah.1

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Fiqh & Ushul Fiqh?
2. Apa saja Objek Kajian Ilmu Fiqh & Ushul Fiqh?
3. Apa kaitan Ilmu Ushul Fiqh dengan ilmu Fiqh?
4. Bagaimana cara mengistinbatkan suatu hukum dalam ilmu Ushul Fiqh?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Ushul Fiqh
2. Mengetahui pengertian Fiqh
3. Mengetahui kaitan/hubungan antara Ushul Fiqh dengan Fiqh
4. Mengetahui cara mengistinbatkan suatu hukum dalam ilmu Ushul Fiqh

1
Munadi, Pengantar Ushul Fiqh, (Lhokseumawe: Unimal Press, 2017), hlm. 3
3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Ushul fiqh adalah pengetahuan mengenai berbagai kaidah dan bahasa
yang menjadi sarana untuk mengambil hukum-hukum syara’ mengenai
perbuatan manusia mengenai dalil-dalilnya yang terinci. Ilmu ushul fiqh dan
ilmu fiqh adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Ilmu ushul fiqh dapat
diumpamakan seperti sebuah pabrik yang mengolah data-data dan
menghasilkan sebuah produk yaitu ilmu fiqh.2
Fenomena saat ini, banyak orang-orang yang telah terbiasa melakukan
sesuatu tanpa mengetahui dasarnya atau hanya mengikuti seseorang, seolah-
olah sudah menjadi suatu kewajaran. Padahal Allah SWT., telah menegaskan
kepada umat Islam untuk selalu berbuat atau beribadah sesuai dengan
petunjuk atau mengikuti ketentuan-ketentuan Allah yang berupa Al-qur’an
dan hadits dan juga beberapa sumber hukum Islam lainya.
Kendatipun yang kita lakukan sudah benar dan sesuai, kita semestinya
tahu apa dan dari mana dasar-dasar hukum amaliyah yang telah dilakukan dan
bagaimana hukum itu dibuat, agar tidak ada keraguan pada diri seseorang
dalam melaksanakan setiap langkah kehidupan beragamanya. Selain
fenomena di atas, banyak persoalan-persoalan yang ditemukan baik yang
kontemporer maupun masalah baru yang belum ada hukumnya. Untuk
menyelesaikan hal itu jelas ushul fiqih sangat dibutuhkan. Tanpa ushul fiqih
sekiranya pengambilan kesimpulan hukum yang baru akan dirasa kurang tepat
dan menimbulkan banyak kontrofersi dari ulama’, cendikiawan muslim dan
umat muslim secara umum.
Ushul fiqih secara bahasa terdiri dari dua kata ushul dan fiqh. Ushul (
2
Irwansyah Saputra, Jurnal Syariah Hukum Islam: Perkembangan Ushul Fiqh, Vol. 1,
No1, maret 2018, hlm. 39

4
‫)ُاُصْو ٌل‬ berasal dari bentuk jamak asl ( ‫ )َاْص ٌل‬yang berarti kaidah, lebih kuat
hukum ashal, yang dijadikan ukuran, dalil, bisa juga bermakana sesuatu yang
menjadi dasar bagi yang lain (dalam kitab al-bayan) atau sering disebut dasar
atau pondasi dari fiqh, sedangkan fiqih sendiri menurut bahasa adalah al-
fahmu yang artinya tahu atau paham. Sedangkan secara istilah ushul fiqih
memiliki definisi sebagai berikut:
1. Ulama Syafi’iyah

‫َم ْع ِر َفُة َد اَل ِئِل اْلِفْقِه إْج َم ااًل َو َكْيِفَّيِة اإْل ْس ْتَفاَد ِة ِم ْنَها َو َح اِل اْلُم ْسَتِفْيِد‬
Artinya : mengetahui dalil fiqh secara global dan cara
penggunaannya, serta mengetahui keadaan orang yang menggunakannya
(mujtahid).
2. Ulama Hanafiyah, Malikiyah dan Hanabilah

‫اْلَقَو اِع ُد اَّلِتى ُتْو ِص ُل اْلَبْح َث ِفْيَها ِاَلى اْس ِتْنَباِط ْاَالْح َك اِم ِم ْن َاِد َلِتَها اْلَتْفِص ْيِلَّيِة‬
Artinya : sejumlah kaidah yang mengkaji dan membahas proses
istinbat hukum-hukum syara’ melalui dalil yang terperinci.
Ushul fiqih juga didefinisikan sebagai ilmu yang membahas tentang
dalil fiqih yang berupa kaidah untuk mengetahui bagaimana cara
penggunaanya, keadaan orang yang menggunakannya, yang bertujuan
mengeluarkan hukum amaliyah dari dalil secara terperinci dan
jelas.3 Kesimpulan lain dijelaskan oleh Yusna Zaidah bahwa ushul fiqih yaiu
ilmu tenang aturan-aturan umum para mujtahid hukum dalam memecahkan
masalah agama masa dulu, masa kini dan masa yang akan datang.4
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa ushul fiqih
merupakan kaidah-kaidah yang mengkaji tentang penggunaan dan keadaan
penggunanya yang dapat menyimpulkan hukum sesuatu yang bersifat amali
secara benar dan mendalam, atau juga dapat diartikan bahwa ushul fiqh itu
adalah ilmu yang membawa kepada usaha merumuskan hukum syara’ dari
dalilnya yang terinci. Atau dalam arti sederhana adalah kaidah-kaidah yang

3
Saipudin Shidiq, Ushul Fiqih, Jakarta: Prenadamedia Group, 2014. hlm.6
4
Yusna Zubaidah, Model Hukum Islam: Suatu Konsep Metode Penemuan Hukum Melalui
Pendekatan Ushuliyyah, Jurnal Syariah; Jurnal Ilmu Hukum Dan Pemikiran, Vol. 17, No. 2 Tahun
2017.
5
menjelaskan cara-cara mengeluarkan hukum-hukum dari dalil- dalilnya.5

Sebagai contoh di dalam kitab-kitab fiqh terdapat ungkapan bahwa


“mengerjakan shalat itu hukumnya wajib”. Wajibnya mengerjakan shalat
itulah yang disebut “hukum syara’” Tetapi tidak pernah tersebut dalam Al-
Qur’an maupun hadits bahwa salat itu hukumnya wajib. Yang ada hanyalah
redaksi perintah mengerjakan salat. Ayat Al-Qur’an yang mengandung
perintah salat itulah yang dinamakan “Dalil syara”. Dalam merumuskan
kewajiban shalat yang terdapat dalam dalil syara’ ada aturan yang harus
menjadi pegangan. Kaidah dalam menentukannya, umpamanya “setiap
perintah itu menunjukkan wajib”. Pengetahuan tentang kaidah merumuskan
cara mengeluarkan hukum dari dalil-dalil syara’ tersebut, itulah yang disebut
dengan ‘Ilmu Ushul Fiqh”.

Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa perbedaan ushul fiqh dan
fiqh adalah, jika ushul fiqh itu pedoman yang membatasi dan menjelaskan
cara-cara yang harus diikuti seorang fakih dalam usahanya menggali dan
mengeluarkan hukum syara’ dari dalilnya. Sedangkan fiqh itu hukum-hukum
syara’ yang telah digali dan dirumuskan dari dalil menurut aturan yang sudah
ditentukan itu.6

B. Hubungan Ushul Fiqh dengan Fiqh

Hubungan ushul fiqih dengan fiqih adalah seperti hubungan ilmu


mantiq (logika) dengan filsafat; mantiq merupakan kaidah berfikir yang
memelihara akal agar tidak terjadi kerancuan dalam berpikir. Juga seperti
hubungan ilmu nahwu dengan bahasa arab; dimana ilmu nahwu sebagai
gramatika yang menghindarkan kesalahan seseorang didalam menulis dan
mengucapkan bahasa arab. Demikian ushul fiqih diumpamakan dengan limu
mantiq atau ilmu nahwu, sedangkan fiqih seperti ilmu filsafat atau bahasa
arab, sehingga ilmu ushul fiqih berfungsi menjaga agar tidak terjadi kesalahan
dalam mengistinbatkan (menggali) hukum.7
5
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, Jilid 1, (Jakarta: Kencana-Prenada Media Group,
2011), hlm. 41
6
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, Jilid 1, hlm. 42
7
Hasbiyallah, Fiqh dan Ushul Fiqh Metode Istinbath dan Istidlal, (Bandung: PT. Remaja,
6
Ushul fiqih merupakan ilmu yang secara garis besar mengkaji cara-
cara menginstinbath (menggali hukum). Sekalipun ushul fiqh muncul setelah
fiqih, tetapi secara teknis, terlebih dahulu para ulama menggunakan ushul fiqh
untuk menghasilkan fiqh. Artinya sebelum ulama menetapkan suatu perkara
itu haram, ia telah mengkaji dasar-dasar yang menjadi alasan perkara itu
diharamkan. Hukum haramnya disebut fiqih, dan dasar-dasar sebagai
alasannya disebut ushul fiqh.

Kemudian tujuan dari pada ushul fiqih itu sendiri adalah untuk
mengetahui jalan dalam mendapatkan hukum syara’ dan cara-cara untuk
menginstinbatkan suatu hukum dari dalil-dalilnya. Dengan menggunakan
ushul fiqih itu, seseorang dapat terhindar dari jurang taklid.8 Ushul fiqih itu juga
sebagai pemberi pegangan pokok atau sebagai pengantar dan sebagai cabang
ilmu fiqih itu. Dapat dikatakan bahwa ushul fiqih sebagai pengantar dari fiqih,
memberikan alat atau sarana kepada fiqih dalam merumuskan, menemukan
penilaian-penilaian syari’at dan peraturan-peraturannya dengan tepat.9

C. Objek Kajian Ushul Fiqh


Agar dalam memahami ushul fiqih tentunya harus mengetahui apa saja yang
menjadi objek kajian ushul fiqih, objek yang dimaksud adalah materi atau yang
dikaji dalam ushul fiqih. Objek kajian dalam ushul fiqih berisi segala bahan atau
perangkat yang digunakan oleh para fuqoha (ahli fiqih) untuk melakukan istinbat
hukum agar terhindar dari cacat atau kesalahan. Objek tersebut meliputi; sumber
hukum, objek khitab hukum, yang berhak dan tidak berhak menjadi mujtahid,
kaidah kebahasaan serta bagaimana penerapanya.10
Lebih jelas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Dalil, yang dibahas tentang dalil dalam ushul fiqih yaitu; macam-macam, rukun
dan syarat, tingkat dan kekuatan, dan dalil-dalil yang secara eksplisit membahas
tentang suatu perkara yang dapat menghukuimi. Dalil-dalil tersebut berasal dari
al-qur’an, hadits, ijma’, qiyas, dan juga yang bersumber dari sumber
yang mukhtalaf (diperselisihkan) yaitu istihsan, maslahah mursalah, istishab,

2014), hlm. 4.
8
Basiq Djalali, Ilmu ushul fiqh , (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 17.
9
Saidus Syahar, Asas-asas hukum Islam, (Bandung: Alumni, 1996) , hlm. 35.
10
Saipudin Shidiq, Ushul Fiqih, Jakarta: Prenadamedia Group, 2014. hlm.7
7
‘urf, saddu al-zariat,mazhab sahabi, syar’u ma qoblana
2. Hukum, yang dibahas di dalamnya tentang klasifikasi hukum dan syaratnya, dan
keterangan tenang al-hakim, al-mahkum alaih, al-mahkum bih dan al-mahkum
fih.
3. Kaidah, yaiu sebagai jalan menyimpulkan hukum suatu objek dari dalil-dalinya.
Di antanya kaidah bahasa; fi’il amar, fi’il nahi nakirah dan ma’rifat, ‘am dan
khas, mutlaq dan mukayyad, dan argumenasinya.juga kaidah kemashlahatan
umum dan tujuan ashal Islam.
4. Ijtihad, meliputi syarat seorang mujahid dan ingkatanya, macam-macam ijihad,
hukum melaksanakan ijtihad, dan metodologi dalam berijihad (Ahmad Yasin,
2013).
Pendapat lain menjelaskan obyek pembahasan ushul fiqih atau yang biasa
disebut maudlu’ adalah sebagai berikut :
1. Al-ahkam, yang terdiri dari dua macam yaiu hukum taklifi (wajib, sunah, haram,
makruh dan mubah) dan hukum wadh’i (sebab, syara dan penghalang {mani’} )
2. Al-hakim, yaitu pihak yang menentukan atau meneapkan hukum
3. Mahkum bih, yaitu perbuatan mukallaf yang dikenani beban hukum
4. Mahkum ‘alaih, yaitu orang yang terbebani hukum atau mukallaf
5. Rukhshoh dan azimah, yakni mengenai ketentuan syariat tentang
keringanan dalam hal khusus bagi mukallaf dan tentang peraturan yang
sebenarnya dan berlaku umum.

Objek kajian dalam ushul fiqih seecara umum dapat dikalsifikasikan sebagai
berikut; kajian tentang dalil, kajian tentang hukum baik yang umum dan khusus,
kajian tentang kaidah, kajian tentang mujtahid, dan kajian tentang metodologi
ijtihad.

D. Ruang Lingkup Kajian Ushul Fiqh

Berdasarkan berbagai pemaparan di atas, terutama berbagai definisi


yang dipaparkan oleh para ulama ahli ilmu Ushul Fiqh dapat diketahui ruang
lingkup kajian (maudhu’) dari Ushul fiqh secara global di antaranya:11

1. Sumber dan dalil hukum dengan berbagai permasalahannya.

11
Ade Dedi Rohayana, Ilmu Ushul fiqih, (Pekalongan: STAIN Press, 2006), hlm. 10.
8
2. Bagaimana memanfaatkan sumber dan dalil hukum tersebut.
3. Metode atau cara penggalian hukum dari sumber dan dalilnya.
4. Syarat-syarat orang yang berwenang melakukan istinbat (mujtahid) dengan
berbagai permasalahannya.

Menurut Al-Ghazali dalam kitab al-Mustashfa ruang lingkup kajian


Ushul fiqh ada 4, yaitu:12
1. Hukum-hukum syara’, karena hukum syara’ adalah tsamarah (buah
/hasil) yang dicari oleh ushul fiqh.
2. Dalil-dalil hukum syara’, seperti al-kitab, sunnah dan ijma’, karena
semuanya ini adalah mutsmir (pohon).
3. Sisi penunjukkan dalil-dalil (wujuh dalalah al-adillah), karena ini adalah
thariq al-istitsmar (jalan / proses pembuahan). Penunjukkan dalil-dalil ini
ada 4, yaitu dalalah bil manthuq (tersurat), dalalah bil mafhum (tersirat),
dalalah bil dharurat (kemadharatan), dan dalalah bil ma’na al-ma’qul
(makna rasional).
4. Mustatsmir (yang membuahkan) yaitu mujtahid yang menetapkan hukum
berdasarkan dugaan kuatnya (zhan). Lawan mujtahid adalah muqallid yang
wajib mengikuti mujtahid, sehingga harus menyebutkan syarat-syarat
muqallid dan mujtahid serta sifat-sifat keduanya.

E. Hubungan Ushul Fiqh dengan Fiqh

Dilihat dari sisi definsi bahwa ushul fiqih adalah kaidah-kaidah yang mengkaji
tentang penggunaan dan keadaan penggunanya yang dapat menyimpulkan hukum
sesuatu yang bersifat amali secara benar dan mendalam. Sedangkan fiqih sendiri
berarti adalah ilmu yang menerangkan hukum-hukum syara’ yang diperoleh dari
dalil-dalilnya yang tafshily.13 Dari definisi tersebut hubungan antara keduanya dapa
dideskripsikan sebagai berikut; ilmu fiqih membahas tentang hukum dari suatu
amal yang mengkaji metodologi dan proses istinbat hukum itu sendiri. Sedangkan
fiqih merupakan hasil dari istimbat hukum yang kemudian akan menjadi jawaban
atas apa hukum dari perbuatan. Kesimpulannya, fiqih merupakan produk dari ushul

12
Ade Dedi Rohayana, Ilmu Ushul fiqih, hlm. 11.
13
T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Fiqh Islam Mempunyai Daya Elastis, Lengkap, Bulat, dan
Tuntas, Jakarta: Bulan Bintang, 1975.
9
fiqih dan ushul fiqih adalah metodologis penetuan hukum yang terdapat dalam fiqih
tersebut.

Ada beberapa perbedaan antara ushul fiqih dan fiqih yaitu :


1. Ushul fiqih membahas tentang kaidah yang bersifat umum dan hukum yang
bersifat umum, sedangkan fiqih membahas dalil yang bersifat juz’i yang
berrhubungan dengan perbuatan mukalaf

2. Ushul fiqih bertujuan menerapkan kaidah umum terhadap nas-nas syariat,


sedangkan fiqih bertujuan menerapkan hukum syariat terhadap perbuatan dan
ucapan mukallaf

3. Ushul fiqih merupakan dasar dari fiqih, fiqih merupakan produk dari ushul fiqih

4. Ushul fiqih bersifat teoritis, sedangkan fiqih bersfat praktis.

F. Tujuan Mempelajari Ushul Fiqh

Menurut Abdul Wahab Khallaf, tujuan dari ilmu ushul Fiqh adalah
menerapkan kaidah-kaidah dan teori-teorinya terhadap dalil-dalil yang rinci
untuk menghasilkan hukuk syara’ yang ditunjuki dalil itu. Jadi, berdasarkan
kaidah- kaidahnya dan bahasan-bahasannya maka nash-nash syara’ dapat
dipahami dan hukum yang menjadi dalalahnya dapat diketahui, serta sesuatu
yang dapat menghilangkan kesamaran lafadz yang samar dapat diketahui.
Selain itu juga diketahui juga dalil-dalil yang dimenangkan ketika terjadi
pertentangan antara satu dalil dengan dalil yang lainnya.14 Termasuk
menetapkan metode yang paling tepat untuk menggali hukum dari sumbernya
terhadap sesuatu kejadian konkret yang belum terdapat nashnya dan
mengetahui dengan sempurnya dasar-dasar dan metode para mujtahid
mengambil hukum sehingga terhindar dari taqlid. Ilmu inipun juga
membicarakan metode penerapan hukum bagi peristiwa-peristiwa atau
tindakan yang secara pasti tidak ditemui nashnya, yaitu dengan jalan Qiyas
istishab, dan lain sebagainya.

Menurut Khudhari Beik, dalam kitab ushul fiqihnya merinci tujuan

14
Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam, cet. VI (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1996), hlm. 6.
10
ushul fiqih sebagai berikut :

1. Mengemukakan syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seorang mujtahid,


agar mampu menggali hukum syara’ secara tepat.

2. Sebagai acuan dalam menentukan dan menetapkan hukum syara’ melalui


metode yang dikembangkan oleh para mujtahid, sehinggga dapat
memecahkan berbagai persoalan baru yang muncul.

3. Memelihara agama dari penyimpangan penyalahgunaan sumber dan dalil


hukum. Ushul fiqih menjadi tolak ukur validitas kebenaran sebuah ijtihad.
4. Mengetahui keunggulan dan kelemahan para mujtahid, dilihat dari dalil
yang mereka gunakan.
5. Mengetahui kekuatan dan kelemahan suatu pendapat sejalan dengan dalil
yang digunakan dalam berijtihad, sehingga para peminat hukum Islam
dapat melakukan tarjih (penguatan) salah satu dalil atau pendapat tersebut
dengan mengemukakan pendapatnya.15

Jadi, ilmu ushul fiqh memberi pengetahuan kepada umat Islam tentang
system hukum dan metode pengambilan hukum itu sendiri. Dengan demikian
diharapkan umat Islam akan terhindar dari taqlid atau ikut pada pendapat
seseorang tanpa mengetahui dalil dan alasan-alasannya.`

Ushul fiqh juga sangat penting bagi umat Islam, karena disatu pihak
pertumbuhan nash telah terhenti sejak meninggalnya Nabi, sementara dipihak
lain, akibat kemajuan sains dan teknologi, permasalahan yang mereka
hadapi kian hari kian bertambah. Kehadiran sains dan teknologi tidak hanya
dapat membantu dan membuat kehidupan manusia menjadi mudah, tetapi juga
membawa masalah-masalah baru yang memerlukan penanganan serius oleh
para ahli dengan berbagai bidangnya. Penggunaan produk-produk teknologi
maju itu, atau pergeseran nilai-nilai sosial sebagai akibat modernisasi,
langsung atau tidak langsung telah pula membawa pengaruh yang cukup
berarti terhadap praktik-praktik keagamaan (Islam). Hal ini antara lain terlihat
di sekitar perkawinan, warisan dan bahkan ibadat sekalipun.16 sebagai contoh
15
Nasrun Haroen, Ushul Fiqih I , (Jakarta : PT. Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm. 5-6
16
Alaidin Koto, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh, (Sebuah Pengantar), cet. 3 (Jakarta: RajaGrafindo
11
dalam permasalahan pernikahan misalnya, ditemui kasus-kasus baru seperti
akad nikah lewat telepon, penggunaan alat-alat kontrasepsi KB, harta
pencarian bersama suami istri dan lain sebagainya secara tekstual tidak
ditemui jawabannya dalam Al-Qur’an maupun As-Sunnah, apakah hal ini
berarti Islam tidak mau bicara mengenai hal tersebut sehingga masalah ini
tidak masuk dalam permasalahan hukum Islam? Di sinilah peran ulama
ahli hukum Islam dan para intelektualnya agar supaya mereka mampu
merepresentasikan Islam untuk semua bidang kehidupan manusia, mereka
dituntut untuk mencari kepastian itu dengan mengkaji dan meneliti nilai-nilai
yang terkandung dalam Al- Qur an dan As-Sunnah secara cermat dan intens
dengan alat yang digunakan yakni Ushul Fiqh. Yang juga perlu dipahami
bersama adalah bahwa ilmu Ushul Fiqh tidak hanya berguna bagi para
Mujtahid atau ahli hukum saja, akan tetapi bagi semua orang Islam untuk
mencari kepastian hukum bagi setiap masalah yang mereka hadapi sekalipun
tidak sampai ketingkat Mujtahid mereka akan beramal sebagai muttabi’,
mengikuti pendapat para ahli dengan mengetahui dalil dan alasan-alasannya.

Persada, 2004), hlm. 11


12
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ushul fiqih merupakan kaidah-kaidah yang mengkaji tentang
penggunaan dan keadaan penggunanya yang dapat menyimpulkan hukum
sesuatu yang bersifat amali secara benar dan mendalam. Objek kajian
dalam ushul fiqih seecara umum dapatt dikalsifikasikan sebagai berikut;
kajian tenang dalil, kajian enang hukum baik yang umum dan khusus,
kajian tentang kaidah, kajian tentang mujtahid, dan kajian tentang
metodologi ijtihad.

Tujuan mempelajari ilmu ushul fiqih adalah kita dapat mengetahui


kaidah-kaidah dalam menentukan hukum menurut dalilnya dan
mempraktikanya. Hubungan antara keduanya adalah fiqih merupakan
produk dari ushul fiqih dan ushul fiqih adalah metodologis penetuan
hukum yang terdapat dalam fiqih tersebut.

B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami susun guna memenuhi tugas mata
kuliah Ushul Fiqh. Semoga dapat menambah pengetahuan tentang pengertian
Ushul Fiqqh dan Hubungannya dengan Ilmu Fiqh. Kami juga memohon maaf
jika dalam penulisan makalah ini serta dalam penyampaiannya masih banyak
kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami
semua. Aamien..

DAFTAR PUSTAKA
13
Ahmad Yasin, Ilmu Ushul Fiqih (Dasar-Dasar Istinbat Hukum Islam), Diktat
Panduan Pelaksanaan Perkuliahan UIN Sunan Ampel, 2013.
Djalali, Basiq. 2010. Ilmu ushul fiqh. Jakarta: Kencana

Haroen, Nasrun. 1997. Ushul Fiqih I. Jakarta : PT. Logos Wacana Ilmu.

Hasbiyallah. 2014. Fiqh dan Ushul Fiqh Metode Istinbath dan Istidlal. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya

Khallaf, Abdul Wahhab. 1996. Kaidah-Kaidah Hukum Islam. cet. VI. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.

Koto, Alaidin. 2004. Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh, (Sebuah Pengantar), cet. 3.
Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Munadi. 2017. Pengantar Ushul Fiqh. Lhokseumawe: Unimal Press.

Rohayana, Ade Dedi. 2006. Ilmu Ushul fiqih. Pekalongan: STAIN Press.

Saputra, Irwansyah. 2018. Jurnal Syariah Hukum Islam: Perkembangan Ushul


Fiqh. Vol. 1. No. 1.

Syahar, Saidus. 1996. Asas-asas hukum Islam. Bandung: Alumni; 1996

Syarifuddin, Amir. 2011. Ushul Fiqh, Jilid 1. Jakarta: Kencana – Prenada


Media Group.

14

Anda mungkin juga menyukai