Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN ANTARA FIQH DENGAN USHUL FIQH DAN QAIDAH USHULIYAH

DENGAN QAIDAH FIQHIYAH


Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah
Al-Qawaid Fiqhiyyah
Dosen Pengampu: Helmi Maulana, S.Th, M.Pd.I

Disusun Oleh:
Fakih Moh Lutpi
Siti Komalasari

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM
CIAMIS
2017

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu kekayaan peradaban Islam di bidang hukum yang masih jarang ditulis
adalah kaidah fiqih. Dengan menguasai kaidah-kaidah fiqih dan hubungannya antara
ushuliyah dan fiqhiyah kita dapat mengetahui titik temu dari masalah-masalah fiqih, ushul
fiqih, ushuliyah dan fiqhiyah. Hal ini tidak lain karena pentingnya memahami masalah-
masalah yang berkembang di masyarakat kita yang semakin hari semakin banyak muncul
permasalahan-permasalahan baru yang perlu dipecahkan, baik itu melalui qoidah fiqhiyyah
maupun qoidah ushuliyyah. Oleh karena itu, penyusun berharap dengan adanya makalah
ini semoga bisa menjadi tambahan wawasan kita terhadap keilmuan fiqh maupun ushul
fiqh.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan ilmu fiqh dengan ushul fiqh?
2. Apa obyek dari kedua ilmu tersebut?
3. Bagaimana hubungan qoidah fiqhiyyah dengan qoidah ushuliyyah?

BAB II
2
PEMBAHASAN
2.1 Hubungan Fiqih dengan Ushul Fiqih
Untuk mengetahui hubungan antara fiqh dengan ushul fiqh kita perlu mengetahui
terlebih dahulu apa yang menjadi objek dan tujuan dari kedua ilmu tersebut. Sehingga kita
dapat melihat keterkaitan antara ilmu fiqh dengan ushul fiqh dengan jelas.
a. Obyek Pembahasan Fiqh dan Ushul Fiqh
Objek pembahasan fiqh adalah perbuatan mukallaf (Islam,baligh dan berakal) ditinjau dari
hokum syara. Maka seorang faqih akan membahas tentang hukum jual-beli mukallaf,
puasanya, shalatnya, hajinya, pencuriannya, sewa-menyewanya dan lain sebagainya.
(Mukallaf, h. 3).
Sedangkan yang menjadi obyek pembahasan ilmu ushul fiqh adalah: membahas tentang
dalil yang masih bersifat umum dilihat dari ketetapan hukum yang umum pula. Dari obyek
pembahasan ini akan dibahas tentang macam-macam dalil, syarat dan rukunnya,tingkatannya
serta kehujjahannya. Maka ahli ushul akan membahas, al-Quran, sunnah, ijma, qiyas serta
kehujjahannya, dalil am yang membatasinya, amr dan hal-hal yang yang menjadi penghalang
diberlakukannya hukum seperti bodoh, keliru dan lupa.
b. Tujuan mempelajari Fiqih dan Ushul Fiqih
Ada beberapa tujuan praktis yang diperoleh orang yang mempelajari fiqh maupun ushul
fiqh. Antara ushul fiqih dan fiqih secara substansial tidak bias dipisahkan meskipun obyek
bahasan dan tujuan keduanya berbeda. Dr. Abdul Wahab Khallaf dalam bukunya Ilmu Ushul
Fiqh menjelaskan tujuan yang diperoleh setelah mempelajari ilmu fiqh dan ushul fiqh.
Tujuan mempelajari ilmu fiqh ialah untuk menerapkan hukum syariat terhadap perbuatan
dan ucapan manusia. Dengan demikian ilmu fiqh merupakan sumber rujukan bagi seorang
mufti dalam berfatwa, seorang hakim dalam keputusannya dan merupakan sumber rujukan
bagi setiap mukallaf untuk mengetahui hukum dari perkataan dan ucapan yang dilakukan. Dari
tujuan di atas akan menggambarkan tujuan dari semua undang-undang yang diperuntukan
untuk manusia. Karena pada intinya semua undang-undang yang dibuat, materi hukumnya
untuk diterapkan terhadap perbuatan dan ucapan manusia. (Khallaf, h 7).
Sedangkan mempelajari ilmu ushul fiqh memiliki beberapa tujuan yang mungkin dapat
dicapai. Antara lain sebagai berikut:
1.) Menerapkan kaidah terhadap dalil-dalil guna memperoleh hukum syariat. Dengan
tujuan ini diharapkan dapat difahami nash-nash syariat serta kandungan hukumnya
yang berhubungan dengan perbuatan. (Khallaf, 7).
2.) Memberikan pemahaman yang jelas tentang ijtihad. Dari tujuan ini diharapkan dapat
diketahui secara jelas syariat-syariat yang harus dimiliki oleh seorang mujtahid,
mengetahui kaidah-kaidah serta metode yang digunakan oleh mujtahid untuk
memperoleh hukum syariat.

3
3.) Dapat menerapkan secara tepat kaidah ushul yang bersifat kulli terhadap persoalan-
persoalan kontemporer yang berkembang dan bersifat komfleks.
Tujuan-tujuan mempelajari ushul fiqh sebagaimana tersebut di atas pada klimaksnya
bermuara pada satu tujuan tertinggi yaitu memelihara agama ini dari penyimpangan
dan penyalah-gunaan dalil-dalil syara sehingga terhindar dari kecerobohan yang
menyesatkan. (Safiudin, h. 6-7).
Setelah melihat obyek pembahasan serta tujuan dari fiqh dan ushul fiqh di atas, maka
kita dapat menarik kesimpulan bahwa adanya hubungan yang saling berkaitan antara fiqh
dengan ushul fiqh. Dimana keduanya adalah asas yang sangat penting bagi seorang mukallaf
dalam menjalankan suatu hukum yang telah ditetapkan oleh ushul fiqh dan menjalankannya
sesuai fiqh. Hubungan ilmu fiqh dengan ushul fiqh , jelas sangat berhubungan sebab memang
ilmu fiqh merupakan produk dari ushul fiqh. Ilmu fiqh berkembang karena berkembangnya
ilmu ushul fiqh. Ilmu fiqh akan bertambah maju seiring berkembangnya zaman manakala ilmu
ushul fiqh mengalami kemajuan karena ushul fiqh semacam ilmu atau alat yang menjelaskan
metode dan sistem penetapan hukum berdasarkan dalil-dalil naqli maupun aqli. Ushul fiqh
juga menjadi rambu-rambu bagi fuqoha dalam menetapkan suatu hukum agar tidak keluar dari
batasan-batasan yang telah ditentukan oleh syara.

2.2 Hubungan Qaidah Fiqhiyyah dengan Qaidah Ushuliyyah


Qaidah fiqhiyyah adalah dasar-dasar atau asas-asas yang bertalian dengan masalah-
masalah fiqh. (Djazuli, h. 2).
Sedangkan qaidah ushuliyyah adalah sejumlah peraturan untuk menggali hukum yang
berkaitan dengan ketentuan dalalah lafaz atau keabsahan. (Rahmat, h. 147).
Qaidah ushuliyyah memuat pedoman penggalian hukum dari sumber aslinya baik Al-
Quran maupun sunnah dengan menggunakan pendekatan secara kebahasaan. Sedangkan
qaidah fiqhiyyah merupakan petunjuk operasional dalam mengistinbathkan hukum Islam,
dengan melihat kepada hikmah dan rahasia-rahasia tasyri. Namun kedua kaidah tersebut
merupakan patokan dalam mengistinbathkan suatu hukum, satu dengan yang lainnya tidak
dapat dipisahkan, sebab keduanya saling membutuhkan, dalam sasarannya menetapkan hukum
Islam terhadap mukallaf.

Simpulan
Hubungan ilmu fiqh dengan ushul fiqh , jelas sangat berhubungan sebab memang ilmu
fiqh merupakan produk dari ushul fiqh. Ilmu fiqh berkembang karena berkembangnya ilmu
4
ushul fiqh. Ilmu fiqh akan bertambah maju seiring berkembangnya zaman manakala ilmu
ushul fiqh mengalami kemajuan karena ushul fiqh semacam ilmu atau alat yang menjelaskan
metode dan sistem penetapan hukum berdasarkan dalil-dalil naqli maupun aqli. Ushul fiqh
juga menjadi rambu-rambu bagi fuqoha dalam menetapkan suatu hukum agar tidak keluar dari
batasan-batasan yang telah ditentukan oleh syara.
Qaidah ushuliyah memuat pedoman penggalian hukum dari sumber aslinya baik Al-
Quran maupun sunnah dengan menggunakan pendekatan secara kebahasaan. Sedangkan
qaidah fiqhiyah merupakan petunjuk operasional dalam mengistinbathkan hukum Islam,
dengan melihat kepada hikmah dan rahasia-rahasia tasyri. Namun kedua kaidah tersebut
merupakan patokan dalam mengistinbathkan suatu hukum, satu dengan yang lainnya tidak
dapat dipisahkan, sebab keduanya saling membutuhkan, dalam sasarannya menetapkan hukum
Islam terhadap mukallaf.

Daftar Pustaka
Djazuli, A. 2010. Kaidah-Kaidah Fiqih. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.
Shidik, Safiudin. Ushul Fiqih. Tanggerang. Intimedia.
5
Syafei, Rachmat. 2010. Ilmu Ushul Fiqih. Bandung. CV Pustaka Setia.

Anda mungkin juga menyukai