Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SHARIH DAN KINAYAH

Mata Kuliah : Ushuul Fiqh 3

Dosen Pengampu : Dr. H. M. Jafar, SHI, MA

Disusun oleh:

Siti Nuriana Zuhra (202011003)

Syahriyana (202011005)

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

LHOKSEUMAWE

2021
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Lafadh Sharih.............................................................................2
B. Pengertian Lafadh Kinayah..........................................................................3
C. Perbedaan antara Lafadh Shorih dan  Lafadh Kinayah...............................4

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................................5
B. Saran ............................................................................................................5

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................6

 
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat allah SWT, karena atas


rahmat dan hidayahnya saya dapat menyelesaikan tugas “Lafadh Sharih
dan Lafadh Kinayah”. Sebagaimana untuk memenuhi tugas ushul fiqih.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad saw.nabi akhir zaman pembawa rahmat bagi seluruh
alam Tujuan saya menulis materi tersebut adalah memenuhi tugas, dan
agar menjadikan mahasiswa mengerti tentang apa itu lafadh sharih dan
kinayah. Terima kasih kepada pemberi tugas telah memberikan saya
kesempatan untuk  berfikir panjang dan dapat membuat makalah ini sesuai
harapan. Materi ini tidak akan tersampai jika tidak ada dorongan dari
berbagai pihak. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada
sahabat  sahabat.

Banjarmasin, 04 Oktober 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kinâyah merupakan salah satu aspek kajian ilmu balaghah,


tepatnya ilmu bayan. Selain kinâyah ada dua aspek lainnya yang
mempunyai hubungan sistematis dengan kinâyah, yaitu tasybîh dan majâz.
Berbeda dengan tasybîh dan majâz, kinâyah merupakan suatu
pengungkapan yang pengertiannya bersifat polisemi, bisa bermakna
denotatif (haqiqi) dan bisa juga bermakna konotatif (majâzi).1

Sharih adalah lafadz yang tidak memerlukan penjelasan.menurut


abdul azhim bin badawi al-khalafi, bahwa yang dimaksud dengan sharih
adalah suatu kalimat yang langsung dapat dipahami tatkala diucapkan dan
tidak mengandung makna lain.

Untuk menginterpretasikan Al Qur‘an dan sunah dalam upaya


mendeduksi ketentuan-ketentuan hukum dari petunjuk-petunjuk yang
diberikannya. Bahasa Al Qur’an dan Sunah harus dipahami secara benar.
Agar dapat menggunakan sumber-sumber ini, mujtahid harus mengetahui
kata-kata nash dan implikasi-implikasinya secara tepat. Untuk tujuan ini
para ulama’ ushul fiqh memasukkan klasifikasi kata kata dan pemakaian-
pemakaiannya kedalam metodelogi Ushul Al Fiqh.

Biasanya mujtahid tidak akan melakukan interpretasi jika nash itu


sendiri sudah merupakan dalil yang jelas. Tetapi sejauh ini, fiqh sebagian
besar memuat ketentuan-ketentuan yang dirumuskan melalui interpretasi
dari ijtihad, sebagai mana nanti akan didiskusikan.

1 Miftahul Arufin dan A. Faisal Haq. Ushul Fiqih : Kaidah-kaidah Pentapan Hukum


Islam, Cet. I, Surabaya: Citra Media, 1997, h. 175.
Dari sudut pemakaian yang sesunguhnya, suatu kata digunakan
dalam makna utamanya, makna harfiyah, makna teknis, ataukah maknanya
yang lazim. Tetapi disini kita hanya akan membahas tentang apa itu lafadh
sharih dan lafadh qinayah.2

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang di maksud dengan lafadh Sharih?
2. Apakah yang di maksud dengan lafadh kinayah?
3. Apa perbedaan antara lafadh sharih dan kinayah?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan lafadh sharih.
2. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan lafadh kinayah.
3. Untuk mengetahui perbedaan antara lafadh sharih dan kinayah.

BAB II
2 Amir Syarifudin, Ushul Fiqih, Jilit 2, Cet. V, Jakatra: Kencana, 2008, h. 345.  
PEMBAHASAN

A. Lafadh Sharih

Lafadh Shorih secara bahasa berarti  ‫ َر َح‬K ‫ص‬yang


َ artinya ‘terang’
atau  ‘jelas’, Tidak ada makna lain yang tersembunyi. Ia menjelaskan apa
yang ada dalam hatinya terhadap orang lain dengan ungkapan yang
seterang mungkin.3

Dalam pengertian istilah hukum, sharih berarti :

‫ف ْال َم ْعنَى َو ْال ُم َرا ُد َحقِ ْيقَةٌ َكانَ اَوْ َم َجا ًزا‬
ِ ْ‫ُكلُّ لَ ْف ٍظ َم ْك ُشو‬

“Setiap lafadz yang terbuka makna dan maksudnya, baik dalam


bentuk haqiqah atau majaz”.

Maksud yang di kehendaki oleh pembicara dapat di ketahui dari


lafal yang digunakan tanpa memerlukan penjelasan lain. Menurut abdul
azhim bin badawi al-khalafi, bahwa yang dimaksud dengan sharih adalah
suatu kalimat yang langsung dapat dipahami tatkala diucapkan dan tidak
mengandung makna lain. Para ulama’ ushul fiqih menerapkan lafadh
shorih ini dalam hal hukum talaq. Contohnya adalah

a. Aku ceraikan kau dengan talak satu.


b. Aku telah melepaskan (menjatuhkan) talak untuk engkau.
c. Hari ini aku ceraikan kau

Jika suami melafazkan talak dengan mengunakan kalimah yang


"Sharih" seumpama di atas ini, maka talak dikira jatuh walaupun tanpa
niat. Hal ini, senada dengan pendapat imam Syafi’i dan Abu Hanifah,
beliau berkata bahwa talak sharih tidak membutuhkan niat. Dapat di tarik
kesimpulan bahwa lafadh sharih adalah lafadh yang paling jelas
3 Nazar Bakry, Fiqih dan Ushul Fiqih, Cet. IV, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003,
h. 251.
pengucapan dan maknanya  karena tidak ada makna lain selain dari yang
dilafalkan tersebut.

Ketentuan yang berlaku terhadap lafaz sharih dalam ucapan adalah


berlakunya apa yang disebut dalam lafaz itu dengan sendirinya,
Umpamanya lafaz “cerai” untuk memutuskan hubungan antara suami
isteri.

Dalam bentuk apapun, jika lafaz itu diucapkan, maka


berlangsunglah perceraian, seperti : “saya ceraikan engkau”, “hai, cerai”,
“kita bercerai”, atau kata lain yang sejenis lafaz (kata) tersebut.4

B. Lafadh Kinayah

Lafadh Kinayah secara arti kata berarti mengatakan sesuatu untuk


men -jelaskan makna yang lain.

Dalam pengertian istilah hukum, Kinayah berarti :

‫َما يَ ُكوْ نُ ْال ُم َرا ُد بِاللَ ْف ِظ َم ْستُورًااِلَى اَ ْن يَتَبَيَّنَ بِا ل َّدلِ ْي ِل‬

“Apa yang dimaksud dengan suatu lafal bersifat tertutup sampai


dijelas-  kan oleh suatu dalil. “ , berarti lafadh kinayah adalah lafadh yang
tidak bisa dipahami secara langsung dan tatkala diucapkan memiliki
makna yang lain.

Setiap lafadz yang pemahaman artinya melalui lafadz lain dan


tidak dari lafadz itu sendiri, pada dasarnya termasuk dalam arti kinayah,
karena masih memerlukan penjelasan.  Pengunaan nama seseorang dengan
memakai kata ganti nama juga termasuk kinayah seperti jika ada orang
berkata “si Ahmad sedang sholat dengan tekun” akan mudah orang
memahaminya. Tetapi kalau dikatakan, ”ia sedang sholat dengan tekun”
orang akan bertanya “siapa yang sedang sholat?.

4 A Djazuli dan 1 Nurol Aen, Ushul Fiqh (Metode Hukum Islam), Cet. 1, Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2000, h. 412.
Demikian pula ucapan yang mengandung keragaman maksud,
termasuk kinayah. Umpamanya seorang mengatakan kepada istrinya
“pulang lah engkau ke rumah ibu mu.” Ungkapan ini mengandung
beberapa maksud: dapat berarti cerai dan dapat pula berarti pulang
sementara. Bila seseorang mengunakan ucapan tersebut kepada istrinya
dan yang maksud ucapannya itu untuk cerai, berarti dia mengunakan
lafadh kinayah untuk “cerai” atau para ulama’ ushul fiqih biasa
menyebutnya dengan talaq kinayah.5

Menurut Jumhur Ulama, kinayah adalah suatu ucapan talak yang


diucapkan dengan kata-kata yang tidak jelas atau melalui sindiran. Kata-
kata tersebut dapat dikatakan lain, seperti ucapan suami “pulanglah
kamu”.  Ketentuan yang berlaku terhadap lafaz kinayah adalah bahwa
untuk terjadi dan sahnya apa yang diinginkan dengan ucapan itu
diperlukan adanya niat atau kesengajaan dalam hati ; atau cara lain yang
sama artinya dengan itu. Selain itu lafadh kinayah memeliki kedudukan di
bawah lafadh sharih karena pada lafadh ini masih memerlukan penjelasan
terhadap maknanya sedangkan lafadh sharih sudah memiliki makna yang
jelas tanpa pemahaman lagi.

C. Perbedaan Lafadh Sharih dan Lafadh Kinayah

Sangat jelas sekali perbedaan antara lafadh sharih dan lafadh


kinayah jika kita melihat dari definisi masing masing lafadh diantaranya :

1. Dari segi definisi, lafadh sharih yakni suatu kalimat yang langsung
dapat dipahami tatkala diucapkan dan tidak mengandung makna lain,
sedangkan lafadh kinayah yakni lafadh yang tidak bisa dipahami
tatkala diucapkan secara langsung dan memiliki makna yang lain.

5 Miftahul Arufin danA. Faisal Haq. Ushul Fiqih : Kaidah-kaidah Pentapan Hukum


Islam........, h. 233.
2. Dari segi isi kalimat, lafadh sharih hanya memiliki satu makna/
maksud sedangkan lafadh kinayah memiliki dua atau lebih makna/
maksud.
3. Dari segi ketentuan, ketentuan yang berlaku terhadap lafaz sharih
dalam ucapan adalah berlakunya apa yang disebut dalam lafaz itu
dengan sendirinya sedangkan dalam lafadh kinayah, ketentuan yang
berlaku adalah bahwa untuk terjadi dan sahnya apa yang diinginkan
dengan ucapan itu diperlukan adanya niat atau kesengajaan dalam
hati.6

BAB III

6 Miftahul Arufin dan A. Faisal Haq. Ushul Fiqih : Kaidah-kaidah Pentapan Hukum


Islam....., h. 346.
PENUTUP

A. Kesimpulan

Lafadh sharih adalah suatu kalimat yang langsung dapat dipahami


tatkala diucapkan dan tidak mengandung makna lain. Ketentuan yang
berlaku terhadap lafaz sharih dalam ucapan adalah berlakunya apa yang
disebut dalam lafaz itu dengan sendirinya, Umpamanya lafaz “cerai” untuk
memutuskan hubungan antara suami isteri.

Lafadh kinayah adalah lafadh yang tidak bisa dipahami tatkala di -


ucapkan secara langsung dan memiliki makna yang lain. Setiap lafadz
yang pemahaman artinya melalui lafadz lain dan tidak dari lafadz itu
sendiri, pada dasarnya termasuk dalam arti kinayah, karena masih
memerlukan penjelasan. Ketentuan yang berlaku terhadap lafaz kinayah
adalah bahwa untuk terjadi dan sahnya apa yang diinginkan dengan
ucapan itu diperlukan adanya niat atau kesengajaan dalam hati ; atau cara
lain yang sama artinya dengan itu.

Perbedaan antara lafadh sharih dan kinayah terdiri dari tiga segi :
Segi definisi, segi isi kalimat/makna kalimat dan segi ketentuannya.

B. Saran

Saya selaku penulis mohon maaf atas segala kekhilafan dan


kekurangan dari makalah ini karena kurangnya penjelasan secara lengkap
tentang definisi dan contoh contoh dari lafadh sharih dan lafadh kinayah,
maka dari itu perlu adanya kajian ulang pembahasan tentang materi lafadh
sharih dan lafadh kinayah dalam bidang ushul fiqih.

Saya juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar


makalah ini lebih bermanfaat dan lebih baik kualitasnya dimasa
mendatang,. Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat bermanfaat
bagi semuanya. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Azhar,Ushul Fiqih 2015 ( Medan : Fakultas Tarbiyah IAIN SU,

Abdul Wahab Khalaf, 1997 Ilmu Ushul Fiqh (Bandung:Gema Insani Risalah
Press,

Arufin Miftahul dan A. Faisal Haq. Ushul Fiqih : Kaidah-kaidah Pentapan


Hukum Islam, Cet. I, Surabaya: Citra Media, 1997.

Syafe’i, Rachmat.2007.Ilmu Ushul Fiqih, Cet.3.Bandung:CV.Pustaka Setia.

Amir Syarifudin2009, Ushul Fiqih (Jakarta: kencana,

Kasuwi Saiban2005, Metode Ijtihad Ibnu Rusdy(Malang : kutub minar,

Wahbah Zuhaili2000, Ushul Fiqih Islami ( Darul fikr,

Ridwan,dkk, 2008 Fiqih Modul Hikmah (Sragen:Akik Pusaka,


Jumantoro, Totok. Kamus Ilmu Ushul Fiqih. Jakarta:AMZAH,2009

Tanjung,Yaman.LafadhSharihdanKinayah.http://
cintabunda1990.blogspot.co.id /2014/10/lafaz-shah-dan-kinayah.html. diakses
pada tanggal 4 november 2016

Anda mungkin juga menyukai