Abstract
This jurnal explains about how the Qur'an and Psychology as a science that focuses
on talking about human behavior and mentality discuss the basic concepts and potential that
exists in humans and how it is applied of education. The method used in this research is
qualitative with library research method with descriptive analysis approach. From the
searches that have been made at least it can be concluded that the Koran sees humans as
physical (biological or material) and spiritual (spiritual) beings, whereas Psychology
generally only sees humans as mere physical beings
Abstrak
Jurnal ini menjelaskan mengenai bagaimana Al-Qur’an dan Psikologi sebagai ilmu
yang fokus berbicara tentang perilaku dan mental manusia membahas konsep dasar dan
potensi yang ada dalam diri manusia serta bagaimana aplikasinya dalam dunia pendidikan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan metode pustaka (library
research) dengan pendekatan analisis deskriptif. Dari penelusuran yang telah dilakukan
setidak-tidaknya dapat disimpulkan bahwa Alquran melihat manusia sebagai makhluk
jasmani (biologis atau material) dan rohani (spiritual), sedangkan ilmu Psikologi pada
umumnya hanya melihat manusia sebagai makhluk jasmani semata.
A. PENDAHULUAN
Potensi dasar manusia sebagai ciptaan Allah SWT yang paling tinggi dan
sempurna diantara mahluk lainnya ialah keberadaan sang akal, menjadi bagian
terpenting dari sebuah sistem yang dirancang oleh sang kholik untuk memimpin di
dunia ini.1 Mereka disiapkan dengan harapan mampu memakmurkan dunia, terutama
di lingkungan sekitar mereka, dan menyatakan bahwa tujuan hidup tidak lain adalah
bertaqwa kepada Allah SWT dengan ikhlas mengemban amanah tadi. Oleh sebab itu
1
Ary Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, (Jakarta: Arga
Publishing, 2010), cet.53. h.19.
salah satu wujud ketaqwaan itu adalah berusaha semaksimal mungkin berbenah diri
dalam perangai sikap, muamalah, dan pengetahuan. Sebuah hadist nabi tentang iman
dan budi pekerti yang intinya seorang mukmin yang paling sempurna imannya ialah
mereka yang baik hati.
Berhubungan dengan rasa syukur sebagai ciptaan Allah yang paling sempurna,
sudah selayaknya menunjukkan prestasi tertinggi dalam kehidupan disegala bidang,
sebab potensi kemenangan sudah kita dimiliki semenjak masih dalam alam
kandungan. Maksudnya adalah menang melawan kebodohan, gigih mereda hawa
nafsu, berkepribadian mulia yang dikenal sebagai pribadi Insan Kamil.
2
Filsafat Pendidikan Islam, (Surabaya: Kependidikan Islam IAIN Sunan Ampel, 2010) hal.15.
3
Ary Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, (Jakarta:Arga
Publishing, 2010), cet. 53.hal 21.
Potensi-potensi tersebut, pada dasarnya masih merupakan kemampuan yang
belum terwujud secara optimal. Oleh karena itu, dibutuhkan hal lain agar potensi
tersebut dapat didayagunakan, tentu saja manusia mesti memiliki ambisi. Ambisi
inilah yang mendorong orang untuk berusaha meraih keinginannya. Tanpa ambisi,
orang hanya akan merasa puas dengan kondisi yang dimilikinya sekarang, tidak ada
keinginan untuk mengubahnya menjadi lebih baik.
Pribadi yang sehat adalah mereka yang mampu menyelaraskan antara empat
aspek yaitu biologis, sosiologis, psikologis dan spiritual ujar bapak Masyudi Ahmad
dalam sebuah perkuliahan dengan pengertian bahwa individu menjadi normal jika
seimbang antara empat aspek tadi. Kemudian dalam teori belajar, dijelaskan bahwa
manusia akan mengalami aktivitas kognisi jika mendapat sebuah ransangan dari luar
atau lingkungan sekitarnya.4
Kemudian ada hal menarik dari potensi berfikir manusia ini sebagaimana yang
kita miliki akan dibahas dalam jurnal ini dengan materi yang berjudul “POTENSI
BERFIKIR MANUSIA”
B. PEMBAHASAN
1. Potensi Diri
4
Ary Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi Dan Spiritual, (Jakarta:Arga
Publishing, 2010), cet. 53. hal12.
Allah SWT menciptakan manusia sebagai makhluk paling sempurna di
antara makhluk makhluk ciptaan-nya. Manusia dianugerahi cipta, rasa, dan karsa.
Ketiga hal tersebut yang disebut potensi dasar. Dengan daya cipta, manusia
mampu menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan diri sendiri atau
dimanfaatkan oleh orang lain. Melalui perasaan, manusia mampu merasakan atau
membedakan mana yang baik atau mana yang buruk. sedangkan dengan karsa,
sesuatu.
a. Kemampuan dasar
b. Etos kerja,
c. Kepribadian
Tidak ada manusia sempurna yang memiliki kelebihan dalam segala hal
manusia sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak mungkin memenuhi
atas:
a. Potensi Berfikir
manusia untuk berfikir, maka berfikir. Logikanya orang hanya disuruh berfikir
manusia memiliki potensi cita rasa, yang dengannya manusia dapat memahami
keindahan.
c. Potensi Fisik
d. Potensi Sosial
kecerdasan yang ada pada otak manusia (terutama otak sebelah kanan).
kecerdasan yang ada pada otak manusia (terutama otak sebelah kiri). Fungsi
menganalisis.
yang bertumpu pada bagian dalam diri manusia yang berhubungan dengan
jiwa sadar atau kearifan di luar ego. Secara umum Spiritual Quotient
manusia yang bertumpu pada bagian dalam diri manusia yang berhubungan
dengan keuletan, ketangguhan dan daya juang tinggi. Melalui potensi ini,
Berikut ini terdapat beberapa contoh jenis potensi diri, terdiri atas:
a. Potensi Positif
Contoh:
- Sikap ksatria
- Kompetitif
- Memiliki bakat
b. Potensi Negatif
Contoh:
- Mudah dipengaruhi
- Kurang berhati-hati
- Emosional
Namun yang menjadi permasalahan ialah kita tidak mengetahui potensi diri kita
sendiri. Potensi diri berperan besar dalam menentukan kesuksesan hidup apabila
Berikut adalah beberapa langkah atau cara untuk mengenali potensi diri :
Sesuatu yang penuh gairah dan semangat kita lakukan. Tanpa harus
diminta atau disuruh. Anda akan melakukannya secara sukarela tanpa dibayar,
bahkan anda mau mengeluarkan uang untuk apa yang anda lakukan. Inilah
yang disebut dengan hobi. Seseorang yang punya hobi tertentu akan
tanaman, dia rajin menyiram dan merawat tanaman setiap hari. Dia rela
Orang yang paling tahu diri anda adalah orang terdekat. Bisa orang tua,
kakak-adik, saudara, keluarga, atau teman. Merekalah yang tahu tentang diri
anda dari kecil sampai dewasa. Jadi mereka tahu apa potensi diri anda.
Terkadang kita tidak menyadari potensi yang kita miliki, perlu orang lain
melakukannya. Kita bisa mencoba hal-hal baru yang belum pernah kita
lakukan. Tentu saja yang kita lakukan tidak boleh melanggar hukum yah.
Dengan mencoba banyak hal, mungkin kita akan menemukan potensi diri
bertambah. Bacaan dan tontonan yang kita sukai itu bisa jadi adalah sebuah
potensi. Jika anda suka membaca perkembangan dunia komputer, internet dan
menambah pengetahuan.
Coba buat daftar pertanyaan, seperti: apa yang membuat anda bahagia;
apa yang anda inginkan dalam hidup ini; apa kelebihan dan kekuatan anda;
dan apa saja kelemahan anda. Kemudian jawablah pertanyaan ini secara jujur
dan objektif. Mintalah bantuan keluarga atau sahabat untuk menilai kelemahan
dan memang sebagian besar perubahan dalam diri manusia merupakan akibat dari
aktivitas Berfikir, oleh karena itu sangat wajar apabila Berfikir merupakan konsep
kunci dalam setiap diskursus mengenai kedudukan manusia di muka bumi, ini
berarti bahwa tanpa Berfikir, kemanusiaan manusia pun tidak punya makna
penting bagi kegiatan berfikir yang lebih mendalam. Ketika Adam diciptakan dan
yang tertuang dalam Al Qur’an dapat dipahami dalam kaitan dengan dorongan
dimaksudkan agar manusia dapat berubah dari tidak tahu menjadi tahu, dengan
tahu dia berbuat, dengan berbuat dia beramal bagi kehidupan. semua ini
dan peningkatan ke arah kehidupan yang lebih baik, semua itu telah membawa
kemajuan yang besar dalam berbagai bidang kehidupan manusia (sudut pandang
positif/normatif).
berkembang lebih jauh dibanding makhluk lainnya, sehingga dapat terbebas dari
lainnya terutama dengan makhluk yang agak dekat dengan manusia yaitu hewan.
Secara umum komparasi manusia dengan hewan dapat dilihat dari sudut pandang
perbedaan antara binatang dan manusia dan karenanya manusia itu adalah suatu
mesin.
Kalau manusia itu sama dengan hewan, tapi kenapa manusia bisa
sadar diri, dan merasa malu (Psikologis), semua itu kalau dicermati tidak lain
karena manusia adalah hewan yang berfikir/bernalar (the animal that
reason) atau Homo Sapien.
Dengan memahami uraian di atas, nampak bahwa ada sudut pandang yang
bahaya untuk menunjukan manusia sebagai makhluk yang besar dengan tidak
menunjukan kerendahan, dan lebih berbahaya lagi bila kita tidak menunjukan
sudut kebesaran dan kelemahannya sama sekali (Rasjidi. 1970 : 8). Guna
sebagai berikut
MANUSIA
HEWANI/BASARI INSANI/MANUSIAWI
JASAD/FISIK/BIOLOGIS JIWA/AKAL/RUHANI
MAKAN BERFIKIR
MINUM BERPENGETAHUAN
TUMBUH BERMASYARAKAT
BERKEMBANGBIAK BERBUDAYA/BERETIKA/BERTUHAN
Dengan demikian nampaknya terdapat perbedaan sekaligus persamaan
perbedaan manusia dengan hewan lebih bersifat gradual dan tidak prinsipil,
satu-satunya yang bisa mengangkat manusia lebih tinggi adalah penggunaan akal
Oleh karena itu carilah ilmu dan berfikirlah terus agar posisi kita sebagai
manusia menjadi semakin jauh dari posisi hewan dalam konstelasi kehidupan di
suatu pendekatan saja dalam memberi makna manusia, sebab manusia itu sendiri
seutuhnya akan terus menjadi perhatian dan kajian yang menarik, untuk itu tidak
paradoksal dan sebuah misteri, hal ini menunjukan betapa kompleks nya
keagungan pada dasarnya merupakan akibat dari anugrah akal yang dimilikinya,
tugas kekhalifahan (yang terbingkai dalam perintah dan larangan) di muka bumi
pada manusia tidak terlepas dari kapasitas akal untuk berfikir, berpengetahuan,
serta membuat keputusan untuk melakukan dan atau tidak melakukan yang
pertanggungjawaban.
itu berfikir merupakan atribut penting yang menjadikan manusia sebagai manusia,
penting yang membedakan manusia dengan hewan, sekarang apa yang dimaksud
penggunaan akal dengan cara tertentu saja yang disebut berfikir. Para akhli telah
namun yang jelas tanpa akal nampaknya kegiatan berfikir tidak mungkin dapat
dilakukan, demikian juga pemilikan akal secara fisikal tidak serta merta
berfikir bukanlah kegiatan fisik namun merupakan kegiatan mental, bila seseorang
secara mental sedang mengikatkan diri dengan sesuatu dan sesuatu itu terus
berjalan dalam ingatannya, maka orang tersebut bisa dikatakan sedang berfikir.
menjadikan sesuatu itu ada dalam diri (gambaran mental) seseorang, dan jika itu
terjadi tahulah dia, ini berarti bahwa dengan berfikir manusia akan mampu
(pemikiran) yaitu mencari sesuatu yang belum diketahui berdasarkan sesuatu yang
sudah diketahui. Definisi ini mengindikasikan bahwa suatu kegiatan berfikir baru
sesuatu itu dipergunakan untuk mengetahui sesuatu yang lain, sesuatu yang
diketahui itu bisa merupakan data, konsep atau sebuah idea, dan hal ini kemudian
diketahui atau bisa juga disebut kesimpulan. Dengan demikian kedua definisi
pengetahuan yang baru, dan proses itu tidak berhenti selama upaya pencarian
dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah
kesimpulan yang berupa pengetahuan. Dengan demikian berfikir mempunyai
gradasi yang berbeda dari berfikir sederhana sampai berfikir yang sulit, dari
berfikir hanya untuk mengikatkan subjek dan objek sampai dengan berfikir yang
Bila seseorang mengatakan bahwa dia sedang berfikir tentang sesuatu, ini
mungkin berarti bahwa dia sedang membentuk gagasan umum tentang sesuatu,
a. Timbul rasa sulit, baik dalam bentuk adaptasi terhadap alat, sulit mengenai
yang akan datang untuk dapat menggunakan pemecahan tersebut secara tepat.
dengan cara yang benar, baik untuk hal-hal yang sederhana dan konkrit maupun
hal-hal yang rumit dan abstrak, dan semua ini dipengaruhi oleh pengetahuan yang
D. PENUTUP
1. Kesimpulan
Agar potensi berfikir manusia lebih tajam dan terarah makan penulis
menyarankan untuk terus di asah seperti kata Descartes “Cogito Ergo Sum” yakni
aku berfikir maka aku ada. Agar manusia bisa terus berfikir membangkitkan alam
bawah sadarnya supaya menjadi manusia berpotensi dalam berfiikir.
E. DAFTAR PUSTAKA
1. Buku-buku
Abidin Zainal, Filsafat Manusia, Memahami Manusia Melalui Filsafat, Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya, 2000.
Achmadi Asmoro, Pengantar Filsafat Umum, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2005.
Ahmad Zaenal Abidin, Riwayat Hidup Ibn Rusyd, Jakara: Bulan Bintang, 1975.
Armstrong Karen, Masa Depan Tuhan, terj. Yuliani Liputo, Bandung: Mizan,
2011.
Ary Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual,
Jakarta: Arga Publishing, 2010.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Ensiklopedia Nasional Indonesia,
Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1994.
Descartes Rene, Diskursus dan Metode, terj. Ahmad Faridl Ma’ruf, Yogyakarta:
IRCiSoD, 2012
Drajat Amroeni, Suhrawardi:kritik falsafah paripatetik, Yogyakarta: PT Lkis
Pelangi Aksara, 2005.
Departemen Agama RI “ Al-Qur’an dan terjemahannya”, Bandung: CV J-ART,
2007.
Fakhry Majid, Sejarah Filsafat Islam, tej, Mulyadhy Kartanegara, Jakarta:
Pustaka Jaya, 1987.
Fatimah Irma, (ed), Filsafat Islam Yogyakarta: Lembaga Studi Filsafat Islam
(LSFI), 1992.
Hanafi Ahmad, Pengantar Filsafat Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1996.
......................., Teologi Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
Hart Micheal H., terj Mahbub Djumadi, Seratus Tokoh Yang Paling Berpengaruh
dalam Sejarah, Jakarta: Pustaka Jaya, 1987
Hilal Ibrahim, Tasawuf Antara Agama dan Filsafat, Bandung: Pustaka Hidayah,
2002 .
Huijbers Theo, Mencari Tuhan, Pengntar Ke dalam Filsafat
Ketuhanan, Yogyakarta: Knisius, 1992.
Iqbal Muhammad, Ibnu Rusyd dan Averroisme, Jakarta: Gaya Media Pratama,
2004
Ishak Muslim, Tokoh-tokoh Filsafat Islam Dari Barat (Spanyol), Surabaya: PT
Bina Ilmu, 1980.
Isma’il Fu’ad Farid, Mutawalli Abdul Hamid, Cara Mudah Belajar Filsafat,
Barat dan Islam, Yogyakarta: IRCiSod, 2012.
Leaman Oliver, Pengantar Filsafat Islam, Jakarta: Rajawali Press, 1988.
Madjid Nurcholis, Islam Doktrin dan Pradaban, Jakarta: Paramadina, 1992.
Madkur Ibrahim, Aliran dan Teori Filsafat Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
Madkur Ibrahim, Filsafat Islam, terj. Yudian Wahyudi, Jakarta: Rajawali
press, 1992.
Martiningsih Wahyu, Para Filsuf dari Plato sampai Ibn Bajjah, Jogjakarta:
IRCiSod, 2012.
Muhamad Khallaf Abdul Mun’in, Agama Dalam Perspektif Rasional, Jakarta:
Pustaka Firdaus, 1992.
Rizal, at.al, Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.
Mustansyir Rizal, Filsafat Analitik, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persaada, cet
II, 1995
Filsafat Pendidikan Islam, (Surabaya: Kependidikan Islam IAIN Sunan Ampel,
2010.
Nasr Seyyed Hossein, Intelektual Islam, Teologi, Filsafat dan Gnosis,
Yogyakarta: Center fof International Islam Studies Press, 1996.
....................................., Tree Muslim Sages, Delmar NY: Caravan Book, 1975.
....................................., Tiga Pemikir Islam, Bandung: Risalah, 1986 .
Nasutin Harun, IslamDitinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UIP, cet V, 1986
......................., Akal dan Wahyu dalam Islam, Jakarta: UI Press, cet II , 1986.
......................., Filsafat Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1991.
......................., Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang,
1973.
Praja Juhaya S, Aliran-aliran Filsafat dan Etika, Bandung: Yayasan Piara, 1997.
Qoshidi Robith, Paradigma Muslim Rasional dalam Ibnu Rusyd: Gerbang
Pencerahan Timur dan Barat, Zuhairi Misrawi Jakarta: P3M, 2007.
Rahman Fazlur, Filsafat Sadra, terj. Munir Muin, Bandung: Pustaka, 2000.
Zar Sirajudin, Filsafat Islam: Filosof dan Filsafatnya, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2007.