DIAN FIRDIANI
NIM : 80100322027
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Moh. Natsir Mahmud, M.A
Dr. H. A. Marjuni, M.Pd
A. Latar Belakang
Manusia dilahirkan ke dunia ini, dalam keadaan fitrah, makna fitrah adalah:
agama (Islam), tauhid, suci, bersih atau tidak membawa dosa warisan, seperangkat
potensi dasar, karakter alami, penciptaan sebagai sunnatullah. Manusia lahir dengan
membawa fitrah, yang mencakup fitrah agama, fitrah intelek, fitrah sosial, fitrah
ingin dihargai, ingin mengembangkan keturunan, cinta tanah air, dan sebagai.
Fitrah (potensi) tersebut, harus mendapat tempat dan perhatian, serta pengaruh dari
bahwa anak pada dasarnya baik. Ketika dilahirkan dalam fitrah (suci). Sehingga
seorang bayi, hidup dalam alam paradiso (kalau mati dalam Islam yaitu langsung
sebagian pola dan model umum kepribadian yang banyak terdapat pada semua
1 Abdul Hamid Mursi. 1997. SDM yang Produktif: Pendekatan al-Qur’an dan Sains.
2
Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak tahu apa-apa. Dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan daya
merupakan makhluk mulia dari segenap makhluk yang ada di alam raya ini. Allah
telah memberikan manusia dengan berbagai keutamaan sebagai ciri khas yang
membedakan dengan makhluk yang lain. Untuk mengetahui komponen yang ada
dalam diri manusia, bisa dilihat pengertian manusia dari tinjauan al-Qur’an.
dikenal dengan istilah fitrah. Banyak persepsi mengenai makna fitrah, sehingga
kadang melenceng dari konsep fitrah yang sesuai dengan al-Qur’an dan Hadist.
kecenderungan alamiah bawaan sejak lahir. Penciptaan terhadap sesuatu ada untuk
pertama kalinya dan struktur alamiah manusia sejak awal kelahirannya telah
memiliki agama bawaan secara alamiah yakni agama tauhid. Islam sebagai agama
fitrah tidak hanya sesuai dengan naluri keberagamaan manusia, bahkan menunjang
bahwa manusia adalah makhluk yang fitrah. Fitrah mempunyai arti murni dan
mempunyai potensi untuk mengenal Tuhan, strukturnya terdiri dari aspek lahiriah
(jasad) dan aspek batin (rûh). Selain itu, Islam juga berpandangan bahwa struktur
manusia pada aspek batinnya sesuai dengan modus dan aksidentalnya, seperti akal
3
yang ada jika berhubungan dengan intelek, jiwa yang ada ketika berhubungan
alamiah yang diterima anak sejak ia dilahirkan. Potensi-potensi itulah yang dikenal
berkembang normatif lebih baik dimulai dari proses merumuskan hakikat manusia.
Sebab, tanpa pemahaman yang benar tentang apa, siapa,mengapa, dan untuk apa
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dibahas sebelumnya, maka
dapat dirumuskan masalah-masalah yang akan dibahas sebagai berikut.
1. Bagaimana manusia sebagai makhluk berbakat?
2 Muhammad Faiz Al Afify. Konsep Fitrah dalam Psikologi Islam”. Jurnal Tsaqofah
Vaolume 14. Number 2. November 2019. Hlm 296
3 Mohammad Muchlis Solichim. Fitrah; Konsep dan Pengembangannya dalam Pendidikan
4
3. Bagaimana manusia memiliki potensi fitrah?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penulisan makalah
5
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI), kata bakat diartikan sebagai
kata “talent” yang berarti kemampuan alami seseorang yang luar biasa akan sesuatu
hal atas kemampuan seseorang yang di atas rata-rata kemampuan orang lain akan
sesuatu hal.4
bawaan seseorang yang merupakan potensi yang masih perlu dilatih dan
memperoleh prestasi, baik dalam satu bidang maupun banyak bidang. Hal ini
menunjukkan bahwa peserta didik yang satu dengan yang lain memiliki kapasitas
4 Andin Sefrina. 2013. Deteksi Minat Bakat Anak. Yogyakarta: Media Pressindo.
5 Utami Munandar, 2016, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:
Rineka Cipta)
6
(kemampuan) yang berbeda. Misalnya ada peserta yang hanya berbakat dalam
bidang akademik saja dan tidak berbakat di bidang lainnya dan ada peserta didik
yang berbakat di bidang akademik juga berbakat di bidang non akademik, misalnya
Allah. Imam bagi seorang mukmin meruapakan daya penggerak utama dalam
dirinya yang memberikan semangat untuk selalu mencari kebenaran yang hakiki
dari Allah. Islam selalu medorong manusia untuk mencari pembuktian melalui
bakat ini mula-mula pada bidang pekerjaan, tetapi kemudian dalam bidang
bidang apa bakat tersebut berfungsi, seperti bakat matematika, bakat menganalisis,
olah raga, seni, musik, bahasa, teknik dan sebagainya. Conny Semiawan dan Utami
potensi maupun yang sudah terwujud menjadi lima bidang, yaitu: a) bakat
Naluri ialah pembawaan alami yang tidak disadari atau tidak perlu dipelajari
karena memang sudah bawaan (fitrah atau kodrat) dari Pencipta, yang mendorong
untuk berbuat sesuatu, dan terdapat pada semua jenis makhluk hidup, baik itu
hewan maupun manusia. Biasanya kata naluri digunakan untuk menunjuk sesuatu
berupa pembawaan khas suatu makhluk atau berupa kasih sayang induk pada
7
anaknya. 6
dibawa sejak lahir. Naluri adalah potensi alami yang ada pada diri manusia untuk
agar mendapat petunjuk mengenai adanya Al khaliq (Sang Pencipta). Naluri itu
tidak bisa terindera dengan indera secara langsung. Namun akal mampu
pendapat mengenai jenis-jenis naluri pada manusia seperti rasa takut, keibuan,
kebapakan, kasih sayang, ingin memiliki, ingin tahu, dan masih banyak lagi.
rangka mempertahankan diri. Rasa takut ini bukanlah naluri; keinginan untuk
memiliki juga bukan naluri; berani bukan naluri; senang berkelopok bukan
naluri; dan seterusnya. Semua ini hanyalah manifestasi atau penampakan dari
6 Azhari, Akyas. 2004. Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta: Mizan Publika.
8
b. Gharizah al-nau’ (Naluri melestarikan keturuan)
manusia dengan sesama jenisnya –pria dengan pria atau wanita dengan wanita-
dan dapat pula dipuaskan dengan binantang atau dengan sarana-sarana lain,
tetapi cara semacam itu tidak akan mungkin dapat mewujudkan tujuan
diciptakannya naluri tersebut kecuali pada satu kondisi saja, yaitu pemenuhan
naluri tersebut oleh seorang wanita dengan seorang pria atau sebaliknya.
berpikir tentang ayat-ayat Allah SWT, hari kiamat, atau sesuatu yang
bumi atau yang berkolerasi dengannya. Adapun manifestasi atau wujud dari
naluri ini adalah menyucikan terhadap sesuatu yang diyakini sebagai Sang
menuntut pemuasan. Begitupun sebaliknya, jika naluri itu tidak bangkit, ia tidak
menuntut pemuasan. Jika naluri menuntut pemuasan, naluri itu akan mendorong
pemuasan, manusia akan gelisah selama naluri tersebut masih bergejolak. Setelah
9
C. Manusia Memiliki Potensi Fitrah
Secara etimologi, kata “fitrah” berasal dari bahasa Arab ( “ )ﺮﻄﻓةfatara” yang
berarti mencipta. Diartikan juga dengan belahan, muncul, kejadian, suci, tabiat, dan
penciptaan. Jika fitrah dihubungkan dengan manusia, maka yang dimaksud dengan
fitrah manusia adalah apa yang menjadi kejadian atau bawaannya sejak lahir, atau
dalam bahasa Melayu disebut dengan keadaan semula jadi (Mubarok, 2003). Al-
Qur’an sendiri menyebut fitrah dengan segala bentuk derivasinya sebanyak 20 kali.
makna fitrah berarti ciptaan, perangai, tabiat, kejadian, asli, agama, ikhlas, dan
tauhid.
Artinya: Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda: “Tidaklah seorang anak
pembawaan berupa potensi yang baik. Ayah dan ibu dalam hadis tersebut adalah
perkembangan seseorang.
Pengertian dalam konteks penciptaan manusia baik dari sisi pengakuan bahwa
penciptanya Allah, maupun dari segi uraian tentang fitrah manusia. Seperti yang
10
Artinya :“Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama
Allah;(pilihlah) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan
Fitrah juga dimaknai sebagai unsur-unsur dan sistem yang Allah anugerahkan
kepada setiap makhluk. Fitrah manusia adalah apa yang diciptakan Allah dalam diri
manusia yang terdiri dari jasad, akal dan jiwaJadi, fitrah adalah potensi untuk
berevolusi menuju ketinggian, keluhuran dan kesempurnaan. Oleh karena itu, fitrah
hanya dimiliki oleh manusia yang bisa dikembangkan sebaik- baiknya atau
atau sebaliknya
Haimin, dan Abdul Mujib (1993) merangkum beberapa makna fitrah, yaitu: 1)
suci (tuhr), 2) agama Islam (din al-Islam), 3) mengakui ke-Esa-an Allah (tauhid),
untuk menerima kebenaran, 6) potensi dasar manusia sebagai alat untuk mengabdi
dan a‘rifatullah, 7) ketetapan atau kejadian asal manusia mengenai kebahagiaan dan
kesengsaraan, 8) tabiat alami yang dimiliki manusia (human nature), serta 9) insting
bahwa fitrah merupakan seperangkat alat atau potensi manusia yang tidak terbatas
pada pengEsa-an Tuhan dan kebenaran menerima agama saja, akan tetapi lebih
kompleks dari pada itu. Bahwa fitrah merupakan segenap potensi atau kemampuan
yang melekat pada diri manusia yang Allah berikan sebagai bekal kekhalifahannya
(mengenal Tuhan).
11
Berdasarkan penjelasan para pakar mengenai makna dan pengertian fitrah
manusia, dapat dipahami bahwa fitrah merupakan default factory setting manusia.
Di mana perangkat kerasnya (tubuh lahiriah) dibuat sedemikian rupa sebagai bekal
kekhalifahan dan untuk melakukan rutinitas ibadah kepada Allah. Begitu pun
perangkat lunaknya (jiwa batiniah) telah di-setting dengan iman kepada Allah,
Fitrah.
Di dalam diri manusia terdapat fitrah, bakat dan naluri yang harus
anak mengarah pada perkembangan yang lebih baik. Pendidikan islam bertujuan
membangun sebuah masyarakat yang cerah, bebas dari konflik, ketidak adilan,
agresi, kebodohan, dan dosa. Karena manusia harus mencapai kesucian, pencerahan
tergantung pada masalah fisik saja, tetapi kesempurnaan sejati manusia ada pada
kebebasan dirinya dari hawa nafsu dan ketergantungan pada kelezatan duniawi, dan
berdirisiplin, dan berkomitmen dengan sebuah cita-cita tinggi dan cakrawala yang
luas.7
Dari sini bisa digarisbawahi bahwa pendidikan islam merupakan salah satu
manusia sesuai dengan fitrah penciptaannya, sehingga mampu berperan dan dapat
7 Sayyid Mujtaba Musawilari. 2003. Hidup Kreatif, Mengendalikan Gejolak Jiwa, Mengubah
Problema Menjadi Prestasi dan Kesuksesan, (Terj.) M. Khairul Anam, (Jakarta; Intisari Press.
12
diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan. Abu Ahmadi mengemukakan bahwa
Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional kita yaitu untuk membentuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab
Berdasarkan fitrahnya, setiap manusia yang dilahirkan di dunia ini, akan mampu
berkembang menuju pada keadaan yang lebih baik, tanpa memandang lingkungan
diri sesuai dengan sifat kelembutan dan kecerdasan intelektualnya. Intelektual dan
pembentukan hal tersebut, yang dapat dimaknai dengan pembentukan akhlak yang
bakat, serta mengarahkan naluri menjadi potensi-potensi baru dan tidak berhenti
13
kebudayaan antara generasi tua kepada generasi muda, dengan tujuan agar nilai
hidup masyarakat tetap berlanjut dan terpelihara. Nilai-nilai tersebut meliputi nilai
1. Para ahli pendidikan Muslim pada umumnya sependapat bahwa teori dan
dua komponen (materi dan immateri), maka konsepsi itu menghendaki proses
menghasilkan manusia Muslim yang pintar secara intelektual dan terpuji secara
moral.
sebagai khalifah dan ‘abd. Untuk melaksanakan tugas ini Allah membekali
14
penciptaannya, baik sebagai khalifah maupun ‘abd.
Kedua hal di atas harus menjadi acuan dasar dalam menciptakan dan
ini. Untuk menjawab hal itu, maka pendidikan Islam dijadikan sebagai sarana yang
kondusif bagi proses transformasi ilmu pengetahuan dan budaya Islami dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Dalam konteks ini dipahami bahwa posisi manusia
membutuhkan adanya bantuan dari orang lain untuk membimbing, mendorong, dan
secara wajar dan secara optimal, sehingga kehidupannya kelak dapat berdaya guna
dan berhasil guna. Dengan begitu mereka akan dapat memenuhi kebutuhan
manusia, ada tiga aliran yang sangat populer, yakni aliran Empirisme, Nativisme,
dan Konvergensi.
Doktrin aliran empirisme yang amat masyhur adalah “Tabula Rasa,” sebuah
istilah bahasa latin yang berarti batu tulis atau lembaran kosong. Tabula rasa
15
menekankan pentingnya pengalaman, lingkungan dan pendidikan.Artinya
Locke (1632-1704). Aliran ini berpendapat jika seorang peserta didik memperoleh
kesempatan yang memadai untuk belajar ilmu politik, tentu kelak ia akan menjadi
seorang politisi, karena ia memiliki pengalaman belajar di bidang politik. Dia tidak
Suatu prinsip yang dikemukakan oleh John Locke sebagai konsekuensi dari
teorinya tentang tabula rasa adalah bahwa setiap tingkah laku pada dasarnya
dipelajari. Karena itu tingkah laku dapat diubah melalui pengalaman baru. Dengan
kepada yang baik maka dengan sendirinya orang tersebut menjadi baik.16Tokoh
utama aliran ini ialah Arthur Schopenhauer (1788-1860) seorang filosof Jerman.Ia
menganut aliran filsafat nativisme, dikenal juga dengan aliran pesimistis yang
memandang segala sesuatu dengan kaca mata hitam. Karena penganut aliran ini
16
ditentukan oleh peserta didik sendiri.Bagi nativisme lingkungan sekitar tidak ada
itu sendiri.Secara ekstrem dapat dikatakan bahwa paham ini tidak mempercayai
dunia sudah disertai dengan pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Dalam
mempunyai peranan yang sangat penting. Tokoh utamanya adalah William Stern
(1871-1938). Dia mengatakan bahwa bakat yang dibawa sejak lahir tidak akan
berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai dengan
menghasilkan perkembangan anak yang optimal kalau pada diri anak tidak terdapat
bakat yang diperlukan untuk mengembangkan potensi dan kemampuan anak yang
William Stern dan para ahli yang mengikutinya tidak hanya berpegang pada
berpegang pada kedua faktor tersebut sama pentingnya. Faktor pembawaan tidak
berarti apa-apa jika tanpa faktor pengalaman. Demikian pula sebalikya, faktor
17
karena mengakui adanya pengaruh internal berupa keimanan dalam diri dan
Konsep fitrah memilki tuntutan agar pendidikan Islam diarahkan pada landasan
al-Tauhid.Apa saja yang dipelajari oleh anak hendaknya tidak bertentangan dengan
konsep al-Tauhid. Sebab al-Tauhid merupakan inti semua ajaran agama yang
konsep al-Tauhid ini. Selain itu, firah manusia juga mempunyai kebutuhan-
kebutuhan yang bersifat jasmani, seperti makan, minum, seks dan lain
tunduk dan tidak tergantung pada kemauan manusia. Disamping itu, pertumbuhan
dan perkembangan potensi dasar fitrah manusia juga dipengaruhi oleh faktor-faktor
hereditas, lingkungan alam dan geografis, lingkungan sosio kultural dan sejarah.
Oleh karena itu maka minat, bakat dan kemampuan skill dan sikap manusia yang
potensi fitrah manusia yang condong kepada nilai-nilai kebenaran dan kebajikan
18
agar ia dapat memfungsikan dirinya sebagai hamba, yang siap menjalankan risalah
yang dibebankan kepadanya yakni “khalifah fil ardl”. Oleh karena itu, pendidikan
makhluk yang beriman, berpikir dan berkarya untuk kemaslahatan diri dan
fitrahnya.
nilai yang mendasari fitrah itu sendiri, yakni nilai-nilai robbani yang bersumber
kepada Rab yang menciptakan manusia itu sendiri, sebagai zat yang maha
mengetahui akan segala sifat dan tabiat manusia. Dengan mengacu pada nilai-nilai
kelak.Islam sebagai agama yang sempurna telah memberikan pijakan yang jelas
manusia yang condong kepada nilai-nilai kebenaran dan kebajikan agaria dapat
bumi (Qs..(2): 30: (33): 72). Oleh karena itu, pendidikan merupakan suatu proses
membina seluruh potensi manusia sebagai makhluk yang beriman dan bertakwa,
berpikir dan berkarya, sehat, kuat, dan berketerampilan tinggi untuk kemaslahatan
19
Fitrah manusia merupakan potensi dasar perkembangan manusia yang dibawa
sejak lahir dan merupakan pusat dasar segala tindakan, yang berkembang secara
20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah. Hal ini berarti, secara fisiknya,
semua manusia dilahirkan dalam keadaan sama-sama lemah, namun bukan berarti
ia bagaikan kertas putih atau kosong seperti yang dikatakan John lock atau tak
berdaya seperti pandangannya jabariyah. Hal ini karena manusia memiliki potensi
mental, maupun psikisnya yang berbedabeda jenis dan tingkatannya. Pada beberapa
ayat al-Qur’an, Hadits, maupun keterangan para ulama dan para mufassir, hampir
semuanya memperkuatkan adanya fitrah yang telah dibawa sejak lahir. Hanya saja
eksistensi fitrah ini akan lain ketika lahir dan berkembang hingga dewasa. Oleh
karena itu, dibutuhkan pendidikan sebagai salah satu sarana yang dapat
dengan fitrah penciptaannya. Sehingga pada gilirannya, mampu berperan dan dapat
naluri kemanusiaan kea rah pencapaian cita-cita yang luhur. Pembahasan makalah
didasarkan pada aspek fitrah manusia, bakat dan naluri kemanusiaan. Sedangkan
praktik pendidikan yang berorientasi pada fitrah, bakat dan naluri kemanusiaan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hamid Mursi. 1997. SDM yang Produktif: Pendekatan al-Qur’an dan Sains.
Jakarta: Gema Insani Press.
Andin Sefrina. 2013. Deteksi Minat Bakat Anak. Yogyakarta: Media Pressindo.
Azhari, Akyas. 2004. Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta: Mizan Publika.
22