Anda di halaman 1dari 34

Pendahuluan Fisika Inti 1

Susilawati

BAB V INTERAKSI RADIASI

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa dapat

1. Mengambarkan tentang interaksi partikel bermuatan dengan materi


2. Menganalisis tentang imteraksi sinar beta dengan materi
3. Menganalisis tentang interaksi sinar alfa dengan materi
4. Menganalisis tentang interaksi sinar gamma dengan materi
5. Menganalisi tentang interaksi radiasi buatan dengan materi
6. Menganalisis tentang penyerapan sinar gamma

5.1 INTERAKSI RADIASI PARTIKEL BERMUATAN

Interaksi radiasi partikel bermuatan ketika mengenai materi adalah proses Coulomb,
yaitu gaya tarik menarik atau tolak menolak antara radiasi partikel bermuatan dengan
elektron orbital dari atom bahan.

Secara umum, interaksi radiasi dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu interaksi radiasi
partikel bermuatan (alpha dan beta), radiasi partikel yang tidak bermuatan (neutron) dan
yang terakhir adalah radaisi gelombang elektromagnetik/foton (radiasi gamma dan sinar-
x). Karena ketiga jenis radiasi ini memiliki karakteristik yang berbeda, maka interaksi
yang terjadi pun akan berbeda.

Ada tiga kemungkinan interaksi radiasi yang dapat terjadi ketika suatu partikel
bermuatan mengenai materi, yaitu ionisasi, eksitasi dan brehmstrahlung. Ketika
menumbuk suatu materi, radiasi alpha yang memiliki massa dan muatan yang relatif
besar cenderung melakukan proses ionisasi, sedangkan radiasi partikel yang lebih kecil
seperti beta, elektron, atau proton dapat melakukan ketiganya.
Pendahuluan Fisika Inti 2
Susilawati

Proses ionisasi

Ketika partikel bermuatan melalui suatu materi, partikel tersebut akan berinteraksi
dengan atom-atom penyusun materi dan menyebabkan beberapa elektron terlepas dari
lintasannya karena adanya gaya tarik Coulomb. Proses terlepasnya elektron dari suatu
atom disebut sebagai proses ionisasi. Setelah proses ionisasi, atom yang mula-mula
netral menjadi bermuatan (ion) positif.

Setelah melakukan proses ionisasi energi radiasi yang datang akan mengalami
pengurangan (terdapat selisih energi). Ini dikarenakan adanya transfer energi dari radiasi
kepada elektron , sehingga elektron memiliki energi yang cukup besar untuk melepaskan
diri dari atom. Jika energi radiasi akhir masih cukup banyak, proses ioniasasi dapat
terjadi lagi, terus-menerus hingga energi radiasinya habis.

Elektron yang terlepas dari atom (disebut ion negatif) akan menjadi elektron bebas yang
tidak memiliki energi kinetik dan bebas bergerak secara random (acak) di dalam
medium.
Pendahuluan Fisika Inti 3
Susilawati

Proses eksitasi

Sepintas proses eksitasi mirip dengan proses ionisasi. Akan tetapi, pada proses eksitasi
elektron tidak sampai terlepas dari atom. Elektron hanya berpindah ke lintasan yang
lebih luar (energi lintasannya lebih besar). Setelah terjadi proses eksitasi, atom tersebut
berubah menjadi atom yang tereksitasi.

Sebagaimana pada proses ionisasi, energi radiasi yang datang akan berkurang setelah
melakukan proses eksitasi. Ini terjadi karena radiasi mentransfer sebagian (atau seluruh)
energinya kepada elektron, sehingga elektron memiliki energi yang cukup untuk
berpindah lintasan. Proses eksitasi juga dapat berlangsung berulang kali hingga energi
radiasinya habis.

Atom yang berada dalam keadaan tereksitasi ini akan kembali ke keadaan dasarnya
(ground state) dengan melakukan transisi elektron. Salah satu elektron yang berada di
lintasan luar akan berpindah mengisi kekosongan di lintasan yang lebih dalam sambil
memancarkan radiasi sinar-x karakteristik. Energi sinar-x karakteristik yang dipancarkan
dalam peristiwa ini setara dengan selisih energi antara lintasan sebelum dan sesudah
transisi.
Pendahuluan Fisika Inti 4
Susilawati

Proses Brehmstrahlung

Proses ini lebih dominan terjadi pada interaksi radiasi beta dan elektron karena massa
dan muatan partikel beta relatif lebih kecil sehingga kurang diserap oleh materi dan daya
tembusnya lebih tinggi dibandingkan partikel alpha.

Karena adanya gaya elektrostatik, radiasi beta atau elektron yang bergerak melewati inti
akan dibelokkan. Perubahan arah gerak ini menyebabkan adanya perubahan momentum
yang kemudian akan menghasilkan pancaran energi gelombang elektromagnetik (foton).
Foton yang muncul pada proses ini disebut sebagai sinar-x brehmsstrahlung (bedakan
dengan sinar-x karakteristik yang dihasilkan oleh transisi elektron).

Berbeda dengan energi radiasi sinar-x karakteristik yang hanya dipengaruhi oleh selisih
tingkat energi lintasan, tingkat energi radiasi sinar-x brehmsstrahlung ini dipengaruhi
oleh beberapa hal, yaitu energi radiasi yang mengenai atom, nomor atom (jumlah
proton) inti dan sudut pembelokannya.

Eksperimen membuktikan bahwa partikel beta identik dengan elektron. Memiliki massa
diam 9,1x10-28 gram dan muatannya 1,6x10-9 C. perbedaan antara elektron dengan
partikel beta adalah asal dari keduanya. Elektron yang dipancarkan dari inti atom
dinamakan partikel beta. Asas ketidakpastian melarang elektron hadir dalam inti atom,
karena peluruhan beta pada hakikatnya merupakan konversi spontan dari netron nuklir
Pendahuluan Fisika Inti 5
Susilawati

menjadi proton dan elektron. masalah tersebut dapat diatasi dengan menganggap bahwa
elektron meninggalkan inti segera setelah elektron itu tercipta.
Kecepatan dari partikel beta bergantung pada energinya. Rentang kecepatanya dari 0
sampai dengan 2,9x1010 cm/s. atau mendekati kecepatan cahaya. Secara klasik energi
dari partikel beta dirumuskan :
(5.1)

Persamaan di atas hanya berlaku untuk nilai v yang kecil (klasik) akan tetapi untuk
kecepatan tinggi digunakan rumus relativitas:

(5.2)

Selain ketiga reaksi tersebut diatas, ada interaksi lain yang dapat terjadi :

Reaksi Inti

Yaitu reaksi inti yang probabilitas kejadiannya jauh lebih kecil dibandingkan interaksi
lainnya. Contoh reaksi inti yang dapat terjadi adalah proses aktivasi inti, yaitu proses
pembuatan inti atom baru dengan menggunakan alat pemercepat proton yang disebut
akselerator.

Dalam peristiwa ini, radiasi partikel bermuatan berhasil “masuk” dan ditangkap oleh inti
atom bahan, sehingga inti atom bahan akan berubah, mungkin menjadi inti atom yang
tidak stabil. Fenomena ini disebut sebagai proses aktivasi. Akan tetapi ada juga yang
hanya sekedar bereaksi tanpa menghasilkan inti yang tidak stabil seperti reaksi
partikel alpha bila mengenai bahan Berilium akan menghasilkan unsur Lithium dan
radiasi neutron.
α + Be → Li + n
Pendahuluan Fisika Inti 6
Susilawati

Berbeda dengan tiga peristiwa di atas, peristiwa reaksi inti ini tidak terjadi pada semua
jenis materi.

Interaksi radiasi neutron

Neutron mempunyai massa yang hampir sama dengan proton dan tidak bermuatan.
Neutron ratusan kali lebih besar dari elektron, tetapi ukurannya 1/4 kali ukuran alpha.
Karena itulah mengapa neutron sangat sulit dihentikan dan memiliki daya jangkau yang
besar.

Ada 5 reaksi yang terjadi ketika sebuah neutron berinteraksi dengan inti. 2 reaksi yang
pertama dikenal sebagai hamburan neutron, dimana neutron tetap muncul diakhir proses.
Sedangkan interaksi yang terakhir dikenal dengan sebutan penyerapan neutron. Pada
interaksi ini, inti menyerap neutron dan menghasilkan sesuatu yang lain (berbeda).

a. Tumbukan

Neutron merupakan partikel yang memiliki massa namun tidak bermuatan listrik,
sehingga interaksi neutron dengan materi lebih banyak bersifat mekanik, yakni
tumbukan antara neutron dengan atom (inti atom) materi, baik secara elakstik maupun
tak elastik. Setiap tumbukan dengan materi akan menyerap energi neutron, sehingga
setelah beberapa kali tumbukan energi neutron akan habis dan proses tumbukan pun
berhenti. Jika energi neutron sudah sangat rendah, ada kemungkinan untuk terjadinya
reaksi penangkapan neutron oleh inti atom bahan penyerap.

1. Tumbukan elastik

Pada tumbukan elastik, tidak ada energi yang ditransfer dari neutron kepada inti target
yang dapat menyebabkan suatu keadaan eksitasi. Pada tumbukan elastik berlaku hukum
kekekalan momentum dan energi kinetik (momentum atau energi kinetik sistem sebelum
dan sesudah interaksi adalah sama), meskipun biasanya akan ada energi kinetik yang
Pendahuluan Fisika Inti 7
Susilawati

diberikan neutron kepada inti target. Sebagian energi neutron yang diberikan kepada inti
atom target menyebabkan inti atom target terpental sedangkan neutronnya akan
dibelokkan atau dihamburkan.

Tumbukan elastik terjadi bila atom yang ditumbuk neutron mempunyai massa yang
sama, atau setidaknya hampir sama dengan massa neutron (misalnya atom hidrogen),
sehingga fraksi energi neutron yang terserap oleh atom tersebut cukup besar.

2. Tumbukan tak elastik

Pada tumbukan tak elastik, neutron akan diserap oleh inti atom target yang kemudian
membentuk inti atom majemuk. Inti majemuk ini kemudian akan memancarkan neutron
dengan energi kinetik rendah dan meninggalkan inti atom dalam keadaan eksitasi. Agar
dapat kembali ke keadaan groundstate, inti akan mengeluarkan kelebihan energi yang
dimilikinya dalam bentuk radiasi gamma. Jumlah energi kinetik neutron yang
dihamburkan, inti atom target dan gamma yang diemisikan akan sama dengan jumlah
energi kinetik neutron sebelum tumbukan.

b. Penyerapan/penangkapan neutron

Pada penyerapan neutron oleh suatu inti atom tidak ada neutron yang dihasilkan pada
akhir proses, sebagai gantinya akan dihasilkan partikel bermuatan atau gamma. Jika inti
atom yang dihasilkan adalah radioaktif, maka radiasi tambahan akan dihasilkan beberapa
saat kemudian.

c. Transmutasi

Bila energi neutron sudah sangat rendah (atau biasa disebut sebagai neutron termal, En <
0,025 eV), maka ada kemungkinan neutron tersebut akan ’ditangkap’ oleh inti atom
bahan penyerap sehingga akan terbentuk inti atom baru karena penambahan neutron. Inti
atom yang terbentuk ini umumnya tidak stabil (radioaktif) yang memancarkan radiasi
(alpha, beta atau gamma). Peristiwa ini disebut sebagai aktivasi neutron, yaitu suatu
Pendahuluan Fisika Inti 8
Susilawati

proses yang dilakukan untuk mengubah bahan/materi yang tadinya bersifat stabil
menjadi bahan/materi yang radioaktif.

Isotop B10 dari unsur Boron merupakan inti atom yang stabil. Ketika sebuah neutron
termal mengenai isotop ini, maka akan terjadi proses aktivasi yang akan mengubah B10
menjadi radioisotop (B11)* yang tidak stabil. Inti ini kemudian dengan cepat berubah
menjadi Li7 yang stabil sambil memancarkan radiasi alpha.

Selain oleh neutron, proses reaksi inti seperti ini juga dapat disebabkan oleh partikel
bermuatan seperti proton, tetapi dengan energi yang sangat tinggi. Proses aktivasi ini
biasanya dimanfaatkan untuk memproduksi radioisotop.

d. Penangkapan radiasi

Interaksi ini merupakan reaksi nuklir yang paling umum terjadi. Pada interaksi ini,
sebuah neutron akan diserap oleh inti atom target yang kemudian membentuk inti atom
majemuk dalam keadaan eksitasi. Inti majemuk ini kemudian akan memancarkan radiasi
gamma dan kembali ke keadaan dasarnya (ground state). Pada reaksi ini inti atom yang
dihasilkan merupakan isotop dari inti atom target, dan ada kenaikan nomor massa
sebesar satu.

e. Fisi

Salah satu interaksi neutron yang paling penting adalah reaksi fisi yang berlangsung di
dalam reaktor. Pada reaksi ini, inti atom yang menyerap neutron akan menjadi sangat
tidak stabil sehingga membelah menjadi dua inti baru sambil melepaskan sejumlah besar
energi. Contoh reaksi ini adalah reaksi pembelahan inti atom uranium-235 yang
berlangsung di dalam PLTN.
Pendahuluan Fisika Inti 9
Susilawati

5.2 Interaksi Partikel Beta dengan Materi

Interaksi partikel beta dengan materi dibedakan menjadi :

1. Interaksi partikel beta dengan inti atom


Jika partikel sinar beta mengenai inti atom, maka akan terjadi interaksi coulomb dimana
elektron dibelokkan dengan kuat dari orbitnya. Jika tumbukannya elastik maka disebut
sebagai hamburan Rutherford sedangkan jika tumbukannya tidak elastik akan
menyebabkan terjadinya radiasi yang disebut dengan radiasi Bremsstrahlung (dalam
bahasa jerman berarti radiasi pengereman)
Saat elektron dipercepat melintas dekat dengan inti atom maka akan memancarkan
radiasi elektromagnetik berupa sinar-X Bremsstrahlung, sinar-X ini memiliki spektrum
energi yang kontinu yang jumlahnya mencapai 1% dari jumlah total radiasi. Sinar-X
Bremsstrahlung yang terbentuk mempunyai energi paling tinggi sama dengan energi
kinetik partikel bermuatan pada waktu terjadinya perlambatan.

Misalnya mula-mula ada seberkas elektron bergerak masuk ke dalam bahan dengan
energi kinetik sama, elektron tersebut masing-masing akan berinteraksi dengan atom
bahan itu pada saat dan tempat yang berbeda-beda. Oleh karena itu berkas elektron
selanjutnya (setelah berinteraksi dengan bahan) biasanya adalah elektron yang memiliki
energi kinetik yang berbeda-beda. Ketika pada suatu saat terjadi perlambatan
(Bremsstrahlung) dan menimbulkan sinar-X, sinar-X yang terjadi umumnya memiliki
energi yang berbeda-beda sesuai dengan energi elektron pada saat terbentuknya sinar-X.
berkas sinar-X yang terbentuk ada yang berenergi rendah sesuai dengan energi elektron
pada saat menimbulkan sinar-X itu dan ada yang berenergi hampir sama dengan energi
kinetik elektron pada saat elektron masuk ke dalam bahan.

Fraksi energi (f) dari sinar-X Bremstrahlung yang dihasilkan dapat ditentukan
menggunakan persamaan empiris berikut ini.

(5.3)
Pendahuluan Fisika Inti 10
Susilawati

Dengan Z adalah nomor atom bahan penyerap dan Emax adalah energi maksimum dari
partikel beta (dalam MeV)
Perhatikan gambar di bawah ini :

Gambar 2: interaksi partikel beta dengan medium.


Dalam gambar diperlihatkan bagaimana partikel beta dapat menembus kertas tetapi tidak
dapat menembus plastik. Hal ini terjadi karena saat menabrak dinding plastik. Partikel
beta mengalami absorpsi (penyerapan) oleh partikel-partikel pada dinding plastik.

Plastik merupakan bahan dengan nomor atom yang kecil. Seperti yang kita ketahui
bahwa nomor atom menyatakan jumlah proton di dalam atom, maka apabila partikel-
partikel sinar beta yang identik dengan elektron berkecepatan tinggi bertinteraksi dengan
proton (muatan positif). Semakin sedikit jumlah proton dari atom target maka intensitas
reaksi Bremsstrahlung makin sedikit dan sebaliknya, oleh karena itu semakin kecil
nomor atom maka intensitas radiasi Bremsstrahlung akan berkurang, hal ini yang
menyebabkan plastik sering digunakan sebagai pelindung dari radiasi sinar beta.

2. Interaksi partikel beta dengan elektron orbital

Saat partikel sinar beta memasuki materi maka partikel beta akan berinteraksi dengan
elektron yang berada pada orbital-orbital atom. Interaksi ini berupa interaksi coulomb.
Interaksi coulomb ini dapat menyebabkan elektron terlempar dari orbitnya, proses ini
disebut dengan proses ionisasi. Proses ionisasi adalah peristiwa lepasnya elektron dari
Pendahuluan Fisika Inti 11
Susilawati

orbitnya karena ditarik atau ditolak oleh radiasi partikel bermuatan. Elektron yang lepas
menjadi elektron bebas, sedang sisa atomnya menjadi ion positif. Setelah melakukan
ionisasi energi radiasi akan berkurang sebesar energi ionisasi elektron.

Dalam peristiwa ionisasi dihasilkan sinar-X yang berupa sinar-X karakteristik yang
dihasilkan dari proses sintilasi. Sinar-X ini terjadi karena elektron atom yang berada
pada kulit K terionisasi sehingga terpental ke luar. Kekosongan kulit K ini segera diisi
oleh elektron dari kulit di luarnya.

Dalam proses ini energi akhir elektron (setelah tumbukan) adalah pengurangan dari
energi awal dengan jumlah dari energi ikat elektron dan energi kinetiknya.

Secara matematis dapat ditulis :

(5.4)

Dengan :
𝐸𝑓 = energi akhir elektron (setelah tumbukan) (MeV)
𝐸𝑖 = Energi awal elektron (MeV)
𝜙 = energi ikat elektron (MeV)
m= massa elektron
v= kecepatan elektron
Akan tetapi jika elektron hanya meloncat dari orbit dalam atom (tidak sampai lepas)
maka proses tersebut disebut dengan proses eksitasi.

Proses eksitasi adalah peristiwa loncatnya (tidak sampai lepas) elektron dari orbit yang
dalam ke orbit yang luar karena gaya tarik atau gaya tolak radiasi partikel bermuatan.
Atom yang mengalami eksitasi ini disebut dalam keadaan tereksitasi (exited state) dan
akan kembali ke keadaan dasar (ground state) dengan memancarkan radiasi sinar-X
yang berupa sinar-X karakteristik melalui peristiwa sintilasi. Jadi sinar-X karakteristik
timbul karena adanya transisi elektron dari tingkat yang lebih tinggi ke tingkat energi
yang lebih rendah.
Pendahuluan Fisika Inti 12
Susilawati

Proses terjadinya sintilasi pada peristiwa eksitasi:

Gambar 5. Peristiwa sintilasi.

3. Penyerapan partikel beta dalam materi

Radiasi atau pancaran partikel-partikel radioaktif β akan berinteraksi dengan atom-atom


materi medium yang dilewatinya dan menghasilkan tumbukan. Oleh terjadinya
hamburan, intensitas radiasi partikel akan menurun.

Secara umum antenuasi atau penurunan itu disebabkan oleh absorbsi, pada tumbukan,
terjadilah penurunan tenaga kinetik pancaran partikel yaitu absorbsi tenaga kinetik
partikel oleh materi medium. Makin berat partikelnya, makin kurang terhambur, akan
tetapi semakin besar absorbsi tenaganya, sebab dengan tenaga kinetik ½ mv 2 yang
sama, partikel yang massanya lebih besar akan bergerak lebih lambat sehingga memiliki
peluang yang lebih besar untuk berinteraksi dengan atom-atom materi medium absorber.
Jadi partikel yang lebih berat akan lebih cepat kehilangan seluruh energinya dan berhenti
serta tidak memancarkan radiasi lebih lanjut.
Pendahuluan Fisika Inti 13
Susilawati

Gambar 6. Penyerapan partikel beta.

Perbedaan yang nyata antara interaksi partikel alpha dan beta, misalnya dengan tenaga
kinetik ½ mv 2 yang sama, partikel beta berkecepatan jauh lebih tinggi sebab massanya
jauh lebih kecil yaitu hanya kira-kira 1/8000 massa partikel alpha yang terdiri dari 4
nukleon yaitu 2 proton dan 2 neutron. Dengan demikian peluang berinteraksi dengan
atom-atom medium yang dilewatinya jauh lebih kecil dari pada partikel alpha yang
artinya daya tembus partikel beta jauh lebih besar dari pada daya tembus partikel alpha.
Misalnya dengan tenaga 5 MeV, partikel beta hanya menghasilkan tidak lebih dari pada
50 pasangan elektron-ion, sedangkan dengan tenaga yang juga sebesar 5 MeV, partikel
alpha dapat menghasilkan sebanyak sekitar 22.000 pasangan elekron-ion per mg cm 2
udara. Untuk menghasilkan sepasang elektron-ion diperlukan tenaga sekitar 35 eV
sehingga untuk menghasilkan 50 pasangan hanya diperlukan 1750 e V = 0.00175 Me V
yang jauh lebih kecil dari pada 5 MeV (Soedojo, 2001:311-322).

Tinjaulah sebarkas partikel beta dengan intensitas I0 memasuki bahan penyerap tunggal
seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini :

x
Beberapa bagian dari partikel beta diserap oleh bahan penyerap sehingga terjadi
pengurangan intensitas sebesar I. Dari kasus ini diperlihatkan bahwa penyerapan dari
Pendahuluan Fisika Inti 14
Susilawati

partikel beta adalah sebuah fungsi pendekatan eksponensial dari kerapatan “𝜌” dari
bahan penyerap dan jarak “x” yang dilalui pada bahan penyerap.

Secara matematis dapat dirumuskan dengan persamaan Beer-Lambert

(5.5)

Karena aktivitas penyerapan sebanding dengan intensitas I maka persamaan di atas dapat
ditulis:

(5.6)

Dimana 𝑅0 adalah aktivitas penyerapan tanpa bahan penyerap dan R adalah aktivitas
penyerapan dengan bahan penyerap.
Dalam bentuk lain :

Dengan :
I0= intensitas awal (candela)
I= intensitas akhir (candela)
𝜌 = kerapatan dari bahan penyerap (mg/cm3)
x= jarak yang dilalui pada bahan penyerap (cm)
𝜇
= koefisien absorpsi (cm2/mg)
𝜌

(5.7)
Pendahuluan Fisika Inti 15
Susilawati

5.3 KEHILANGAN ENERGI PADA PARTIKEL

Pada bagian ini kita menjelaskan berbagai proses fisik yang terjadi ketika partikel cepat dari
berbagai jenis berinteraksi dengan materi massal. Sebagian besar diskusi akan setia ke "lunak"
proses eksitasi dan ionisasi atom, dimana suatu partikel bermuatan mengalami terus menerus
karena melintasi materi, karena interaksi elektromagnetik.

Kami akan menyajikan dua alternatif yang dapat ditemukan dalam literatur, dalam rangka untuk
mencoba dan mengilustrasikan fisika yang terlibat. Hasil akhirnya akan menjadi ekspresi untuk
dE / dx, hilangnya energi rata-rata per-track satuan panjang untuk partikel, sebagai fungsi dari
energi atau momentum. Pemahaman tentang fitur umum perilaku kuantitas ini sangat penting
untuk setiap deskripsi teknik deteksi partikel.

Pada pendekatan pertama kita memperlakukan proses hilangnya energi sebagai suksesi individu
menyebarkan energi insiden partikel-tinggi. Ini mengarah pada persamaan Bethe-Bloch
ditemukan dalam banyak teks fisika partikel umum (termasuk Martin dan Shaw). Pendekatan
kedua, karena Allison dan Cobb, hanya ditemukan dalam teks spesialis fisika detektor. Ini
memperlakukan partikel bergerak sebagai sumber foton dan menganalisa propagasi foton ini
melalui medium. Untuk melihat ini kita juga harus menggambarkan berbagai proses dengan
mana foton berinteraksi dengan materi. Pada bagian terakhir dari bagian ini kita kemudian akan
melanjutkan untuk melihat sejumlah jenis penting lainnya interaksi partikel.

Partikel berat yang bermuatan seperti proton, deutron, dan partikel alfa kehilangan energinya
ketika melalui materi terutama oleh interaksi listriknya dengan elektron atomik. Elektron itu naik
ke keadaan eksitasi, atau lebih sering, terlepas dari atominduknya. Sebagian besar elektron yang
terlepas memiliki energi cukup untuk mengionisasi atom yang berada pada lintasannya. Karena
massa partikel-datang jauh lebih besar daripada elektron, partikel itu boleh dikatakan tidak
terbelokkan ketika terjadi interaksi, dan pertikel lambat laun mengalami perlambatan sampai
akhirnya berhenti ( atau terlibat dalam reaksi nuklir dengan inti yang berada pada lintasannya
seperti yang telah dijelaskan di awal.
Pendahuluan Fisika Inti 16
Susilawati

Laju -dE / dx, sebuah partikel berat bermuatan ze dan berkelajuan v mengalami kehilangan
energi dalam penyerap yang benomor atomik Z yang mengandung N atom per satuan volume
yang energi ionisasinya I, ialah

𝑑𝐸 𝑧 2 𝑒 4 𝑁𝑍 2𝑚0 𝑣 2 𝑣2 𝑣2
− 𝑑𝑥 = 4𝜋𝜀2 [𝑙𝑛 ( ) − 𝑙𝑛 (1 − 𝑐 2 ) − 𝑐 2 ] (5.8)
0 𝑚0 𝑣2 𝐼

Dalam rumus ini 𝑚0 menyatakan massa diam elektron; massa partikel-datang tidak muncul.
Untuk partikel dangan kelajuan kurang dari 0,6c suku relativistik yang mengandung v/c hampir
saling meniadakan dan dapat diabaikan. Karena faktor 1/ 𝑣 2 Berubah lebih cepat terhadap v
daripada ln (2𝑚0 𝑣 2 /𝐼), laju kehilangan energi – dE/dx mula-mula menurun terhadap naiknya
energi hampir seperti 1/E. ketika v mendekati c, suku relativistik memegang peranan lebih
penting dan laju kehilangan energi mulai bertambah dengan bertambahnya energi; -dE/dx
memiliki minimum sekitar 3𝑚0 𝑐 2 , dengan 𝑚0 𝑐 2 menyatakan energi-diam dari partikel-datang.

Minimum ini jelas terlihat pada gambar 13-1 yang menunjukkan laju kehilangan energi dalam
MeV/cm terhadap energi dalam MeV untuk berbagai partikel dalam udara. ( kurva, untuk
elektrron tidak mengikuti persamaan 13.1, seperti yang akan dibahas kemudian). Laju minimum
kehilangan energi untuk partikel alfa ialah empat kali lebih besar daripada pertikel bermuatan
tunggal, karena –dE/dx berbanding-lurus dengan kuadrat muatan partikel.

Partikel bermuatan yang energi awalnya E memiliki jangkauan dalam material tertentu, sebagai
berikut :

𝑜 𝑑𝐸
𝑅 = ∫𝐸 (5.9)
–dE/dx

Integrasi ini harus diselesaikan secara numerik. Sering jangkauan partikel diberi spesifikasi
menurut massa per satuan luas dari penyerap yang diperlukan untuk menghentikan partikel itu
yang besarnya sama dengan 𝜌R, dengan 𝜌 menyatakan kerapatan penyerapnya. Misalnya,
jangkauan proton 4 MeV dalam tembaga ialah 0,0056 cm karena kerapatan tembaga ialah 8,93
g/𝑐𝑚2 , jangkauan dapat dinyatakan sebagai tebal

𝜌R = 8,93 g/𝑐𝑚2 x 0,0056 cm = 0,05 g/𝑐𝑚2 = 50 mg/𝑐𝑚2


Pendahuluan Fisika Inti 17
Susilawati

Keuntungan menyatakan jangkauan dengan cara ini ialah alasan praktis, massa dan luas selaput
lebih mudah diukur daripada tebalnya.

Massa elekrton yang kecil berarti efek tertentu yang terjadi pada lintasannya melalui materi
memegang peranan walaupun untuk kasus partikel berat, seperti proton, efek itu dapat diabaikan.
Misalnya, partikel berat hanya kehilangan fraksi kecil dari energinya dalam setiap interaksi
dengan elektron atomik pada lintasannya, biasanya beberapa ratus eV untuk partikel yang
energinya mungkin sampai beberapa juta eV. Fluktuasi rembang dalam jumlah kehilangan per
interaksi terata-ratakan sampai ribuan interaksi yang terjadi ketika partikel mengalami
perlambatan, dan sebagian hasilnya semua anggota berkas monoenergitik partikel seperti itu
mempunyai jangkauan yang hampir sama.

Jika partikel-datangnya ialah elektron, fraksi yang cukup besar dari energinya dapat hilanh dalam
interaksi tunggal dengan elektron lain. ( bola billiard yang bergerak dapat mentransfer energinya
sampai mencapai energi kinetik totalnya pada bola lain yang bermassa sama dalam keadaan
diam, tetapi jika bola yang bergerak bermassa ~ 2000 kali lebih besar, seperi dalam kasus
tumbukan proton dengan elektron, energi transfer maksimum hanya 0,2 persen ).

Jadi panjang lintasan elektron dengan energi awal yang sama dapat bervariasi sangat berbeda-
beda, suatu gejala yang disebut “straggling”. Tambahan lagi elektron lebih mudah terhambur
daripada partikel berat;hal ini menambah ketaktepatan dalam menentukan tebal penyerap yang
diperlukan untuk menghentikan elektron dengan energi tertentu.

Seperti yang telah diterangkan dalam pasal 2.4, radiasi elektromagnetik yang
disebutbremssrahlung dipancarkan ketika muatan listrik mengalami percepatan. Kehilangan
energi yang disebabkan oleh bremsstrahlung lebih penting untuk elektron daripada partikel berat,
karena elektron sangat cepat mengalami perlambatan ketika melewati dekat inti. Lebih besar
energi elektron itu dan lebih besar nomor atomik inti yang bersangkutan, lebih besar cepat
kehilangan energinya.

Dalam timbal kehilangan energi desebabkan oleh bremsstrahlung menjadi sama dengan energi
ionisasi untuk energi elektron ~10 𝑀𝑒𝑉 sedangkan dalam udara bremsstrahlung merupakan
faktor yang kecil sampai energi elektron mencapai ~100 𝑀𝑒𝑉.
Pendahuluan Fisika Inti 18
Susilawati

5.4 INTERAKSI RADIASI BUATAN DENGAN MATERI

A. Sumber Radiasi Buatan


Sumber radiasi buatan adalah sumber radiasi (nuklir) yang sengaja dibuat oleh manusia untuk
dimanfaatkan sepenuhnya bagi kesejahteraan umat manusia. Sumber radiasi buatan mulai
diproduksi pada abad ke 20, yaitu sejak diketemukannya sinar-X oleh W. Roentgent. Saat ini
sudah banyak sekali jenis dari sumber radiasi buatan baik yang berupa zat radioaktif, pesawat
sinar-X, reaktor nuklir maupun akselerator.

1. Zat Radioaktif
Dewasa ini telah banyak sekali unsur radioaktif berhasil dibuat oleh manusia
berdasarkan reaksi inti antara nuklida yang tidak radioaktif dengan neutron (reaksi fisi di
dalam reaktor atom), aktivasi neutron, atau berdasarkan penembakan nuklida yang tidak
radioaktif dengan partikel atau ion cepat (didalam alat-alat pemercepat partikel, misalnya
akselerator, siklotron). Radionuklida buatan ini bisa memancarkan jenis radiasi alfa, beta,
gamma dan neutron.

a. Pemancar Alfa
Salah satu contoh reaksi inti untuk menghasilkan radionuklida pemancar alfa adalah:

Salah satu aplikasinya adalah untuk menghasilkan radiasi neutron melalui reaksi
(α,n), radionuklida yang sering dipakai adalah Ra-226, Po-210, Pu-239 dan Am-241.

b. Pemancar Beta
Sebagian besar pemancar beta ini dihasilkan melalui penembakan partikel
neutron pada nuklida stabil. Oleh karena itu di dalam reactor nuklir didapatkan
berbagai macam pemancar beta. Energi radiasi beta bersifat kontinu. Pemancar beta
sering digunakan dalam kedokteran dan juga dalam industri untuk mengukur
ketebalan materi. Pemancar beta yang sering digunakan dalam kedokteran misalnya
Pendahuluan Fisika Inti 19
Susilawati

Sr-90, Y-90, P-32, Re-188, sedangkan untuk industri yang sering digunakan adalah
Sr-90, P-32, TI-208. Contoh reaksi inti untuk menghasilkan pemancar beta adalah

c. Pemancar Gamma
Sebenarnya jarang sekali sumber radioaktif yang hanya memancarkan radiasi
gamma saja, karena radiasi gamma biasanya mengikuti proses peluruhan α atau β.
Berikut ini adalah contoh sebuah reaksi inti untuk menghasilkan radionuklida
pemancar β dan γ:

Dalam pemakaiannya, pemancar gamma beraktivitas tinggi sering digunakan


sebagai sumber radiasi di rumah sakit dan industri. Irradiator banyak diguakan di
rumah sakit (irradiator Co-60 dan Cs-137) dan dalam industri (irradiator Co-60).

d. Pemancar Neutron
Radiasi neutron dapat dihasilkan dengan interaksi antara radiasi α dengan
bahan yang dapat melangsungkan reaksi (α,n) seperti unsure Be. Sumber neutron ini
merupakan campuran antara unsur Be dengan unsur radioaktif pemancar α, misalnya
Am-241 yang dibungkus dalam sebuah kapsul, sehingga terjadi reaksi sebagai
berikut.

2. Pesawat Sinar-X
Secara sederhana proses terbentuknya radiasi sinar-X pada pesawat sinar-X adalah
seperti gambar di bawah ini.
Pendahuluan Fisika Inti 20
Susilawati

Proses pembentukan sinar- X pada pesawat sinar- X adalah sebagai berikut:

1. Arus listrik akan memanaskan filamen sehingga akan terjadi awan elektron
disekitar filamen (proses emisi termionik).
2. Tegangan (kV) di antara katoda (negatif) dan anoda (positif) akan menyebabkan
elektron-elektron bergerak ke arah anoda.
3. Fokus (focusing cup) berfungsi untuk mengarahkan pergerakan elektron-
elektron (berkas elektron) menuju target.
4. Ketika berkas elektron menabrak target akan terjadi proses eksitasi pada atom-
atom target, sehingga akan dipancarkan sinar-X karakteristik, dan proses
pembelokan (pengereman) elektron sehingga akan dipancarkan sinar-X
bremstrahlung.
5. Berkas sinar-X yang dihasilkan, yaitu sinar-X karakteristik dan bremstrahlung,
dipancarkan keluar tabung melalui jendela (window).
6. Pendingin diperlukan untuk mendinginkan target karena sebagian besar energi
pada saat elektron menumbuk target akan berubah menjadi panas.

Dari pembahasan di atas terlihat bahwa sinar-X yang dihasilkan oleh pesawat sinar-X terdiri atas
sinar-X karakteristik yang bersifat "diskrit" dan sinar-X bremstrahlung yang bersifat kontinu.
Perhatikan gambar spektrum energi sinar-X berikut ini.
Pendahuluan Fisika Inti 21
Susilawati

Terdapat dua pengaturan (adjustment) pada pesawat sinar-X yaitu pengaturan arus berkas
elektron (mA) yaitu dengan mengatur arus filamen dan pengaturan tegangan di antara anoda dan
katoda (kV). Pengaturan arus filamen akan menyebabkan perubahan jumlah elektron yang
dihasilkan filamen dan intensitas berkas elektron (mA) sehingga mempengaruhi intensitas sinar-
X. Semakin besar mA akan menghasilkan intensitas sinar-X yang semakin besar. Pengaturan
tegangan kV akanmenyebabkan perubahan "gaya tarik" anoda terhadap elektron sehingga
kecepatan elektron menuju (menumbuk) target akan berubah. Hal ini menyebabkan energi sinar-
X dan intensitas sinar-X yang dihasilkan akan mengalami perubahan. Semakin besar kV akan
menghasilkan energi dan intensitas sinar-X yang semakin besar.

3. Akselerator
Akselerator adalah alat yang digunakan untuk mempercepat partikel bermuatan (ion atau
elektron) yang pada awalnya merupakan alat untuk menghasilkan neutron. Partikel bermuatan,
misalnya proton atau elektron, dipercepat menggunakan medan listrik dan medan magnit
sehingga mencapai kecepatan yang sangat tinggi. Partikel yang telah mempunyai kecepatan
sangat tinggi yang dipancarkan oleh akselerator dapat digunakan untuk berbagai keperluan
misalnya untuk memproduksi zat radioaktif dengan proton berenergi tinggi, memproduksi sinar-
X berenergi tinggi dengan elektron yang dipercepat, dan juga dapat menghasilkan radiasi neutron
dengan mempercepat ion deuterium (1H2). Dua contoh akselerator yang banyak digunakan
adalah akselerator linier (LINAC = linear accelerator) yang mempunyai lintasan garis lurus dan
Pendahuluan Fisika Inti 22
Susilawati

siklotron (cyclotron) yang mempunyai lintasan berbentuk lingkaran. Untuk membedakannya


dengan zat radioaktif, akselerator dan pesawat sinar-X sering disebut sebagai pembangkit radiasi.
Berikut contoh akselerator:
4Be +2α →6C +0n1 disingkat 4Be9(α,n)6C12
9 4 12

1H +1P →2H +0n


3 1 3 1
disingkat 1H3(p,n) 2H3

4. Reaktor Nuklir
Reaksi nuklir dilakukan di dalam suatu reactor atom/reactor nuklir dengan cara menembaki
sasaranm yaitu atom/unsure yang dapat membelah (fisi) menjadi atom yang lebih kecil bersifat
radioaktif dengan neutron. Mekanisme utama yang terjadi dalam reaktor nuklir adalah
pembelahan inti dengan persamaan reaksi sebagai berikut.

Suatu inti atom X yang dapat belah (fisil) seperti U-235 ketika ditembak dengan neutron termal
(n1) akan membelah menjadi dua inti radioaktif Y1 dan Y2 . Dalam reaksi pembelahan tersebut
juga dilepaskan 2 atau 3 buah neutron cepat (nc) dan sejumlah energi panas (Q). Oleh karena Y1
dan Y2 merupakan inti-inti yang aktif maka dalam proses tersebut juga dipancarkan berbagai
macam radiasi (α, β dan γ). Dari mekanisme pembelahan (reaksi fisi) di atas terlihat bahwa setiap
reaksi akan menghasilkan lebih dari satu neutron cepat baru, yang bila energinya dapat
diturunkan menjadi neutron termal, akan menyebabkan reaksi pembelahan inti dapat belah yang
lainnya. Proses ini berlangsung terus-menerus dan disebut sebagai proses reaksi berantai (chain
reaction). Dalam reaktor nuklir, proses reaksi berantai ini dikendalikan secara cermat sedangkan
pada bom atau senjata nuklir reaksi ini dibiarkan tanpa kendali.

Energi panas yang dihasilkan dari reaksi berantai di atas ( Q ) dapat dimanfaatkan untuk
menggerakan turbin sehingga dapat menghasilkan listrik. Fasilitas yang memanfaatkan
mekanisme ini adalah PLTN. Neutron yang dihasilkan dalam reaksi ini juga dapat digunakan
untuk berbagai macam aplikasi dan penelitian, seperti untuk keperluan produksi zat radioaktif
dan analisis bahan yang dilakukan di reaktor penelitian (research reactor). Berikut karakteristik
beberapa jenis radiasi:
Pendahuluan Fisika Inti 23
Susilawati

B. Jenis Radiasi dan Interaksinya dengan Materi

Radiasi adalah pancaran energi yang berasal dari proses transformasi atom atau inti atom yang
tidak stabil. Ketidak-stabilan atom dan inti atom mungkin memang sudah alamiah atau buatan
manusia, oleh karena itu ada sumber radiasi alam dan sumber radiasi buatan. Sumber radiasi itu
sendiri dapat dibedakan menjadi sumber yang berupa zat radioaktif dan sumber yang berupa
mesin, seperti pesawat sinar-X, akselerator, maupun reaktor nuklir. Adapun jenis radiasi dapat
dibedakan menjadi radiasi partikel bermuatan, radiasi partikel tak bermuatan, dan gelombang
elektromagnetik atau foton. Ketiga jenis radiasi ini mempunyai karakteristik fisis dan cara
interaksi dengan materi yang sangat berbeda.

1. Interaksi Partikel Alfa


Partikel alpha terdiri dari dua buah proton dan dua buah neutron, identik dengan inti atom
Helium, serta mempunyai muatan listrik positif sebesar 2 muatan elementer. Radiasi alpha
dipancarkan oleh zat radioaktif, atau dari inti ataom yang tidak stabil. Jumlah proton dan jumlah
neutron di dalam inti atom yang memancarkan radiasi alpha akan berkurang dua.

lnteraksi radiasi a dengan materi yang dominan adalah proses ionisasi dan eksitasi. lnteraksi
lainnya dengan probabilitas jauh lebih kecil adalah reaksi inti, yaitu perubahan inti atom materi
Pendahuluan Fisika Inti 24
Susilawati

yang dilaluinya menjadi inti atom yang lain, biasanya berubah menjadi inti atom yang tidak
stabil.

2. Interaksi Partikel Beta


Terdapat dua jenis radiasi beta yaitu beta positif dan beta negatif. Beta negatif identik dengan
elektron, baik massa maupun muatan listriknya sedangkan beta positif identik dengan positron
(elektron yang bermuatan positif). Elektron mempunyai massa yang sangat ringan bila
dibandingkan dengan partikel nukleonik lainnya (≈0) sedangkan muatannya sebesar satu muatan
elementer. Radiasi beta dipancarkan oleh zat radioaktif atau inti atom yang tidak stabil. Ketika
memancarkan radiasi beta negatif, di dalam inti atomnya terjadi transformasi neutron menjadi
proton, sebaliknya pada saat memancarkan beta positif terjadi transformasi proton menjadi
neutron.

Fraksi energi (f) dari sinar-X bremstrahlung yang dihasilkan dapat ditentukan menggunakan
persamaan empiris berikut ini.

f = 3,5x10-4 × Z × Emaks
dengan Z adalah nomor atom bahan penyerap sedangkan Emaks adalah energi maksimum dari
partikel beta (dalam Me V).
Dari persamaan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Energi partikel b yang lebih besar akan menghasilkan radiasi bremstrahlung yang
lebih besar.
2. Semakin besar nomor atom bahan penyerap (semakin berat) akan menghasilkan
radiasi sinar-X yang lebih besar pula.
Pendahuluan Fisika Inti 25
Susilawati

5.5 Interaksi Sinar Gamma dengan Materi

Radiasi sinar gamma

Radiasi sinar gamma ternyata tidak dipengaruhi oleh medan magnet berarti radiasi sinar gamma
tidak bermuatan. Selain daripada itu radiasi gamma juga tak bermassa, sehingga dapat dikatakan
jangkauan atau daya tembusnya besar bila dibandingkan dengan zarah radiasi. Alpha maupun
zarah beta.

Radiasi sinar gamma berasal dari inti atom yang radioaktif . inti atom yang radiaoaktif ini pada
umumnya ( sebagian besar )adalah pemancar zarah radiasi alpha. Kalau dilihat dari struktur
atomya , inti yang memancarkan zarah radiasi beta dan I atau zarah alpha, Energinya akan
berkurang. Walaupun energinya berkurang , akan tetapi kalau inti atomnya masih kelebihan
energi yaitu lebih besar dari energi terendah untuk memancarkan zarah radiasi beta maupun
zarah radiasi , maka kelebihan energi pada inti atom ini yang dipakai untuk memancarkan zarah
radiasi gamma.

Radiasi sinar gamma (γ) selain berasal dari inti atom yang kelebihan energi seperti pada
uraian tersebut di atas, radiasi sinar gamma (γ) dapat juga berasal dari inti atom yang dalam
keadaan tereksitasi (excited state). Keadaan ini atom yang tereksitasi ini adalah keadaan inti
atom yang terangsang atau terganggu oleh rangsangan atau gangguan dari luar. Keadaan inti
atom yang tereksitasi dapat diperoleh dengan cara menembak inti atom dengan neutron.
Penembakan dengan neutron inilah yang menyebabkan inti atom terangsang atau terganggu. Inti
atom yang tereksitasi ini akan kembali ke keadaan semula sebelum tereksitasi. Dengan jalan
mengeluarkan radiasi sinar gamma (γ). Cara memperoleh radiasi gamma (γ) dari keadaan inti
atom yang tereksitasi ini, adalah cara yang dilakukan dengan cara reaksi inti di reactor atom atau
dengan cara reaksi inti yang dilakukan dengan memakai alat pemercepat partikel (akselerator)
yang akan dibahas pada bab selanjutnya. Setelah mengikuti uraian di muka, maka sekarang
menjadi jelaslah perbedaan antara zarah radiasi sinar-X dan zarah radiasi sinar gamma (γ).
Walaupun keduanya sama-sama tak bermuatan dan juga tak bermassa

Radiasi konversi Internal

Radiasi konversi internal adalah radiasi yang terjadi akibat salah satu elektron orbital terdepak
keluar oleh zarah radiasi gamma yang dari inti atom. Elektron yang terdepak keluar, tempatnya
yang kosong akan diisi oleh elektron yang berasal dari kulit elektron luar. Akibat perpindahan
orbital elektron tersebut akan timbul sinar-X karena efek Auger.

Peristiwa elektron orbital terdepak keluar oleh radiasi sinar gamma yang datang dari inti
atomnya sendiri terjadi pada zat radioaktif pemancar radiasi berenergi rendah. Jadi radiasi
konversi internal adalah radiasi sinar gamma yang diikuti oleh keluarnya radiasi sinar-X akibat
Pendahuluan Fisika Inti 26
Susilawati

ada perpindahan orbit elektron. Radiasi konversi bila diukur energinya, termasuk radiasi sinar
gamma dan juga radiasi siinar-X yang keduanya sama-sama berenergi rendah.

Radiasi gamma umumnya dikenal sebagai radiasi elektromagnetik yang dihasilkan inti atom.
Radias gamma memiliki panjang gelombang lebih pendek dari 105 F, dengan energi lebih besar
0,1 MeV. Proses interaksi antara sinar gamma dengan materi adalah kompleks. Gambaran yang
memadai interaksi tersebut dapat dipahami dengan argumen klasik yang didasarkan pada
persamaan Maxwell. Namun demikian hanya elektrodinamika kuantumlah yang dapat
menggambarkan situasi fisis interaksi sinar gamma dengan benar. Gejala efek fotolistrik dan
efek Compton merupakan dua buah percobaan dasar yang pertama kali didemonstrasikan yang
tidak mampu dijelaskan dengan persamaan Maxwell, dan merupakan telaah pendahuluan
konsep-konsep kuantum.

Elektrodinamika klasik menunjukkan bahwa zarah bermuatan yang dipercepat akan meradiasi.
Oleh karena itu ketika radiasi elektromagnetik dengan frekuensi v menumbuk elektron bebas,
percepatan imbas tersebut menyebabkan elektron meradiasi kembali beberapa energi
elektromagnetik pada frekuensi yang sama. Fenomena ini dikenal sebagai hamburan Thomson,
dalam pengembangan kuantum dikenal sebagai efek Compton.

Selanjutnya bayangkan bahwa sebuah elektron terikat dalam atom bergerak mengelilingi Inti
atom dengan frekuensi vo . bersamaan dengan osilasi gaya maka pada setiap resonansi,
diharapkan akan terjadi jika frekuensi radiasi elektromagnetik v = vo . Energi terbesar yang
ditransfer pada elektron akan terjadi di bawah kondisi resonansi, selanjutnya elektron memiliki
peluang untuk terpisah dari atom. Dalam fisika kuantum proses ini dikenal sebagai efek
fotolistrik. Mekanisme interaksi dengan sinar gamma dengan materi yang ketiga adalah bentukan
pasangan. Proses ini tidak ada analogi klasiknya.

Pelemahan Sinar Gamma

Pelemahan berkas sinar gamma yang melalui absorber yang berbeda secara fundamental dengan
berkas zarah berat bermuatan. Jika sinar gamma melewati materi, masing-masing sinar
berinteraksi sama sekali satu sama lain. Dengan perkataan lain sinar gamma akan diserap atau
dihamburkan oleh materi. Hal inilah yang menyebabkan pelemahan sinar gamma akan
meningkat seiring dengan kenaikan ketebalan absorber.

Sinar gamma dengan intensitas Io per satuan waktu datang secara tegak lurus terhadap absorber.
Pada kedalaman penetrasi (depth penetration ) x, berkas sinar gamma memiliki intensitas I
seperti tamapak pada Gambar 1.1. Fraksi berkas sinar gamma yang diserap sebanding dengan dx,
sebab proses pelemahan individual betul-betul independen satu sama lain.
𝑑𝐼
− = 𝜇𝑥 (1)
𝐼

Dengan  menyatakan koefisien pelemahan linier.


Pendahuluan Fisika Inti 27
Susilawati

Integrasi persamaan (1) untuk ketebalan t memberikan:

𝐼𝑡 = 𝐼𝑜 𝑒 −𝜇𝑡 (5.11)

Dengan It merupakan intensitas berkas sinar gamma yang diteruskan.

Ketebalan absorber yang diperlukan agar intensitas berkas sinar gamma menjadi setengah
intensitas mula-mula disebut ketebalan paruh.
0,693
𝑇= (5.12)
𝜇

Secara skematis gambar 1.2 berikut menyajikan ilustrasi hubungan antara intensitas dengan
ketebalan bahan absorber.

Ketebalan paruh absorber timbale untuk sinar gamma dengan energi 3 MeV adalah 0,5 inchi.

Karena pelemahan sinar gamma disebabkan oleh tiga buah proses yang independen, yaitu efek
Compton, efek fotolistrik dan bentukan pasangan, maka koefisien pelemahan linier memenuhi:

𝜇 = 𝜇𝐶 + 𝜇𝐸 + 𝜇𝑃 (5.13)

Masing-masing koefisien pelemahan sebanding dengan probabilitas untuk terjadinya


masing-masing proses. Setiap proses juga sebanding dengan jumlah atom persatuan volume
absorber, oleh karena itu perlu didefinisikan koefisisen absorbsi massa μ/ρ, dengan ρ kerapatan
material absorber. Koefisien absorbsi massa tidak tergantung pada keadaan absorber. Dalam
bentuk ini persamaan (4) menjadi:
𝜇
𝐼𝑡 = 𝐼𝑜 𝑒 −( ⁄𝜌)𝜌𝑡
(5.14)

Fraksi intensitas sinar gamma yang diteruskan oleh hamburan Compton memenuhi:
𝜇𝐶 𝐼𝑜 −𝐼𝑜 𝜇𝐶
( )= (1 − 𝑒 −𝜇𝑡 ) (5.15)
𝜇 𝐼𝑜 𝜇

Suku pelemahan eksponensial bukan disebabkan oleh 𝑒 −𝜇𝐶 𝑡 saja, sebab semua proses
pelemahan terjadi, bukan hanya disebabkan oleh hamburan Compton saja.

Efek Compton

Dapat ditunjukkan bahwa energi dan momentum tidak kekal jika sebuah foton diserap secara
sempurna oleh elektron bebas yang diam. Oleh karena itu pada interaksi antara sinar gamma
elektron bebas, sinar gamma harus terhambur dan kehilangan sebagian energinya. Hal ini sesuai
dengan pemancaran kembali radiasi gelombang elektromagnetik. Pada gambar dibawah ini
disajikan skema interaksi sinar gamma degan elektron bebas.
Pendahuluan Fisika Inti 28
Susilawati

Berdasarkan hokum kekekalan momentum diperoleh :

P  P' cos   Pe cos 


0   P' sin   Pe sin 

Berdasarkan hokum kekekalan energi diperoleh

E  E'  Te

Selanjutnya dengan megeliminasi Pe dan f diperoleh pergeseran panjang gelombang sinar


gamma sebagai berikut :

(5.16)

h
Nilai dari  4,426 F merupakan panjang gelombang Compton dari sebuah elektron.
me c
Pergeseran panjang gelombang adalah indepemden terhadap energi sinar gamma dating. Untuk
h
sinar gamma dengan energi sangat tinggi, misalnya E  me c 2  0,511MeV atau  
me c
kita dapat mengabaikan lamda terhadap lamda pada sudut hamburan teta, kecuali mendekati 00,
sehingga energi sinar gamma terhambur memenuhi:

me c 2
E 
'

1  cos 

Detector sinar gamma sensitive terhadap ionisasi yang dihasilkan oleh tumbukan elektron-
elektron. Jika foton terhambur memiliki energi minimum (q = 180o) maka elektron akan
memiliki energi maksimum :

Te (max)  E  E'
Pendahuluan Fisika Inti 29
Susilawati

Untuk energi sinar gamma yang tinggi, maka berdasarkan persamaan sebelumnya diperoleh:

1
Te (max)  E  me c 2  E  0,255MeV
2

Kita dapat memahami bahwa puncak-puncak dari distribusi energi pentalan elektron terjadi pada
Te (max) , sebab pada daerah sudut memdekati (  180 0 ), cos  relative tetap mendekati nilai -1
1
dan E' relative constant mendekati me c 2
2 .

Jika sinar gamma dihamburkan oleh elektron terikat yang tidak terlepas dari atomnya, maka
momentum dan energi kinetic elektron berhubungan dengan energi recoilnya atom dengan
elektron terikat. Oleh karena itu massa elektron harus digantikan dengan massa atom. Pergeseran
panjang gelombang dapat diabaikan untuk kasus tertentu. Pada fenomena ini merupakan jenis
hamburan yang dikenal sebagai hamburan Rayleigh. Hamburan ini meningkatakan denagan
naiknya nomor atom Z penghambur, karena energi ikat elektron bagian dalam sebanding dengan
Z2 sehingga fraksi peningkatan elektron atomic harus ditinjau dalam kerangka acauan elektron
terikat. Hamburan radisai dari semua elektron terikat dalam sebuah atom berinteferensi secara
sederap (coherent). Sebagai akibatnya hamburan Rayleigh memiliki puncak yang tajam pada
sudut   0 o .

Radiasi gamma dapat juga menghamburkan inti atom tanpa eksitasi yang dikenal sebagai
hamburan Thompson atau hamburan dengan eksitasi inti. Proses yang pertama berinterferensi
sederap dengan hamburan Rayleigh, tetapi kebolehjadiannya sangat kecil terjadi.

Efek Fotolistrik

Energi sinar gamma dapat ditransfer pada elektron yang terikat dalam atom. Berdasarkan
kekekalan momentum diperoleh:

𝑃𝛾 = 𝑃𝑒 + 𝑃𝑎 (5.17)
Pendahuluan Fisika Inti 30
Susilawati

Berdasarkan hukum kekekalan energi diperoleh:

𝐸𝛾 = 𝑇𝑒 + 𝑇𝑎 + 𝐸𝐵 (5.18)

Dengan EB menyatakan energi ikat elektron di dalam atom, yang juga merupakan energi eksitasi
ataom setelah dipancarkan elektron. Dapat ditunjukkan bahwa energi kinetic recoil atom adalah
𝑚
𝑇𝑎 = ( 𝑀𝑒 ) 𝑇𝑒 , dengan me dan M secara berturut-turut menyatakan massa elektron dan massa
𝑚
atom. Karena ( 𝑀𝑒 ) ≈ 0 maka energi kinetic recoil atom Ta dapat diabaikan, sehingga diperoleh
energi kinetic elektron yang terpancar dari atom adalah:

𝑇𝑒 = ℎ𝑣 − 𝐸𝑏 (5.19)

Untuk energi gamma di atas sekitar ½ MeV, fotoelektron yang paling mungkin terjadi berasal
dari kulit K atom. Distribusi angular foto elektron untuk sinar gamma denganenergi rendah
simetris pada sudut 90̊. Hal in dapat dipahami secara klasik bahwa fotoelektron seharusnya
dipancarkan sejajar dengan vector medan listrik radiasi sinar gamma datang.

Efek fotolistrik selalu disertai dengan proses sekunder, karena atom tidak relative tetap berada
dalam keadaan energi ikatnya. Baiksinar-x yang dipancarkan oleh atom maupun elektron yang
dibebaskan dari kulit atom bagian luar membawa energi-energi eksitasi yang memadai. Elektron
yang terpancar karena ditumbuk oleh foton sinar-x tersebut dikenal sebagai elektron auger. Pada
setiap materi padatan, radiasi sekunder diserap kembali oleh atom dengan probabilitas yang
tinggi.

Bentukan Pasangan

Secara garis besar, persamaan Schrodinger dalam mekanika kuantum adalah ekuivalen dengan
persamaan kekekalan energi non relativistic; persamaan Dirac adalah ekuivalen dengan
persamaan relativistic mekanika kuantum.

𝑊 = ±(𝑝2 𝑐 2 + 𝑚0 2 𝑒 4 )1/2 + 𝑉 (5.10)


Pendahuluan Fisika Inti 31
Susilawati

Sekarang diamsumsikan bahwa energi potensial V = 0. Hal yang membingungkan dalam hal
tanda akar persamaan (10) bukan kejadian matematis. Menurut Dirac, energi positif W
mempresentasikan sebuah zarah dengan massa diam mo dan momentum p; dan keadaan energi
negative mempresentasikan sebuah zarah dengan massa diam –mo dan momentum –p.

Karena nilai minimum dari p2 adalah nol, maka tidak ada zarah-zarah yang dapat menempati
interval energi mpc2 ˃ V ˃ -mpc2 . Untuk mengatasi kesulitan tersebut secara ordiner energi
positif dari elektron akan melakukan transisi ke keadaan energi negative sampai dengan tingkat
energi tersebut terisi penuh. Dirac mengasumsikan bahwa, (1) semua keadaan energi negative
terisi dengan elektron-elektron tanpa kehadiran medan atau materi, dan (2) tidak ada efek dari
elektron-elektron ini tanpa kehadiran medan atau materi. Elektron dipancarkan dari keadaan
energi negative karena dipengaruhi oleh sinar gamma. Terbentuknya lubang (hole) di dalam
keadaan energi negatif berarti bahwa system berada dalam kondisi massa –(-mo), momentum (-
p), dan muatan (-q). pembentukan lubang bersesuaian dengan kehadiran sebuahzarah dengan
massa mo, momentum p, dan muatan +q. Energi kinetic dari lubang dengan pendekatan non
relativistic adalah:
𝑝2
𝑇𝑝 = 2𝑚 (5.11)
𝑜

Zarah lubang tersebut tidak lain positron, yang ditemukan oleh Anderson pada tahun 1932.
Positron terjadi dari beberapa proses nuklir.

Pada saat lubang positif tercipta, sebuah elektron juga muncul dalam keadaan energi positif
dengan energi kinetic Te . Berdasarkan hukum kekekalan energi maka proses bentukan pasangan
elektron-positron memenuhi:

ℎ𝑣 = 𝑇𝑒 + 𝑇𝑝 + 2𝑚𝑜 𝑐 2 (5.12)

Energi minimum yang yang diperlukan untuk membentuk pasangan elektron-positron adalah
besarnya energi sinar gamma sehingga tercipta pasangan elektron-positron dalam keadaan diam (
Te + Tp = 0), sehingga:

ℎ𝑣 ≈ 2𝑚𝑜 𝑐 2 ≈ 1.02 𝑀𝑒𝑉 (5. 13)

pembentukan pasangan elektron-positron juga dapat terjadi dari interaksi sinar gamma dengan
elektron atomic, dengan syarat energi gamma harus memenuhi:

ℎ𝑣 ≥ 4𝑚𝑜 𝑐 2 ≥ 2,04 𝑀𝑒𝑉 (5.14)

SOAL DAN JAWAB

1. Jelaskan mekanisme yang terjadi pada pelemahan sinar gamma oleh bahan penyerap?
Jawab:
Pendahuluan Fisika Inti 32
Susilawati

Jika sinar gamma melewati materi, masing-masing sinar berinteraksi sama sekali
satu sama lain. Dengan perkataan lain sinar gamma akan diserap atau dihamburkan oleh
materi. Hal inilah yang menyebabkan pelemahan sinar gamma akan meningkat seiring
dengan kenaikan ketebalan absorber
2. Sebutkan efek yang ditimbulkan oleh interaksi gamma dengan materi ?

Jawab :
a. Efek Fotolistrik : 0,1 Mev < E Photon £ 0,5 Mev
Eksitasi Elektron (E) = Ek’ = Ek
- Kulit Terluar
- Kulit Didalamnya : Sinar-X Karakteristik / Fluoresen
b. Efek Compton : 0,5 Mev < E Photon £ 1,02 Mev
Eksitasi Elektron (E) + Ek’ = Ek
c. Efek Produksi Pasangan : E Photon > 1,02 Mev
Elektron + Positron = Anihilasi (g)

3. Berapa nilai faktor gamma untuk sumber Co-60 bila mempunyai energi gamma sebesar
1,17 MeV dan 1,33 MeV dengan fraksi masing-masing 100%?
Jawab :
Dik : Co-60
E1 = 1,17 Mev
E2 = 1,33 Mev
F1 = F2 = 100 % =1

Dit : Faktor Gamma??


Penyelesaian :
factor Gamma = 0,53 . 1(1,17 + 1,33 )
factor Gamma = 0,53 x 2,5 = 1,325

Jadi factor gamma Co-60 dengan energi 1,17 Mev dan 1,33 Mev adalah 1,325
4. Apa yang dimaksud dengan konstanta gamma dan berikan tiga contoh sumber radiasi dan
berapakonstantagammanya?
jawaban : Persentase paparan radiasi gamma yang mempunyai aktivitas 1 Currie pada
titik yang berjarak 1 m. Co-60 (1,31 rhm), Ir-92 (0,5 rhm), dan Na-24 (1,87 rhm).
5. Apa perbedaan sinar x dangan sinar gamma ?
jawaban :
Yaitu pada proses pembentukannya. Sinar gamma adalah hasil perubahan dalam nukleus,
sedangkan sinar X dipancarkan bila elektron atomik mengalami perubahan orbit atau
adanya pengereman elektron yang menekati inti
6. Bagaimanakah prinsip kerja pesawat sinar-X?
Pendahuluan Fisika Inti 33
Susilawati

Jawaban:
Sinar-X dihasilkan sebagai akibat interaksi antara elektron cepat yang dipancarkan dari
katoda ke target. Arus listrik mempengaruhi intensitas sinar-x yang dihasilkan, sedangkan
tegangan tabung akan mempengaruhi intensitas dan energi sinar- X yang dihasilkan.
7. Sebutkan interaksi yang terjadi di bawah ini:
- Proses terlepasnya elektron dari atomnya.
- Proses transisi elektron ke orbit yang lebih tinggi.
- Proses transisi elektron ke orbit yang lebih rendah.
- Proses terbentuknya sinar-X karena partikel b dibelokkan oleh inti atom.
Jawaban:
Ionisasi; eksitasi; de-eksitasi; bremstrahlung.
8. Tentukan fraksi energi dari sinar-X bremstrahlung yang dihasilkan oleh radiasi β dari P-
32 (Emaks = 1,7 MeV) ketika mengenai timah hitam (Z = 82).
Jawaban:
Diketahui:Emaks= 1,7 MeV
Z=82
Ditanyakan:f=…?
Cara penyelesaiannya:
f = 3,5x10-4 × Z × Emaks
f=3,5x10-4 ×82×1,7 MeV
f=0.07=7%
9. Sebutkan tiga prinsip interaksi atom!
Jawaban:
Efek fotolistrik, Efek Compton, Produksi pasangan
10. Buatlah persamaan dari akselerator 3Li7(p,n) 4Be7
Jawaban:
3Li
7
+1p1→4Be7+0n1
.
C. Soal Kuis
1. Mana di antara ketiga proses Efek fotolistrik, Efek Compton, Produksi pasangan yang
dominan pada energi foton yang rendah ?
Pendahuluan Fisika Inti 34
Susilawati

2. Buatlah persamaan dari akselerator 1H3 (d,n) 2He4


Jawaban:
3. Apakah yang terjadi pada elektron, positron dan neutron ketika melewati materi?
a) Elektron akan mengalami kehilangan energi akibat Bremsstrahlung yang lebih
besar daripada partikel bermuatan yang berat seperti muon.
b) Sedangkan neutron adalah partikel neutral yang stabil yang sama sekali tidak ada
pengaruh ketika melewati materi baik karena ionisasi, radiasi transisi,
bremsstrahlng atau interaksi inti.
KESIMPULAN

Dari penjelasan di atas, kita dapat menarik beberapa kesimpulan tentang interkasi partikel
ermuatan dengan materi, yakni sebagai berikut :
a. interaksi radiasi dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu:
 interaksi radiasi partikel bermuatan (alpha dan beta)
 radiasi partikel yang tidak bermuatan (neutron), dan
 radaisi gelombang elektromagnetik/foton (radiasi gamma dan sinar-x).
b. radiasi alpha yang memiliki massa dan muatan yang relatif besar cenderung
melakukan proses ionisasi, sedangkan radiasi partikel yang lebih kecil seperti beta,
elektron, atau proton dapat melakukan ketiganya.
c. Selain interaksi di atas, ada interaksi lain yang dapat terjadi yakni reaksi inti dan
reaksi pada neutron.
d. Kehilangan energi pada suatu partikel berat dapat di tentukan dengan persamaan :
𝑑𝐸 𝑧 2 𝑒 4 𝑁𝑍 2𝑚0 𝑣 2 𝑣2 𝑣2
= [𝑙𝑛 ( ) − 𝑙𝑛 (1 − 2 ) − 2 ]
𝑑𝑥 4𝜋𝜀 2 0 𝑚0 𝑣 2 𝐼 𝑐 𝑐
e. Intensitas sinar gamma mengalami penurunan setelah melewati bahan
penyerap
f. Semakin tebal bahan penyerap maka semakin kecil intensitas radiasi yang
diteruskan ke detektor, begitu juga sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai