1. Cover
2. KATA PENGANTAR
3. Daftar isi
4. Pendahuluan
5. Rumusan masalah
6. Tujuan
7. Tinjauan pustaka :
- pengertian Spektroskopi
- prinsip Spektroskopi fluoresensi
- kelebihan dan kekurangan
- metode penelitian
Kata pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya
penulis diberi kesehatan dan kekuatan lahir batin dalam menulis Karya Tulis Ilmiah untuk
melengkapi dan menambah wawasan pada mata kuliah Kimia Kuantum dan menyelesaikan
karya tulis ini yang berjudul ―Spektroskopi ― dengan tepat waktu. Adapun tujuan dari
pembuatan paper yang berjudul spektroskopi adalah untuk mengetahui teknik dari masing-
masing spektroskopi berdasarkan sinyal radiasinya, untuk mengetahui prinsip kerja dari masing-
masing spektoskopi berdasarkan sinyal radiasinya, untuk mengetahui penerapan spektroskopi di
berbagai bidang. Penulis juga menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak
untuk meningkatkan kualitas penulisan yang lebih baik.
Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Spektroskopi adalah ilmu yang mempelajari tentang metode-metode untuk
menghasilkan dan menganalisis spektrum. Interpretasi spektrum yang dihasilkan dapat
digunakan untuk analisis unsur kimia, meneliti arus energi atom dan molekul, meneliti struktur
molekul, dan untuk menentukan komposisi dan gerak benda-benda langit (Danusantoso, 1995:
409). Dikenal dua kelompok utama spektroskopi, yaitu spektroskopi atom (emisi) dan
spektroskopi molekul (absorpsi). Dasar dari spektroskopi atom adalah tingkat energi elektron
terluar suatu atom atau unsur yang melibatkan energi elektronik, vibrasi, dan rotasi. sedangkan
dasar dari spektroskopi molekul adalah tingkat energi molekul radiasi yang terabsorpsi.
Berdasarkan sinyal radiasi elektromagnetik, spektroskopi dibagi menjadi empat golongan yaitu
spektroskopi absorpsi, spektroskopi emisi, spektroskopi scattering, dan spektroskopi fluoresensi.
Pada spektroskopi absorpsi, terdapat beberapa tipe metode spektroskopi berdasarkan sifat
radiasinya, yaitu spektroskopi absorpsi atom (nyala), absorpsi atom (tanpa nyala) dan absorpsi
sinar-x. Pada spektroskopi emisi, terdapat beberapa tipe metode spektroskopi yaitu arc spark,
plasma argon, emisi atom atau emisi nyala dan emisi sinar-x. Spektrometer merupakan alat yang
digunakan dalam pengukuran spektroskopi yaitu untuk mengukur absorbansi sinar
monokromatis oleh suatu larutan dengan cara melewatkan cahaya pada panjang gelombang
spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube
oleh suatu obyek kaca atau kuarsa yang disebut kuvetdengan sebagian dari cahaya tersebut
akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya yang dilewatkan akan
sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam kuvet. Jenis spektrometer antara lain adalah
spectrometer sinar tampak, spektrometer ultraungu, spektrometer infra-merah, spektrometer
resonansi magnet inti, spektrometer serapan, spektrometer massa, dan spektrometer
fluoresensi. Perbedaan dari jenis spektrometer tersebut terletak pada sumber cahaya atau
sampel yang disesuaikan dengan apa yang akan diteliti. Pada spektrometer sinar tampak,
contohnya pada serapan cahaya dari radiasi panas
plasma, sumber cahaya plasma difokuskan oleh lensa pemfokus dan diterima monokromator,
kemudian dipilih panjang gelombang yang sesuai dengan mengatur selektor panjang gelombang,
dan pada saat yang tepat ada cahaya keluaran yang ditangkap fotodiode kemudian sinyal dari
fotodiode diteruskan ke osiloskop. Fotodiode yang digunakan sekiranya yang cocok dengan
panjang gelombang cahaya dari sumber cahaya plasma tersebut (Widdi Usada, 2009: 1).
Komponen-komponen pokok spektrometer terdiri dari empat bagian penting yaitu sumber
radiasi/cahaya, monokromator, tempat cuplikan (kuvet), dan detektor. Sumber radiasi adalah
suatu sumber energi yang memancarkan pancaran radiasi elektromagnetik, sedangkan
monokromator adalah alat yang paling umum dipakai untuk menghasilkan berkas radiasi dengan
satu panjang gelombang. Monokromator untuk radiasi ultra violet, sinar tampak dan infra merah
adalah serupa, yaitu mempunyai celah (slit), lensa, cermin, dan prisma atau grating. Terdapat
dua macam monokromator yaitu monokromator prisma bunsen dan monokromator grating
Czerney-Turney.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1pengertian
Spektroskopi adalah ilmu yang mempelajari materi dan atributnya berdasarkan cahaya, suara
atau partikel yang dipancarkan, diserap atau dipantulkan oleh materi tersebut. Spektroskopi
juga dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari interaksi antara cahaya dan materi.
Dalam catatan sejarah, spektroskopi mengacu kepada cabang ilmu dimana "cahaya tampak"
digunakan dalam teori-teori struktur materi serta analisa kualitatif dan kuantitatif. Dalam masa
modern, definisi spektroskopi berkembang seiring teknik-teknik baru yang dikembangkan untuk
memanfaatkan tidak hanya cahaya tampak, tetapi juga bentuk lain dari radiasi elektromagnetik
dan non-elektromagnetik seperti gelombang mikro, gelombang radio, elektron, fonon,
gelombang suara, sinar x dan lain sebagainya.
Energi yang tersimpan di dalam atom dapat dilepaskan dengan berbagai cara. Ketika energi
dilepaskan sebagai cahaya, maka dikenal sebagai fluorescent (cahaya yang berpendar). Atomic
fluorescent spectroscopy ini mengukur cahaya yang teremisi ini.
Fluorescent umumnya diukur pada sudut dari sumber eksitasi untuk meminimalisasi
berkumpulnya cahaya yang tersebar dari sumbereksitasi dan biasanya menggunakan rotasi
pada prisma PellinBroca pada meja kemudi yang juga dapat memisahkan cahaya menjadi
spektrum-spektrumnya untuk anilisi yang lebih jelas.Panjang gelombang akan memberitahu
kita tentang komposisi atomnya. Untuk penyerapanyang sedikit (konsentrasi yang sedikit pula),
intensitas dari cahaya yang terserap sebandingdengan konsentrasi atom. Umumnya atomic
fluorescent lebih sensitif (dapat mendeteksikonsentrasi yang rendah) daripada atomic
absorption.
Prinsip-prinsip umum dapat diilustrasikan dengan diagram Jablonski (Veberg, 2006). Menurut
diagram Jablonski, energi emisi lebih rendah dibandingkan dengan eksitasi. Ini berarti
bahwa emisi fluoresensi yang lebih tinggi terjadi pada panjang gelombang dari penyerapan
(eksitasi). Perbedaan antara eksitasi dan panjang gelombang emisi dikenal sebagai
pergeseran Stoke.
Analisa dari larutan atau solidmembutuhkan atom sampel yang menguap atau teratomisasi
pada temperature yang relativerendah dalam pipa panas, flame atau graphitefurnace.
Sebuah lampu HCL atau Lasermenghasilkan eksitasi untuk membawa atom keenergy yang
lebih tinggi. Atomic fluorescent akanterdispersi dan dideteksi oleh monokromator dan
photomultiplier tube yang mirip dengan alat AAS.
Cahaya dari sumber eksitasi melewati filter atau monokromator, dan pemogokan sampel.
Sebagian cahaya insiden diserap oleh sampel, dan beberapa molekul dalam sampel berpendar.
Lampu neon yang dipancarkan ke segala arah. Beberapa lampu neon ini melewati filter kedua
atau monokromator dan mencapai detektor, yang biasanya diletakkan pada suhu 90°. Untuk
insiden sinar untuk meminimalkan risiko memantulkan cahaya yang ditransmisikan atau
kejadian mencapai detektor.
Pada gambar 2.2, sumber dalam daerah uv/vis menyinari sampel sehingga
sampel berfluoresensi. Adapun bagian-bagian prinsip dasar pengamatan fluoresensi
adalah:
dasar ke energi level S0 tingkat dasar. Sinyal fluoresensi ini pada dasarnya adalah
sinyal transien yaitu singkat dan lemah, sehingga perlu penangan khusus untuk
meningkatkan perbandingan signal-to.noise ratio (S/N ratio).
Gambar 2.3. Spectrum fluoresensi
Pada Gambar 2.3. ditunjukkan spectrum sinyal pengeksitasi dan spectrum sinyal
fluoresensi secara simultan menunjukkan spektrum fluoresensi yaitu eksitasi filter,
dikromtik mirror dan emisi.
1. Eksitasi filter
Foton dengan energi hƲEX ditembakkan dari sumber energi eksternal seperti
lampu pijar atau laser yang kemudian diserap oleh fluorophore sehingga
elektronnya tereksitasi ke tingkat energi eksitasi (S1’).
2. Dikromatik mirror
Molekul yang telah tereksitasi secara cepat rileks ke level energi vibrasi
yang paling rendah dari S 1 ’ yaitu S1 akibat disisipasi energi. Proses ini disebut
konversi internal, secara umum terjadi selama kurang dari 10-12
s. Emisi
fluoresensi merupakan akibat dari keseimbangan termal tingkat eksitasi, yaitu pada
level energi vibrasi yang paling rendah . Tetapi tidak semua molekul yang
tereksitasi kembali ke groundstate dengan memancarkan fluoresensi, seperti
collisional quenching yang tidak memiliki tahap konversi internal.
Untuk elektron yang tereksitasi ke S2’ dan seterusnya, elektron juga akan
segera dengan cepat rileks ke keadaan S1’, dan emisi tetap terjadi pada keadaan
energi vibrasi terendah S1.
3. Emisi
Ketika fluorophore kembali ke groundstate (S0), ia akan memancarkan
foton berenergi hƲEM yaitu sesuai dengan berbedaan energi antara S 1 dan S 0 .
Karena adanya pengurangan energi pada tahap 2 maka foton yang diemisikan
hƲEM memiliki energi yang lebih kecil dan panjang gelombang yang lebih besar
daripada foton yang diserap hƲEX , sehingga spektrum emisi fluoresensi tidak
tergantung panjang gelombang eksitasi. Perbedaan energi eksitasi dan emisi (hƲEX
- hƲEM ) disebut pergeseran stoke.
Φ = τs .......................................................................................................................................................................................................................................(2.7)
F τr
Dalam kondisi tunak perubahan laju molekul yang tereksitasi bernilai konstan
sehingga persamaan 2.1 menjadi:
d[1 ∗]
− A
= 0 = kaαN0 − (ks + ks)[1 ∗] ................................................................. (2.8)
dt r r A
Dimana kaαN0 adalah jumlah foton yang diserap per unit volume (L) per satuan
detik (s). Karena jumlah molekul adalah konstan, sehingga intensitas fluoresensi
dalam kondisi tunak adalah:
ks
iF = ks[1 ∗] = αI r
= αI Φ ..................................................................... (2.9)
r A 0 ks+ks 0F
r nr
Intensitas fluoresensi dalam kondisi tunak per jumlah foton yang diserap sebagai
fungsi panjang gelombang foton yang diemisikan dinyatakan dalam persamaan
berikut:
∞
∫0 𝐹𝜆(𝜆𝐹)𝑑𝜆𝐹 = Φ𝐹 .......................................................................................................... (2.10)
Atau
𝐼𝐹(𝜆𝐸, 𝜆𝐹) = 𝑘𝐹𝜆(𝜆𝐹)𝐼𝐴(𝜆𝐸)…………………………………………………(2.11)
(2.21)
∅𝑓 = Kf ..........................................................................................................................................................................
(2.22 )
𝐾𝐼𝐶+𝐾 𝐼𝑆𝐶+𝐾𝑓+ 𝐾𝑄[𝑄]
𝑇= 1
. ……………………………………...……..……….(2.23)
𝐾𝐼𝐶+𝐾 𝐼𝑆𝐶+𝐾𝑓+ 𝐾𝑄[𝑄]
𝑇= 1
𝑟 𝐾𝑓
…………………………………………………………….………...(2.24)
..................................................................................................................................
∅ =T (2.25)
𝑓 𝑇𝑟
𝑇 = 1
𝑟 𝐾𝑝+𝐾 ′𝑉𝑅+ 𝐾𝑄[𝑄𝑝]
……………………………………………………..…..(2.26)
∅𝑝
∅𝑡
𝑇𝑝
=
𝑇𝑃𝑟
……………………………………………………..………...…..(2.27)
Intensitas
Gambar 1. Setup
40
percobaan
fotoluminesensi 450 550 650 750
B. HASIL PENELITIAN -20
Hasil Pengukuran Spektrum Absorpsi
Hasil pengukuran spektrum absorpsi untuk ketiga jenis sampel yang diteliti dengan memggunakan alat
ukur Detektor Ocean Optics USB HR2000 terlihat pada Gambar 2, dapat diperhatikan untuk peak (
puncak panjang gelombang tertinggi ) untuk masig – masing sampel yang terdiri dari : series 1 (warna
biru) adalah minyak zaitun, series 2 ( warna merah ) adalah minyak cendana, dan series3 ( warna hijau
) adalah minyak cem-ceman.
60
Intensitas
40
20
Panjang Gelombang
Gambar450 2. Spektrum
550 Pengukuran
650 750Absorpsi
-20 Dari hasil spektrum pengukuran absorpsi diatas terlihat bahwa intensitas minyak zaitun relative
lebih tinggi dibandingkan dengan minyak cendana dan minyak cem – ceman. Respon intensitas tersebut
berada pada panjang gelombang 314,54 – 749,85. Minyak zaitun memiliki % intensitas tertinggi yaitu
76,
Minyak cendana memiliki intensitas tertinggi sebesar 42 dan minyak cem – ceman memiliki intensitas
tertinggi sebesar 44.
Hasil Pengukuran Spektrum Eksitasi Fluoresensi
Hasil pengukuran spektrum absorpsi untuk ketiga jenis sampel yang diteliti dengan
memggunakan alat ukur Detektor Ocean Optics USB HR2000 terlihat pada grafik 4.2, dapat
diperhatikan untuk peak ( puncak panjang gelombang tertinggi ) untuk masig – masing sampel yang
terdiri dari : series 1 (warna biru) adalah minyak zaitun, series 2 ( warna merah ) adalah minyak cendana,
dan series3 ( warna hijau ) adalah minyak cem-ceman.
Panjang Gelombang
Fluoresensi adalah proses pemancaran radiasi cahaya oleh suatu materi setelah
tereksitasi oleh berkas cahaya berenergi tinggi. Emisi cahaya terjadi karena proses
absorbsi cahaya oleh atom yang mengakibatkan keadaan atom tereksitasi. Keadaan atom
yang tereksitasi akan kembali keadaan semula dengan melepaskan energi yang berupa
cahaya (deeksitasi). Fluoresensi merupakan proses perpindahan tingkat energidari
keadaan atom tereksitasi (S1 atau S2) menuju ke keadaan stabil (ground states) .
Berdasarkan rumus plank E = ,
maka dapat dihitung energi – energi untuk
masing – masing bahan / sampel.
Perhitungan Energi untuk Masing – Masing Sampel
Minyak Zaitun .
Minyak zaitun dengan nama latin Olea europea L. ini termasuk pada jenis minyak
yang tidak mengering dan mempunyai banyak manfaat di bidang kesehatan maupun
kecantikan. Untuk identifikasi bahan dengan sampel minyak zaitun ini dapat dilakukan
dengan menggunakan alat spektroskopy fluoresensi dengan menggunakan alat ukur
panjang gelombang berupa Detektor Ocean Optics USB HR2000 sehingga muncul grafik
berupa intensitas terhadap panjang gelombang yang telah di atur secara continue pada
alat, seperti pada gambar 4.3 pembacaan peak pada sampel ini bersesuain dengan rumus
perhitungan energy,
E=
60
40
Intensitas
Intensitas
20
Tabel 1. Perhitungan energi, stokes shift dan efisiensi quantum untuk sampel 1
Mimyak zaitun.
Jenis Nilai
Perhitungan
E1 0,388. 10-18J
E2 0,383. 10-18 J
λ1 512
λ2 518
I1 76
I2 73
Stokes shift 6
Efisiensi 0,9605
quantum
Dari perhitungn energi, stokes shift, dan efisiensi quantum serta pembacaan peak intensitas terhadap
panjang gelombang untuk sampel 1 ini maka diperoleh nilai yang pasti hingga dapat digunakan
sebagai data acuan identifikasi bahan untuk sampel minyak zaitun. Minyak Cendana ( merah )
Minyak cendana dengan nama latin Santalum album L ini termasuk pada jenis minyak yang
tidak mengering dan mempunyai banyak manfaat di bidang kesehatan maupun kecantikan.
Untuk identifikasi bahan dengan sampel minyak cendana ini juga dilakukan dengan
menggunakan alat spektroskopy fluoresensi dengan menggunakan alat ukur panjang gelombang berupa
Detektor Ocean OpticsUSB HR2000 sehingga muncul grafik berupa intensitas terhadap panjang
gelombang yang telah di atur secara continue pada alat, seperti yang tampak pada gambar 4.4
pembacaan peak pada sampel ini bersesuain dengan rumus perhitungan energy
E=
10
Tabel 2. Perhitungan energi, stokes shift dan efisiensi quantum untuk sampel 2 Minyak cendana.
Jenis Nilai
perhitungan
E1 0,360 . 10-18 J
E2 0,357 . 10 -18 J
λ1 552
λ2 557
I1 42
I2 41
Stokes shift 5
Efisiensi quantum 0,95
Dari perhitungn energi, stokes shift, dan efisiensi quantum serta pembacaan
peak intensitas terhadap panjang gelombang untuk sampel 2 ini maka diperoleh nilai
yang pasti hingga dapat digunakan sebagai data acuan identifikasi bahan untuk
sampel minyak cendana.
Minyak Cem –ceman
Minyak cem - ceman dengan nama latin Piper Betle chaciva ini termasuk pada
jenis minyak yang tidak mengering dan mempunyai banyak manfaat di segala bidang,
mulai dari bidang industry, kesehatan maupun kecantikan.
Untuk identifikasi bahan dengan sampel minyak cem – ceman ini juga dilakukan
dengan menggunakan alat spektroskopy fluoresensi dengan menggunakan alat ukur
panjang gelombang berupa Detektor Ocean OpticsUSB HR2000 sehingga muncul grafik
berupa intensitas terhadap panjang gelombang yang telah di atur secara continue pada
alat, seperti tampak pada gambar 4.5. Pembacaan peak pada sampel ini bersesuain
dengan rumus perhitungan energy,
E=
40
Intensitas
30
20
450 550 650 750
-10
Panjang Gelombang