PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Spektroskopi umumnya digunakan dalam kimia fisik dan kimia analisis untuk
mengidentifikasi suatu substansi melalui spektrum yang dipancarkan atau yang
diserap. Alat untuk merekam spektrum disebut spektrometer. Spektroskopi juga
digunakan secara intensif dalam astronomi dan penginderaan jarak jauh. Kebanyakan
teleskop-teleskop besar mempunyai spektrograf yang digunakan untuk mengukur
komposisi kimia dan atribut fisik lainnya dari suatu objek astronomi atau untuk
mengukur kecepatan objek astronomi berdasarkan pergeseran Doppler garis-garis
spektral. Salah satu jenis spektroskopi adalah spektroskopi fluoresensi atom (AFS).
C. RUMUSAN MASALAH
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Fluoresensi adalah proses pemancaran radiasi cahaya oleh suatu materi setelah
tereksitasi oleh berkas cahaya berenergi tinggi. Emisi cahaya terjadi karena proses
absorbsi cahaya oleh atom yang mengakibatkan keadaan atom tereksitasi. Keadaan
atom yang tereksitasi akan kembali keadaan semula dengan melepaskan energi yang
berupa cahaya (deeksitasi). Fluoresensi merupakan proses perpindahan tingkat energi
dari keadaan atom tereksitasi (S1 atau S2) menuju ke keadaan stabil (ground states).
Proses fluoresensi berlangsung kurang lebih 1 nano detik sedangkan proses
fosforesensi berlangung lebih lama, sekitar 1 sampai dengan 1000 mili detik.
Dasar set-up untuk sebuah alat untuk mengukur kondisi mapan fluoresense
ditampilkan pada Gambar 7.6.
Terdiri dari sumber cahaya (biasanya xenon atau lampu merkuri), sebuah
monokromator / atau filter untuk memilih panjang gelombang eksitasi; tempat
sampel; detektor, yang mengubah cahaya yang dipancarkan ke listrik sinyal, dan unit
untuk pembacaan data dan analisis.
Menurut diagram Jablonski (Gambar 7.1), energi emisi lebih rendah dibandingkan
dengan eksitasi. Ini berarti bahwa emisi fluoresensi yang lebih tinggi terjadi pada
panjang gelombang dari penyerapan (eksitasi). Perbedaan antara eksitasi dan panjang
gelombang emisi dikenal sebagai pergeseran Stoke.
Langkah pertama (i) adalah eksitasi, di mana cahaya diserap oleh molekul,
yang ditransfer ke keadaan tereksitasi secara elektronik yang berarti bahwa sebuah
elektron bergerak dari keadaan dasar singlet, S0, ke keadaan singlet tereksitasi S‟1. Ini
diikuti dengan relaksasi getaran atau konversi internal (ii), dimana molekul ini
mengalami transisi dari elektronik atas ke yang lebih rendah S „1, tanpa radiasi
apapun. Akhirnya, emisi terjadi (iii), biasanya 10 - 8 detik setelah eksitasi, ketika
kembali elektron kekeadaan dasar lebih stabil, S0, memancarkan cahaya pada panjang
gelombang yang sesuaidengan perbedaan energi antara kedua negara elektronik.
Hanya sedikit ion anorganik yang berpendar, yang paling dikenal adalah ion
uranil, UO22+. Umumnya alanisis fluorometrik melibatkan molekul organik. Ada
beberapa senyawa kelat logam yang berpendar yang memberikan metode yang peka
untuk beberapa ion logam. Seringkali kelat logam diekstraksi dari dalam larutan
berair menjadi suatu pelarut organik sebelum pengukuran, suatu proses dan sekaligus
memisahkannya dari ion-ion pengganggu dan mengkonsentrasikan spesies yang
berpendar. Misalnya, banyak terdapat reagensia flourometrik untuk aluminium dan
berilium. Logam-logam yang lebih berat seperti Fe2+, Co2+, Ni2+ dan Cu2+ sebaliknya
cenderung mematikan flourosens yang diperagakan oleh banyak zat pengkelat itu
sendiri, hadinya logam itu dalam kompleks mendorong dibuangnya energi yang
diserap secara tak radiantif.
Kadang suatu analit yang tidak berpendar dapat diubah menjadi suatu molekul
yang berpendar kuat, dengan suatu reaksi yang cepat dan kuantitatif, yang dengan
muadah digabungkan ke dalam suatu prosedur analitik keseluruhan. Misalnya,
hormon epinefrin (adrenalin) mudah diubah menjadi adrenolutin. Dalam larutan basa,
anion folat dari adrenolutin berpendar dengan kuat (eksitasi 360 nm; pancaran 530
nm). Pasien dengan tumor tertentu pada kelenjar adrenalin dan juga beberapa
penderita tekanan darah tinggi menunjukkan kadar efinefrina yang meningkat dalam
air seninya. Hormon yang terdapat pada kadar yang sangat rendah dapat dipekatkan
dari dalam volume besar air seni dengan suatu prosedur penukar ion pada suatu pH
dimana nitrogen amino diprotonkan untuk membentuk suatu kation R-NH2-CH2,
dielusi dalam sedikit volume dengan ditukar-ganti dengan H+ dan diolah seperti di
atas untuk membentuk flourofor itu.
Kelebihan :
Batas deteksi flouresensi sering kali berorde 10-9 M dan dengan tehnik deteksi
yang istimewa hampir 10-12 M. Sebagai pedoman, flouresensi lazim seribu kali lebih
peka daripada spektrofotometri, meskipun nilai-nilai yang sebenarnya bergantung
pada senyawa-senyawa yang dilibatkan dan instrumen mana yang tersedia.
Bila suhu makin tinggi maka efisiensi kuantum fluoresensi makin berkurang.
Hal ini disebabkan pada suhu yang lebih tinggi tabrakan-tabrakan antar molekul atau
tabrakan antar molekul dengan pelarut menjadi lebih sering yang mana peristiwa
tabrakan kelebihan energi molekul tereksitasi dilepaskan ke molekul pelarut.
BAB III
PENUTUP
D. KESIMPULAN
2. Fluoresensi adalah emisi cahaya setelah penyerapan sinar ultraviolet (UV) atau
cahaya tampak oleh molekul fluoresensi atau substruktur disebut fluorophore .
a. Kesehatan
b. Industri
c. Ilmu pangan dan Kimia Pertanian
DAFTAR PUSTAKA
Ed. Da Wen Sun. 2008. Modern Technic for Food Autentication. Elsevier: New York.
Sumber: http://radiograferatrosumbar.blogspot.com/2011/05/spektroskopi-sinar-x-
karakteristik.html (diakses pada 06 Juni, 2012).