KELOMPOK 4:
MAKASSAR
2011
http://daeng-nawa.blogspot.com
KATA PENGANTAR
Fenomena interaksi bersifat spesifik baik absorpsi maupun emisi. Interaksi tersebut
merupakan alat ampuh dalam analisis logam. Masih banyak teknik lain yang
didasarkan pada hamburan atau difraksi cahaya seperti turbidimetri dan sinar-x.
– 17025 – 2005 akan menyebabkan kurangnya common sense dan kepercayaan diri
Kelompok 4
http://daeng-nawa.blogspot.com
BAB I
PENDAHULUAN
inductively coupled plasma (ICP), yang merupakan alat ampuh dalam analisis
logam. Masih banyak teknik lain yang didasarkan pada hamburan atau difraksi
http://daeng-nawa.blogspot.com
dipersyaratkan pada SNI 19 – 17025 – 2005 akan menyebabkan kurangnya
memperolehnya?
I.3 Tujuan
spektrofluorometri.
http://daeng-nawa.blogspot.com
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kemudian memancarkan cahaya ultraviolet atau cahaya tampak pada waktu kembali
S0 + Ultraviolet → S* → S0 + Fluoresensi
(Keadaan (Singlet)
dasar)
T* → S0 + Fosforesensi
(Triplet)
di mana selain dari adanya keadaan tereksitasi singlet (S*), yang telah dibicarakan
sebelumnya, kita juga mempunyai triplet (T*), yang dihubungkan dengan terjadinya
fosforesensi. Keadaan triplet dari elektron yang tereksitasi timbul apabila elektron
singlet yang tereksitasi mengubah spin sehingga elektron tersebut sekarang berada
pada spin yang sama seperti pasangan elektronnya semula di dalam orbital tingkat
http://daeng-nawa.blogspot.com
dasar. Keadaan triplet biasanya tidak dapat dicapai dengan eksitasi dari tingkat
dasar, yang dinyatakan sebagai suatu transisi yang terlarang menurut teori kuantum.
Keadaan ini biasanya dicapai melalui proses persilangan antarsistem, di mana singlet
yang tereksitasi (S*) berubah secara spontan menjadi triplet dengan perubahan
dalam spin elektron, biasanya dengan kehilangan beberapa energi. Perubahan ini,
Gambar 6-7.
umur yang lebih panjang) daripada keadaan singlet yang tereksitas (S*). Lamanya
cahaya yang akan dipancarkan setelah molekul mengalami eksitasi bergantung pada
life time (umur) dari transisi elektronik. Oleh karena itu, kita dapat menantikan
fosforesensi terjadi pada periode yang lebih lama sesudah eksitasi daripada
fluoresensi. Biasanya fluoresensi terjadi antara 10 -6 sampai 10-9 detik eksitasi. Karena
photomultiplier detector pada sudut yang tepat dengan sorotan cahaya yang
fluoresensi relatif terhadap suatu larutan baku. Karena fotoluminesensi dapat terjadi
dalam segala arah dari sampel, detector akan menerima sebagian dari emisi total
http://daeng-nawa.blogspot.com
pada suatu panjang-gelombang yang khas dan tidak akan mampu mendeteksi radiasi
dari sorotan cahaya yang digunakan untuk eksitasi. Fluoresensi pada umumnya
digunakan untuk eksitasi, pada dasarnya karena kehilangan energi dalam pada
kehilangan energi karena konversi dalam pada umur yang lebih lama. Parker
mengalami emisi foton yang tertentu setelah terjadi eksitasi yang kemudian kembali
dapat menyerap sinar ultraviolet. Pada kasus ini, pengembalian ke keadaan dasar
dari keadaan tereksitasi singlet terjadi melalui konversi internal dari keadaan
tereksitasi singlet terjadi melalui konversi dalam dengan molekul-molekul lain yang
berfosforesensi mengandung paling sedikit satu cincin aromatis. Contoh dari obat-
obat yang berfluoresensi dapat dilihat pada Tabel 6-5 bersama dengan karakteristik
http://daeng-nawa.blogspot.com
kualitatif atau kuantitatif. Analisis fotoluminesen pada umumnya lebih sensitif dan
1. Temperatur (Suhu)
b. Kenaikan suhu menyebabkan tabrakan antar mol atau dengan mol pelarut
lain misal : EC
2. Pelarut
polar
b. Jika pelarut yang digunakan mengandung atom-atom yang berat (CBr 4, C2H5I)
menjadi berkurang
3. pH
4. Oksigen terlarut
http://daeng-nawa.blogspot.com
a. Oksigen terlarut oleh pengaruh cahaya dapat mengoksidasi senyawa yang
diperiksa
http://daeng-nawa.blogspot.com
BAB III
PEMBAHASAN
kemudian memancarkan cahaya ultraviolet atau cahaya tampak pada waktu kembali
S0 + Ultraviolet → S* → S0 + Fluoresensi
(Keadaan (Singlet)
dasar)
T* → S0 + Fosforesensi
(Triplet)
di mana selain dari adanya keadaan tereksitasi singlet (S*), yang telah dibicarakan
sebelumnya, kita juga mempunyai triplet (T*), yang dihubungkan dengan terjadinya
fosforesensi. Keadaan triplet dari elektron yang tereksitasi timbul apabila elektron
singlet yang tereksitasi mengubah spin sehingga elektron tersebut sekarang berada
pada spin yang sama seperti pasangan elektronnya semula di dalam orbital tingkat
dasar. Keadaan triplet biasanya tidak dapat dicapai dengan eksitasi dari tingkat
http://daeng-nawa.blogspot.com
dasar, yang dinyatakan sebagai suatu transisi yang terlarang menurut teori kuantum.
Keadaan ini biasanya dicapai melalui proses persilangan antarsistem, di mana singlet
yang tereksitasi (S*) berubah secara spontan menjadi triplet dengan perubahan
1. Temperatur (Suhu)
e. Kenaikan suhu menyebabkan tabrakan antar mol atau dengan mol pelarut
lain misal : EC
2. Pelarut
polar
d. Jika pelarut yang digunakan mengandung atom-atom yang berat (CBr 4, C2H5I)
menjadi berkurang
3. pH
http://daeng-nawa.blogspot.com
4. Oksigen terlarut
diperiksa
EDG (OH-, -NH2, OCH3) yang terikat pada sistem p dapatmenaikkan intensitas
fluoresensi
EWG (NO2, Br, I, CN, COOH) dapat menurunkan bahkan menghilangkan sifat
fluoresensi
http://daeng-nawa.blogspot.com
Pengaturan pH dapat merubah intensitas fluoresensi,
Contoh:
à Heterosiklis dengan gugus NH, jika medianya asam akan menaikkan intensitas
fluoresensi
Obat yang mempunyai sifat fluoresensi alamiah dalam hal ini tidak
Contoh : Quinine
http://daeng-nawa.blogspot.com
Cara memperoleh
Atur monokromator eksitasi pada suatu l didaerah u.v. (misal A). Kemudian
nm (B : l emisi)
eksitasi)
merecord intensitas sebagai fungsi dari panjang gelombang (l) akan diperoleh
Maka l eksitasi : A’ nm
l emisi : B’ nm
Gugus fungsi yang mampu menghasilkan cahaya flourosensi adalah Gugus Kromofor dan
Gugus Auksokrom (harus disertai gugus kromofor).
Gugus kromofor adalah gugus rangkap kovalen yang tidak terhubung dengan gugus lain,
yang menampakkan spektrum absorpsi karakteristik pada daerah sinar UV-sinar tampak
(l>200 nm). Ada 3 jenis kromofor sederhana, yaitu :
· Ikatan ganda antara 2 atom yang tidak memiliki pasangan elektron bebas. Contoh : C = C
· Ikatan ganda antara 2 atom yang memiliki pasangan elektron bebas. Contoh : C = O
http://daeng-nawa.blogspot.com
· Cincin Benzena
Jika beberapa kromofor berhubungan maka absorpsi menjadi lebih kuat dan berpindah ke
panjang gelombang yang lebih panjang. Contoh kromofor tunggal, antara lain : asetilen,
aldehid, azo, karbonil, sulfoksida, benzena, etilen, dan lain-lain.
Gugus AuksoKrom adalah gugus yang mengandung pasangan elektron bebas yang
disebabkan oleh terjadinya mesomeri kromofor. Contoh gugus auksokrom adalah–OH,
-NH2, -NHR dan –NR2. Gugus ini dapat menghasilkan fluoresensi Gugus ini akan
memperlebar sistem kromofor dan menggeser absorpsi maksimum kearah panjang
gelombang yang lebih panjang.Gugus auksokrom tidak menyerap pada panjang gelombang
200-800 nm, namun mempengaruhi spektrum kromofor dimana auksokrom tersebut
terikat.
DAFTAR PUSTAKA
Martin, Alfred. 1990. Farmasi Fisika Dasar-dasar Kimia Fisik Dalam Ilmu Farmasetik.
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
http://daeng-nawa.blogspot.com