Anda di halaman 1dari 10

TUGAS FITOKIMIA II

JENIS DAN CONTOH POLIKETIDA

Oleh :

SHERLINA PUSPITA ( 16180100004 )

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
JAKARTA
2020
JENIS POLIKETIDA

1. Kuinon
Kuinon bersifat nukleofil maksudnya adalah karbon yang bermuatan
positif ini akan dapat bereaksi dengan gugus lain yang kaya elektron. Dan
terbentuk dalam jumlah besar dari m.o tanah atau oksidasi turunan pirogalol.
Sebagai produk akhir proses oksidasi mono dan polisiklik dengan struktur
akhir 1,4 kuinon. Atom karbon bersumber dari asetat dan mevalonat atau jalur
shikimat asam amino aromatic Interkonversi kuinon (Q) dengan air (H2O)
membantu membawa electron. Kuinon dapat ditemukan terutama dari
kingdom tumbuh-tumbuhan; pada Angiospermae, Gymnospermae, Fungi,
Lumut, dan sangat jarang pada Filices. Kuinon dapat di temukan pada
tanaman kumis kucing, tanaman sereh wangi.
Macam – Macam Kuinon :
a. Benzokuinon
Fumigatin dan hidroksimetil p-benzo- kuinin (juga p-benzokuimon lain)
telah banyak diisolasi dari fungi p- Benzokuinon dan turunannya terdapat
arthropoda, milliapoda dan insekta.
b. Naftokuinon
Jalur poliketida membentukan inti naftoku-inon dan benzokuinon banyak
terdapat dalam m.o tanah dan kurang pada tumbuhan tinggi. Naftokuinon
lain dalam fungi; heptaketidan (mavanisin), oktaketida (eritrostaminon).
c. Antrakuinon dan Antron
• Antrasen (utama tingkat oksidasi kuinon) terdapat dalam m.o tanah,
tumbuhan dan binatang rendah.
• Kerangka trisiklik kehilangan gugus 3-karboksilat, menghasilkan
turunan antrasena (15 atom C), dikenal dan ditemukan banyak dalam fungi
bersama antron dan antron dimer Penicillium islandicum. Rutilantinon
(glikosida antibiotik) merupakan antrakuinon dari Strptomyces sp. Emodin
banyak dalam fungi imperfektif dan tumbuhan tinggi sebagai glikosida
(Rhamnus frangula).
d. Kuinon lain
Sebagian besar merupakan pigmen pada fungi dan bakteri, jarang pada
tumbuhan tinggi. Tetragomisin dari Streptomyces rimosus, merupakan
dekaketida.

2. Benzofenon – Xanton
Benzofenon dan Xanton ditemukan dari jalur shikimat dan ditemukan
dalam tumbuhan lewat katabolisme 4-aril kumarin.
Jalur a menerangkan pembentukan kerangka C13 dari xanton tumbuhan,
misal: jakareubin dan mengiferi berasal dari biosintesis campuran, gugus
hidroksi meta pada cincin B mungkin telah ada pada asam benzoat awal, atau
dibentuk dengan hidroksilasi prazat benzofenon menjadi gugus hidroksi para.
Jalur b xanton dengan tipe lichexanton, dihasilkan m.o, kedua gugus hidroksi
berkedudukan orto pada cincin A dan B, mungkin berasal dari poliketida.

3. Depsida – Depsidan
Depsida merupakan penggabungan dua atau lebih molekul asam di atau
trihidroksi benzoat, mempunyai ikatan ester antara gugus karboksilat dari satu
unit dengan gugus fenol dari molekul lain. Sedangkan Depsidon, terdapat
dalam lichen, mempunyai jembatan eter antara dua cincin aromatik yang
berdampingan dalam molekul depsida. Depsidon mungkin berasal dari
depsida, mengalami oksidasi fenol. Depsida dan depsidon dikenal berasal dari
lichen, kecuali nidulin dari Aspergillus nidulans.
4. Aflatoksin
Aflatoksin adalah senyawa racun atau toksin yang dihasilkan oleh
metabolit sekunder kapang/jamur Aspergillus flavus dan A.parasiticus.
Aflatoksin merupakan golongan mikotoksin (racun/toksin yang berasal dari
fungi/kapang/jamur) yang sangat mematikan dan karsinogenik (pemicu
kanker) bagi manusia dan hewan. Kapang ini biasanya ditemukan pada bahan
pangan/pakan yang mengalami proses pelapukan (Diener dan Davis 1969),
antara biji kacang-kacangan (kedelai, kacang tanah, dan bunga matahari),
rempah-rempah (seperti ketumbar, lada, jahe, serta kunyit) dan serealia
(seperti padi, gandum, sorgum dan jagung).
Aflatoksin merupakan metabolit sekunder yang dapat menjadi ancaman
potensial terhadap keamanan pangan dan pakan, terutama di negara
berkembang beriklim tropis seperti Indonesia. Hal ini karena kapang
penghasil Aflatoksin dapat berkembang pesat dalam keadaan lembab.
Keadaan ini diperparah dengan kenyataan bahwa Aflatoksin masih dapat
bertahan pada pemanasan dengan suhu tinggi.
Beberapa sumber menyatakan bahwa Aflatoksin dapat memberikan beberapa
efek negatif yaitu:
1. Keracunan akut (aflatoksikosis)
2. Dapat menimbulkan iritasi mata dan kulit
3. Dapat menimbulkan iritasi pada organ-organ pencernaan, yang diiringi
mual, muntah, dan diare
4. Metabolisme protein terganggu
5. Kekebalan tubuh menurun
6. Dapat kanker hati (Hepatocellular carcinoma (HCC).

5. Tetrasiklin
Golongan antibiotik dengan aktivitas bakteriostatik luas dan dibiosintesis
oleh berbagai Streptomyces sp dengan kerangka naftasena C18 yang sebagian
terhidrogenasi. Biosintesis dimulai dari silklisasi nona-ketida (dapat atau tidak
didahului modifikasi).
Tetrasiklin digunakan untuk mengatasi berbagai infeksi yang disebabkan
oleh kuman gram positif maupun gram negatif, terutama pada penyakit
saluran pernafasan, saluran kemih, leptospirosis (penyakit manusia dan hewan
dari kuman dan disebabkan kuman Leptospira yang ditemukan dalam air seni
dan sel-sel hewan yang terkena).

6. Antibiotik Makrolida
Dihasilkan jenis Streptomyces sp, umumnya mempunyai sifat
bakteriostatika. Makrolida berasal dari sifat struktur molekul terdapat pada
lakton makrosiklik. Rantai alifatis bersifat jenuh dan bercabang tersusun 10
atom karbon, misal eritromisin
Eritromisin adalah obat Antibakteri, antibiotik makrolid eritromisin.
Eritromisin Menghambat sintesis DNA-dependent protein bakteri sehingga
akan mengubah perpanjangan tahapan sintesis, berikatan dengan 50S subunit
ribosom yang akan menyebabkan penghambatan pada transpeptidase sel
bakteri.
Indikasi Eritromisin:
1) Sistemik: Digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri yang sensitif
terhadap eritromisin seperti, S.pyogenes, termasuk S.pneumoniae,
S.aereus, M.pneumoniae, Legionella pneumophilia, diphtheria
pertusis, choncroid, Chlamydia, erytrasma, N.gonorrhoeae,
E.histolitica, siphilis dan nongonococcal urethritis, dan campylobacter
gastroenteritis; digunakan untuk terapi konjungtifitis dengan
neomosin.
2) Pada mata: Untuk mengatasi infeksi konjungtivistis atau gangguan
kornea pada bayi baru lahir.
3) Topical: untuk pengobatan acne vulgaris.
CONTOH POLIKETIDA

1. Tetrasiklina

Tetrasiklin adalah antibiotik poliketida spektrum luas karena


menginhibisi hampir semua bakteri gram-negatif maupun gram-positif.yang
diproduksi dari genus Streptomyces dari Actinobacteria.

2. Diskodermolida

Diskodermolida adalah produk alami poliketida yang baru-baru ini


ditemukan berpotensi sebagai inhibitor pertumbuhan sel tumor. Kerangka
karbon molekul ini terdiri dari delapan unit polipropionat dan empat unit
asetat dengan 13 stereopusat. Diskodermolida pertama kali diisolasi dari
porifera lautan Karibia Discodermia dissolute.

3. Rifampicin

Rifampisin adalah bakterisida antibiotik obat dari kelompok rifamycin


yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri. Ini adalah senyawa
semisintetik yang berasal dari Amycolatopsis rifamycinica (sebelumnya
dikenal sebagai Amycolatopsis mediterranei dan Streptomyces mediterranei).
Cara kerja obat ini yaitu dengan menonaktifkan enzim bakteri yang
disebut RNA polimerase. Bakteri menggunakan RNA polimerase untuk
membuat protein dan untuk menyalin informasi genetik (DNA) mereka
sendiri. Tanpa enzim ini bakteri tidak dapat berkembang biak dan bakteri akan
mati.

4. Epothilone
Epothilone adalah metabolit yang dikeluarkan oleh Sorangium
cellulosum.

Aktivitas Farmakologis:
Memiliki aktivitas antineoplastik. Hal ini mengakibatkan pengembangan
analog yang meniru aktivitasnya. Salah satu analog tersebut, dikenal
sebagai Ixabepilone adalah agen kemoterapi yang disetujui oleh US Food
and Drug Administration untuk pengobatan metastasis kanker payudara .

5. Avermectin

Senyawa alami yang dihasilkan sebagai produk fermentasi oleh


Streptomyces avermitilis, tanah actinomycetes. Avermectin menjadi bioaktif
yang lebih ampuh yang dikenal dengan Ivermectin yang dapat digunakan
sebagai antiparasit pada manusia yang terinfeksi parasit. Hasilnya, Ivermectin
efektif membunuh larva parasit (mikrofilaria).

6. Lovastatin

• Lovastatin dikenal juga dengan nama mevinolin, merupakan senyawa


metabolit sekunder yang dihasilkan melalui jalur poliketida dan merupakan
derivat dari asetat. merupakan senyawa inhibitor kompetitif HMG-KoA
reduktase yang mampu menurunkan kolesterol plasma dan menjaga tekanan
darah dalam ambang normal (Frick et al.,1987)
• Endo et al. (1976) menemukan bahwa secara alami kapang Monascus
menghasilkan senyawa yang menghambat biosintesis kolesterol dan disebut
lovastatin (mevanolin, monakolin K). Saimee (2003) berhasil melakukan
screening terhadap berbagai fungi dari kelas Basidiomycetes dan
Deuteromycetes yang mampu memproduksi lovastatin seperti Aspergillus,
Penicillium, Pleurotus dan Trichoderma.
• Disamping itu lovastatin juga diproduksi melalui metode fermentasi
beberapa jenis fungi yang dapat menghasilkan metabolit sekunder berupa
senyawa lovastatin.
• Lovastatin telah diketahui dapat diturunkan dari asetat melalui lintas
poliketida (Moore, 1985). Biosintesis poliketida di dalam bakteri dan jamur
adalah berkaitan dengan metabolisme asam lemak meski memiliki perbedaan
dimana beberapa reaksi reduksi atau dehidrasi yang dikatalisa oleh poliketida
sintase (PKS) akan ditekan pada tahap biosintesis tertentu. Substrat asetil-CoA
dan malonil-CoA dapat digunakan oleh PKS untuk menyusun suatu rantai
karbon. Dengan menggabungkan produk metabolisme asam lemak dan
modifikasi PKS maka dimungkinkan diperolehnya berbagai macam metabolit
sekunder yang bersifat biologis aktif (O’Hagan, 1991).

Anda mungkin juga menyukai