SECARA IN VITRO
Kelompok A2-1 :
Absorbsi obat adalah suatu proses pergerakan obat yang sudah terlarut dari tempat
pemberian ke dalam sirkulasi darah melalui membran pada tempat pemberian obat.
Mekanisme absorpsi terdiri dari tiga macam yaitu (1) difusi pasif, (2) transport menggunakan
protein yang dapat berupa saluran (channel), difusi terfasilitasi oleh pembawa (carrier) dan
transport aktif oleh sistem pompa (pumps). Sebagian besar obat melalui meknisme difusi
pasif, serta (3) pinositosis dan endositosis
Absorpsi atau penyerapan zat aktif adalah masuknya molekul-molekul obat ke dalam
tubuh atau menuju ke peredaran darah tubuh setelah melewati sawar biologic. Absorpsi obat
adalah peran yang terpenting untuk akhirnya menentukan efektivitas obat (Joenoes, 2002).
Sebelum obat diabsorpsi, terlebih dahulu obat itu larut dalam cairan biologis. Kelarutan serta
cepat-lambatnya melarut menentukan banyaknya obat terabsorpsi. Dalam hal pemberian
obat per oral, cairan biologis utama adalah cairan gastrointestinal, dari sini melalui membrane
biologis obat masuk keperedaran sistemik (Joenoes, 2002).
Derajat ionisasi tergantung pada pH larutan dan pKa
obat seperti terlihat pada persamaan Henderson-
Hasselbalch sebagai berikut :
𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡
Untuk suatu asam : pH = pKa + log
𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡
𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡
Untuk suatu basa : pH = pKa - log
𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡
Saluran pencernaan dilapisi oleh selaput lendir (mukosa). Mukosa terdiri atas sel
epitel yang dilapisi dengan mukus dan didukung dengan adanya jaringan ikat
longgar (lamina propia) yang mengandung darah, kapiler limfatik, serta lapisan
tipis sel otot polos (muscularis mucosae).
Luas permukaan mukosa mengalami peningkatan dengan adanya modifikasi
seperti lipatan, vill (finger-like projections) dan mikrovili (pada membrane sel
apikal enterosit). Usus halus lebih besar dibandingkan lambung dan usus besar.
Hal ini juga menunjukkan bahwa penyerapan pada usus halus umumnya lebih
besar.
Mukosa Gastrointestinal sebagai Penghalang
untuk Permeasi Obat
Penghalang fisika
Untuk mencapai peredaran darah, obat-obatan yang terlarut harus melewati
penghalang fisik yaitu lapisan lendir dan monolayer usus dari enterosit. Lapisan
lendir yang dihasilkan oleh sel gobet bersifat hidrofilik, sehingga dapat mebatasi
proses difusi obat yang bersifat lipofilik kuat (log p >3) yang berakibat pada
penurunan permeabilitas obat.
Penghalang biokimia
Yang berperan dalam penghalang biokimia adalah adanya proses metabolism usus.
Selain microflora usus, enzim juga berperan dalam proses metabolism usus. Hal lain
yang berperan dalam penghalang biokimia ini adalah efflux usus juga dapat
mempengaruhi penyerapan berbagai senyawa pada lumen usus (Jennifer, 2009).
Pengukuran Permeabilitas
Penilaian permeabilitas sangat penting dalam pemilihan obat yang dimaksudkan untuk
pemberian oral dan untuk meningkatkan proses penyerapan obat. Hal ini dapat tercermin
dalam sistem klasifikasi biofarmasi (BCS), dimana permeabilitas adalah parameter paling
penting untuk mengklasifikasikan obat sesuai dengan sifat biofarmasetikanya.
Asetosal (asam asetil salisilat) dikenal dengan nama dagang Aspirin, merupakan
obat pereda nyeri golongan 'anti radang non steroid' (AINS), sering digunakan
untuk mengatasi nyeri reumatik, pereda nyeri (analgesik), dan penurun demam
(antipiretik).
Pada pemberian oral, sebagian salisilat diabsorpsi dengan daya absorpsi 70%
dalam bentuk utuh dalam lambung, tetapi sebagian besar absorpsi terjadi dalam
usus halus bagian atas. Sebagian asam salisilat dihidrolisis kemudian
didistribusikan ke seluruh tubuh dan segera menyebar ke seluruh tubuh dan
cairan transeluler setelah diabsorpsi.
Kecepatan absorpsi tergantung dari kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet,
pH, permukaan mukosa, dan waktu pengosongan lambung. Salisilat dapat
ditemukan dalam cairan sinovial, cairan spinal, liur, dan air susu. Kadar tertinggi
dapat tercapai kira-kira 2 jam setelah pemberian.
Asam salisilat memiliki efek analgesik tetapi jarang digunakan oral karena
toksisitasnya relatif tinggi, sehingga yang sering digunakan adalah senyawa
turunannya. Tujuan modifikasi asam salisilat adalah untuk meningkatkan efek
analgetik dan mengurangi efek toksik.
Asam salisilat memiliki efek samping berupa iritasi mukosa lambung dengan
resiko tukak lambung dan perdarahan. Jika digunakan dalam dosis besar dapat
menyebabkan iritasi mukosa lambung karena hilangnya efek perlindungan
prostaglandin terhadap mukosa lambung yang sintesisnya dihalangi oleh
blockade COX.
Petunjuk Umum
Lakukan percobaan absorpsi obat (asam salisilat) per oral secara in vitro menggunakan alat Tabung
Crane and Wilson yang telah dimodifikasi yang di dalamnya terpasang usus tikus yang sudah dibalik
Percobaan dilakukan dalam 2 (dua) kondisi pH cairan mukosal yang berbeda yaitu menggunakan cairan
lambung buatan (CLB) yang mempunyai pH 1,2 dan cairan usus buatan (CUB) yang mempunyai pH 6,8
ALAT DAN BAHAN
Alat Bahan
- Tabung Crane and Wilson (yang telah - Cairan Lambung Buatan tanpa pepsin pH
dimodifikasi) 1,2 (CLB)
- Water bath - Cairan Usus Buatan tanpa pankreatin pH
6,8 (CUB)
- Tabung gas oksigen
- Larutan NaCl 0,9% b/v
- Selang silicon
- Asam salisilat
- Spektrofotometer UV-VIS
- Eter
- Kuvet
- Gas oksigen
- pH meter
- Alkohol
- Timbangan analitik
- Seng sulfat
- Peralatan bedah
- Barium hidroksida
- Alat-alat gelas lain yang biasa digunakan di
laboratorium Hewan
- Tikus putih jantan putih
PETUNJUK KHUSUS
a. Pembuatan cairan mukosal
Dibuat 2 macam cairan mukosal yaitu CLB dan CUB tanpa enzim sebanyak 1 L
Dibuat larutan CUB dengan melarutkan 6,8 g kalium fosfat monobasa P dalam
500 mL air. Aduk hingga homogen.
Dibuat larutan CLB tanpa enzim dengan melarutkan 2 g natrium klorida P dalam
7 mL HCL dan ditambahkan air ad 1000 mL.
Dilarutkan 500 mg asam salisilat dalam larutan CLB dan CUB tanpa enzim
masing-masing 100 mL
b. Pembuatan Cairan Serosal
Cairan serosal dipresentasikan oleh larutan NaCl 0,9% (b/v) yang isotonis
dengan cairan darah.
Dibuat kurva baku asam salisilat dalam NaCl 0,9% dengan konsentrasi 5
ppm, 10 ppm, 15 ppm, 30 ppm dan 40 ppm.
Dibedah perut tikus di sepanjang linea mediana dan keluarkan usus halus.
Dibuang usus tikus sepanjang 15 cm di bawah pylorus dan gunaan usus tikus sepanjang
20 cm di bawahnya untuk percobaan.
Ujung kanal dan potongan usus tersebut diikat dengan benang, kemudian dengan batang
gelas yang berdiameter 22 mm dibalikkan usus tikus, sehingga bagian dalam (mukosa)
menjadi di luar dan bagian luar menjadi di dalam.
Usus tikus yang telah dibalik kemudian direndam dalam larutan NaCl 0,9% sebelum
digunakan.
e. Percobaan Absorbsi Obat
Waterbath diisi dengan menggunakan air kran dan diatur alat pada suhu 37oC
Digunakan 2 tabung Crane dan Wilson, diatur jarak pipa pendek dan panjang sebesar 15
cm.
Dipasang dua usus tikus yang telah dibalik pada kanula bagian tengah dari masing-
masing 2 tabung.
Diikat masing-masing kedua ujung usus tikus dengan hati-hati jangan sampai usus putus
atau bocor.
Dimasukkan cairan serosal ke dalam kanula tengah dan pastikan cairan serosal masuk
ke dalam usus dan pastikan usus tidak bocor dan dicatat volume cairan serosal yang bisa
masuk.
Setelah dipastikan cairan serosal masuk dan usus tidak bocor, diletakkan kanula pada
tabung Crane and Wilson yang sebelumnya telah diisi cairan mukosal yaitu CUB dan
CLB yang mengandung asam salisilat sebanyak 100 mL dan telah terbasang di
waterbath yang bersuhu 37oC
Dialiri kanula pinggir dengan oksigen melalui selang silicon. Atur kecepatang
gelembung agar sama antara tabung 1 dan 2 (100 gelembung/menit).
Diambil sampel dar kanula tengah (cairan serosal) sebanyak 1,5 mL pada
menit ke 5, 10, 20 dan 30.
Dibuat grafik hubungan Qb/cm2 (luas area usus) (sumbu Y) terhadap waktu
(sumbu X) untuk kedua kondisi percobaan dalam satu grafik sehingga didapat
dua garis. (Hitung jari-jari usus dan panjang usus sebagai data untuk menghitung
luas area usus).
Dicatat hasil perhitungan mengikuti format tabel rekap hasil perhitungan absorpsi
dari percobaan.
TUGAS PENDAHULUAN
• 40 ppm ;
40 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝
=
1000 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 x = 2 mL
𝑥𝑥 𝑚𝑚𝑚𝑚 200 𝑚𝑚𝑚𝑚
5 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 1000 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝
x = 8 mL • 5 ppm ; =
𝑥𝑥 𝑚𝑚𝑚𝑚 200 𝑚𝑚𝑚𝑚
x = 1 mL
TERIMA KASIH