Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ANALISIS BAHAN BAKU FARMASI

UJI CEMARAN SENYAWA SEJENIS

ABBF-B
Disusun oleh :
Kelompok C

Aisyah Nur Fa’izah 1906347602


Farah Mahdiyah 1906318211
Fatin Kamelia 1906347634
Putri Widyaningsih 1906347413
Ricky 1906347501
Saori Salma Adelia 1906308116
Talitha Winnie Eranza 1906347666
Tsaabita Nabila Rifqa 1906347382
Vanessa Amarta 1906347470

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunianya sehingga
penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah tentang “Uji Cemaran Senyawa
Sejenis” untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Bahan Baku Farmasi. Ungkapan
terima kasih tak lupa kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
kelancaran penyusunan makalah ini, terutama kepada dosen kami, Prof. Dr. Hayun ,
M.Si., Apt. yang telah memberikan bimbingan dan masukan demi kesempurnaan
makalah ini.
Penyusunan makalah bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca
mengenai uji cemaran senyawa sejenis. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan
makalah ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu, besar harapan penulis kepada
pembaca agar dapat memberikan saran dan pendapat yang dapat membangun ke arah
perbaikan dan kesempurnaan dalam pembuatan makalah yang lebih baik nantinya.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Depok, 18 Desember 2020

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 2

BAB I
PENDAHULUAN 4
1.1 L​a​tar Be​l​akang 4
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan 4

BAB II
ISI 5
2.1 ​Prinsip Dasar dan Metode Uji Cemaran Senyawa Sejenis 5
2.2 ​Contoh Pengujian Bahan Baku Obat 6
2.2.1. Senyawa Klordiazepoksid Hidroklorida 6
2.2.2. Senyawa Klorfeniramin Maleat 9
2.2.3 Senyawa Efedrin Hidroklorida 11

BAB I​II
PENUTUP 14
3.1 Kesim​p​ulan 14
3.2 Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Cemaran merupakan sesuatu yang secara tidak sengaja masuk ke dalam produk. Cemaran
tidak dapat dihindari yang bisa berasal dari proses pengolahan, penyimpanan, dan terbawa
dari bahan baku. Beberapa senyawa dalam sediaan farmasi dapat tercemar oleh cemaran
umum, cemaran spesifik, cemaran logam berat, atau cemaran senyawa sejenis. Oleh sebab
itu, bahan baku obat harus dipastikan bebas atau mengandung cemaran yang tidak melebihi
batas yang diperbolehkan karena jika melewati batas cemaran dapat menimbulkan beberapa
efek, antara lain seperti mempercepat penguraian bahan baku, tumbuhnya cemaran mikroba,
peningkatan toksisitas obat, dan menyebabkan tidak diketahuinya keamanan sediaan.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Bagaimana prinsip dari uji cemaran senyawa sejenis?
1.2.2. Senyawa apa saja yang dijadikan baku pembanding dalam uji cemaran senyawa sejenis
suatu sediaan obat?
1.2.3. Bagaimana metode uji cemaran senyawa sejenis pada sediaan obat?
1.2.4. Bagaimana cara penetapan dan kriteria penerimaan dalam uji cemaran senyawa sejenis
pada sediaan obat?

1.3. Tujuan
1.3.1. Memahami prinsip dasar dari uji cemaran senyawa sejenis
1.3.2. Mengetahui senyawa baku pembanding dalam uji cemaran senyawa sejenis suatu sediaan
obat
1.3.3. Memahami dan mengetahui metode-metode yang terdapat dalam uji cemaran senyawa
sejenis pada sediaan obat
1.3.4. Mengetahui cara penetapan dan kriteria penerimaan dalam uji cemaran senyawa sejenis
pada sediaan obat
BAB II
ISI

2.1. Prinsip Dasar dan Metode Uji Cemaran Senyawa Sejenis


Standar kemurnian merupakan ungkapan yang menyatakan bahwa suatu bahan bebas
dari bahan asing atau batas toleransi maksimum bahan asing yang masih diperbolehkan ada
dalam bahan yang diperiksa. Bahan asing tersebut sering dinamakan sebagai cemaran yang
dapat mempengaruhi keamanan dan kemanfaatan obat. Salah satu uji kemurnian yang
terdapat dalam monografi adalah uji cemaran sejenis. Cemaran sejenis merupakan produk
samping sintesis yang memiliki struktur kimia yang hampir sama dengan senyawa obat.
Oleh karena itu, Uji cemaran senyawa sejenis adalah pengujian pada monografi yang
mengacu pada uji umum untuk menganalisis pengotor yang berupa hasil uraian atau
sampingan dari zat aktif. Tujuan dari uji cemaran senyawa sejenis adalah untuk mengontrol
kadar produk hasil sampingan saat proses sintesis dan saat penyimpanan.
Prinsip dari pengujian ini adalah mendeteksi keberadaan senyawa sejenis yang
terbentuk selama produksi atau penyimpanan obat dengan membandingkannya ke baku
pembanding. Pengujian ini dilakukan untuk mencegah dampak cemaran sejenis seperti efek
toksik, perubahan sifat fisik sediaan, atau menghambat pengikatan zat aktif oleh reseptor
pada obat. Pada pengujian cemaran sejenis, terdapat tiga metode yang paling banyak
digunakan, yaitu:

1. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)


Kromatografi lapis tipis merupakan metode pemisahan, identifikasi, dan
kuantisasi senyawa dengan menggunakan plat tipis yang dilapisi adsorben sebagai fase
diam dan dialiri oleh fase gerak. Pada kromatografi lapis tipis, pemisahan dilakukan
menurut prinsip partisi, adsorpsi, atau gabungan keduanya (Harmita, 2006). Pada prinsip
partisi, terdapat dua jenis fase berdasarkan kepolarannya, yaitu fase normal (fase gerak
kurang polar dari fase diam) dan fase terbalik (fase gerak lebih polar dari fase diam). Fase
diam dan fase gerak yang digunakan diatur dalam monografi senyawa yang akan diuji
cemarannya.
2. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
Kromatografi cair kinerja tinggi merupakan metode pemisahan, identifikasi, dan
kuantisasi senyawa dengan melihat perbedaan kemampuan partisi, adsorpsi, penarikan
muatan, dan afinitas terhadap fase kromatografi. KCKT memakai dasar dari kromatografi
kolom yang dilengkapi dengan alat canggih seperti pompa otomatis dan detektor yang
mencatat waktu retensi.

3. Kromatografi Gas (KG)


Kromatografi gas adalah metode pemisahan, identifikasi, dan kuantisasi senyawa
yang menguap pada suhu percobaan. Pemisahan bergantung pada titik didih senyawa dan
interaksi yang terjadi antara senyawa dan fase diam. Gas yang digunakan sebagai
pembawa dalam metode ini harus bersifat inert.

2.2 Contoh Pengujian Bahan Baku Obat


2.2.1. Senyawa Klordiazepoksida Hidroklorida
A. Identifikasi Klordiazepoksid Hidroklorida
Menurut Farmakope Indonesia VI (2020), Klordiazepoksid Hidroklorida
(Chlordiazepoxide Hydrochloride ) merupakan senyawa yang mengandung tidak kurang
dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0% C​16​H​14​ClN​3​O.HCl, dihitung terhadap zat kering.
Berikut ini merupakan identifikasi dari senyawa Klordiazepoksid Hidroklorida
berdasarkan Farmakope Indonesia VI (2020)
● Nama IUPAC: 7-Kloro-2-metil amino-5-phenyl-3H-1,4-benzodiazepina-4-oksida
hidroklorida
● Struktur Kimia :

● Rumus Kimia : C​16​H​14​ClN​3​O.HCI


● Berat molekul : 336,2 g/mol
● Pemerian : Serbuk hablur, putih atau hampir putih; tidak berbau, dipengaruhi oleh
cahaya matahari.
● Kelarutan : Larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol; praktis tidak larut
dalam heksan.
● Baku pembanding : Klordiazepoksida Hidroklorida BPFI; lakukan pengeringan
dalam hampa udara diatas fosfor pentoksida P pada suhu 60º selama 4 jam
sebelum digunakan, simpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya.
2-Amino-5-klorobenzofenon BPFI; lakukan pengeringan di atas silika gel selama
4 jam sebelum digunakan, simpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung
cahaya. Senyawa Sejenis A Klordiazepoksida BPFI; lakukan pengeringan diatas
silika gel P selama 4 jam sebelum digunakan, simpan dalam wadah tertutup rapat
dan terlindung cahaya.
● Jarak Lebur : Antara 212 dan 218, disertai dengan peruraian.
● Kejernihan larutan : Harus jernih; lakukan penetapan menggunakan larutan 10,0%
dalam air bebas karbon dioksida P.
● Susut Pengeringan : Tidak lebih dari 0,5%; lakukan pengeringan dalam hampa
udara di atas fosfor pentoksida P pada suhu 60º selama 4 jam.
● Sisa Pemijaran : Metode II Tidak lebih dari 0,1%; lakukan penetapan
menggunakan 1,0 g zat.
● Identifikasi :
1. Spektrum serapan inframerah zat yang sebelumnya telah dikeringkan dan
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan maksimum hanya pada
bilangan gelombang yang sama seperti pada Klordiazepoksida BPFI.
2. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan
baku yang diperoleh pada Penetapan kadar.
3. Pada lebih kurang 20 mg zat tambahkan 5 mL asam hidroklorida P dan 10
mL air, panaskan hingga mendidih supaya terjadi hidrolisis. Dinginkan,
tambahkan 2 mL larutan natrium nitrit P (1 dalam 1000), 1 mL larutan
amonium sulfamat P (1 dalam 200), dan 1 mL larutan
N-(1-naftil)etilendiamina dihidroklorida P (1 dalam 1000): terjadi warna
ungu kemerahan.

B. Uji Cemaran Senyawa Sejenis Klordiazepoksid Hidroklorida


Penetapan uji cemaran senyawa sejenis Klordiazepoksid Hidroklorida
menggunakan Kromatografi Lapis Tipis. Syarat cemaran senyawa sejenis dari
Klordiazepoksid Hidroklorida adalah selama melakukan penetapan hindarkan cahaya
langsung dan larutan harus dibuat segar

Berikut hal-hal yang harus diperhatikan: (Farmakope Indonesia Ed VI, hal 915-916)
● Fase gerak: Campuran kloroform P-metanol P-amonium hidroksida P (85:14:1).
● Pembuatan Larutan uji:
○ Timbang saksama sejumlah zat, larutkan dalam campuran amonium hidroksida 6
M-metanol P (3:97) hingga kadar 2%.
○ Enceran larutan uji I Pipet 1 mL Larutan uji ke dalam labu tentukur 10-mL dan
encerkan dengan metanol P sampai tanda.
○ Enceran larutan uji II Pipet 1 mL Larutan uji ke dalam labu tentukur 200-mL,
encerkan dengan metanol P sampai tanda.
● Fase gerak : Campuran kloroform P-metanol P-amonium hidroksida P (85:14:1).
● Pembuatan Larutan pembanding : Timbang saksama sejumlah
2-Amino-5-klorobenzofenon BPFI, larutkan dalam metanol P hingga kadar 0,01%.
● Pembuatan Larutan baku : Timbang saksama sejumlah Klordiazepoksida
Hidroklorida BPFI, larutkan dalam campuran amonium hidroksida 6 M-metanol P
(3:97) hingga kadar 0,20%.
● Prosedur :
○ Totolkan secara terpisah 25 μL Larutan uji dan masing-masing 5 μL Enceran
larutan uji I, Enceran larutan uji II, Larutan pembanding dan Larutan baku pada
lempeng silika gel P GF254.
○ Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan dengan
Fase gerak, biarkan merambat hingga tiga per empat tinggi lempeng.
○ Angkat lempeng, biarkan kering di udara dan amati di bawah cahaya ultraviolet
254 nm.
○ Bercak lain selain bercak utama Larutan uji tidak lebih intensif dari bercak
Enceran larutan uji II.
○ Semprot lempeng dengan lebih kurang 10 mL larutan segar natrium nitrit P 1%
dalam asam hidroklorida 1 N, keringkan dengan aliran udara dingin dan semprot
dengan larutan N(1-naftil)etilena-1,2-diamina dihidroklorida P 0,4% dalam etanol
P.
○ Bercak berwarna ungu dari Larutan uji yang sesuai dengan
2-amino-5-klorobenzofenon, tidak lebih intensif dari bercak Larutan pembanding.

2.2.2. Senyawa Klorfeniramin Maleat


A. Identifikasi Klorfeniramin Maleat
Menurut Farmakope Indonesia V (2014), klorfeniramin maleat (Chlorpheniramine
Maleate) merupakan salah satu senyawa yang mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
tidak lebih dari 100,5% C​16​H​19​ClN​2​.C​4​H​4​O​4​, dihitung terhadap zat yang telah
dikeringkan. Berikut ini merupakan identifikasi dari senyawa klorfeniramin maleat
berdasarkan Farmakope Indonesia V.

Struktur Kimia Klorfeniramin Maleat


Nama IUPAC : 2-[p-Kloro-α-[dimetilamino)etil]benzil]
Berat Molekul : 390,87 g/mol
Massa Jenis : 0,0519 mg/mL
Rumus Kimia : C​16​H​19​ClN​2​ .C​4​H​4​O​4
Pemerian : Berupa serbuk hablur, putih, dan tidak berbau; Larutan
mempunyai pH antara 4 dan 5
Sisa Pemijaran : Tidak lebih dari 0,2%
Kelarutan : Mudah larut dalam air ; Larut dalam etanol dan dalam kloroform;
Sukar larut dalam eter dan dalam benzen
Jarak Lebur : Antara 130° dan 135°
Susut Pengeringan : Tidak lebih dari 0,5% ; lakukan pengeringan pada suhu 105°
selama 3 jam
Identifikasi : Spektrum serapan inframerah zat yang didispersikan dalam
kalium bromida P menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
gelombang yang sama seperti pada Klorfeniramin Maleat BPFI.

B. Uji Cemaran Senyawa Sejenis Klorfeniramin Maleat


Penetapan uji cemaran senyawa sejenis klorfeniramin maleat menggunakan
kromatografi gas (KG). Syarat cemaran senyawa sejenis dari klorfeniramin maleat adalah
tidak lebih dari 0,2% (Farmakope Indonesia Ed V, hal 689).

Berikut hal-hal yang harus diperhatikan: (Farmakope Indonesia Ed V, hal 689)


a. Larutan uji : Larutkan lebih kurang 200 mg dalam 5 ml metilen klorida P
b. Sistem kromatografi
c. Detektor : detektor ionisasi nyala
d. Kolom : kolom kaca 4 mm x 1,2
e. Fase diam : 3% G3 (50% Phenyl - 50 % methylpolysilozane)
f. Partikel penyangga : S1AB
g. Suhu :
● Kolom : 190° C
● Injektor : 250° C
● Detektor : 250° C
h. Gas pembawa : helium P kering
i. Waktu retensi puncak utama 4 - 5 menit
j. Prosedur: Tailing factor Klorfeniramin maleat tidak lebih dari 1,8

C. Prosedur Uji Cemaran Senyawa Sejenis Klorfeniramin Maleat


Berdasarkan pada Farmakope Indonesia V, penentuan uji cemaran senyawa
sejenis untuk klorfeniramin maleat dilakukan dengan menggunakan kromatografi gas.
Berikut ini merupakan prosedur yang dilakukan pada saat identifikasi senyawa cemaran
sejenis untuk klorfeniramin maleat menurut Farmakope Indonesia V (2014):
1. Suntikkan lebih kurang 1 µl larutan uji.
2. Rekam kromatogram dalam waktu tidak kurang dari dua kali waktu retensi puncak
klorfeniramin maleat dan ukur luas puncak.
3. Jumlah keseluruhan luas relatif dari semua puncak kecuali puncak pelarut dan asam
maleat tidak lebih dari 2,0%

2.2.3. Senyawa Efedrin Hidroklorida


A. Identifikasi Efedrin Hidroklorida
Menurut Farmakope V (2014), efedrin hidroklorida ​(Ephedrine Hydrochloride)
merupakan senyawa yang mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari
100,5% C​10​H​15​NO.HCL, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

Nama IUPAC : ​(1​R,​ 2​S)​ -2-(methylamino)-1-phenylpropan-1-ol; hydrochloride


Berat molekul : 201,70 g/mol
Rumus senyawa : C​10​H​15​NO.HCl
Pemerian : Serbuk atau hablur halus, putih; tidak berbau; terpengaruh oleh
cahaya.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, larut dalam etanol, tidak larut dalam eter.
Baku pembanding : Efedrin Hidroklorida BPFI, tidak boleh dikeringkan sebelum
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya.
Jarak lebur : ​Metode I ​Antara 217° dan 220°C.
Rotasi jenis : Antara -33,0° dan -35,5°, dihitung terhadap zat yang telah
dikeringkan; lakukan penetapan menggunakan larutan yang
mengandung 500 mg tiap 10 ml.
Susut pengeringan : Tidak lebih dari 0,5%; lakukan pengeringan pada suhu 105°C
selama 3 jam.
Sisa pemijaran : Tidak lebih dari 0,1%.
Identifikasi :
A. Larutkan 100 mg zat dalam 5 ml air, tambahkan 1 ml larutan kalium karbonat P (1
dalam 5) dan ekstraksi dengan 2 ml kloroform P: spektrum serapan inframerah
ekstrak kloroform menunjukkan maksimum hanya pada bilangan gelombang yang
sama seperti pada Efedrin Sulfat BPFI.
B. Menunjukkan reaksi Klorida cara A, B, C seperti tertera pada Uji Identifikasi
Umum.

Keasaman-kebasaan : Larutkan 1,0 g zat dalam 20 ml air dan tambahkan 1 tetes merah
metil LP. Jika larutan berwarna kuning, akan berubah menjadi
merah pada penambahan tidak lebih dari 0,10 ml asam sulfat 0,02
N. Jika larutan berwarna merah muda, berubah menjadi kuning
pada penambahan tidak lebih dari 0,20 ml NaOH 0,02 N.
Penetapan kadar : Timbang saksama lebih kurang 500 mg zat, larutkan dalam 25 ml
asam asetat glasial P. Tambahkan 10 ml raksa(II) asetat LP dan 2
tetes kristal violet LP. Titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV
hingga berwarna hijau zamrud. Lakukan penetapan blangko. Tiap
ml asam perklorat 0,1 N setara dengan 20,17 mg C​10​H​15​NO.HCl.
Wadah dan penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik, tidak tembus cahaya.

B. Uji Cemaran Senyawa Sejenis Efedrin Hidroklorida


Menurut Farmakope V (2014) pengujian senyawa sejenis Efedrin Hidroklorida
menggunakan tablet Efedrin Hidroklorida dengan metode Kromatografi lapis tipis (KLT).
Berikut hal yang harus diperhatikan dalam menguji cemaran senyawa sejenis Efedrin
Hidroklorida:
a. Larutan Uji:
Timbang sejumlah serbuk tablet setara dengan 100 mg Efedrin Hidroklorida,
ekstraksi dengan 5 ml metanol P, saring.
b. Enceran Larutan Uji I:
Pipet 1 ml Larutan Uji ke dalam labu ukur 10 ml, diencerkan dengan metanol P
sampai tanda.
c. Enceran Larutan Uji II:
Pipet 1 ml larutan uji I ke dalam labu ukur 200 ml, dan diencerkan dengan
metanol P sampai tanda.
d. Larutan Baku:
Timbang saksama sejumlah Efedrin Hidroklorida BPFI, larutkan dalam metanol P
hingga kadar 2 mg per ml.
e. Fase Gerak: Campuran isopropanol P-amonium hidroksida 13,5 M-kloroform P
(80:15:5).
f. Fase Diam: ​silica gel G.
g. Prosedur:
● Totolkan secara terpisah masing-masing 10 μl Larutan Uji, Enceran Larutan
Uji I, Enceran Larutan Uji II dan Larutan Baku pada lempeng kromatografi
Silika gel G.
● Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi berisi Fase gerak, biarkan
merambat.
● Angkat lempeng ninhidrin LP dan panaskan pada suhu 110º selama 5 menit.
● Bercak lain selain bercak utama Larutan uji tidak lebih intensif dari bercak
Enceran larutan uji II.
● Abaikan bercak dengan warna lebih lemah dari warna lapisan lempeng.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Prinsip dari pengujian cemaran senyawa sejenis adalah mendeteksi keberadaan
senyawa sejenis yang terbentuk selama produksi atau penyimpanan obat dengan
membandingkannya ke baku pembanding. Pengujian ini dilakukan untuk mencegah
dampak cemaran sejenis seperti efek toksik, perubahan sifat fisik sediaan, atau
menghambat pengikatan zat aktif oleh reseptor pada obat. Beberapa senyawa baku
pembanding dalam uji cemaran senyawa sejenis suatu sediaan obat, diantaranya adalah
Klordiazepoksida hidroklorida, Klorfeniramin maleat, dan Efedrin hidroklorida.
Secara umum, metode yang digunakan pada uji cemaran sejenis ada tiga yaitu
menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT), Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
(KCKT), dan Kromatografi Gas (KG). KLT biasanya digunakan pada komponen yang
cukup sederhana, KCKT biasanya digunakan pada komponen yang kompleks, dan KG
biasanya digunakan untuk komponen yang termostabil saat dipanaskan sampai bentuk
uapnya. Pemilihan metode dilakukan dengan mengacu pada monografi yang terdapat di
Farmakope Indonesia.
Penetapan dan kriteria penerimaan uji cemaran senyawa sejenis berbeda-beda
untuk setiap senyawa. Cemaran dapat diterima jika pada jumlah tersebut tidak
mengganggu aktivitas zat utama atau bahkan menyebabkan efek toksik. Angka batas
cemaran setiap senyawa tercantum dalam monografi. Inti dari penetapan adalah
membandingkan sampel dengan baku yang ada. Pada cemaran sejenis, identitas senyawa
sejenis biasanya sudah diketahui sehingga penetapannya juga menggunakan baku
senyawa sejenis tersebut.

3.2 Saran
Untuk mengetahui ada tidaknya senyawa yang mirip dengan senyawa obat dan
merupakan produk sampingan atau cemaran, perlu dilakukan uji cemaran senyawa
sejenis. Dalam melaksanakan pengujian, harus diperhatikan setiap instrumen dan
prosedur yang digunakan agar hasil yang didapatkan optimal. Untuk pelarut residu yang
memiliki toksisitas tinggi perlu diperhatikan penggunaanya agar tidak melebihi batas
yang tertera dalam monografi. Hal ini dikarenakan pelarut tersebut mungkin dapat
menimbulkan efek jangka panjang yang lebih parah dibandingkan pada tingkatan yang
lebih rendah.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2014). Farmakope Edisi V. Departemen Kesehatan RI.


Anonim. (2020). Farmakope Edisi VI. Departemen Kesehatan RI.
Surantaatmadja, S. I. (2009). Pidato Ilmiah Guru Besar ITB: "Peran Analisis Farmasi
dalam Penjaminan dan Pengawasan Kualitas Obat". Diakses pada 15 Desember dari
https://fgb.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/22-Pidato-Ilmiah-Prof-Slamet-Ibrah
im.pdf

Anda mungkin juga menyukai