Anda di halaman 1dari 4

Putri Widyaningsih – 1906347413

Obat Gangguan Kardiovaskular – B


Fakultas Farmasi Universitas Indonesia

Kasus Klinik Hipertensi

Mariam (38 tahun), datang ke klinik untuk kontrol rutin rencana kehamilannya. Berdasarkan
hasil pemeriksaan klinis, tekanan darah (TD) mengalami peningkatkan dibandingkan TD 12
bulan yang lalu. Hasil pemeriksaan menunjukkan denyut nadi 72 bpm, TD 158/94 mmHg
pada lengan kiri, 158/94 mmHg pada lengan kanan, dan 149/93 mmHg pada pemeriksaan
ketiga selama waktu konsultasi. Berdasarkan pemeriksaan harian (ambulatory blood pressure
monitoring, ABPM) diketahui TD 145/92 mmHg.

1. Apakah Mariam dapat dikatakan mengalami hipertensi?

 Iya, Mariam mengalami hipertensi yang ditandai dengan tingginya TDnya.


Tekanan darah normal sebesar 130/80 mmHg, sedangkan tekanan darah Mariam
melebihi 140/90 mmHg. Hal tersebut menunjukan bahwa Mariam menderita
hipertensi kronik.

2. Pada pemeriksaan selanjutnya dilakukan investigasi terhadap kerusakan organ target


melalui pemeriksaan urin (albumin, kreatinin, sel darah merah), sampel darah
(glukosa, kreatinin, elektrolit, laju filtrasi glomerulus, kolesterol total dan kolesterol
HDL). Mengapa demikian? Apa tujuan pemeriksaan tersebut?

 Pemeriksaan urine dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya protein didalam
urin Mariam (proteinuria). Hal ini bertujuan untuk memeriksa apakah ginjal Mariam
rusak atau tidak, karena hipertensi ini memaksa ginjal untuk bekerja lebih berat.
Sehingga ginjal dapat mengalami kerusakan, dan ditandai dengan adanya
proteinuria.

3. Jika pada pemeriksaan di atas, diperoleh hasil semua parameter dalam rentang normal
sesuai rujukan laboratorium, maka apa yang menyebabkan terjadinya hipertensi?
Jelaskan berdasarkan mekanismenya! 

 Jika semua hasil parameter dalam rentang normal, hipertensi yang terjadi pada
Maria disebabkan oleh tingginya kadar NaCl dalam darah. Mekanismenya adalah
dengan mengubah Angiotensin I menjadi Angiotensin II oleh ACE (Angiostencin
Converting Enzyme). Perubahan ANG I menjadi ANG II melalui dua aksi utama,
yaitu:

 Aksi pertama adalah dengan mensekresikan hormone ADH (antidiuretic) dan


rasa haus dalam kelenjar pituitary (dalam hipotalamus). Hal ini berakibat
pada sedikitnya urin yang dieksresikan (antidiuresis) dan pekat. Sehingga
Putri Widyaningsih – 1906347413
Obat Gangguan Kardiovaskular – B
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia

perlu diencerkan dengan mengambil cairan intraseluler ke ekstraseluler. Hal


ini menyebabkan volume darah meningkat yang dapat meningkatkan TD.
 Aksi kedua adalah dengan mensekresikan hormone aldosterone dalam
korteks adrenal, yang berakibat pengurangan eksresi NaCl (garam) dengan
mereabsorpsi dari tubulus ginjal. Dalam ginjal, kadar NaCl ini meningkat
sehingga perlu diencerkan dengan menambah cairan ekstraseluler. Akibatnya
volume darah meningkat, dan TD juga meningkat.

4. Berdasarkan hasil pemeriksaan klinik dilakukan penilaian resiko terhadap penyakit


kardiovaskular (CVD) dengan nilai kurang dari 20%. Apa hubungannya antara
hipertensi dan penyakit kardiovaskular (CVD)?

 Hipertensi merupakan salah satu resiko penyakit kardiovaskular lain, meskipun


nilai resiko penyakit kardiovaskular (CVD) tergolong kecil (<20%). Namun, tekanan
darah tinggi akan menyebabkan pembuluh darah coroner mengalami penumpukan
lemak di dinding pembuluh darah (ateroskeleresis) dan akan membentuk plak. Plak
ini yang menyebabkan pembuluh darah menyempit dan tersumbat, yang
menghasilkan suplai oksigen ke jantung minim. Akibatnya dapat terjadi penyakit
kardiovaskular yang lain, seperti jantung coroner, serangan jantung, dll.

5. Jika berdasarkan usia dan klasifikasi hipertensi, serta jika tidak dijumpai adanya
kerusakan organ termasuk ginjal, tidak ada komorbid seperti diabetes, dan resiko
CVD yang rendah, maka pasien akan direkomendasikan untuk melakukan perubahan
gaya hidup. Seperti apa perubahan gaya hidup yang dimaksud? Mengapa perubahan
tersebut dapat mempengaruhi tekanan darah?  

 Hipertensi itu sendiri dapat disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat, seperti
mengkonsumsi garam secara berlebihan, kurangnya asupan buah dan sayur, obesitas
dan kurang olahraga, mengkonsumsi alcohol atau kafein berlebihan.

Oleh karena itu, perubahan gaya hidup yang lebih sehat dapat dilakukan untuk
mengurangi hipertensi. Mengurangi konsumsi garam, karena garam menjadi salah
satu penyebab hipertensi oleh mekanisme aksi kedua, dimana jika kadar garam
dalam ginjal terlalu berlebih, maka akan semakin banyak cairan ekstraseluler yang
dibutuhkan untuk mengencerkannya, sehingga TD semakin meningkat.

Selain itu, mengkonsumsi sayur dan buah, serta berolahraga untuk menjaga agar
tidak adanya timbunan lemak yang dapat menyumbat pembuluh darah. Selain itu
menghindari konsumsi alcohol karena dapat meningkatkan sintesis katekolamin
yang mempengaruhi TD seseorang, serta mengurangi konsumsi kafein.
Putri Widyaningsih – 1906347413
Obat Gangguan Kardiovaskular – B
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia

6. Jika diperlukan antihipertensi, golongan obat apa saja yang dapat menjadi pilihan?
Bagaimana mekanisme golongan obat tersebut sehingga dapat mengintervensi
tekanan darah yang tinggi? Jelaskan beserta contoh obat-obatnya!

sumber gambar:
Kandarini, Y. (2016). Tatalaksana Farmakologi Terapi Hipertensi. Denpasar: FK
Universitas Udayana.

7. Berdasarkan NICE guideline, pasien dengan usia di bawah 55 tahun dapat diberikan
angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor atau angiotensin II receptor blocker
(ARB). Apakah golongan obat tersebut dapat diberikan kepada pasien seperti
Mariam? Mengapa demikian?

 Golongan obat ACE Inhibitor atau ARB tidak dapat digunakan oleh Mariam,
karena obat-obatan tersebut karena kondisi Mariam yang dalam masa hamil.
Putri Widyaningsih – 1906347413
Obat Gangguan Kardiovaskular – B
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia

Golongan obat tersebut dapat memengaruhi kondisi janin Mariam, yang akan
menyebabkan disgenesis renal janin, abnormalitas, bahkan kematian. Sehingga
diperlukan golongan obat alternatif untuk digunakan oleh Mariam, seperti
Metildopa, Labetalol, dan Nifedipin.

DAFTAR PUSTAKA

Kandarini, Y. (2016). Tatalaksana Farmakologi Terapi Hipertensi. Denpasar: FK


Universitas Udayana.

Kaplan NM and Victor RG. (2015). Kaplan’s Clinical Hypertension. 11th Edition.
Philadelphia: Wolters Kluwer.

Nice Guideline. (2019). Hypertension in adults: diagnosis and management. NICE.


Retrieved 2 March 2021, from
https://www.nice.org.uk/guidance/ng136/chapter/Recommendations#treating-and-
monitoring-hypertension

Nice Guideline. (2019). Hypertension in pregnancy: diagnosis and management. NICE.


Retrieved 2 March 2021, from
https://www.nice.org.uk/guidance/ng133/chapter/Recommendations#medical-
management-of-severe-hypertension-severe-pre-eclampsia-or-eclampsia-in-a-critical-
care

Prodjosudjadi, W. (2000). Hipertensi: mekanisme dan penatalaksanaan. Berkala neuro


sains, 1(2000).

Wu, C. Y., Hu, H. Y., Chou, Y. J., Huang, N., Chou, Y. C., & Li, C. P. (2015). High
Blood Pressure and All-Cause and Cardiovascular Disease Mortalities in Community-
Dwelling Older Adults. Medicine, 94(47), e2160.
https://doi.org/10.1097/MD.0000000000002160

Anda mungkin juga menyukai