Anda di halaman 1dari 29

RANGKUMAN KELOMPOK 5

MATERI OLEORESIN, GOM OLEORESIN, DAN BALSAM

FARMAKOGNOSI 1 - B

Anggota Kelompok:

Abidatur Rosida 1906287641


Bunga Atqiya Qutrunnada 1806136012
Dian Framesya Sirait 1906347615
Fairuz Andini Fatiningtyas 1906308192
Gabriella 1906347584
Karenna 1906347703
Raden Jacinda Yasmin P.P. 1906318161
Ricky 1906347501
Salwa Dilfari Pohan 1906347514
Syahirah Adilah Adzrani 1906307416
Selly Roesdiana 1906347640

1. OLEORESIN
1.1 Pendahuluan (Biosintesis, penggolongan dan Struktur Inti)
Oleoresin adalah campuran homogen resin dan minyak atsiri. Faktanya, oleoresin
adalah sekresi vegetatif yang diperoleh sebagai produk alami dan terdiri dari resin
yang dilarutkan dalam minyak esensial. (​Kar, 2007)​.
Namun, berdasarkan keberadaan kuantum relatif minyak atsiri dalam campuran
yang terjadi secara alami, oleoresin dapat berbentuk cair, atau setengah padat, atau
padat.

1.1.1 Terpentin
Minyak terpentin adalah cairan tidak berwarna dengan bau yang khas dan
rasa yang menyengat. Minyak terpentin farmasi diperoleh dengan distilasi dan
rektifikasi dari oleoresin yang diproduksi oleh berbagai spesies Pinus.Minyak
terpentin larut dalam alkohol, eter, kloroform, dan asam asetat glasial dan
memiliki rotasi optis aktif. Rotasi optis yang ditunjukkan oleh terpentin
bervariasi tergantung dari spesies pinus yang diambil dan periode pengambilan
sampel. Minyak terpentin terutama terdiri dari terpene (+) - dan (-) - α-pinene,
(-) - β-pinene dan camphene.​(Evans and Evans, 2009)

Gambar. Beberapa senyawa yang terdapat pada minyak terpentin


Sumber : Trease and Evans pharmacognosy 16th ed, 2009

Struktur ini cenderung mengalami oksidasi atmosfer, dengan pembentukan


zat resin kompleks, yang penghilangannya dilakukan dengan proses rektifikasi.
Rotasi optik yang bervariasi dari turpentine yang berbeda terutama disebabkan
oleh proporsi yang bervariasi dari (+) - dan (-) - α-pinene yang ada; (-) -
β-pinene ditemukan di hampir semua Pinus spp. dalam keadaan kemurnian
optik tinggi dan biasanya terjadi dengan dominan (+) - α-pinene. Kedua isomer
ini memiliki kebalikan konfigurasi absolut. Komponen lain dari minyak yang
digunakan industri adalah β-phellandrene, δ-3-carene (komponen utama
turpentines India dan 'Rusia'), limonene, p-cymene, longifoline dan estragol
(Evans et al., 2009).

1.1.2 Oleoresin Zingiber


Jahe mengandung sekitar 1-2% minyak atsiri. Untuk pengujian, parafin cair (10
tetes) atau antifoaming lainnya. Sampel dapat ditambahkan ke labu destilasi.
Rimpang juga mengandung 5-8% bahan resin, pati dan lendir. Minyak jahe,
yang terutama beraroma obat, mengandung campuran lebih dari 50 konstituen,
terdiri dari monoterpen (β-phellandrene, (+) - camphene, cineole, citral dan
borneol), sesquiterpene hydrocarbons (zingiberene, β-bisabolene , (E, E)
-α-farnesene, β-sesquiphellandrene dan ar-curcumene) dan sesquiterpene
alcohol zingiberol (Evans et al., 2009). Lebih dari 50 konstituen yang mudah
menguap dari jahe segar yang ditanam secara organik (varietas putih segar Cina
dan kuning Jepang) telah dicatat (S. D. Jolad et al., Phytochemistry, 2004, 65,
1937)
Sumber : Trease and Evans pharmacognosy 16th ed, 2009

1.1.3 Oleoresin capsicum


Obat BP / EP (Cabai; Paprika Merah) terdiri dari buah Capsicum annuum
yang dikeringkan dan matang, varietas minimum (Miller) Heiser, dan varietas
C. frutescens L. (Solanaceae) berbuah kecil.
Pada tahun 1876, Thresh mengekstraksi obat dengan minyak bumi,
mengolah ekstrak dengan alkali berair, dan dengan melewatkan karbon dioksida
melalui kristal endapan cairan alkali dari senyawa yang sangat tajam, capsaicin.
Seperti yang dapat disimpulkan dari metode pembuatannya, kapsaisin bersifat
fenolik.
Fraksi fenolik yang menyengat dari capsicum juga mengandung proporsi
dari 6,7-dihidrokapsaisin. Kandungan capsaicin buah sangat bervariasi dalam
kisaran hingga 1,5% dan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan umur
buah. Kepedasan capsicum tidak dihancurkan dengan pengobatan dengan alkali
(perbedaan dari gingerol, yang juga mengandung gugus vanilil) tetapi
dihancurkan dengan oksidasi dengan kalium dikromat atau permanganat. Cabai
juga mengandung asam askorbat (0,1-0,5%), tiamin, karotenoid merah seperti
capsanthin dan capsorubin (lihat 'Karotenoid') dan minyak tetap (sekitar
4-16%). Mereka menghasilkan sekitar 20-25% ekstrak alkohol (capsicin) dan
sekitar 5% (batas resmi 10,0%) abu. Capsicums Hungaria atau 'Paprika' berasal
dari ras C. annuum ringan dan merupakan sumber asam askorbat yang nyaman.
Menurut Bennett dan Kirby, prinsip pedas dari C. annuum terdiri dari capsaicin
69%, dihydrocapsaicin 22%, nordihydrocapsaicin 7%, homocapsaicin (C11
acid) 1% dan homodihydrocapsaicin 1%. Sejumlah komponen minor dari kelas
ini telah dicatat. Dalam studi tentang konstituen yang larut dalam air dari
buah-buahan dari tiga varietas C. annuum, Izumitani et al. (Chem. Pharm. Bull.,
1990, 38, 1299) mengisolasi dua belas glikosida asiklik baru (turunan
geranyllinalool) bernama capsianosides A – F (ester dimer dari glikosida
diterpen asiklik) dan kapsianosida I – V (senyawa monomerik asiklik diterpen
glikosida). Kapsianosida lebih lanjut sekarang telah dilaporkan oleh J.-H. Lee et
al., (Chem. Pharm. Bull., 2006, 54, 1365). T. Ochi et al., (J. Nat. Prod., 2003,
66, 1094) mencatat capsaicin dimer yang memiliki aktivitas antioksidan yang
hampir sama dengan capsaicin tetapi tanpa rasa yang menyengat.

Sumber : Trease and Evans pharmacognosy 16th ed, 2009


1.2. Tumbuhan Penghasil
1.2.1 Taksonomi, Morfologi Tumbuhan
Terpentin
Taksonomi
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Coniferophyta
Kelas : Pinopsida
Ordo : Pinales
Famili : Pinaceae
Genus : Pinus
Spesies : ​Pinus merkusii​ Jungh. et de Vriese

Morfologi
Minyak terpentin diperoleh dari tanaman bermarga pinus famili Pinaceae yang
sering disebut dengan ​spirits of turpentine​, berupa cairan ​lengket berwarna
kuning muda hingga coklat berbau balsem​. Terpentin memiliki bau dan rasa
yang khas, serta berasal dari penyulingan getah pinus yang dihasilkan oleh kayu
atau kulit pohon pinus. (Hidayati, 2014)

Oleoresin Zingiber
Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Spesies :​ Zingiber officinale​ Rosc.
Morfologi
Oleoresin zingiber diperoleh dari rimpang jahe. Warna oleoresin zingiber adalah
hijau kecoklatan yang cenderung gelap, kental, aroma dan bau seperti jahe serta
rasa yang pedas dan menggigit. (Wardani, 2014)

Oleoresin Capsicum
Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Subkelas : Sympetale
Ordo : Tubiflorae
Family : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : ​Capsicum annuum L.

Morfologi
Oleoresin capsicum berasal dari ekstraksi buah cabai, memiliki aroma dan rasa
yang khas serta berupa cairan kental. Oleoresin capsicum memberikan rasa
pedas akibat dari capsaicin. (Yusuf, 1985)

1.3 Kandungan dan Sifat dari Simplisia


Tabel 1. kandungan, sifat, dan kegunaan simplisia golongan oleoresin

Golongan Simplisia Kandungan Sifat Kegunaan


Oleoresin

Terpentin ● Bervariasi, sesuai ● cairan mudah ● bahan baku industri


Pinae
tempat menguap, tidak kosmetik dan minyak
cortex atau
tumbuhnya. berwarna dengan bau cat,
pinae
● Komponen utama khas dan rasa ● antiseptik,
lignum
: α-pinene. menggigit ● kamper
terdapat juga ● tidak larut dalam air ● bahan detoksifikasi dan
β-pinene,camphen (larut dalam alkohol, disinfektan alami
e, 3-Carene, dan eter, kloroform, dan ● campuran minyak pijat
limonene. asam asetat glasial), ● produk pembersih
titik nyala di bawah rumah tangga dan
141 ° F bersifat optis penyegar udara
aktif ● menstimulasi aliran
● teroksidasi darah
membentuk komplek ● membantu mengurangi
resin yang berwarna pembengkakan, nyeri
lebih gelap di udara tekan, dan nyeri otot
terbuka yang berhubungan
dengan peradangan.

Oleoresin zingiberis ● shogaol, minyak ● cairan pekat berwarna ● industri makanan →


zingiber rhizoma atsiri (0,5 -5,6%), coklat tua flavor jahe dan
zingiberon, ● aroma dan rasa pedas penyedap rasa
zingiberin, yang kuat seperti ● antioksidan
zingibetol, rempah - rempah ● antimikroba
barneol, kamfer, ● mengandung
sineol, gingerin komponen volatil
● vitamin (A, B1, (minyak atsiri) dan
dan C) non volatile (gum dan
● damar (resin) resin)
● asam – asam
organik (malat,
oksalat)

Oleoresin kapsaisin, ● Larutan kental ● antioksidan


Capsici
capsicum dihidrokapsaisin, berwarna merah ● mengurangi kolesterol
fructus
vitamin (A,C),damar, ● tidak larut dalam air jahat
zat warna kapsantin, ● mengontrol kegemukan
karoten atau untuk diet tubuh.
● industri makanan
sebagai bambù dan
pelengkap rasa.
(Sumber: Claus.P.Edward, 1961)

1.4 Cara Ekstraksi Oleoresin


Ekstraksi dapat dilakukan dengan maserasi, tapi kurang efektif (butuh banyak
solven dan waktu lama). Oleoresin bersifat minyak, maka gunakan pelarut nonpolar
seperti n-heksana. Pelarut organik seperti n-heksana toksik, jadi untuk oleoresin
capsicum dan zingiber ada aturan ketat (untuk dikonsumsi).

Oleoresin Cara Ekstraksi

1. Terpentin Cara lama: sadap getah pohon pinus tua, ekstraksi-destilasi uap, ekstraksi
destruktif (suhu tinggi), atau proses sulfat (masak bubur kayu pinus
muda)

Terbaru: Pengolahan getah dengan Microwave Assisted Hydrodistillation


(MAHD) → hidrodistilasi dengan pemanasan oleh gelombang mikro.
Air sebagai pelarut (konstanta dielektrik tinggi → mudah serap energi
microwave).
Hemat energi/biaya, ramah lingkungan, cepat, aman.

2. Oleoresin Contoh untuk jahe. Lakukan SFE untuk fraksinasi simplisia, dengan
Zingiber SCCO2 (cairan superkritis CO2).

3. Oleoresin Simplisia dikeringkan dan dihaluskan. SFE dengan SCCO2.


Capsicum
Keuntungan supercritical fluid extraction (SFE): dapat menghilangkan
solven seutuhnya dari produk melalui depresurasi (sehingga CO2 hilang
dalam bentuk gas), komponen/zat aktif lebih stabil (suhu rendah, hanya
butuh sedikit pelarut organik).
Gambar 1.4.2. Penelitian terkait ekstraksi oleoresin jahe. Penelitian bertujuan mendapatkan oleoresin dan
minyak atsiri sekaligus. Metode: ekstraksi-fraksinasi SCCO2 (cairan superkritis CO2). Variabel: rerata ukuran
partikel jahe 253 μm, Suhu ekstraksi 40 °C, Tekanan 276 bar, Laju alir 30 g/menit, waktu ekstraksi 153
menit. Kondisi optimal separator 1 yaitu 175 bar/40 °C. Hasil ekstraksi yaitu 5,95% oleoresin dengan
kemurnian 96,15%, yang diperkaya 51,2% gingerol. → cara baca gambar, tidak usah hafal

Gambar 1.4.3.​ Skema fraksinasi dengan SCCO2. Baca mulai dari Solid Residue E1.
1.5 Cara Identifikasi
1.5.1 Analisa Kualitatif Oleoresin
Tabel 1.5.1 Tabel Analisa Kualitatif Oleoresin

Jenis Komponen Metode Analisis Kualitatif

Terpentin alfa-pinena Spektrofotometer inframerah dengan


karakteristik puncak pada 1652,88 cm-1
(vibrasi ulur C=C) dan pada 3042,18 cm-1
(vibrasi ulur =C-H)
(Amini dkk, 2014)

Oleoresin gingerol (komponen utama) Menggunakan KLT dengan eluen


Zingiber dan shogaol serta zingerone n-heksana:kloroform:etil asetat (4:1:1)
(komponen turunan dari (Sugiarti dkk, 2011)
gingerol)

Oleoresin Capsaicin KLT dengan eluen


Capsicum p-ether:kloroform:metanol (75:19:6)
kemudian disemprot iodin

1.5.2 Analisa Kuantitatif


Tabel 1.5.1 Tabel Analisa Kualitatif Oleoresin

Jenis Komponen Metode Analisa Kuantitatif

Oleoresin Alfa pinen, Kromatografi gas spektrofotometri massa


Terpentin (KG-SM). Kandungan Alfa pinen sebelum
destilasi fraksinasi : 33,90 % ; Setelah
dilakukan destilasi kandungan Alfa-pinen
:85,84% (Muharani dkk, 2014)

Oleoresin Zingiber 6-gingerol, 8-gingerol, HPLC. Uji presisi yang diperoleh %RSD
10-gingerol, dan 6-shogaol untuk presisi 0,148 untuk 6-gingerol, 0,32
untuk 8-gingerol, 1,215 pada 6-shogaol dan
0,279 untuk 10-gingerol.
Koefisien korelasi untuk linieritas
0,9998-0,9999 pada rentang konsentrasi
0,10 hingga 150 mg/kg; % recovery untuk
akurasi berkisar 91,8-116 %; limit deteksi
untuk 6-gingerol, 8-gingerol, 10-gingerol,
dan 6-shogaol masing-masing 2,34; 1,06;
1,25; dan 0,67 mg/L, dan konsentrasi limit
kuantitasi sebesar 7,81; 3,53; 4,18; dan 2,29
mg/L
(Novelina dkk, 2011)

Oleoresin capsaicin GC dan GCMS. Kadar capsaicin optimum


Capsicum pada cabai rawit hijau sebesar 20,9454 %
yang didapat pada ukuran partikel sebesar
57,476mesh, suhu ekstraksi 68,684 % der
C, dan waktu ekstraksi 3,8791 jam (Kawiji
dkk, 2012)

1.6 Pemalsuan Simplisia Oleoresin


1.6.1 Pemalsuan Simplisia Oleoresin Terpentin
Minyak terpentin digunakan untuk memalsukan minyak atsiri, seperti
minyak nilam. Identifikasi minyak terpentin yaitu dengan menggunakan
kromatografi gas, kromatogram dibuat secara berturut-turut dari minyak nilam
sampel dan minyak nilam murni, pada peak paling depan akan muncul
alpha-pinen yang merupakan komponen utama dari minyak terpentin (Ma’mun.
2003).

1.6.2 Pemalsuan Simplisia Oleoresin Zingiber


Pemalsuan dapat berupa penambahan ‘jahe bekas’ yang telah habis
digunakan dalam pembuatan essence atau sari (Evans, William C. 2009:292).
Cara Mendeteksi Pemalsuan: Penambahan jahe bekas ini dapat dideteksi
oleh standar resmi untuk ekstraktif larut alkohol, ekstraktif larut air, abu total,
dan abu larut air (Evans, William C. 2009:292).
Jahe yang sudah habis dan lebih khusus lagi, jahe galenikal, memiliki rasa
pedas yang meningkat dengan penambahan capsium. Dideteksi dengan cara
cairan yang dicurigai/tinctur yang dibuat dari bubuk yang dicurigai dipanaskan
dalam bak air dengan alkali kaustik. Cairan kemudian diuapkan dan residu
diasamkan dengan asam klorida dan dikocok dengan eter. Beberapa larutan
halus yang diuapkan pada kaca arloji memberikan residu yang tidak terlalu
tajam rasanya. Tes ini bergantung pada fakta bahwa gingerol lebih mudah
diuraikan oleh basa daripada capsaicin atau paradol (Evans, William C.
2009:292).

1.6.3 Pemalsuan Simplisia Capsicum


Simplisia Capsicum biasanya dipalsukan dengan bubuk lada hitam atau
Piper Nigrum L. Untuk mendeteksi pemalsuan tersebut, dilakukan validasi
menggunakan sampel bubuk cabai dan lada hitam dalam berbagai proporsi, lalu
dilakukan analisis HPLC untuk mendeteksi adanya pemalsuan lada hitam pada
cabai (V.A. Parvathy. 2014).
Pada bubuk lada hitam, tidak ditemukan adanya senyawa capsaicin, namun
lada hitam mengandung senyawa chavicine yang merupakan isomer dari
capsaicin, sehingga sifat lada hitam dan cabai merah tampak mirip, yaitu
memberikan rasa pedas dan menghasilkan efek panas (M. Pratama. 2017).

2. GOM OLEORESIN
2.1 Pendahuluan
Gom oleoresin adalah bahan alam yang berupak eksudat dari tanaman merupakan
campuran dari resin, gum, dan minyak mudah menguap serta campuran kecil lainnya.
Banyak zat oleogomresin yang berpotensi menjadi bahan yang memiliki fungsi secara
medis.​(Kar, 2007)

2.1.1 Myrrh
Myrrh (Arabian or Somali Myrrh) adalah resin oleo-gum, diperoleh dari
batang dari berbagai spesies Commiphora (Burseraceae),dan tumbuh di timur
laut Afrika dan Arab.​(Evans and Evans, 2009)​. Myrrh mengandung 7–17% minyak
atsiri, 25–40% dari resin, 57-61% dari 'gum' dan sekitar 3-4% dari pengotor.
Minyak atsiri mengandung terpene, sesquiterpenes, ester, cuminic aldehida dan
eugenol. Fraksi seskuiterpen mengandung furanosesquiterpenes termasuk
furanogermacranes, furanoguaianes dan furanoeudesmanes (N. Zhu et al., J.
Nat. Prod., 2001, 64, 1460). Furaneudesma-1,3-diene dan curzarene memiliki
sifat seperti morfin dan bekerja pada reseptor opioid SSP; furanodiene-6-one
dan metoksi furanoguaia-9-ene-8-one menunjukkan aktivitas antibakteri dan
antijamur terhadap strain standar spesies patogen (P. Dolara et al., Nature, 1996,
379, 29; Planta Medica, 2000, 66, 356). Minyak, yang disuling di luar negara
asalnya, dengan mudah mengalami resinifikasi dan kemudian memberikan
warna ungu dengan brom. ​(Evans and Evans, 2009)

Sumber : Trease and Evans pharmacognosy 16th ed, 2009

2.2. Tumbuhan Penghasil


2.2.1 Taksonomi, Morfologi Tumbuhan
Taksonomi
Kingdom : Plantae
Kelas : Angiospermae
Ordo : Sapindales
Famili : Burseraceae
Genus : Commiphora
Spesies : ​Commiphora molmol

Morfologi
Myrrhae adalah getah atau damar alami yang diekstrak dari sejumlah
spesies pohon kecil yang berduri dari Genus Commiphora. Secara makroskopik,
myrrhae bentuknya seperti butiran bulat atau tidak beraturan yang diliputi debu
halus, bagian terluarnya berwarna cokelat kemerahan atau kuning kemerahan
(Niebler, 2017). Myrrhae sering ditemukan dalam wujud seperti titik-titik putih.
Myrrhae memiliki bau aromatik yang sedap. Rasanya pahit dan getir. Apabila
dibakar akan menghasilkan asap yang pahit dan agak harum.

2.3. Kandungan dan Sifat dari Simplisia


​Tabel 2. kandungan, sifat, dan kegunaan simplisia golongan gom oleoresin

Golongan Simplisia Kandungan Sifat Kegunaan


gom
oleoresin

Myrrhae ● 2-8% minyak ● bau aromatik ● aktivitas astringent


damar
atsiri, enak ● sifat antiseptik →
(eksudat)
● 24-25% Resin ● berasa rasa pemakaian luar
dari
(α-, β-, γ- pahit dan getir. (desinfektan,
Commiphor
commiphoric ● Jika digerus penghilang bau, dan
a molmol
acids) dengan air akan mempercepat
● As. terbentuk granulasi untuk
Protokatekat emulsi inflamasi pada mulut
dan berwarna dan tenggorokan)
Pirokatekin. kuning. ● parfum terutama
● bila dibakar dalam upacara
menghasilkan keagamaan.
asap yang berat,
pahit, agak
harum.

(Sumber: Claus.P.Edward, 1961)

2.4 Cara ekstraksi Gom Oleoresin


Simplisia dari tumbuhan ​Co​ mmiphor​a myrrha atau sejenis dihaluskan, lakukan
supercritical fluid extraction​ (SFE) dengan SCCO2.
2.5 Cara Identifikasi
2.5.1 Analisa Kualitatif
Tabel 2.5.1 Tabel Analisa Kualitatif Gom Oleoresin

Jenis Komponen Metode Analisis Kualitatif

Myrrhae 2-acetoxyfuranodiene GC-MS (Gas Chromatograph - Mass Spectroscopy) dengan


(9,80%), temperatur terprogram 100 menuju 280 derajat celcius
furanoeudesma-1,3-di dalam waktu 10 menit dan gas pembawanya adalah gas
ene (8,99%) helium.
(Hanus dkk, 2008)

2.5.2 Analisa Kuantitatif


Tabel 2.5.2 Tabel Analisa Kuantitatif Gom Oleoresin

Jenis Komponen Metode Analisa Kuantitatif

Myrrhae Furanoeudesma-1,3- GC-FID 280 der C Total persentase furanodienes mencapai


diene dan lindestrene 60% dari total fraksi volatil, dimana total furanodiene
mengandung 40.86 g kg-1 (SD = 0,78)
(Germano, Antonio dkk, 2017)

2.6 Pemalsuan Simplisia Gom Oleoresin


2.6.1 Pemalsuan Simplisia Gom Oleoresin Myrrhae
Myrrhae biasanya dipalsukan dengan getah C.sphareocarpa dan famili
Commiphora sp. lainnya, seperti contohnya Commiphora holtziana (Chiteva, Rose.
2010:8).
Pemalsuan ini dapat diidentifikasi dengan cara Kromatografi Lapis Tipis. Untuk
mendeteksi adanya pemalsuan pada Commiphora myrrhae, zat yang diidentifikasi yaitu
ada atau tidaknya isofuranogermacrene, furanodiene, dan furanodesma-1,3-diene. Pada
Commiphora holtziana tidak ditemukan adanya zat tersebut (Chiteva, Rose. 2010: 22).

3. BALSAM
3.1 Pendahuluan
Balsam adalah campuran resin yang pada dasarnya terbentuk secara alami dan
mengandung sejumlah besar asam benzoat, asam sinamat atau keduanya, atau ester dari
kedua asam tersebut (Kar, 2007). Beberapa contoh khas balsam yang terjadi secara alami,
yaitu: Balsam Storax; Peruvian Balsam (Peru Balsam); Tolu Balsam; dan Benzoin (Kar,
2007).

3.1.1 Balsam Storax


Storax biasa disebut juga dengan Styrax yaitu balsam oleoresin yang diperoleh
dari pohon bergenus Liquidambar, misalnya L. orientalis. Kemenyan memiliki
ciri-ciri, yaitu berbentuk semi-padat, memiliki massa coklat yang lengket, bersifat
heterogen baik dalam warna dan konsistensi. Penggunaan dari styrax dalam sediaan
farmasi yaitu obat-obatan pernapasan, terutama oleoresin dari beberapa spesies
Liquidambar Asia (Kuspradini et al., 2016).

3.1.2 Peruvian Balsam (Peru Balsam)


Peruvian balsam dikenal juga sebagai peru balsam atau balsam dari Peru.
Diperoleh dari ​Myroxylon balsamum var. ​pereirae (Leguminosae). Nam tersebut
diambil dari fakta bahwa ketika pertama kali diimpor ke Spanyol melalui Callao di
Peru. Diketahui oleh Monardes dan metode persiapan dijelaskan sedini mungkin pada
tahun 1576, meski kemudian dilupakan. Pada tahun 1860 koleksinya dijelaskan dan
diilustrasikan oleh Dorat. Peru balsam adalah protektan lokal, parasitik pada penyakit
kulit, antiseptik, astringent dan digunakan pula untuk pengobatan hemoroid (Evans et
al., 2009).

3.1.3 Tolu Balsam


Diperoleh dari ​Myroxylon balsamum (Linne) Harms. var. ​balsamum
(Leguminosae). Pohon yang besar dan tumbuh liar di Kolombia dan Venezuela dan di
bekas negara itu sejumlah besar balsam diproduksi di sekitar sungai Magdalena dan
Cauca. Pohon-pohon itu dibudidayakan di Hindia Barat, khususnya di Kuba. Balsam
dari Tolu dideskripsikan oleh Monardes pada tahun 1574 dan koleksinya diamati oleh
Weir pada tahun 1863 (Evans., 2009). Tolu balsam terjadi sebagai lapisan padat
seperti plastik yang kemudian menjadi coklat atau kuning coklat. Memiliki
permukaan yang transparan, raput ketika sudah tua, kering atau terang pada keadaan
dingin dan menunjukkan kristal asam sinamat (Evans et al., 2009).
3.1.4 Benzoin
Benzoin atau yang dikenal sebagai kemenyan adalah getah (eksudat) kering
yang dihasilkan oleh pohon kemenyan (​Styrax Spp., suku Styracaceae; terutama S.
benzoin Dryand. dan ​S. sumatrana)​ . Bagian pohon yang digunakan adalah kulit dan
kayu bagian luar. Warna resin adalah kuning orange, atau kuning kecoklatan yang
memiliki bercak-bercak berwarna putih. Resin jenis ini mengandung asam benzoate
10-12%, dengan kandungan benzyl benzoate. Resin yang kering berupa keping putih
atau keputihan, keras namun rapuh, dan berbau harum khas. Kemenyan ini dalam
perdagangan internasional dikenal sebagai kemenyan Sumatra, yang lainnya adalah
kemenyan siam, yang lebih harum dan dihasilkan ​S. tonkinensis dari Siam dan Tonkin
(Kuspradini et al., 2016).

3.2 Tumbuhan Penghasil


3.2.1 Taksonomi, Morfologi Tumbuhan
Peru Balsam
Taksonomi
Domain :Eukaryota
Kingdom :Plantae
Phylum :Spermatophyta
Subphylum :Angiospermae
Class :Dicotyledonae
Order :Fabales
Family :Fabaceae
Subfamily :Faboideae
Genus :Myroxylon
Species :Myroxylon balsamum (L.)

Morfologi
Peru balsam adalah balsam yang diperoleh dari kulit Myroxylon balsamum (l.)
Harms var.pereirae (Royle). Pohon tersebut tumbuh pada ketinggian 300-700 mdpl
di daerah pesisir El Savador. Myroxylon pereirae mentah (getah) adalah cairan
kental yang tidak lengket dan berwarna cokelat tua yang transparan. Memiliki bau
aromatik kayu manis dan vanilla. Rasanya pahit dan getir. Bagian yang digunakan
adalah kulit batang. (de Groot, 2019)
Tolu Balsam
Taksonomi
Domain :Eukaryota
Kingdom :Plantae
Phylum :Spermatophyta
Subphylum :Angiospermae
Class :Dicotyledonae
Order :Fabales
Family :Fabaceae
Subfamily :Faboideae
Genus :Myroxylon
Species :Myroxylon balsamum (L.)

Morfologi
Tolu balsam merupakan resin yang berwarna merah cokelat dan berbentuk padatan,
yang meleleh pada suhu rendah. Balsam ini akan menjadi cairan kental yang
berwarna kuning-cokelat saat segar. Bau aromatik mirip dengan bau vanilin.
Bagian yang digunakan adalah kulit batang.(Niebler, 2017)

Benzoin
Taksonomi
Domain :Eukaryota
Kingdom :Plantae
Phylum :Magnoliophyta
Class :Magnoliopsida
Order :Ericales
Family :Styracaceae
Genus :Styrax
Species :Styrax benzoin

Morfologi
Styrax benzoin adalah nama latin dari kemenyan. Pohonnya berukuran
sedang-besar, 20-30m, berbatang lurus, batangnya berwarna cokelat kemerahan,
memiliki daun tunggal yang tersusun spiral dan berbentuk oval. Buahnya lonjong
dengan biji berwarna cokelat. Tesktur styrax benzoin halus dan rata, mengkilap ,
licin, dan agak keras. Untuk bau, benzoin tidak memiliki bau khusus.
(Damayanti,2007)

3.2.2 Simplisia Balsam beserta Kegunaan, Kandungan, Sifat


​Tabel 3. kandungan, sifat, dan kegunaan simplisia golongan balsam

Golongan Simplisia Kandungan Sifat Kegunaan


Balsam

Balsam Peru 60-70% cinamein antijamur, wewangian dalam


Myroxylon
(asam cinnamic + antiseptik, parfum dan
pereirae
cinnamyl cinnamate antiparasit ringan, perlengkapan mandi,
+ benzyl benzoate + antibakteri penyedap makanan
benzoic acid + dan minuman,
vanillin), warna coklat pengobatan lokal luka
peruresinotanol, gelap-hitam ; dan luka
30-40% resin dan baunya seperti bakar,penanda alergi
minyak esensial vanilla ; rasanya terhadap parfum
yang serupa dengan pahit & pedas ; larut
di kulit buah jeruk. dalam alkohol,
asam asetat, tidak
larut dalam air

Benzoin Styrax asam benzoate, antiseptik, ekspektoran,


benzoin → koniferil, koniferil antibakteri, anti deodorant, diuretik,
Gum styrax sinamat, triterpene depressant, bahan dupa
benzoin siaresinol antiinflamasi
(getah)
warna coklat muda
atau kuning
kecoklatan agak
keabuan ; aroma
manis mirip vanila ;
larut dalam alkohol
Balsam Tolu resin alkohol, asam antiseptik ringan, ekspektoran, senyawa
Myroxylon
sinamat, asam antibakteri penyedap dalam
balsamum
benzoate, benzyl campuran obat batuk
benzoate, benzyl aroma seperti atau sediaan lain,
sinamat, vanilin campuran cengkeh ; mengobati suara serak,
berwarna coklat tua, parfum
berwarna kuning
pucat (minyak
esensial)

(sumber : Ngan,V. 2002)

3.5 Cara Ekstraksi Balsam


Berikut ini tabel yang menjelaskan metode ekstraksi golongan-golongan balsam.
Tabel 3.5.1. Metode Ekstraksi Golongan-Golongan Balsam (​Evans, W. and
Evans, D​, 2009)

Jenis Metode Ekstraksi

Peru Pengumpulan balsam dilakukan pada bulan November atau Desember. Peru balsam
Balsam dapat diperoleh dari kulit kayu serta sebagai eksudat langsung dari batang:
● Kulit kayu: Pukul potongan-potongan kulit kayu berukuran sekitar 30 x 15
cm menggunakan benda tumpul, seperti bagian belakang kapak hingga retak.
Agar kulit kayu menghasilkan balsam, bakar kulit kayu 1 minggu setelah
kulit kayu dipukul. Potongan kulit kayu tersebut dapat dilepaskan dari batang
setelah 2 minggu. Setelah itu, rebus kulit kayu dalam air. Metode ini dikenal
dengan sebagai ​tacuasonte (dipersiapkan tanpa api) or ​balsamo de cascara
(balsam dari kulit kayu).
○ Metode baru​: Metode ekstraksi Peru Balsam dari kulit kayu yang
kurang merusak pohon adalah dengan mengganti tahap pembakaran
kulit kayu dengan penggunaan besi panas → waktu pemulihan pohon
lebih cepat (6 bulan)
● Eksudat langsung: Setelah kulit kayu dilepaskan dari batang, batang akan
mengeluarkan balsam dengan sendirinya. Kumpulkan balsam dengan cara
menutupi bagian batang yang terbuka dengan kain yang nantinya akan
menyerap balsam. Setelah beberapa hari, kain dibersihkan dengan direbus
dalam air dan kemudian diperas. Balsam akan tenggelam dalam air dan
kemudian dipisahkan dari air dengan melakukan dekantasi.

Tolu Buat potongan berbentuk V pada kulit kayu. Letakkan wadah penampung pada
Balsam bagian sudut potongan V tadi.

Benzoin 1. Buat 3 irisan pada kulit kayu membentuk segitiga dengan jarak antara
masing-masing irisan sebesar 40 cm. Kupas kulit kayu yang terdapat di
antara ketiga irisan tadi. → ​Sekresi pertama​: lengket dan tidak digunakan
2. Perpanjang ketiga irisan sebesar masing-masing 4 cm. → ​sekresi kedua​:
Sekresi yang lebih keras
3. Lakukan perpanjangan irisan setiap 3 bulan sekali. → sekresi: berupa
kristalin
4. 6 minggu setelah setiap penyadapan, ambil produk balsam dan lapisan luar
(kualitas tinggi) disimpan terpisah dari lapisan berikutnya (kualitas sedang)
5. Setelah 2 minggu, kupas kembali potongan pohon. → sekresi: kualitas
rendah, berwarna gelap, mengandung bagian-bagian kecil kulit kayu
6. Proses diulang dengan membuat irisan-irisan baru di atas irisan awal. Setelah
beberapa waktu, irisan-irisan diteruskan semakin ke atas pohon.

3.6 Cara Identifikasi Balsam


3.6.1 Analisa Kualitatif
Tabel 3.6.1 Tabel Analisa Kualitatif Balsam

Jenis Komponen Metode Analisis Kualitatif

Peru Benzyl benzoate, GC-MS (Gas Chromatograph - Mass Spectroscopy) dengan


balsam benzyl cinnamate, gas pembawanya helium serta kenaikan suhu akan
nerolidol, dan mempengaruhi jumlah komponen yang dapat diidentifikasi
lainnya. (Mammerlel, 2007)

Tolu Asam sinamat, Kromatografi lapis tipis, menggolongkannya menjadi:


balsam asam benzoat, hidrokarbon dan senyawa beroksigen
sinamaldehid, Hidrokarbon (styrene, dll): Gas Liquid Chromatography
sinamil alkohol, dan (GLC)
lainnya. Senyawa beroksigen (benzaldehyde, dll): GC-MS
(Wahlberg dkk, 1971)

Benzoin Sinamat, triterpene, ● Larutan benzoin alkohol dengan air memberikan


asam sinamat, asam larutan berwarna putih susu (Vikram dkk, 2015)
benzoat, dan ● 2.5 g benzoin + 10 mL ether + 3 tetes H2SO4.
lainnya. Benzoin sumatra menunjukkan warna coklat gelap dan
siam benzoin menunjukkan warna ungu (Vikram dkk,
2015)

3.6.2 Analisa Kuantitatif


Tabel 3.6.2 Tabel Analisa Kuantitatif Balsam

Jenis Komponen Metode Analisa Kuantitatif

Peru styrene, stilbene, benzyl Zat resin yang disebut peruresinotanol


Balsam alcohol, cynamyl, dll (C18H20O5) yang diamati dalam bentuk ester
dari benzoic dan cinnamic asam menjadi
penyusun utama resin (28 %) (Veiga-Junior dkk,
2012).

Tolu Benzyl cicinnamate, Tolu balsam memiliki 70 hingga 80% fraksi resin,
Balsam beenzyl benzoate, asam yang terdiri darai kayu mais dan ester benzoat
sinamat, vanilin dll dari minyak resin yang dikenal sebagai
toluresinotanol (C17H18O5). Balsam memilki 35
% asam (20%bebas dan 5 % gabungan) dengan
12 sampai 15 % asam sinamat dan 8 % asam
benzoat) dan 7,5 % fraksi yang mudah menguap
yang terdiri dari benzyl cinnamate, benzyl
benzoate, vanilin, farnesol, dan terpene
(Veiga-Junior dkk, 2012).

Benzoin coniferyl benzoate, Benzoin siam mengandung coniferyl benzoate 60


p-coumaryl benzoate, sampai 70 %; p-coumaryl benzoate 10 sampai 15
cinnamyl cinnamate, %; 0.5 sampai 6 %cinnamyl cinnamate, benzoic
benzoic acid acid (10%) triterpene siaresinol 6 %
Benzoin Sumatera, diperoleh dari Styrax
benzoin, terdiri dari asam sinamat bebas (10%)
dan
asam benzoat (6%), dan turunan esternya.
Triterpen,
seperti 19-hydroxyoleanolic dan 6-hydroxyolea
konolic
asam, dan zat lain dalam jumlah yang lebih
rendah, seperti
asam miristat, stirena, benzil alkohol, alkohol
kayu manis,
vanillin, propyl cinnamate 3-phenylpropyl
cinnamate
cinnamyl cinnamate dan phenylethylene
(Veiga-Junior dkk, 2012).

3.7 Pemalsuan Simplisia Balsam


3.7.1 Peru Balsam
Pemalsuan Peru Balsam dapat dilakukan dengan diganti menjadi Myroxylon
balsamum,​ yang lebih murah. Selain itu, berat jenis balsam asli dengan kualitas baik
bervariasi dari 1,140 hingga 1,153 (U.S.P., 1,140 hingga 1,150 pada suhu 25°C).
Pemalsuan pada umumnya, seperti alkohol, minyak tanah, ​fixed oil,​ terpentin, ​copaiba​,
dll., akan menurunkan berat jenis Peru Balsam asli secara nyata. Balsam asli Peru dapat
dibedakan dari balsam tiruan atau yang disebut balsam sintetik dengan tes berikut:
(Kress, n.d.)
● Kocok 2 gram balsam dengan 10 mL ​petroleum spirit.
● Uapkan larutan spirituous dalam piring porselen bersih.
● Keringkan di atas bak air , dinginkan, dan campur dengan 2,5 dL (0,25 mililiter)
asam nitrat (berat jenis, 1,38).
● Balsam asli akan memberikan warna kuning keemasan.

3.7.2 Tolu Balsam


Pemalsuan balsam dari Tolu sebagian besar dengan kolofoni dan ​exhausted tolu
balsam.​ Dalam ​exhausted tolu balsam,​ asam sinamat dalam Tolu Balsam dihilangkan
sebelumnya dengan ekstraksi. Pemalsuan ini dapat diidentifikasi dengan
memanaskannya dengan air dan mengamati di bawah mikroskop; kristal asam sinamat
dalam Tolu Balsam tidak terlihat ​(Shah, 2009)​.

3.7.3 Benzoin
Pemalsuan ​Styrax benzoin d​ ilakukan dengan diganti menjadi resin damar (​Shorea
spp.)​ , yang harganya lebih murah dan tersedia di dalam negeri di Indonesia. Di India,
sampel benzoin dari pasar lokal ditemukan tercemar dengan pine rosin. Di Laos, ​Styrax
benzoin kadang-kadang dicampur dengan vanilla untuk menyamarkannya sebagai Siam
(menggunakan vanillin sintetis yang relatif murah daripada ekstrak vanili alami)
(Monograph on Benzoin (Balsamic Resin from Styrax Species, 2020)​.
Untuk mengidentifikasi beberapa bentuk pemalsuan tersebut, dapat dilakukan
Kromatografi Lapis Tipis (KLT/TLC) secara sederhana dan juga dengan analisis
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT/HPLC) dan Spektrofotometri Gas (GS).

Daftar Pustaka
Abhishek Shukla, S.N. Naik, Vaibhav V. Goud, Chandan Das, Supercritical CO2 extraction
and online fractionation of dry ginger for production of high-quality volatile oil and
gingerols enriched oleoresin, Industrial Crops and Products, Volume 130, 2019, Pages
352-362, ISSN 0926-6690, https://doi.org/10.1016/j.indcrop.2019.01.005.Fakhrudin,
M. I. (2008). Kajian karakteristik oleoresin jahe berdasarkan ukuran dan lama
perendaman serbuk jahe dalam etanol.
Amini, R. Masruri. Rahman, M. (2014). Analisis Minyak Terpentin (Pinus merkusii).Hasil
Produksi Perusahaan Lokal dan Perdagangan Menggunakan Kromatografi
Gas-Spektroskopi Massa (KG-SM) serta Metode Pemurniannya.
A.n. (2019). Qualitative and Quantitative Analysis of Capsaicin from Capsicum annum
Grown in Jordan. ​https://pharmascope.org/ijrps/article/view/1767/2547#toc
Ana Carolina de Aguiar, J. Felipe Osorio-Tobón, Luiz Paulo Sales Silva, Gerardo Fernandez
Barbero, Julian Martínez, Economic analysis of oleoresin production from malagueta
peppers (Capsicum frutescens) by supercritical fluid extraction, The Journal of
Supercritical Fluids, Volume 133, Part 1, 2018, Pages 86-93, ISSN 0896-8446,
https://doi.org/10.1016/j.supflu.2017.09.031​.
Anam, C. (2010). EKSTRAKSI OLEORESIN JAHE (Zingiber officinale) KAJIAN DARI
UKURAN BAHAN, PELARUT, WAKTU DAN SUHU.
https://media.neliti.com/media/publications/148105-ID-none.pdf
Carol. 2019. ​Tolu Balsam​. cited by: ​https://www.rxlist.com/tolu_balsam/supplements.htm
Chauvet,M. 2016. ​Myroxylon balsamum (PROSEA). cited by :
https://uses.plantnet-project.org/en/Myroxylon_balsamum_(PROSEA)
Chiteva, Rose. (2010). ​Phytochemical Investigation of Resins from Kenyan Commiphora
Holtziana.​ cited by :
http://erepository.uonbi.ac.ke/bitstream/handle/11295/20567/Chiteva_Phytochemical%
20Investigation%20Of%20Resins%20From%20Kenyan%20Commiphora%20Holtzian
a.pdf?sequence=3&isAllowed=y
Claus.P.Edward,1961,Pharmacognosy, United States of America: Lea &Febiger
Damayanti, Ratih dkk.2007.Struktur Anatomi dan Kualitas Serat Batang Kemenyan (​Styrax
spp.) dari Sumatera Utara.Jurnal Penelitian Hasil Hutan,25(3),273-290.
de Groot, A. C. (2019). Myroxylon pereirae resin (balsam of Peru) – A critical review of the
literature and assessment of the significance of positive patch test reactions and the
usefulness of restrictive diets. Contact Dermatitis, 80(6), 335–353.
https://doi.org/10.1111/cod.13263
Evans, W. and Evans, D., 2009. ​Trease And Evans Pharmacognosy​. 16th ed. Edinburgh:
Saunders Elsevier.
Fakhrudin, M. (2008). KAJIAN KARAKTERISTIK OLEORESIN JAHE BERDASARKAN
UKURAN DAN LAMA PERENDAMAN SERBUK JAHE DALAM ETANOL.
https://core.ac.uk/download/pdf/16506796.pdf
Fao.org. 2020. ​Monograph On Benzoin (Balsamic Resin From Styrax Species)​. [online]
Available at: <http://www.fao.org/3/ac776e/ac776e0e.htm#bm14.1> [Accessed 16
November 2020].
Germano, Antonio, dkk. 2017. A Pilot Study on Bioactive Constituents and Analgesic Effects
of MyrLiq®, a Commiphora myrrha Extract with a High Furanodiene Content. Diakses
pada 15 november 2020, dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5463107/
Hanus, L. Rosenthal, D. Rezanka, T. Dembitsky, V. Moussaief, A. (2008). Fast and Easy
GC/MS Identification of Myrrh Resins.
https://www.researchgate.net/publication/225934595_Fast_and_easy_GCMS_Identific
ation_of_Myrrh_Resins
Heinrich, M., 2012. ​Fundamentals Of Pharmacognosy And Phytotherapy​. 2nd ed. Edinburgh:
Churchill Livingstone/Elsevier.
Hidayati, B. N., Julianto, T. S., & Rubiyanto, D. (2014). Studi Perlakuan Reaksi Isomerisasi
3-Carene Menjadi 4-Carene Menggunakan Katalis Natrium-O-Klorotoluena.
INDONESIAN JOURNAL OF CHEMICAL RESEARCH, 1(2), 10-17.
Jiaoning Li, Enshuang Guan, Li Chen, Xia Zhang, Lei Yin, Lin Dong, Qiong Pan, Xueyan
Fu, Liming Zhang, Optimization for extraction of an oil recipe consisting of white
pepper, long pepper, cinnamon, saffron, and myrrh by supercritical carbon dioxide and
the protective effects against oxygen–glucose deprivation in PC12 cells, Revista
Brasileira de Farmacognosia, Volume 28, Issue 3, 2018, Pages 312-319, ISSN
0102-695X, ​https://doi.org/10.1016/j.bjp.2018.04.001​.
Junior-veiga, dkk. 2012. True and Common Balsams. Diakses pada 15 november 2020 dari
https://core.ac.uk/reader/207283270
Juwairiah, S. (2020). Ekstraksi Minyak Terpentin dari Getah Pinus dengan Metode
Microwave Assisted Hydro-distillation (MAHD). Diakses melalui Repositori Institusi
Universitas Sumatera Utara, ​http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/28037​.
Kar, A., 2007. Pharmacognosy And Pharmacobiotechnology. 2nd ed. New Delhi: New Age
International.
Kawiji, dkk. 2012. Optimasi Ekstraksi Oleoresin Cabai Rawit Hijau ( ​Capsicum Frutescens
L​.) Metode Maserasi. Jurnal Teknosains Pangan Vol 1 No 1. Diakses pada 15
november 2020 dari www.ilmupangan.fp.uns.ac.id.
Kress, H., n.d. Balsamum Peruvianum, B.P. Balsam Of Peru. | Henriette's Herbal Homepage.
[online] Henriettes-herb.com. Available at:
<https://www.henriettes-herb.com/eclectic/bpc1911/myroxylon-pere.html> [Accessed
15 November 2020].
Kuspradini, H., Rosamah, E., Sukaton, E., Arung, E., Kusuma, I. (2016). Pengenalan Jenis
Getah Gum - Lateks - Resin.
https://fahutan.unmul.ac.id/assets_dsn/upload/buku/Pengenalan_Jenis_Getah_Gum-Lat
eks-Resin.pdf
Maharani, Dwi. 2014. Pengaruh Waktu Reaksi pada Alfa-Pinen menjadi Terpineol
menggunakan Katalis asam sulfat. Diakses pada 15 november 2020 dari jurnal.uii.ac.id
Ma’mun. (2003). ​Identifikasi Pemalsuan Minyak Nilam di Rantai Tataniaga.
http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/bultro/article/view/1980
Mammerlel, V. (2007). ​Contribution to the analysis and quality control of Peru Balsam.
http://othes.univie.ac.at/4056/1/2009-03-23_0201578.pdf
Myroxylon balsamum (Peru balsam). Accessed November 15, 2020.
https://www.cabi.org/isc/datasheet/35225
National Library of Medicine. 2005. ​Sensitivity to Myroxylon pereirae resin (balsam of
Peru).​ ​A study of 50 cases​. cited by: ​https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/15932578/
Ngan,V. 2002. Balsam of Peru Allergy. cited by:
https://dermnetnz.org/topics/balsam-of-peru-allergy/
Niebler, J. (2017). Incense Materials. In ​Springer Handbooks (p. 75). Springer.
https://doi.org/10.1007/978-3-319-26932-0_4
Niebler, J. (2017). Incense Materials. In ​Springer Handbooks (p. 78). Springer.
https://doi.org/10.1007/978-3-319-26932-0_4
Nuraeni, I., & Rostinawati, T. (2018). Perkembangan Produksi Hasil Metabolisme Sekunder
Capsaicin dengan Berbagai Metode In Vitro. ​Farmaka,​ ​16(​ 1), 231-239.
Parvathy, V.A. (2014). ​DNA Barcoding to Detect Chilli Adulteration in Traded Black Pepper
Powder​. Cited by :
https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/08905436.2013.870078
PT. Samiraschem Indonesia. 2017. Jual Capsicum Oleoresin. Diakses pada 15 November
2020 dari :
https://samiraschem.net/jual-capsicum-oleoresin/#:~:text=Kandungan%20Capsicum%2
0Oleoresin%20terdiri%20atas,pengobatan%20kegemukan%20dan%20sebagai%20diet​.
Rahmatullah, N. (2018). Karakterisasi Morfologi, Kandungan Karotenoid, dan Sekuen Gen
Ccs pada Cabai Rawit G1 Original Type dan Mutan G1/M13.
https://www.researchgate.net/publication/341293291_KARAKTERISASI_MORFOLO
GI_KANDUNGAN_KAROTENOID_DAN_SEKUEN_GEN_Ccs_PADA_CABAI_R
AWIT_G1_ORIGINAL_TYPE_DAN_MUTAN_G1M13
Shah, B., 2009. ​Textbook Of Pharmacognosy And Phytochemistry.​ 1st ed. India: Elsevier
India.
Sugiarti, L. Suwandi, A. Syawaalz, A. (2011). Gingerol Pada Rimpang Jahe Merah (Zingiber
Offcinale , Roscoe) dengan Metode Perkolasi Termodifikasi Basa.
Tropical Plants Database, Ken Fern. tropical.theferns.info. 2020-11-16.
<tropical.theferns.info/viewtropical.php?id=Myroxylon+balsamum>
Vikram, K. Sharmila, J. Suresh, K. (2015). Assessing of Marketed Benzoin Samples for
Different Qualitative and Quantitavie Attributes. Pharmacopore.
https://www.researchgate.net/publication/308777419_Original_Research_Paper_ASSE
SSING_OF_MARKETED_BENZOIN_SAMPLES_FOR_DIFFERENT_QUALITATI
VE_AND_QUANTITATIVE_ATTRIBUTES
Wahlberg. Hjelte. Karlsson. (1971). Constituents of Commercial Tolu Balsam.
https://www.researchgate.net/publication/244766362_Constituents_of_Commercial_To
lu_Balsam
Wang, X. R., Tsumura, Y., Yoshimaru, H., Nagasaka, K., & Szmidt, A. E. (1999).
Phylogenetic relationships of Eurasian pines (Pinus, Pinaceae) based on chloroplast
rbcL, matK, rpl20-rps18 spacer, and trnV intron sequences. American Journal of
Botany, 86(12), 1742-1753.
Wardani, E. (2014). Pengaruh Ekstrak Jahe (Zingiber officinale Rosc.) var. Gajah Terhadap
Kualitas Spermatozoa Mencit (Mus musculus) yang Terpapar 2-Methoxyethanol.
http://repository.unair.ac.id/25661/14/14.%20Bab%202.pdf
Wiyono, B. 1995. Peningkatan Kualitas Kemenyan Dengan Menggunakan Pelarut Organik.
cited by:
https://ejournal.forda-mof.org/ejournal-litbang/index.php/JPHH/article/download/3779/
3263
Yuwono, S. (2015). Tanaman Cabe Merah (Capsicum annuum L).
http://darsatop.lecture.ub.ac.id/2015/10/tanaman-cabe-merah-capsicum-annuum-l/
Yusuf, E. D., Somaatmaja, D., & Ali, D. (1985). Isolasi Oleoresin Dari Cabe Merah. ​Warta
Industri Hasil Pertanian​, ​2​(01), 22-28.

Anda mungkin juga menyukai