Anda di halaman 1dari 28

FORMULASI LOTION ANTI JERAWAT

Tugas Kelompok
Kosmetologi dan Teknologi Kosmetik
Revisi III

Oleh :
Yuning Tyas NIM 17334704

M. Arif Rahman NIM 17334706

JURUSAN FARMASI
INSTITUT SAINS dan TEKNOLOGI NASIONAL
DAFTAR ISI

Halaman
COVER ................................................................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................................1
A. Latar Belakang ..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ...........................................................................................2
BAB II.TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................................3
A. Anatomi Kulit ...............................................................................................3
B. Fungsi Kulit ...................................................................................................6
C. Jerawat ...........................................................................................................8
D. Acne Lotion (Lotion Anti Jerawat) ...............................................................9
1. Penggolongan Lotion ..............................................................................10
2. Kelebihan dan Kekurangan Lotion..........................................................10
3. Karakteristik Lotion ................................................................................11
4. Komponen Lotion....................................................................................11
5. Metode Pembuatan Lotion ......................................................................13
6. Evaluasi Lotion....................................................................................... 13
E. Contoh Formulasi .......................................................................................17
F. Praformulasi ...............................................................................................18
BAB III.PEMBAHASAN ..................................................................................................21
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................................26
A. Kesimpulan ..................................................................................................26
B. Saran ............................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................27

ii
3

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Jerawat adalah suatu kondisi kulit dimana terjadi penyumbatan kelenjar minyak pada
kulit disertai infeksi dan peradangan yang lazim pada anak remaja. Jerawat dapat timbul
di wajah, dada, ataupun punggung. Munculnya jerawat disebabkan oleh perubahan
hormon pada remaja. Sebelum masa pubertas kulit anak akan mengalami pengelupasan
tiga minggu sekali, sedangkan ketika remaja, kulit mengelupas empat minggu sekali.
Orang dari segala macam ras dan usia dapat terkena acne, sekitar 85% dari populasi
penderita acne antara usia 12-25 tahun. Bagi kebanyakan orang, acne cenderung tidak
nampak lagi pada waktu memasuki usia 30 tahun, namun demikian beberapa orang pada
usia 40 maupun 50-an didapati mengalami masalah kulit ini. Saat ini acne menjadi
penyakit kulit yang paling umum dijumpai. Walaupun acne bukan merupakan suatu
ancaman yang serius bagi kesehatan, namun pada tingkat acne yang berat dapat menjadi
penyebab kerusakan pada wajah dan menimbulkan bekas luka yang permanen yang dapat
membuat kepercayaan diri penderita berkurang. Obat jerawat banyak sekali beredar
dipasaran dalam berbagai bentuk sediaan, seperti: lotion.
Lotion adalah sediaan cair berupa suspensi atau dispersi yang digunakan sebagai obat
luar dapat berbentuk suspensi zat padat dalam serbuk halus dengan ditambah bahan
pensuspensi yang cocok, emulsi tipe o/w dengan surfaktan yang cocok. Pelembab tubuh
(moisturizer) umumnya dibuat dengan karakteristik tersendiri sehingga memiliki
kombinasi air, tipe minyak, dan emolien (pengencer) yang berbeda satu sama lainnya.
Salah satu perawatan kulit khusus berjerawat selain dengan menggunakan produk anti
jerawat yang dijual bebas adalah dengan menggunakan acne lotion/ lotion anti jerawat.
Acne lotion disebut juga dengan lotion jerawat, mengandung bahan yang dapat membuat
kulit berjerawat. Adapun bahan-bahan yang terkandung dalam lotion anti jerawat,
diantaranya seperti benzoil peroksida, sulfur, dan asam salisilat.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah:
1. Bagaimana karakteristik sediaan lotion anti jerawat?

3
4

2. Apa saja komponen yang terdapat pada sediaan lotion anti jerawat ?
3. Bagaimana metode pembuatan lotion anti jerawat?
4. Apa saja evaluasi yang dilakukan pada sediaan lotion anti jerawat?
5. Bagaimana karakteristik, komponen, metode, dan evaluasi praformulasi dari sediaan
lotion anti jerawat ?

C. TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Memahami karakteristik sediaan lotion anti jerawat
2. Memahami komponen sediaan lotion anti jerawat
3. Memahami metode pembuatan sediaan lotion anti jerawat
4. Memahami evaluasi sediaan lotion anti jerawat
5. Mengetahui dan Memahami karakteristik, komponen, metode dan evaluasi evaluasi
praformulasi dari sediaan lotion anti jerawat.

4
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI KULIT
Kulit manusia tersusun atas dua lapisan, yaitu epidermis dan dermis. Epidermis dan
dermis dapat terikat satu sama lain akibat adanya papilare dermis dan rabung epidermis.

Gambar 2.1. Anatomi Kulit Manusia

Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki tebal yang
berbeda-beda: 400-600 μm untuk kulit tebal (kulit pada telapak tangan dan kaki) dan 75-
150 μm untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan kaki, memiliki rambut). Selain
sel-sel epitel, epidermis juga tersusun atas lapisan:

a. Melanosit, yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui proses melanogenesis.


b. Sel Langerhans, yaitu sel yang merupakan makrofag turunan sumsum tulang, yang
merangsang sel Limfosit T, mengikat, mengolah, dan merepresentasikan antigen
kepada sel Limfosit T. Dengan demikian, sel Langerhans berperan penting dalam
imunologi kulit.
c. Sel Merkel, yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris dan
berhubungan fungsi dengan sistem neuroendokrin difus.
d. Keratinosit, yang secara bersusun dari lapisan paling luar hingga paling dalam
sebagai berikut:
a) Stratum Korneum, terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng, tanpa inti dengan sitoplasma
yang dipenuhi keratin.

5
6

Gambar 2.2. Struktur Epidermis Kulit

b) Stratum Lucidum, terdiri atas lapisan tipis sel epidermis eosinofilik yang sangat
gepeng, dan sitoplasma terdri atas keratin padat. Antar sel terdapat desmosom.
c) Stratum Granulosum, terdiri atas 3-5 lapis sel poligonal gepeng yang sitoplasmanya
berisikan granul keratohialin. Pada membran sel terdapat granula lamela yang
mengeluarkan materi perekat antar sel, yang bekerja sebagai penyaring selektif
terhadap masuknya materi asing, serta menyediakan efek pelindung pada kulit.
d) Stratum Spinosum, terdiri atas sel-sel kuboid. Sel-sel spinosum saling terikat dengan
filamen; filamen ini memiliki fungsi untuk mempertahankan kohesivitas (kerekatan)
antar sel dan melawan efek abrasi. Dengan demikian, sel-sel spinosum ini banyak
terdapat di daerah yang berpotensi mengalami gesekan seperti telapak kaki.
e) Stratum Basal/Germinativum, merupakan lapisan paling bawah pada epidermis,
terdiri atas selapis sel kuboid. Pada stratum basal terjadi aktivitas mitosis, sehingga
stratum ini bertanggung jawab dalam proses pembaharuan sel-sel epidermis secara
berkesinambungan.
Dermis, yaitu lapisan kulit di bawah epidermis, memiliki ketebalan yang
bervariasi bergantung pada daerah tubuh dan mencapai maksimum 4 mm di daerah
punggung. Dermis terdiri atas dua lapisan dengan batas yang tidak nyata, yaitu
stratum papilare dan stratum reticular.

a. Stratum papilare, yang merupakan bagian utama dari papila dermis, terdiri atas
jaringan ikat longgar. Pada stratum ini didapati fibroblast, sel mast, makrofag, dan
leukosit yang keluar dari pembuluh (ekstravasasi).

6
7

b. Stratum retikulare, yang lebih tebal dari stratum papilare dan tersusun atas jaringan
ikat padat tak teratur (terutama kolagen tipe I)

Gambar 2.3. Lapisan Dermis

Selain kedua stratum di atas, dermis juga mengandung beberapa turunan epidermis,
yaitu folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebacea.

a. Rambut, merupakan struktur berkeratin panjang yang berasal dari invaginasi epitel
epidermis, yaitu folikel rambut. Pada folikel ini terdapat pelebaran terminal yang
berbentuk benjolan pada sebuah papilla dermis. Papila dermis tersebut mengandung
kapiler dan ditutupi oleh sel-sel yang akan membentuk korteks rambut, kutikula
rambut, dan sarung akar rambut.
b. Kelenjar keringat, yang terdiri atas kelenjar keringat merokrin dan kelenjar keringat
apokrin. Kelenjar keringat merokrin, berupa kelenjar tubular sipleks bergelung
dengan saluran bermuara di permukaan kulit. Salurannya tidak bercabang dan
memiliki diameter lebih kecil dari bagian sekresinya 0,4 mm. Terdapat dua macam
sel mioepitel yang mengelilingi bagian sekresinya, yaitu sel gelap yang mengandung
granula sekretoris dan sel terang yang tidak mengandung granula sekretoris. Kelenjar
keringat apokrin, memiliki ukuran lebih besar (3-5 mm) dari kelenjar keringat
merokrin. Kelenjar ini terbenam di bagian dermis dan hipodermis, dan duktusnya
bermuara ke dalam folikel rambut. Terdapat di daerah ketiak dan anus.

7
8

Gambar 2.4. Kelenjar Keringat dan Sebacea

c. Kelenjar sebacea, yang merupakan kelenjar holokrin, terbenam di bagian dermis


dengan jumlah bervariasi mulai dari seratus hingga sembilan ratus per centimeter
persegi. Sekret dari kelenjar sebacea adalah sebum, yang tersusun atas campuran
lipid meliputi trigliserida, lilin, squalene, dan kolesterol beserta esternya.
B. Fungsi kulit
Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis tubuh.
Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi, absorpsi, ekskresi,
persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), dan pembentukan vitamin D.
1. Fungsi proteksi
Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai yaitu
berikut:

a. Keratin melindungi kulit dari mikroba, abrasi (gesekan), panas, dan zat kimia.
Keratin merupakan struktur yang keras, kaku, dan tersusun rapi dan erat seperti
batu bata di permukaan kulit.
b. Lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari permukaan kulit dan
dehidrasi; selain itu juga mencegah masuknya air dari lingkungan luar tubuh
melalui kulit.
c. Sebum yang berminyak dari kelenjar sebasea mencegah kulit dan rambut dari
kekeringan serta mengandung zat bakterisid yang berfungsi membunuh bakteri
di permukaan kulit. Adanya sebum ini, bersamaan dengan ekskresi keringat,
akan menghasilkan mantel asam dengan kadar pH 5-6.5 yang mampu

8
9

menghambat pertumbuhan mikroba.


2. Fungsi absorpsi
Kulit tidak bisa menyerap air, tapi bisa menyerap material larut-lipid seperti vitamin
A, D, E, dan K, obat-obatan tertentu, oksigen dan karbon dioksida. Permeabilitas
kulit terhadap oksigen, karbondioksida dan uap air memungkinkan kulit ikut
mengambil bagian pada fungsi respirasi. Selain itu beberapa material toksik dapat
diserap seperti aseton, CCl4, dan merkuri. Beberapa obat juga dirancang untuk larut
lemak, seperti kortison, sehingga mampu berpenetrasi ke kulit dan melepaskan
antihistamin di tempat peradangan.
Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban,
metabolisme dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah
antarsel atau melalui muara saluran kelenjar; tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel
epidermis daripada yang melalui muara kelenjar.
3. Fungsi ekskresi
Kulit juga berfungsi dalam ekskresi dengan perantaraan dua kelenjar eksokrinnya,
yaitu kelenjar sebasea dan kelenjar keringat:
a. Kelenjar sebasea
Kelenjar sebasea merupakan kelenjar yang melekat pada folikel rambut dan
melepaskan lipid yang dikenal sebagai sebum menuju lumen. Sebum
dikeluarkan ketika muskulus arektor pili berkontraksi menekan kelenjar sebasea
sehingga sebum dikeluarkan ke folikel rambut lalu ke permukaan kulit. Sebum
tersebut merupakan campuran dari trigliserida, kolesterol, protein, dan elektrolig.
Sebum berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri, melumasi dan memproteksi
keratin.

b. Kelenjar keringat
Walaupun stratum korneum kedap air, namun sekitar 400 mL air dapat keluar
dengan cara menguap melalui kelenjar keringat tiap hari. Seorang yang bekerja
dalam ruangan mengekskresikan 200 mL keringat tambahan, dan bagi orang
yang aktif jumlahnya lebih banyak lagi. Selain mengeluarkan air dan panas,
keringat juga merupakan sarana untuk mengekskresikan garam, karbondioksida,
dan dua molekul organik hasil pemecahan protein yaitu amoniak dan urea.

9
10

Terdapat dua jenis kelenjar keringat, yaitu kelenjar keringat apokrin dan kelenjar
keringat merokrin.

4. Fungsi Pembentukan Vitamin D


Sintesis vitamin D dilakukan dengan mengaktivasi prekursor 7 dihidroksi kolesterol
dengan bantuan sinar ultraviolet. Enzim di hati dan ginjal lalu memodifikasi
prekursor dan menghasilkan calcitriol, bentuk vitamin D yang aktif. Calcitriol adalah
hormon yang berperan dalam mengabsorpsi kalsium makanan dari traktus
gastrointestinal ke dalam pembuluh darah. Walaupun tubuh mampu memproduksi
vitamin D sendiri, namun belum memenuhi kebutuhan tubuh secara keseluruhan
sehingga pemberian vitamin D sistemik masih tetap diperlukan. Pada manusia kulit
dapat pula mengekspresikan emosi karena adanya pembuluh darah, kelenjar keringat,
dan otot-otot di bawah kulit.

C. Jerawat
Jerawat merupakan penyakit kulit yang terjadi akibat tersumbatnya folikel polisebacea,
sehingga menyebabkan sebum tidak dapat keluar dan menimbulkan peradangan.
Peradangan ini menyebabkan komedo yang merupakan permulaan terjadinya jerawat
(Wasitaatmaja, 1997). Faktor utama penyebab terjadinya jerawat adalah peningkatan
produksi sebum, peluruhan keratinosit, pertumbuhan bakteri, dan inflamasi
(Athikomkulchai dkk, 2008).
a. Patogenesis
Jerawat terbentuk ketika kelenjar minyak pada kulit terlalu aktif, sehingga
menyebabkan pori kulit tersumbat oleh timbunan lemak. Keberadaan keringat, debu,
dan kotoran lain akan menyebabkan timbunan lemak menjadi kehitaman yang lebih
dikenal dengan komedo. Komedo yang disertai dengan infeksi bakteri akan
menimbulkan peradangan yang dikenal dengan jerawat, dimana ukurannya bervariasi
mulai dari kecil hingga besar serta berwarna merah, kadang bernanah serta
menimbulkan rasa nyeri (Jung dkk, 2004). Selain itu jerawat juga dapat dipengaruhi
oleh hormon-hormon androgenik seperti testoteron yang mengakibatkan pembesaran
kelenjar sebasea yang akhirnya meningkatkan produksi sebum (Odom, 2000).

10
11

b. Pengobatan
Tujuan pengobatan jerawat adalah mencegah timbulnya jaringan parut akibat
jerawat, mengurangi proses peradangan kelenjar polisebasea dan frekuensi
eksaserbasi jerawat, serta memperbaiki penampilan pasien. Ada 3 hal yang penting
pada pengobatan jerawat (Price & Loraine, 2006), yaitu :
1) Mencegah timbulnya komedo, biasanya digunakan bahan pengelupasan kulit.
2) Mencegah pecahnya mikrokomedo atau meringankan reaksi peradangan.
3) Mempercepat resolusi lesi peradangan.
Pengobatan terhadap jerawat dapat dikategorikan menjadi dua yaitu pengobatan yang
diberikan dengan resep dokter dan tanpa resep dokter. Obat jerawat tanpa resep
dokter seperti benzoil peroksida, sulfur, dan asam salisilat memiliki efek samping
iritasi dan tak jarang mengakibatkan parakeratolitik. Pengobatan dengan resep dokter
pun tak jarang menggunakan antibiotik seperti klindamisin, eritromisin, tetrasiklin,
asam azeloat, tretinoin, dan adapalen. Penggunaan antibiotik tersebut dalam jangka
waktu panjang dapat menimbulkan resistensi, fotosensitivitas, kerusakan organ dan
imunohipersensitivitas (Wasitaatmaja, 1997; Murini, 2003).

D. Acne Lotion (Lotion Anti Jerawat)


Menurut Coleman (1993:96) Losion merupakan sediaan cair yang mengandung
sedikit bahan obat yang biasanya hanya digunakan untuk menyejukkan, mendinginkan,
dan melindungi kulit. Menurut Primadiati (2001:91) Antiseptik (lotion, krim), bentuk
lotion akan lebih bereaksi untuk melawan penyebaran infeksi atau perkembangbiakan
kuman. Lotion adalah sediaan cair yang digunakan pada kulit. Kebanyakan lotion
merupakan bahan serbuk halus yang terdispersi dalam medium dispers menggunakan zat
pendispersi. Namun ada pula lotion yang berupa bahan cair yang terdispersi dalam bahan
pembawa dan menyebar dengan bantuan bahan pengemulsi atau bahan penstabil yang
sesuai. Lotion pada kulit dimaksudkan sebagai pelindung atau pembawa obat karena sifat
bahan-bahannya. Sifatnya yang cair memungkinkan pemakaian yang rata, cepat meresap
setelah pemakaian dan meninggalkan lapisan tipis dari komponen obat pada permukaan
kulit.
Acne Lotion adalah obat jerawat yang dapat mengobati jerawat, karena
mengandung sulfur yang sangat baik untuk merawat kulit wajah berjerawat. Dalam

11
12

penggunaan acne lotion sebelumnya harus dikocok terlebih dahulu agar sulfur yang
mengendap dibawah dapat terangkat atau rata dalam wadahnya. (vivacosmetic.com
/product/ det/31/acne-lotion.html)
Jadi acne lotion dapat diartikan sebagai sediaan cair yang digunakan untuk kulit,
yang mengandung sedikit bahan obat yang bersifat mendinginkan, mengobati serta
melindungi kulit untuk kulit jerawat.
1. Penggolongan Lotion
Lotion terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam
lemak atau alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air dan lebih
ditujukan untuk pemakaian kosmetika dan estetika.
Ada dua tipe lotion, yaitu:
a. Tipe a/m, yaitu air terdispersi dalam minyak
Contoh : cold cream
Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud
memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih,
berwarna putih dan bebas dari butiran. Cold cream mengandung mineral oil
dalam jumlah besar.
b. Tipe m/a, yaitu minyak terdispersi dalam air
Contoh: vanishing cream
Vanishing cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud
membersihkan, melembabkan dan sebagai alas bedak. Vanishing cream sebagai
pelembab (moisturizing) meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit.
2. Kelebihan dan Kekurangan Sediaan Lotion
a. Kelebihan sediaan lotion, yaitu:
1) Gelatin selain sebagai bahan pengental juga berfungsi sebagai pengemulsi,
penstabil, pengikat air dan pembentuk gel.
2) Lebih mudah digunakan
3) Penyebaran lotion lebih merata daripada krim
4) Lebih ekonomis karena lotion menyebar dalam lapisan tipis
5) Umumnya dosis yang diberikan lebih rendah
6) Kerja sistemnya rendah

12
13

b. Kekurangan sediaan lotion, yaitu:


1) Bahaya alergi umumnya lebih besar
2) Penyimpanan BSO lotion tidak tahan lama
3) BSO kurang praktis dibawa kemana-mana
3. Karakteristik Lotion
a. Biasanya tipe minyak dalam air
b. Mengandung factor – factor pelindung ( Humectant : propilen glikol dan gliserin
dan emollient : paraffin liquidum )
c. Sangat popular dalam bentuk lotion
d. Mudah dioleskan tapi jangan menggosok dengan kemudahan menghilangkan
lotion tersebut
e. Memiliki pH sedikit asam atau basa
f. Stabil terhadap elektrolit, saponifikasi bertahap terjadi apabila terpapar asam dan
basa kuat ( Harry’s Cosmeticology 7 ed, hal 59 )
4. Komponen lotion
Komponen-komponen yang menyusun lotion, yaitu
1. Fasae minyak yaitu bahan obat larut dalam minyak, bersifat asam.
seperti; Asam stearate, Gliseril mono stearate, Cetil alcohol, Petrolatum USP,
Minyak mineral, Isopropil palmitat.
2. Fase air yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa.
Seperti ; Air bebas ion, Gelatin, Gliserin, Triethanolamine 99%
Bahan Tambahan dalam pembuatan Lotion, yaitu;
a. Emolient (bahan pelunak/pelembut)
Meliputi : lanolin dan derivatnya, sterol, phospholipid, hydrokarbon, asam
lemak, ester asam lemak, ester asam lemak dan alkohol.
b. Barrier agent (bahan pelindung)
Gunanya untuk melindungi kulit dari kehilangan air yang berlebihan pada
lapisan tanduk. Bahan-bahan yang digunakan , antara lain : petrolatum, parafin,
ozo kerite, cera, metyl cellulosa, Na CMC, Na alginat, tragacanth, veegum, ZnO,
TiO2, Zn stearat.

13
14

c. Healing agent (bahan berkhasiat)


Healing agent yang dapat digunakan untuk anti jerawat . Contohnya : benzoil
peroksida, sulfur, dan asam salisilat.
d. Humectans (bahan pelembab)
Gunanya untuk mengatur kelembaban sediaan baik dalam wadah ataupun
pemakaiannya pada kulit. Yang banyak digunakan adalah : glycerol, propilen
glycol, dan sorbitol.
e. Thickeners dan film former (bahan pengental-pembentuk selaput)
Berasal dari bahan alam dan senyawa sintetis. Biasanya digunakan dengan kadar
lebih kecil 1%. Contohnya : Gom, alginat, derivat cellulosa (seperti CMC,
hidroxy profil cellulosa, veegum).
f. Emulgator
Emulgator yang digunakan pada hand cream dan lotion dapat dibagi menjadi
tiga golongan , yaitu : anionik, kationik, dan non inonik.
g. Pengawet
Karena sediaan lotion mengandung air dan bahan-bahan yang dapat dirusakkan
oleh mikroorganisme, maka harus diambahkan pengawet. Pengawet yang
digunakan haruslah :
1) Efektif terhadap semua jenis mikroorganisme
2) Larut dalam konsentrasi yang digunakan
3) Tidak toksis
4) Tidak mempengaruhi bau, warna, dan pH sediaan
5) Harga relatif murah
6) Efeknya dapat bertahan lama.
h. Pewangi
Pemilihan pewangi didasarkan pada kelarutannya dalam sediaan dan
pengaruhnya terhadap stabilitas emulsi beberapa minyak essensial. Aroma
sintetis bersifat surface aktif, akan mempengaruhi tegangan permukaan emulsi.
Senyawa-senyawa seperti terpineol, hydroxyl citonellol, geraniol, eugenol,

14
15

phenyl acetaldehyde mempengaruhi konsistensi dan stabilitas emulsi dengan


emulgator anionik atau nonionik.
i. Pewarna
Warna memberi efek psikologi terhadap sediaan. Menurut penelitian ternyata
lotion yang diberi warna merah muda dan biru muda lebih disenangi daipada
yang tidak diberi warna atau berwarna putih.
5. Metode
Proses pembuatan Lotion secaca garis besar adalah mencampurkan fase minyak
dengan fase air (emulsifikasi).
1. Fase air dan emulgator dihomogenkan. Ditambahkan Fase minyak.
2. Kedua fase masing-masing dipanaskan hingga larut kemudian baru dicampur.
3. Setelah keduanya tercampur baru ditambahkan pengawet (sebagai anti
mikroorganisme)dan pewangi. Pengawet & Pewangi ditambahkan setelah suhu
camp. turun hingga 40o sd. 30o C.
6. Evaluasi
Agar sistem pengawasan mutu dapat berfungsi dengan efektif, harus dibuatkan
kebijaksanaan dan peraturan yang mendasari dan ini harus selalu ditaati. Pertama,
tujuan pemeriksaan semata-mata adalah demi mutu obat yang baik. Kedua, setia
pelaksanaan harus berpegang teguh pada standar atau spesifikasi dan harus berupaya
meningkatkan standard an spesifikasi yang telah ada.
1. Organoleptis
Evaluasi organoleptis menggunakan panca indra, mulai dari bau, warna, tekstur
sedian, konsistensi pelaksanaan menggunakan subyek responden (dengan
kriteria tertentu) dengan menetapkan kriterianya pengujianya (macam dan item),
menghitung prosentase masing- masing kriteria yang di peroleh, pengambilan
keputusan dengan analisa statistik.
2. Evaluasi Tipe Emulsi
Evaluasi ini bertujuan untuk menentukan tipe emulsi dalam sediaan lotion
seperti w/o atau o/w

15
16

3. Viskositas
Uji visikositas dilakukan dengan menggunakan visikometer stormer. Cara
penentuan visikositas dari sediaan suspensi adalah sebagai berikut: masukan
sediaan suspensi sebanyak 50 mL kedalam cup. Alas wadah dinaikkan
sedemikian rupa sehingga slinder (bob) tetap berada ditengah – tengah cup dan
terbenam dalam sediaan. Skala diatur sehingga menunjukkan angka nol. Berikan
beban tertentu dan lepaskan kunci pengatur putaran sehingga beban turun dan
mengakibatkan bob berputar. Catatlah waktu yang diperlukan bob untuk
berputar 100 kali putaran. Dengan menambah dan mengurangi beban akan
didapat pengukuran pada beberapa kecepatan geser. Hitung kecepatan geser
dalam RPM dalam tiap beban yang diberikan dengan persamaan sebagai berikut:

100
𝑅𝑃𝑀 = × 60
𝑡

Keterangan:
RPM : rotasi per menit
t : waktu yang dibutuhkan bob untuk berputar 100 kali (s)
Hitung visikositas sediaan pada tiap kecepatan geser dengan persamaan sebagai
berikut:
𝑀
Ƞ= × 𝐾𝑣
𝑅𝑃𝑀

4. Evaluasi daya sebar


Dengan cara sejumlah zat tertentu di letakkan di atas kaca yang berskala.
Kemudian bagian atasnya di beri kaca yang sama, dan di tingkatkan bebanya,
dan di beri rentang waktu 1 – 2 menit. kemudian diameter penyebaran diukur
pada setiap penambahan beban, saat sediaan berhenti menyebar ( dengan waktu
tertentu secara teratur ).

16
17

5. Uji aseptabilitas sediaan


Dilakukan pada kulit, dengan berbagai orang yang di kasih suatu quisioner di
buat suatu kriteria , kemudahan dioleskan, kelembutan, sensasi yang di
timbulkan, kemudahan pencucian. Kemudian dari data tersebut di buat skoring
untuk masing- masing kriteria. Misal untuk kelembutan agak lembut, lembut,
sangat lembut

E. FORMULASI
Berikut ini contoh dari formulasi lotion/krim anti jerawat

Jumlah dalam %
Komponen Bahan Formula Formula Formula Formula Karakteristik
1 2 3 Z
Asam
5 4,53 5
Zat aktif salisilat Larut Air
Benzoil
5
peroksida Sukar Larut Air
Fase
3 3,35 3
minyak Asam stearat Larut Minyak
Gliseril
2,75
monostearat Larut Minyak
Setil alkohol 0,55 0,45 0,65 0.5 Larut Minyak
Lanolin 1,55 0,52 1 1 Larut Minyak
Dimetikon 2,53 3 2,72 3 Larut Minyak
Fase air Gliserin 2 1,75 2 2 Larut Air
TEA 0,75 0,55 0,65 0,75 Larut Air
Aquadest ad 100 ad 100 ad 60 ad 100 Larut Air
Zat Metil
0,15 0,35 0,25 0,1 Larut Air
tambahan paraben

17
18

F. PRAFORMULASI
Asam salisilat
RM : C7H6O3
Pemerian : Hablur putih, biasanya berbentuk jarum halus atau serbuk hablur
halus putih, rasa agak manis, tajam dan stabil diudara.
Kelarutan : Sukar larut dalam air dan dalam benzena, mudah larut dalam
etanol dan dalam eter, larut dalam air mendidih, dan agak sukar
larut dalam kloroform.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Zat aktif
Benzoil peroksida
RM : C14H10O4
Pemerian : Serbuk granul, putih, berbau khas.
Kelarutan : Agak sukar larut dalam air dan dalam etanol, larut dalam aseton,
dalam kloroform dan dalam eter.
Penyimpanan : Dalam wadah asli, pada suhu kamar.
Kegunaan : Zat aktif
Asam stearat
RM : C18H36O2
Pemerian : Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur, putih
atau kuning pucat, mirip lemak lilin.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol
(95%)P, dalam 2 bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Emulgator. Zat tambahan, untuk melembutkan kulit dengan
konsentrasi
1-20%.
Gliseril monostearat
RM : C21H42O4

18
19

Pemerian : Putih krem seperti lilin solid dalam bentuk manik-manik, serpih
atau bubuk. Memiliki bau dan rasa lemak sedikit.
Kelarutan : larut dalam etanol panas, eter, kloroform, aseton panas, minyak
mineral dan minyak tetap. Praktis tidak larut dalam air, tetapi mungkin tersebar
dalam air dengan bantuan sejumlah kecil sabun atau surfkatan lainnya.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup ditempat sejuk dan kering.
Kegunaan : Surfaktan
Setil alkohol
RM : C16H34O
Pemerian : Berlilin, serpihan kecil, granul, kubus. Memiliki bau yang khas
dan tidak berasa.
Kelarutan : Mudah larut dalam etanol 95% dan eter. Kelarutan meningkat
dengan kenaikan suhu. Praktis tidak larut air. Larut ketika
dilelehkan dengan lemak, parrafin padat dan cair.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Emulsifying agent.
Lanolin
RM : C3H8O2
Pemerian : Bahan berupa lilin kuning pucat, memiliki bau khas.
Kelarutan : Mudah larut dalam benzene, kloroform, eter dan petroleum spirit.
Sedikit larut dalam etanol dingin. Dan lebih larut dalam etanol
hangat. Praktis tidak larut dalam air.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Emulsifying agent
Dimetikon
RM : C3H8O3
Pemerian : Tidak berwarna, cairan hampir tidak berbau jelas. Dalam
konsentrasi tinggi, gas memiliki bau eter.
Kelarutan : Larut dengan etil asetat, metil etil keton, minyak mineral, dan
toluena. Larut dalam miristat isopropil. Sedikit larut dalam etanol
(95%). Praktis tidak larut dalam gliserin, propilen glikol dan air.

19
20

Penyimpanan : Dalam wadah kedap udara, sejuk dan kering.


Kegunaan : Pelarut
Gliserin
RM : C3H8O3
Pemerian : Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa manis, hanya
boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak), higroskopis,
netral terhadap lakmus.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, tidak larut dalam
kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak
menguap.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Pemanis, pembasah dan pengental. Kadar 5-10%
TEA
RM : C6H15NO3
Pemerian : Cairan tidak berwarna, berbau kuat amoniak
Kelarutan : Sukar larut dalam air, dapat bercampur dengan etanol, dengan
eter dan dengan air dingin.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Surfaktan, emulgator. Kadar 2-4%.
Metil peraben
RM : C8H8O3
Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak
berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzena dan dalam karbon
tetraklorida, mudah larut dlaam etanol dan dalam eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Preservatif atau pengawet. Kadar 0,12-0,18%.

20
21

BAB IV

PEMBAHASAN

A. PEMBAHASAN
Adapun pembahasan yang akan dibahas dalam makalah ini diantaranya; karakteristik,
komponen, metode, dan evaluasi sediaan lotion/krim anti jerawat pada contoh 1,2,dan 3
serta praformulasi sediaan lotion anti jerawat produk kami.
1. Karakteristik, komponen, metode dan evaluasi sediaan lotion anti jerawat pada contoh
1,2, dan 3. Pada tabel 3.1 berikut;
Tabel 3.1
Formula I Formula II Formula III

- tipe minyak dalam air - tipe minyak dalam air - tipe minyak dalam air
Mengandung factor – factor - Mengandung factor – factor - –
Karateristik

- Mengandung factor
pelindung pelindung factor pelindung
- pH 4,5 -7,5 - pH 4,5 -7,5 - pH 6,5 -7,5
- viskositas 270 – 350 cp
- viskositas 70 – 75 cp - viskositas 270 – 350 cp

Komponen Dasar Komponen Dasar Komponen Dasar


- Fase Minyak - Fase Minyak - Fase Minyak
- Fase Air - Fase Air - Fase Air
- Emulgator - Emulgator - Emulgator
Komponen

Komponen Tambahan Komponen Tambahan Komponen Tambahan


- Pewarna - Pewarna - Pewarna
- Pewangi - Pewangi - Pewangi
- Pengawet - Pengawet - Pengawet
- Antioksidan - Antioksidan - Antioksidan
Zat Aktif Zat Aktif Zat Aktif

21
22

1. Dipanaskan fase minyak6. Dipanaskan fase minyak (setil11. Dipanaskan fase minyak
(setil alkohol, asam stearat, alkohol, asam stearat, lanolin, (setil alkohol, asam stearat,
lanolin, dimetikon) dimetikon, gliserin mono lanolin, dimetikon)
2. Dipanaskan fase air (gliserin, stearat) 12. Dipanaskan fase air (gliserin,
TEA) diatas tangas air (suhu7. Dipanaskan fase air (gliserin, TEA) diatas tangas air (suhu
dijaga 70-800C), dan metil TEA) diatas tangas air (suhu dijaga 70-800C), dan metil
paraben dilarutkan dalam air dijaga 70-800C), dan metil paraben dilarutkan dalam air
panas, paraben dilarutkan dalam air panas,
3. Dicampur ke fase air panas, 13. Dicampur ke fase air
selanjutrnya dimasukan8. Dicampur ke fase air selanjutrnya dimasukan
kedalam fase minyak dalam selanjutrnya dimasukan kedalam fase minyak dalam
suatu wadah Stainless steel kedalam fase minyak dalam suatu wadah Stainless steel
Metode

sedikit demi sedikit dan suatu wadah Stainless steel sedikit demi sedikit dan
diaduk hingga terbentuk sedikit demi sedikit dan diaduk hingga terbentuk
emulsi yang homogen. diaduk hingga terbentuk emulsi yang homogen.
4. Encerkan as. Salisilat dengan emulsi yang homogen. 14. Encerkan as. Salisilat dengan
alcohol 70% 9. Encerkan as. Salisilat dengan alcohol 70%
5. Lalu ditambahkan ke dalam alcohol 70% 15. Lalu ditambahkan ke dalam
basis (campuran table 1)10. Lalu ditambahkan ke dalam basis (campuran table 1)
sedikit demi sedikit sambil di basis (campuran table 1) sedikit demi sedikit sambil
aduk hingga homogen. sedikit demi sedikit sambil di di aduk hingga homogen.
Campur dengan homogenizer aduk hingga homogen. Campur dengan
kecepatan rendah (160 rpm) Campur dengan homogenizer homogenizer kecepatan
hingga kental dan homogen. kecepatan rendah (160 rpm) rendah (160 rpm) hingga
hingga kental dan homogen. kental dan homogen.

Uji Organoleptis Uji Organoleptis Uji Organoleptis


Evaluasi Ph Evaluasi Ph Evaluasi Ph
Evaluasi

Evaluasi Daya Sebar Evaluasi Daya Sebar Evaluasi Daya Sebar


Uji Viskositas Uji Viskositas Uji Viskositas
Uji Aseptabilitas Sediaan Uji Aseptabilitas Sediaan Uji Aseptabilitas Sediaan
Evaluasi Tipe Emulsi Evaluasi Tipe Emulsi Evaluasi Tipe Emulsi

22
23

2. Formulasi Sediaan Lotion Anti Jerawat Produk Kami.


Berikut ini merupakan Formulasi, karakteristik, komponen, metode dan evaluasi dari
sediaan lotion anti jerawat produk kami, yaitu;

Nama zat Formula (%)


Gliserin 2.0
Setil alkohol 0.5
As. Stearat 3.0
Lanolin 1.0
Dimetikon 3.0
Metil paraben 0,1
TEA 0,75
Aquadest ad 100
Asam Salisilat 5

a. Karakteristik sediaan
Adapun karalteristik dari praformulasi lotion anti jerawat
1) Tipe minyak dalam air
2) Mengandung factor – factor pelindung
3) Mudah dioleskan tapi jangan menggosok dengan kemudahan menghilangkan
lotion tersebut
4) Mempunyai ph 5.5
5) Viskositas antara 20-500 poice
6) Memiliki daya sebar antar 5-7 cm
7) Berwarna putih, berbau wangi.
b. Komponen sediaan
Berikut ini merupakan komponen-komponen yang terdapat pada sediaan, yaitu;
1. Fase minyak
a) Asam stearate
b) Setil alcohol
c) Lanolin
d) dimetikon

23
24

2. Fase air
a) Gliserin
b) TEA
c) Aquadest
3. Zat aktif
a) asam salisilat
b) Benzoil peroksida
4. Bahan tambahan
a) metil paraben

c. Metode Pembuatan
Metode pembuatan lotion anti jerawat ini menggunakan metode emulsifikasi,
sebagai berikut;
1. Dipanaskan fase minyak (setil alkohol, asam stearat, lanolin, dimetikon)
2. Dipanaskan fase air (gliserin, TEA) diatas tangas air (suhu dijaga 70-800C),
dan metil paraben dilarutkan dalam air panas,
3. Dicampur ke fase air selanjutrnya dimasukan kedalam fase minyak dalam
suatu wadah Stainless steel sedikit demi sedikit dan diaduk hingga terbentuk
emulsi yang homogen.
4. Encerkan as. Salisilat dengan alcohol 70%
5. Lalu ditambahkan ke dalam basis (campuran table 1) sedikit demi sedikit
sambil di aduk hingga homogen. Campur dengan homogenizer kecepatan
rendah (160 rpm) hingga kental dan homogen.
d. Evaluasi Sediaan
Berikut ini merupakan evaluasi dari praformulasi sediaan lotion anti jerawat,
yaitu;
1. Uji Organoleptis
Praformualsi Lotion anti jerawat memiliki warna putih, tidak lengket, dan
berbau wangi
2. Evaluasi Ph
Untuk ph dari praformulasi ini memiliki nilai ph 5.5

24
25

3. Evaluasi Daya Sebar


Memiliki daya sebar lotion yang mempunyai diameter penyebaran dengan
range antara 5 cm sampai 7 cm.
4. Uji Viskositas
Memenuhi Syarat viskositas lotion yaitu antara 20-500 poice. (SNI 16-4399-
1996
5. Uji Aseptabilitas Sediaan
Dilakukan pada kulit, dengan berbagai orang yang di kasih suatu quisioner di
buat suatu kriteria , kemudahan dioleskan, kelembutan, sensasi yang di
timbulkan, kemudahan pencucian. Kemudian dari data tersebut di buat
skoring untuk masing- masing kriteria. Misal untuk kelembutan agak lembut,
lembut, sangat lembut
6. Evaluasi Tipe Emulsi
Evaluasi ini bertujuan untuk menentukan tipe emulsi dalam sediaan lotion
seperti w/o atau o/w.

25
26

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Adapun simpulan dari makalah ini adalah;
1. Secara umum karakteristik dari sediaan lotion formula I, II, dan III yaitu tipe emulsi
m/o, pH 4,5-7,5, viskositas 70-350 poice.
2. Secara umum komponen dari sediaan lotion formula I, II, dan III terdiri dari tiga
komponen yaitu komponen dasar ( fase minyak, fase air, dan emulgator), komponen
Tambahan ( pewangi, pewarna, anti oksidan), dan zat aktif.
3. Secara umum metode pembuatan dari lotion formula I, II, dan III dengan metode
emulsifikasi.
4. Secara umum evaluasi yang dilakukan pada lotion formula I, II, dan III yaitu; Uji
Organoleptis, Uji Ph, Evaluasi Daya Sebar, Uji Viskositas, dan Uji Aseptabilitas Sediaan
5. Adapun untuk karakteristik, komponen, metode, dan evaluasi dari sediaan lotion anti
Jerawat Z sebagai berikut;
a. Karakteristik : tipe emulsi m/o, pH 5.5, viskositas 20-750 poice, daya sebar
antara 5-7 cm, berwarna putih, wangi, dan tidak lengket, mudah dicuci, dan
mudah dioleskan
b. Komponen terdiri dari; Komponen dasar ( Fase Minyak, fase Air dan
Emulgator), Komponen Tambahan (peawarna, pewangi, anti oksidan) dan Zat
Aktif.
c. Metode yang digunakan untuk pembuatan lotion anti jerawat Z yaitu metode
emulsifikasi.
d. Evaluasi yang dilakukan diantaranya; Uji organoleptis, evaluasi tipe emulsi,
Uji pH, Viskositas, evaluasi daya sebar dan uji aseptabilitas sediaan.

B. Saran
Untuk melakukan praktikum permbuatan lotion anti jerawat.

26
27

DAFTAR PUSTAKA

https://dokumensaya.com/download/pembuatan-dan-cara-evaluasi-sediaan-
krimpdf_59e0c39d08bbc5ef3fe655b8_pdf
https://www.publikasiilmiah.unwahas.ac.id/index.php/Farmasi/article/view/378
http://perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/ejurnal%20066110074.docx
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2009. Bahan-Bahan Kosmetika Sebagai
Anti Acne. Vol. IV/No. 10. Juli. Majalah Naturakos. Coleman, Vernon. 1993. Perawatan
Kulit. Jakarta: Arcan.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa edisi keempat, 2008. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Kartika, Bambang.Pudji, Wahyu. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. PAU
Pangan dan Gizi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Dewi, Desintya. 2012. Jeruk Nipis (khasiat dan manfaat). Surabaya: Penerbit Stomata.
Graham-Brown, R and Burns, T. 2002. Lecture Notes on Dermatologi. Eighth dition.
Blackwell Science. Penerjemah Zakaria MA. 2005. Catatan Kuliah Dermatologi. Edisi
Delapan. Erlangga. Jakarta.
Kusantati, Herni, dkk. 2008.Tata Kecantikan Kulit. Jakarta :Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.
Harlanu, Muhammad. 2014. Pedoman Penulisan Tugas Akhir atau Skripsi dan Artikel.
Semarang; Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.
Tranggono, Retno Iswari dan Fatma Latifah. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik. Jakarta; Gramedia Pustaka Utama.
John M. Echols, dan Hasan Shadily. 1976. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta; PT
Gramedia Pustaka Utama.
Novita, Amelia. 2012. A-Z Lidah Buaya (manfaat, budidaya dan pengolahan). PT. Bina
Sarana Pustaka.

27
28

Prianto. 2014. Cantik panduan lengkap merawat kulit wajah. Jakarta; PT Gramedia
Pustaka Utama.
Primadiati, Rachmi. 2001. Kecantikan, Kosmetika, dan Estetika. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Sinta, Clara. 2012. Cara cantik dengan Detoks. Baturetno Banguntapan Jogjakarta: Buku
Biru.
Sudjana. 2005. Metode Statistik. Bandung: PT. Tarsito
Susetya, Darma. 2012. Khasiat dan Manfaat Daun Ajaib Binahong. Jogyakarta: Pustaka
Baru Press.
Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D). Cetakan 16. Alfabeta. Bandung.
www. vivacosmetic.com/product/det/31/acne-lotion.html
https://restikamonidora.wordpress.com/2014/11/24/10/
http://goneyfourn.blogspot.co.id/2012/02/lotion.html
http://obatdariherbal.blogspot.co.id/2014/04/losio-atau-lotionmateri.html

28

Anda mungkin juga menyukai