SKRIPSI
OLEH:
FIRDHA SEKAR RAHAYU
171501043
SKRIPSI
OLEH:
FIRDHA SEKAR RAHAYU
171501043
Puji dan syukur kehadirat Allah yang Maha Kuasa yang telah
Serum Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis (Cinnamomum burmanni) Sebagai Anti-
Aging”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
rasa hormat dan terima kasih yang setulusnya kepada Ibu Prof. Dr. Julia Reveny,
M.Si., Apt. selaku pembimbing saya yang telah meluangkan banyak waktu dan
tenaga untuk memberikan bimbingan dan motivasi dengan penuh kesabaran dan
mengucapkan rasa terima kasih kepada Ibu Dr. Sumaiyah, M.Si., Apt., dan Ibu
Lia Laila, S.Farm., M.Sc., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan
arahan, kritik dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi
ini, saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Khairunnisa, S.Si., M.Pharm.,
Ph.D., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang
telah memberikan fasilitas selama masa pendidikan dan penelitian, saya juga
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Marline Nainggolan, M.S., Apt, selaku
dosen pimbimbing akademik saya, dan beserta seluruh dosen pengajar di Fakultas
Farmasi atas arahan, bimbingan, dan ilmu yang diberikan kepada penulis selama
di bangku perkuliahan.
iv
Penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada Ibunda Dra. Helina
Mesta dan Ayahanda Dr. Ir. Yunasfi, M.Si. atas doa, dukungan dan pengorbanan
baik moril maupun materil selama perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada sahabat (Grup Metil-
Fairuz Salsabila. Grup 8 Cantik Manis Aisyah Raihan, Dhifa Apriyanti, Haliza
Hasnia, Rodhina Putri, Nurul Hasanah, Nela Aprilia. Sahabat SMA saya Nurulita
Shauma, Maghfira Ashila, Afifah Annisa, Mayang Sari, dan Tasya Safira), rekan
penelitian, dan teman-teman yang telah memberikan, doa, kasih sayang, motivasi
dan dukungan yang tanpa henti selama masa perkuliahan, penelitian dan penulisan
skripsi. Tanpa mereka skripsi ini mungkin tidak akan selesai tepat pada waktunya.
Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis meminta
maaf atas kesalahan dan kekhilafan dalam penulisan skripsi. Penulis bersedia
menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga skripsi ini
NIM 171501043
v
SURAT PERNYATAAN ORISINILITAS
Sebagai Anti-Aging
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat adalah asli karya
sendiri dan bukan plagiat. Apabila dikemudian hari diketahui bahwa skripsi saya
tersebut terbukti plagiat karena kesalahan sendiri, maka saya bersedia diberi
sanksi apapun oleh Program Studi Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara. Saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya
tersebut.
Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya dan dalam
keadaan sehat.
vi
FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS SEDIAAN SERUM EKSTRAK
ETANOL KULIT KAYU MANIS (Cinnamomum burmanni) SEBAGAI
ANTI-AGING
ABSTRAK
Latar Belakang: Penuaan kulit yang disebabkan faktor eksternal melalui proses
paparan radikal bebas dapat dicegah dengan antioksidan. Kulit kayu manis
mengandung senyawa antioksidan turunan fenol seperti tanin dan flavonoid yang
dapat menangkal radikal bebas akibat paparan sinar matahari. Serum merupakan
sediaan dengan zat aktif konsentrasi tinggi dan viskositas rendah, yang dapat
menghantarkan bahan aktif dari film tipis pada kulit.
Tujuan: Untuk memformulasi sediaan serum wajah ekstrak etanol kulit kayu
manis yang stabil dan tidak mengiritasi kulit serta menguji efektivitas serum
sebagai sediaan anti-aging.
Metode: Metode penelitian meliputi pengolahan kulit kayu manis, skrining
fitokimia, pemeriksaan karakterisasi simplisia dan ekstrak etanol kulit kayu manis,
pembuatan ekstrak metode maserasi dengan etanol 96%, pengujian antioksidan
kulit kayu manis metode DPPH dengan alat Spektrofotometer UV-Visibel dengan
panjang gelombang 515,4 nm, dan pembuatan formula sediaan serum dengan
penambahan ekstrak etanol kulit kayu manis dengan masing-masing konsentrasi
0,3% (F1), 0,5% (F2), dan 0,7% (F3) ke dalam serum. Evaluasi sediaan serum
meliputi uji homogenitas, uji viskositas, uji pH, uji iritasi, uji kestabilan, uji daya
sebar dan uji efektivitas anti-aging sediaan serum yang diaplikasikan pagi dan
malam selama 4 minggu perawatan dengan melihat parameter perubahan kondisi
kulit seperti kelembapan, kehalusan, noda, pori, dan keriput yang diukur sekali
seminggu dengan menggunakan skin analyzer dan moisture checker terhadap 12
orang sukarelawan.
Hasil: Hasil karakterisasi simplisia didapatkan kadar air 8,58%, kadar sari larut
air 19,62%, kadar sari larut etanol 28,95%, kadar abu total 7,06%, dan kadar abu
tak larut asam 0,267%. Hasil karakterisasi ekstrak didapatkan kadar air 12,23%,
kadar abu total 0,23%, kadar abu tak larut asam 0,08%. Hasil skrining fitokimia
simplisia dan ekstrak positif mengandung alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin,
triterpenoid, dan tanin. Hasil pengujian aktivitas antioksidan ekstrak etanol kulit
kayu manis didapatkan nilai IC50 sebesar 6,28 ppm. Hasil evaluasi sediaan serum
didapatkan homogen, pH 5,6-6,1; viskositas 488,5-499,5 mPa.s; tidak mengiritasi
kulit, dan stabil dalam penyimpanan selama 12 minggu pada suhu ruang, hasil
diameter uji daya sebar sebesar 5,93-8,57 cm Efektivitas anti-aging sediaan serum
memberikan persen pemulihan kelembapan 15,87%-43,20%, kehalusan 4,66%-
37,81%, noda 2,89%-39,33%, pori 3,61%-37,87%, dan keriput 3,71%-34,11%.
Kesimpulan: Berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa ekstrak etanol kulit
kayu manis memiliki aktivitas antioksidan sangat kuat dengan nilai IC50 sebesar
6,28 ppm. Sediaan serum ekstrak etanol kulit kayu manis memenuhi hasil evaluasi
sediaan dengan efektivitas anti-aging terbaik pada konsentrari ekstrak 0,7% (F3).
vii
FORMULATION AND EFFECTIVITY EVALUATION OF SERUM
PREPARATION FROM ETHANOLIC EXTRACT OF CINNAMON
BARK (Cinnamomum burmanni) AS ANTI-AGING
ABSTRACT
viii
DAFTAR ISI
ix
3.4.8 Pereaksi Natrium Hidroksida 2 N ........................................................... 25i
3.4.9 Pereaksi Timbal (II) asetat 0,4 M ............................................................ 25i
3.4.10 Pereaksi DPPH ...................................................................................... 26i
3.5 Sampel Penelitian .................................................................................. 26i
3.5.1 Pengadaan sampel ................................................................................. 26i
3.5.2 Identifikasi sampel ................................................................................ 26i
3.5.2 Pembuatan simplisia kulit kayu manis .................................................. 26i
3.6 Skrining Senyawa Kimia Serbuk Simplisia Kulit Kayu Manis ............ 27i
3.6.1 Pemeriksaan alkaloid ............................................................................ 27i
3.6.2 Pemeriksaan flavonoid .......................................................................... 27i
3.6.3 Pemeriksaan saponin ............................................................................. 27i
3.6.4 Pemeriksaan tanin ................................................................................. 28i
3.6.5 Pemeriksaan glikosida........................................................................... 28i
3.6.6 Pemeriksaan triterpenoid/steroid ........................................................... 29i
3.7 Karakterisasi Serbuk Simplisia Kulit Kayu Manis ............................... 29i
3.7.1 Pemeriksaan mikroskopik ..................................................................... 29i
3.7.2 Penetapan kadar air ............................................................................... 29i
3.7.3 Penetapan kadar sari larut dalam air ..................................................... 30i
3.7.4 Penetapan kadar sari larut dalam etanol ................................................ 30i
3.7.5 Penetapan kadar abu total...................................................................... 31i
3.7.6 Penetapan kadar abu tak larut asam ...................................................... 31i
3.8 Pembuatan Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis ...................................... 31i
3.9 Skrining Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis ................ 32i
3.9.1 Pemeriksaan alkaloid ............................................................................ 32i
3.9.2 Pemeriksaan flavonoid .......................................................................... 32i
3.9.3 Pemeriksaan saponin ............................................................................. 32i
3.9.4 Pemeriksaan tanin ................................................................................. 33i
3.9.5 Pemeriksaan glikosida........................................................................... 33i
3.9.6 Pemeriksaan triterpenoid/steroid ........................................................... 34i
3.10 Karakterisasi Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis ................................... 34i
3.10.1 Penetapan kadar air ............................................................................... 34i
3.10.2 Penetapan kadar abu total...................................................................... 35i
3.10.3 Penetapan kadar Abu tak larut asam ..................................................... 35i
3.11 Pengujian Aktivitas Antioksidan dengan Spektrofotometer UV-Visibel 35i
3.11.1 Prinsip metode pemerangkapan radikal bebas DPPH ........................... 35i
3.11.2 Pembuatan larutan blanko ..................................................................... 36i
3.11.3 Penentuan panjang gelombang serapan maksimum DPPH .................. 36i
3.11.4 Penentuan waktu kerja (operating time) ............................................... 36i
3.11.5 Pembuatan larutan induk ....................................................................... 36i
3.11.6 Pembuatan larutan uji............................................................................ 37i
3.11.7 Analisis persen pemerangkapan radikal bebas DPPH .......................... 37i
3.11.8 Analisis nilai IC50 .................................................................................. 38i
3.12 Formula Sediaan Serum Anti-Aging ..................................................... 38i
3.12.1 Formula dasar ........................................................................................ 38i
3.12.2 Formula modifikasi ............................................................................... 39i
3.12.3 Formula sediaan serum anti-aging ekstrak etanol kulit kayu manis ...... 40i
3.13 Prosedur Pembuatan Serum Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis ............ 40i
3.14 Evaluasi Sediaan Serum Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis ................. 41i
x
3.14.1 Pengujian homogenitas serum ekstrak etanol kulit kayu manis............ 41i
3.14.2 Pengukuran pH serum ekstrak etanol kulit kayu manis ........................ 41i
3.14.3 Penentuan viskositas serum ekstrak etanol kulit kayu manis ............... 41i
3.14.4 Pengamatan stabilitas serum ekstrak etanol kulit kayu manis .............. 42i
3.14.5 Pengukuran diameter daya sebar serum ekstrak etanol
kulit kayu manis .................................................................................... 42i
3.15 Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan ......................................................... 42i
3.16 Pengujian Efektivitas Anti-Aging ......................................................... 43i
3.17 Analisis data .......................................................................................... 44i
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 45i
4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan ................................................................. 45i
4.2 Hasil Skrining Senyawa Kimia Simplisia dan Ekstrak Etanol
Kulit Kayu Manis .................................................................................. 45i
4.3 Hasil Karakterisasi Simplisia Kulit Kayu Manis .................................. 47i
4.4 Hasil Ekstraksi Simplisia Kulit Kayu Manis ........................................ 49i
4.5 Hasil Karakterisasi Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis .......................... 50i
4.6 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis
Metode DPPH ....................................................................................... 51i
4.6.1 Hasil penentuan panjang gelombang serapan maksimum .................... 51i
4.6.2 Hasil penentuan waktu kerja (operating time) ...................................... 51i
4.6.3 Hasil analisis aktivitas antioksidan ekstrak etanol kulit kayu manis ...... 52i
4.6.4 Hasil analisis nilai IC50 (inhibitory concentration) sampel................... 53i
4.7 Hasil Formulasi Serum Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis ................... 54i
4.8 Hasil Evaluasi Sediaan Serum Ekstrak Etanol Kulit Manis.................. 56i
4.8.1 Hasil pengujian homogenitas serum ekstrak etanol kulit kayu manis .. 56i
4.8.2 Hasil pengujian stabilitas serum ekstrak etanol kulit kayu manis......... 57i
4.8.3 Hasil pengukuran pH sediaan serum ekstrak etanol kulit kayu manis .. 58i
4.8.4 Hasil pengukuran viskositas sediaan serum ekstrak etanol
kulit kayu manis .................................................................................... 60i
4.8.5 Hasil uji diameter daya sebar serum ekstrak etanol kulit kayu manis .. 62i
4.9 Hasil Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan ................................................ 64i
4.10 Hasil Pengujian Efektivitas Anti-Aging ................................................ 65i
4.10.1 Kelembapan (moisture) ......................................................................... 66i
4.10.2 Pori (pore) ............................................................................................. 69i
4.10.3 Kehalusan (evenness) ............................................................................ 72i
4.10.4 Noda (spot) ............................................................................................ 75i
4.10.5 Keriput (wrinkle) ................................................................................... 78i
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 82i
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 82i
5.2 Saran ...................................................................................................... 82i
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 83i
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
2.1 Pohon, Kulit Batang Pada Pohon, dan Kulit Kayu Manis ........................... 15
4.1 Grafik % Aktivitas Peredaman Radikal Bebas DPPH Oleh Ekstrak Etanol
Kulit Kayu Manis .......................................................................................... 52
4.2 Grafik % Aktivitas Peredaman Radikal Bebas DPPH Oleh Vitamin C ....... 52
4.3 Hasil Uji Homogenitas Sediaan Serum Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis .. 56
4.4 Sediaan Serum Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis Minggu Ke-0 ................. 57
4.5 Sediaan Serum Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis Setelah
12 Minggu Penyimpanan ............................................................................ 58
4.6 Grafik Lama Penyimpanan Terhadap pH Serum Ekstrak Etanol Kulit Kayu
Manis Selama Uji Stabilitas 12 Minggu Pada Suhu Kamar ......................... 59
4.7 Grafik Rerata Viskositas (mPa.s) Serum Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis
Selama Uji Stabilitas 12 Minggu Pada Suhu Kamar .................................... 61
4.8 Grafik Rerata ± SD Diameter Daya Sebar (cm) Serum Ekstrak Etanol
Kulit Kayu Manis ........................................................................................ 63
4.9 Grafik Hasil Pengukuran Kelembapan (moisture) Pada Kulit Wajah
Sukarelawan Selama 1 Bulan Perawatan ...................................................... 68
4.10 Grafik Persen Peningkatan Kelembapan (Moisture) Pada Kulit Wajah
Sukarelawan ................................................................................................. 68
4.11 Grafik Hasil Pengukuran Pori (Pore) Pada Kulit Wajah Sukarelawan
Selama 1 Bulan Perawatan ............................................................................ 71
4.12 Grafik Persen Peningkatan Penurunan Ukuran Diameter Pori (pore) Pada
Kulit Wajah Sukarelawan ............................................................................ 71
4.13 Grafik Hasil Pengukuran Kehalusan (Evenness) Pada Kulit Sukarelawan
Selama 1 Bulan Perawatan ............................................................................ 74
4.14 Grafik Persen Peningkatan Pemulihan Kehalusan (Evenness) Pada Kulit
Wajah Sukarelawan ...................................................................................... 74
4.15 Grafik Hasil Pengukuran Jumlah Noda (Spot) Pada Kulit Sukarelawan
Selama 1 Bulan Perawatan ............................................................................ 77
4.16 Grafik Persen Peningkatan Penurunan Jumlah Noda (Spot) Pada Kulit
Wajah Sukarelawan ..................................................................................... 77
4.17 Grafik Hasil Pengukuran Jumlah Keriput (Wrinkle) Pada Kulit Sukarelawan
Selama 1 Bulan Perawatan ............................................................................ 80
4.18 Grafik Persen Peningkatan Pemulihan Jumlah Keriput (Wrinkle) Pada
Kulit Wajah Sukarelawan ............................................................................ 80
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
penuaan pada kulit merupakan dua fenomena yang saling berkaitan satu dengan
yang lainnya. Semakin meningkat usia, kemampuan alamiah dari kulit akan
semakin menurun pula dalam proses pertumbuhannya, terutama pada usia setelah
penuaan kulit, salah satu faktor eksternal tersebut adalah paparan sinar matahari
yang sering disebut photo-aging yang merusak lapisan kulit akibat reaksi dengan
Reactive Oxygen Species (ROS) yang dapat dihambat dengan adanya antioksidan
Radikal bebas adalah molekul atau atom yang sifat kimianya tidak stabil,
merusak sel dan jaringan-jaringan tubuh. Radikal bebas juga disinyalir sebagai
penyebab penuaan dini pada kulit karena serangan radikal bebas pada jaringan
dapat merusak asam lemak dan menghilangkan elastisitas, sehingga kulit menjadi
1
dari serangan radikal bebas yaitu antioksidan. Antioksidan merupakan suatu
radikal bebas. Sel-sel pada jaringan kulit pun terhindar dari serangan radikal bebas
yang menjadi salah satu faktor penyebab penuaan dini (Muliyawan dan Suriana,
2013).
Kayu manis adalah tumbuhan asli Asia Selatan, Asia Tenggara dan daratan
famili Lauraceae. Hasil utama tanaman kayu manis adalah kulit batang dan dahan.
Komoditas ini selain digunakan sebagai rempah, hasil olahannya seperti minyak
kosmetik, makanan dan lain-lain (Alimah, 2015). Sentra produksi kayu manis di
Indonesia berada di Pulau Sumatera dengan luas mencapai 96,22% dari total area
berupa fenol, senyawa turunan fenol, terpenoid dan saponin yang merupakan
(Rafita, 2015).
turunan fenol dari ekstrak kulit kayu manis dapat mempotensiasi biosintesis
kolagen tipe I di dalam fibroblas dermal. Hal ini menjadikan ekstrak kulit kayu
2
manis dapat memperbaiki tanda-tanda penuaan yang diakibatkan oleh photo aging
viskositas rendah, yang menghantarkan film tipis dari bahan aktif pada permukaan
kulit (Draelos, 2010). Serum diformulasikan dengan viskositas yang rendah dan
kurang jernih (semi-transparan), yang mengandung kadar bahan aktif yang lebih
menghemat waktu, bentuk konsentrat yang dianggap memiliki efek yang lebih
baik, penggunaan wadah yang elegan, perkembangan teknologi pelembab dan zat
dengan menguji aktivitas antioksidan dari ekstrak kulit kayu manis dengan
3
1.2 Perumusan Masalah
c. Apakah sediaan serum wajah ekstrak etanol kulit kayu manis (Cinnamomum
adalah:
aktivitas antioksidan.
4
1.4 Tujuan Penelitian
yang diformulasi menjadi sediaan serum stabil dan tidak mengiritasi kulit.
c. Untuk mengetahui sediaan serum wajah ekstrak etanol kulit kayu manis
pengguanaannya.
5
1.6 Kerangka Pikir Penelitian
Ekstrak Etanol
Kulit Kayu Manis Aktivitas Nilai
(Cinnamomum antioksidan IC50 (< 50 ppm)
burmanni) ekstrak
Homogenitas
(Homogen)
pH sediaan
Karakteristik
(4,5-6,5)
sediaan serum
ekstrak etanol Stabilitas
(bentuk, warna, bau)
kulit kayu manis
Viskositas
Sediaan serum (230–1150 mPa.s)
anti-aging ekstrak Daya sebar
etanol kulit kayu (5-7 cm)
manis konsentrasi
0,3%; 0,5%; dan Kemerahan
0,7% (Eritema) (-)
Evaluasi Iritasi
sediaan serum Gatal-Gatal (-)
ekstrak etanol Bengkak
kulit kayu manis (Udem) (-)
Kelembapan
(Dehidrasi: 0-29,
Normal: 30-50,
Hidrasi: 51-100)
Pori (Kecil: 0-19,
Besar: 20-39, Sangat
Efektivitas Besar: 40-100)
sediaan serum Kehalusan (Halus: 0-
ekstrak etanol 31, Normal: 32-51,
kulit kayu manis Kasar: 52-100)
Noda (Sedikit: 0-19,
Sedang: 20-39,
Banyak: 40-100)
Keriput (Tidak
berkeriput: 0-19,
Berkeriput: 20-52,
Berkeriput parah: 53-
100)
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kulit
juga terlibat aktif dalam mekanisme pertahanan dan fungsi penting lainnya
(Sherwood, 2012). Kulit termasuk organ yang esensial dan vital yang dapat
kompleks, elastis dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, usia, jenis
1. Epidermis
mengalami pergantian dirinya sendiri setiap kira-kira dua setengah bulan. Lapisan
epidermis bagian dalam terdiri dari sel-sel berbentuk kubus yang hidup dan
membelah dengan cepat, sementara sel-sel di lapisan luar berupa sel mati dan
2012).
Sel baru yang terbentuk di lapisan dalam mendorong sel tua mendekati
skuama gepeng keras yang membentuk lapisan tanduk (berkeratin) protektif yang
kuat. Skuama yang terlepas akibat abrasi akan tergantikan oleh pembelahan sel
7
lapisan epidermis yang lebih dalam. Kecepatan pembelahan dan ketebalan lapisan
(Kalangi, 2013).
2. Dermis
Dermis yaitu lapisan kulit di bawah epidermis, berupa lapisan jaringan ikat
yang mengandung banyak serat elastin (untuk peregangan) dan serat kolagen
(untuk kekuatan) serta banyak pembuluh darah dan ujung saraf khusus. Pembuluh
darah dermis tidak saja memasok dermis dan epidermis tetapi juga berperan besar
Lapisan dermis terdiri dari pars papilaris dan pars retikularis, di mana
(matriks) lapisan ini terdiri atas cairan kental asam hialuronat dan konroitin sulfat
dan sel fibroblas. Kolagen muda bersifat lentur namun dengan bertambahnya usia
menjadi stabil dan keras. Retikulin menyerupai kolagen muda, sementara elastin
(Wasitaatmadja, 1997).
3. Hipodermis
berupa jaringan ikat lebih longgar dengan serat kolagen halus terorientasi
8
dengan dermis. Pada daerah tertentu, lapis ini memungkinkan gerakan kulit di atas
banyak dan kulit relatif sukar digerakkan. Tidak ada atau sedikit lemak ditemukan
dalam jaringan subkutan kelopak mata atau penis, namun di abdomen, paha dan
bokong dapat mencapai ketebalan 3 cm atau lebih. Lapisan lemak ini disebut
1. Proteksi
zat-zat kimia iritan (lisol, karbol, asam atau basa kuat lainnya), gangguan panas
atau dingin, gangguan sinar radiasi atau sinar ultraviolet, gangguan kuman, jamur,
gangguan kimia (Mitsui, 1997). Kulit yang basa akan dinetralkan oleh film
hidrolipid dan lapisan tanduk sebelum merusak organ di dalamnya. Pada kondisi
normal, kulit manusia memiliki pH asam yang bervariasi pada tiap daerah yaitu
2. Thermoregulasi
9
3. Persepsi Sensoris
berupa tekanan, raba, suhu dan nyeri melalui beberapa reseptor. Rangsangan dari
luar diterima oleh reseptor dan diteruskan ke sistem saraf pusat dan diinterpretasi
4. Absorpsi
Banyak zat aktif yang diserap melalui kulit ke dalam tubuh. Usia, aliran
darah, suhu tubuh, kandungan air pada lapisan tanduk, tingkat kerusakan lapisan
tanduk dan kelembapan mempunyai peranan pada absorpsi transdermal. Ada dua
jalur absorpsi yaitu melalui epidermis dan melalui kelenjar sebaseus pada folikel
intrinsik yang berhubungan dengan kelompok etnis, usia, keadaan fisiologis dan
seperti tingkat kekeringan, paparan sinar matahari, suhu, dan angin. Jenis-jenis
kulit dibagi sebagai berikut. Jenis kulit dibagi menurut Barel, dkk. (2009), sebagai
berikut:
a. Kulit Normal
Kulit normal biasanya memiliki kadar air tinggi dan kadar minyak yang
normal, bertekstur halus dan lembut, kulit kencang dan lentur, pori-pori kelihatan
namun tidak terlalu besar, kelembapan kulit yang bagus dan warna kulit merata,
memiliki pH normal. Pada sudut pandang kosmetologi, kulit normal adalah kulit
10
b. Kulit kering
c. Kulit berminyak
mengkilap. Produksi ini akan berlanjut mencapai tingkat maksimum pada masa
d. Kulit sensitif
Kulit sensitif dapat ditemukan pada orang yang memiliki kulit yang lebih
Penuaan pasti akan terjadi pada semua orang, tetapi penuaan yang baik
adalah penuaan yang dapat dijalani dengan sukses dan bahagia Successfully Aging
Elderly (SAE). SAE adalah proses penuaan tanpa atau disertai penyakit yang
seminimal mungkin, dengan fungsi kognitif yang baik dan dapat menjalani hidup
yang aktif dalam lingkungan sosial. Faktor genetik, gaya hidup, faktor
Perawatan kulit dasar sebagai pencegahan terjadinya keluhan kulit yang sering
timbul pada populasi ini perlu diketahui sehingga dapat meningkatkan kualitas
11
Proses penuaan kulit terjadi secara alami baik melalui mekanisme internal
2014).
Proses penuaan kulit pada dasarnya terdiri dari dua macam, yaitu penuaan
adanya perubahan struktur, fungsi, dan metabolik kulit khususnya pada lapisan
minyak, kulit tampak lebih kering, muncul kerutan dan bintik hitam (Muliyawan
Photo aging terjadi karena berkurangnya kolagen dan serat elastis kulit
elastisitas dan halusnya kulit. Apabila produksi kolagen menurun pada lapisan
dermis kulit, maka kulit akan terlihat kering dan tidak elastis lagi. Paparan sinar
yang terbentuk. Enzim ini lah yang selanjutnya akan merusak kulit,
12
2.3 Anti-aging
Dalam hal ini, proses penuaan yang gejalanya terlihat jelas pada kulit
kulit, tekstur kulit menjadi kasar, hiperpigmentasi, serta kulit berwarna gelap.
3. Kulit tampak kenyal, elastis dan jauh dari tanda-tanda penuaan dini
2.4 Antioksidan
sering disebut juga elektron donor atau reduktan. Senyawa antioksidan mampu
apabila dalam konsentrasi rendah berada bersama substrat yang dapat teroksidasi,
13
Antioksidan adalah senyawa penting yang bermanfaat bagi kesehatan kulit.
Zat ini mampu menangkal radikal bebas yang dapat merusak jaringan kulit.
dirinya teroksidasi menstabilkan atom atau molekul radikal bebas. Sel-sel pada
jaringan kulit pun terhindar dari serangan radikal bebas. Oleh karena itu, produk-
reaksi kimia) maupun secara alami (antioksidan botanikal) yaitu hasil ekstraksi
radikal yang dihasilkan dari peroksidasi lipid seperti R·, RO·, dan ROO· dengan
14
2.5 Kayu Manis
nilai ekonomis. Hasil utama kayu manis adalah kulit batang dan dahan, sedang
hasil samping adalah ranting dan daun. Komoditas ini selain digunakan sebagai
rempah, hasil olahannya seperti minyak atsiri dan oleoresin banyak dimanfaatkan
2015).
antara lain:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Laurales
Familia : Lauraceae
Genus : Cinnamomum
Spesies : Cinnamomum burmanni (C. Ness & T. Ness) C. Ness ex Blume
Gambar 2.1 Pohon, Kulit Batang Pada Pohon, dan Kulit Kayu Manis
(Sumber gambar: Idris dan Mayura (2019),
https://www.britannica.com/plant/cinnamon/, dokumentasi pribadi 2020)
Kayu manis berkhasiat mengatasi masuk angin, diare, dan penyakit yang
sebagai antioksidan (Bisset & Wichtl 2001). Kayu manis mempunyai kandungan
senyawa kimia berupa fenol, terpenoid dan saponin yang merupakan sumber
15
Zat kimia yang terkandung dalam kayu manis diantaranya adalah
jumlah yang sedikit juga dapat ditemukan mineral dan vitamin A, riboflavin (B2),
sebelumnya menunjukkan bahwa minyak atsiri dan oleoresin kayu manis jenis C.
mekanisme khusus yang berguna bagi manusia. Diantaranya dalam kayu manis
juga berperan penting dalam aktivitas antioksidan. Senyawa ini dapat berfungsi
fenol dari ekstrak kulit kayu manis dapat mempotensiasi biosintesis kolagen tipe I
di dalam fibroblas dermal. Hal ini menjadikan ekstrak kulit kayu manis dapat
dkk., 2012).
16
2.6 Serum Wajah
dimana sediaan ini memiliki viskositas rendah dengan konsentrat tinggi (Mitsui,
1997). Zat aktifnya dihantarkan dengan membentuk film tipis pada permukaan
kulit. Serum sendiri dapat diolah menggunakan dua basis, yaitu basis air dan
minyak. Serum mengandung lebih banyak zat aktif alami yang baik untuk kulit
dibandingkan dengan produk lainnya seperti krim wajah. Serum bekerja secara
lokal pada bagain tubuh manusia seperti wajah, bahu, leher dan kelopak mata.
Serum juga dapat digunakan oleh berbagai umur, orang tua maupun anak muda /
Beberapa jenis dan fungsi serum seperti yang dipaparkan oleh Muliyawan
1. Serum Anti-acne
produksi minyak berlebih pada wajah. Namun, berbeda dengan obat jerawat jenis
lain yang dapat menyebabkan kulit kering, serum anti-acne tetap menjaga
2. Serum Whitening
3. Serum Anti-aging
17
mencegah munculnya kerut dan garis halus pada wajah. Penggunaan serum anti-
aging bisa dilakukan menjelang usia 30 tahun untuk menjaga penampilan wajah.
4. Serum Vitamin C
menangkal pengaruh buruk polusi dan zat berbahaya lain bagi kulit. Penggunaan
serum vitamin C mampu mengurangi kerut dan garis-garis halus di wajah. Dua
5. Serum Vitamin E
memiliki fungsi sebagai antioksidan yang bisa mencegah terjadinya penuaan dini.
6. Serum Rambut
Serum rambut bisa digunakan pada kulit kepala dan batang rambut. Serum
untuk batang rambut adalah cara paling praktis untuk menjinakkan rambut “liar”
1. Air Demineral
18
2. Ethoxydiglycol
pelarut dalam produk perawatan kulit dan rambut. Berfungsi untuk melarutkan
etanol, propilen glikol, minyak nabati, air dan butilen glikol. (Thedermreview,
2021).
3. Gliserin
Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna; rasa manis; hanya boleh berbau
khas lemah (tajam atau tidak enak). Higroskopik; larutan netral terhadap lakmus
Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol; tidak larut dalam kloroform,
dalam eter, dalam minyak lemak, dan dalam minyak menguap (Ditjen POM,
2020).
gliserin yang digunakan sebagai humektan dalam sediaan yaitu ≤ 30% (Rowe,
dkk., 2009).
4. Karbomer
karakteristik berbau lemah (Ditjen POM, 1995). Mengembang dalam air dan
tidak dapat melarut, melainkan mengembang sampai tingkat tertentu, karena pada
19
dasarnya karbomer merupakan microgel yang bertaut silang secara tiga dimensi
Karbomer adalah bahan sintesa dengan bobot molekul besar dari asam
akrilat mata rantai silang dengan alil sukrosa atau alil eter pentaeritritol. Karbomer
dalam air akan membentuk dispersi koloid asam yang ketika dinetralkan akan
golongan amina organik seperti trietanolamin. Gel akan lebih kental jika berada
bawah 3 atau lebih besar dari 12. Konsentrasi karbomer yang biasa digunakan
5. Metil Paraben
Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur putih tidak berbau atau
berbau khas lemah; mempunyai sedikit rasa terbakar (Ditjen POM, 1995). Sukar
larut dalam air, dalam benzena dan dalam karbon tetraklorida; mudah larut dalam
etanol dan dalam eter. Metil paraben digunakan sebagai zat pengawet.
Konsentrasi yang digunakan yaitu 0,02-0,3% untuk sediaan topikal (Rowe, dkk.,
2009).
6. Natrium Metabisulfit
hingga putih kekuningan berbau belerang dioksida dan memiliki rasa asin (Rowe,
20
dkk., 2009). Mudah larut dalam air dan dalam gliserin; sukar larut dalam etanol
7. Propanediol
Cairan bening tidak berwarna dan tidak berbau. Larut dalam air, alkohol,
eter, dan formamida. Sangat mudah larut dalam benzena dan kloroform (Sullivan,
dkk., 2018).
fisikokimia yang sama dengan propilen glikol. Penggunaannya dalam sediaan skin
care adalah sebagai peningkat absorpsi transdermal bahan aktif, memberi efek
sebagai bahan baku yang alami ketimbang propilen glikol yang didapatkan dari
petroleum yang merupakan iritan terhadap mata dan kulit (Guertin, 2018).
8. Trietanolamin (TEA)
Cairan kental tidak berwarna hingga kuning pucat, bau lemah mirip
amoniak, dan bersifat higroskopis. Mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%),
21
Trietanolamin banyak digunakan dalam formulasi sediaan topikal farmasi,
mendukung diagnosis dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas,
melainkan juga mampu memperlihatkan sisi-sisi kulit yang lebih dalam dari
dengan menggunakan skin analyzer, yaitu: Moisture (Kadar air), Sebum (Kadar
menampilkan hasil dalam bentuk angka dan angka yang didapatkan akan secara
langsung disesuaikan dengan parameter yang telah diatur sedemikian rupa pada
22
BAB III
METODE PENELITIAN
meliputi pembuatan sediaan serum yang mengandung ekstrak etanol kulit kayu
manis, uji antioksidan sediaan, evaluasi terhadap mutu fisik serum seperti uji
homogenitas, uji stabilitas, uji pH, uji viskositas, uji iritasi dan uji efektivitas
3.1 Alat
lumpang dan alu, objek gelas, pH meter (Hanna Instrument), penangas air, pipet
tetes, pinset, pot plastik, serbet, skin analyzer dan moisture checker (Aramo-SG),
spatula, sudip, timbangan analitik (Boeco), tissue (Nice) dan viskositas NDJ-8S.
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah aqua demineral, aqua
destilata, asam asetat anhidrat, asam askorbat pro analisis, asam klorida, asam
kloroform, kulit kayu manis, larutan dapar pH asam (4,01), larutan dapar pH
netral (7,01), metanol pro analisis, metil paraben, n-heksan, natrium hidroksida,
natrium metabisulfit, natrium sulfat anhidida, pereaksi besi (III) klorida, pereaksi
23
Dragendorff, pereaksi Liebermann-Burchard, pereaksi Meyer, pereaksi Molish,
3.3 Sukarelawan
untuk mengurangi efek penuaan dini berjumlah 15 orang dengan kriteria yaitu:
Sebanyak 16,67 mL asam klorida pekat dilarutkan dalam air suling hingga
Sebanyak 5,4 mL asam sulfat pekat kemudian diencerkan dengan air suling
air suling, ditambahkan iodium sebanyak 2 g dan dicukupkan dengan air suling
24
3.4.4 Pereaksi Dragendorff
air suling. Diamkan campuran sampai memisah sempurna. Larutan jernih diambil
dan diencerkan dengan air secukupnya hingga 100 mL (Depkes RI, 1980).
air lalu campurkan keduanya dan ditambahkan air suling hingga 100 mL (Depkes
RI, 1980).
25
3.4.10 Pereaksi DPPH
2004).
membandingkan sampel yang sama dari daerah lain. Sampel yang digunakan
adalah kulit kayu manis (Cinnamomum burmanni) yang diperoleh dari Sidikalang
menggunakan oven, kecuali dinyatakan lain subuh pengeringan dengan oven tidak
lebih dari 60˚ (Depkes RI, 2017). Dilakukan pengeringan kulit kayu manis dalam
lemari pengering dengan suhu 40-60˚C selama 3-5 hari atau sampai kering.
blender dan ditimbang hingga diperoleh serbuk simplisia kulit kayu manis (1,056
kg).
26
3.6 Skrining Senyawa Kimia Serbuk Simplisia Kulit Kayu Manis
triterpenoid/steroid.
dan 9 mL air, panaskan di atas penangas air selama 2 menit, dinginkan dan saring.
Pindahkan 3 tetes filtrat pada spot plat, kemudian ditambahkan 2 tetes (LP)
berwarna putih atau kuning yang larut dalam metanol, dengan Bouchardat
dididihkan selama 10 menit dan disaring dalam keadaan panas, filtrat yang
HCl pekat dan 2 mL amil alkohol, dikocok, dan dibiarkan memisah. Flavonoida
positif jika terjadi warna merah, kuning, jingga pada lapisan amil alkohol
(Farnsworth, 1996).
selama 10 detik, timbul busa yang mantap tidak kurang dari 10 menit setinggi 1-
27
10 cm. Ditambahkan 1 tetes larutan asam klorida 2 N, bila buih tidak hilang maka
lalu filtrat diencerkan dengan air suling sampai tidak berwarna. Diambil 2 mL
larutan lalu ditambahkan 1 sampai 2 tetes pereaksi besi (III) klorida. Terjadi
warna biru atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin (Depkes RI, 1995).
mL air dan 25 mL timbal (II) asetat 0,4 M, lalu dikocok selama 5 menit dan
(3:2) dilakukan sebanyak 3 kali. Pada kumpulan sari tambahkan natrium sulfat
anhidrat P, saring dan uapkan pada suhu tidak lebih dari 500C. Larutkan sisa
air, larutkan sisa dalam 5 mL asam asetat anhidrat P. Tambahkan 10 tetes asam
sulfat P, terjadi warna biru atau hijau, menunjukkan adanya glikosida (reaksi
reaksi, uapkan di atas penangas air. Pada sisi tambahkan 2 mL air dan 5 tetes
ungu pada batas cairan, menunjukkan adanya ikatan gula (Depkes RI, 1995).
28
3.6.6 Pemeriksaan triterpenoid/steroid
lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa ditambahkan 2
tetes asam asetat anhidrida dan 1 tetes asam sulfat pekat. Terbentuk warna biru
atau hijau menunjukkan adanya steroida dan terbentuk warna merah, pink atau
manis. Serbuk simplisia ditaburkan di atas kaca objek yang telah ditetesi dengan
larutan kloralhidrat dan ditutup dengan kaca penutup, kemudian diamati di bawah
mikroskop.
1. Penjenuhan Toluen
30 menit dan volume air pada tabung penerima dibaca dengan ketelitian
ke dalam labu alas bulat berisi toluen, dipanaskan selama 15 menit, setelah
29
toluen mendidih kecepatan tetesan diatur lebih kurang 2 tetes per detik
dibiarkan dingin sampai suhu kamar. Setelah air dan toluen memisah
sempurna, volume air dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat
dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen (Depkes RI,
1995).
air-kloroform (2,5 mL kloroform dalam air suling sampai 1 liter) dalam labu
kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah ditara dan sisa
dipanakan pada suhu 105oC sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang
larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1995).
etanol 96% dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam pertama,
penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanakan pada
suhu 105oC sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam etanol
96% dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1995).
30
3.7.5 Penetapan kadar abu total
dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian
diratakan. Krus dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, pijaran dilakukan pada
suhu 600oC selama 3 jam kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh
bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan dikeringkan (Depkes RI, 1995).
asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam
dan timbang sampai bobot tetap. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung
simplisia dengan derajat halus yang cocok ke dalam sebuah bejana, tuang dengan
75 bagian cairan penyari, tutup rapat, dibiarkan selama 5 hari terlindungi dari
cahaya sambil sering diaduk. Serkai, peras, cuci ampas dengan cairan penyari
biarkan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari. Enap tuangkan atau
saring (Ditjen POM, 1979). Maserat lalu diuapkan dengan rotary evaporator pada
31
3.9 Skrining Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis
triterpenoid/steroid.
air, panaskan di atas penangas air selama 2 menit, dinginkan dan saring.
Pindahkan 3 tetes filtrat pada spot plat, kemudian ditambahkan 2 tetes (LP)
berwarna putih atau kuning yang larut dalam metanol, dengan Bouchardat
dididihkan selama 10 menit dan disaring dalam keadaan panas, filtrat yang
HCl pekat dan 2 mL amil alkohol, dikocok, dan dibiarkan memisah. Flavonoida
positif jika terjadi warna merah, kuning, jingga pada lapisan amil alkohol
(Farnsworth, 1996).
detik, timbul busa yang mantap tidak kurang dari 10 menit setinggi 1-10 cm.
32
Ditambahkan 1 tetes larutan asam klorida 2 N, bila buih tidak hilang maka hasil
Sebanyak 0,5 g ekstrak disari dengan 10 mL air suling, disaring lalu filtrat
diencerkan dengan air suling sampai tidak berwarna. Diambil 2 mL larutan lalu
ditambahkan 1 sampai 2 tetes pereaksi besi (III) klorida. Terjadi warna biru atau
mL air dan 25 mL timbal (II) asetat 0,4 M, lalu dikocok selama 5 menit dan
(3:2) dilakukan sebanyak 3 kali. Pada kumpulan sari tambahkan natrium sulfat
anhidrat P, saring dan uapkan pada suhu tidak lebih dari 500C. Larutkan sisa
air, larutkan sisa dalam 5 mL asam asetat anhidrat P. Tambahkan 10 tetes asam
sulfat P, terjadi warna biru atau hijau, menunjukkan adanya glikosida (reaksi
reaksi, uapkan di atas penangas air. Pada sisi tambahkan 2 mL air dan 5 tetes
ungu pada batas cairan, menunjukkan adanya ikatan gula (Depkes RI, 1995).
33
3.9.6 Pemeriksaan triterpenoid/steroid
disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa ditambahkan 2 tetes
asam asetat anhidrida dan 1 tetes asam sulfat pekat. Terbentuk warna biru atau
hijau menunjukkan adanya steroida dan terbentuk warna merah, pink atau ungu
1. Penjenuhan Toluen
30 menit dan volume air pada tabung penerima dibaca dengan ketelitian
labu alas bulat berisi toluen, dipanaskan selama 15 menit, setelah toluen
mendidih kecepatan tetesan diatur lebih kurang 2 tetes per detik sampai
dingin sampai suhu kamar. Setelah air dan toluen memisah sempurna,
34
volume air dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan
yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen (Depkes RI, 1995).
porselen yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus porselen bersama
diperoleh bobot yang tetap, kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah
Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu total didihkan dengan 25
mL asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut asam
dikumpulkan, disaring dengan kertas saring, lalu cuci dengan air panas. Residu
dan kertas saring dipijarkan sampai diperoleh bobot yang tetap, didinginkan dan
ditimbang beratnya. Kadar abu yang tidak larut asam dihitung terhadap bahan
DPPH dalam larutan metanol (sehingga terjadi perubahan warna DPPH dari ungu
menjadi kuning) dengan nilai IC50 (konsentrasi sampel uji yang memerangkap
35
3.11.2 Pembuatan larutan blanko
panjang gelombang 515,4 nm sampai menit ke-60 dan diamati waktu larutan
g/mL).
36
3.11.6 Pembuatan larutan uji
Larutan induk dipipet sebanyak 0,025 mL, 0,075 mL, 0,125 mL, dan 0,175
larutan uji 1 g/mL, 3 g/mL, 5 g/mL, 7 g/mL, dan 9 g/mL . Lalu ke dalam
Larutan induk dipipet sebanyak 0,05 mL, 0,1 mL, 0,15 mL, 0,2 mL, dan
yang diperoleh.
37
UV-Vis sehingga dengan demikian akan diketahui nilai aktivitas peredaman
radikal bebas yang dinyatakan dengan nilai IC50 (Inhibitory Concentration), yaitu
Nilai aktivitas peredaman radikal bebas yang dinyatakan dengan nilai IC50
yang dapat meredam radikal bebas sebanyak 50%. Semakin kecil nilai IC 50 maka
aktivitas peredaman radikal bebas semakin tinggi. Prinsip kerja dari pengukuran
ini adalah adanya radikal bebas stabil yaitu DPPH yang dicampurkan dengan
sehingga radikal bebas dapat diredam. Koefisien y pada persamaan ini adalah
sebagai IC50, sedangkan koefisien x adalah konsentrasi dari ekstrak yang akan
dicari nilainya, dimana nilai dari x yang didapat merupakan besarnya konsentrasi
yang diperlukan untuk dapat meredam 50% aktivitas radikal DPPH (Al Ridho,
dkk., 2013).
yaitu:
38
Formula Dasar (Septiyanti, 2019):
senyawa turunan fenolik seperti tanin, flavonoid, dan sinamaldehid yang memiliki
39
3.12.3 Formula sediaan serum anti-aging ekstrak etanol kulit kayu manis
yang digunakan pada sediaan serum anti-aging adalah konsentrasi 0,3% (F1),
konsentrasi 0,5% (F2), konsentrasi 0,7% (F3). Formula sediaan serum anti-aging
yang tidak mengandung ekstrak etanol kulit kayu manis (Cinnamomum burmanni)
digunakan sebagai blanko. Formula sediaan serum anti-aging dapat dilihat pada
Tabel 3.1
Tabel 3.1 Formula Sediaan Serum Anti-Aging Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis
Konsentrasi
NO Komponen
F0 F1 F2 F3
1 Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis 0% 0,3% 0,5% 0,7%
2 Carbomer 0,5% 0,5% 0,5% 0,5%
3 Gliserin 5% 5% 5% 5%
4 Propanediol 5% 5% 5% 5%
5 Natrium Metabisulfit 0,2% 0,2% 0,2% 0,2%
6 Metil Paraben 0,2% 0,2% 0,2% 0,2%
7 Ethoxydiglycol 1% 1% 1% 1%
8 TEA 0,2% 0,2% 0,2% 0,2%
9 Aqua demineral ad 100 100 100 100
Keterangan: F0: Serum anti-aging tanpa Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis
F1: Serum anti-aging Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis 0,3%
F2: Serum anti-aging Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis 0,5%
F3: Serum anti-aging Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis 0,7%
manis dan bahan tambahan lainnya mengikuti formula yang telah dicantumkan.
Dilarutkan Carbomer dalam air panas (50oC) kemudian ditambahkan TEA dan
diaduk konstan sambil dijaga suhu hingga terbentuk massa gel (massa I).
Dilarutkan nipagin dengan aqua demineral panas (massa II). Dilarutkan Natrium
Metabisulfit dengan aqua demineral dingin (Massa III). Massa II dan massa III
40
IV). Dimasukkan ethoxydiglycol dan gliserin ke dalam massa IV sedikit demi
sedikit sambil terus diaduk hingga homogen (massa V). Dilarutkan ekstrak etanol
kulit kayu manis (Cinnamomum burmanni) sesuai dengan variasi yang telah
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan
homogeny dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Depkes RI, 1979).
7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH
tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan
tisu. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan
dilarutkan dalam air suling ad 100 ml, kemudian elektroda dicelupkan dalam
Sediaan serum dimasukan ke dalam gelas beker, lalu spindle diturunkan hingga
tercelup ke dalam cairan sampai batas yang tertera, kemudian diatur kecepatan
41
spindle dan Viskometer NDJ-8S dijalankan, kemudian viskositas dari serum akan
terbaca.
pada suhu kamar dan diukur parameter-parameter kestabilan seperti bau, warna
kayu manis
pemberat diatasnya hingga bobot mencapai 125 gram dan diukur diameternya
mengetahui bahwa serum yang dibuat dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau
tidak. Iritasi dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu iritasi primer yang akan segera
timbul sesaat setelah terjadi pelekatan atau penyentuhan pada kulit dan iritasi
sekunder yang reaksinya baru timbul beberapa jam setelah penyentuhan dan
tempel preventif (patch test), yaitu dengan memakai kosmetik tersebut ditempat
lain, misalnya dibagian lengan bawah atau dibelakang daun telinga. Setelah
42
dibiarkan 24 jam tidak terjadi reaksi kulit yang diinginkan, maka kosmetik dapat
1. Moisture (kelembapan)
Caranya dengan menekan tombol power dan diletakkan pada permukaan kulit.
Angka yang ditampilkan pada alat merupakan persentase kadar air dalam kulit
yang diukur.
2. Evenness (kehalusan)
pada lensa perbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor biru (normal). Kamera
diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol
capture untuk memfoto dan secara otomatis menampilkan hasil berupa angka dan
43
3. Pore (pori)
Pengukuran perbesaran pori pada kulit secara otomatis akan muncul pada
saat melakukan pengukuran pada kehalusan kulit. Gambar yang terlah terfoto
pada pengukuran kehalusan kulit juga akan muncul pada kotak bagian pori kulit.
4. Spot (noda)
permukan kulit yang akan diukur, kemudian tekan tombol capture untuk memfoto
dan secara otomatis menampilkan hasil berupa angka dan banyaknya noda pada
layar komputer.
5. Wrinkle (keriput)
perbesaran 10x dan menggunakan lampu sensor biru (normal). Kamera diletakkan
pada permukaan kulit yang diukur kemudian tekan tombol capture untuk
memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan kondisi kulit yang didapat
menggunakan uji parametrik One Way ANOVA untuk mengetahui efektivitas anti-
aging pada perubahan kondisi kulit setiap minggu selama empat minggu
perawatan. Jika terdapat nilai signifikansi p < 0,05, data selanjutnya dianalisis
dengan uji post-hoc Duncan Test untuk melihat perbedaan antara formula.
44
BAB IV
burmanni (C. Ness & T. Ness) C. Ness ex Blume dari suku Lauraceae. Hasil
4.2 Hasil Skrining Senyawa Kimia Simplisia dan Ekstrak Etanol Kulit Kayu
Manis
Hasil skrining senyawa kimia simplisia dan ekstrak etanol kulit kayu manis
Tabel 4.1 Hasil Skrining Senyawa Kimia Simplisia dan Ekstrak Etanol
Kulit Kayu Manis
Hasil
No. Golongan
Simplisia Ekstrak
Mayer + +
1. Alkaloid Bouchardat + +
Dragendrof + +
2. Flavonoid + +
3. Saponin + +
4. Tanin + +
5. Triterpenoid/Steroid + +
6. Glikosida + +
Keterangan: (+) Positif : Mengandung golongan senyawa
(-) Negatif : Tidak mengandung golongan senyawa
etanol kulit kayu manis dikatakan positif apabila pada penambahan larutan
45
pereaksi Mayer akan membentuk endapan putih, penambahan larutan Dragendroff
Bouchardart membentuk endapan coklat. Apabila dua dari tiga percobaan di atas
terdapat endapan atau kekeruhan maka alkaloid disebut positif (Depkes RI, 1995).
etanol kulit kayu manis memberikan hasil positif. Flavonoid dikatakan positif
apabila terbentuk warna merah, kuning, jingga pada lapisan amil alkohol
(Farnsworth, 1966).
ekstrak etanol kulit kayu manis menunjukkan hasil positif, di mana simplisia dan
ekstrak etanol kulit kayu manis akan membentuk buih yang stabil selama tidak
kurang dari 10 menit setinggi 1-10 cm jika dikocok menggunakan air panas, dan
jika dilakukan penambahan HCl 2 N buih tersebut tidak hilang (Depkes RI, 1995).
etanol kulit kayu manis menunjukkan hasil positif. Glikosida dikatakan positif
apabila menghasilkan cincin ungu pada sari air dan menghasilkan warna
ekstrak etanol kulit kayu manis menunjukkan hasil positif senyawa triterpenoid,
dimana simplisia dan ekstrak etanol kulit kayu manis dimaserasi dengan
asetat anhidrida dan 1 tetes asam sulfat pekat pada sisa filtrat (pereaksi
46
triterpenoid kemudian apabila terjadi warna hijau atau biru menunjukkan positif
Hasil pengujian skrining senyawa tanin pada pada simplisia dan ekstrak
etanol kulit kayu manis menunjukkan hasil positif, dimana simplisia dan ekstrak
etanol kulit kayu manis disari dengan menggunakan air suling dan diencerkan
filtratnya hingga tidak berwarna. Filtrat hasil direaksikan dengan pereaksi besi
(III) klorida, bila didapatkan warna biru atau hijau maka menunjukkan positif
tanin (Depkes RI, 1995). Tanin galat akan membentuk warna biru kehitaman
2010). Sehingga jenis tanin yang terdapat dalam simplisia dan ekstrak etanol kulit
Hasil pengujian makroskopis simplisia kulit kayu manis yaitu berupa kulit
batang menggulung dan tebal berwarna cokelat kemerahan, bau aromatik khas
kayu manis, rasa sedikit manis agak pedas. Gambar simplisia kulit kayu manis
Hasil pengujian karakterisasi simplisia kulit kayu manis dapat dilihat pada
47
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Karakterisasi Simplisia Kulit Kayu Manis
Persyaratan (BSN, 1995)
No. Pemeriksaan Hasil
dan (Depkes RI, 2017)
1. Penetapan Kadar Air 8,58% ≤ 12%
2. Penetapan Kadar Sari Larut Air 19,62% > 4%
3. Penetapan Kadar Sari Larut Etanol 28,95% > 16%
4. Penetapan Kadar Abu Total 7,06% ≤ 10,5%
Penetapan Kadar Abu Tak Larut
5. 0,267% ≤ 0,3%
Asam
manis yang didapat yaitu sebesar 8,58%. Monografi kadar air simplisia kulit kayu
menetapkan kadar air bubuk kayu manis maksimal sebesar 12%. Sehingga hasil
Penetapan kadar sari dilakukan dengan pelarut air dan etanol, hasil
pengujian karakterisasi penetapan kadar sari larut air simplisia kulit kayu manis
yang didapat yaitu sebesar 19,62%. Berdasarkan monografi yang tertera pada
Farmakope Herbal Indonesia Edisi II (2017) ditetapkan kadar sari larut air
simplisia kulit kayu manis tidak kurang dari 4,0%. Sementara, hasil pengujian
karakterisasi penetapan kadar sari larut etanol simplisia kulit kayu manis
Herbal Indonesia Edisi II (2017) ditetapkan kadar sari larut air simplisia kulit
kayu manis tidak kurang dari 16,0%. Hasil pengujian memenuhi persyaratan
monografi. Penetapan kadar senyawa terlarut dalam pelarut air dan etanol ini
48
bersifat polar (larut dalam air) dan bersifat polar – non polar (larut dalam etanol)
Hasil pengujian karakterisasi penetapan kadar abu total dan kadar abu tak
larut asam simplisia kulit kayu manis yang didapat yaitu sebesar 7,06% untuk
kadar abu total dan 0,267% untuk kadar abu tak larut asam. Persyaratan kadar
yang tertera dalam Farmakope Herbal Indonesia Edisi II (2017) menetapkan kadar
abu total simplisia kulit kayu tidak lebih dari 10,5% dan kadar abu tak larut asam
Sebanyak 1150 g (1,15 kg) kulit kayu manis basah dikeringkan dan
dihaluskan menjadi simplisia dengan berat hasil pengeringan 1056 g (1,056 kg).
Hasil ekstraksi menggunakan metode maserasi dari 1056 g simplisia kulit kayu
rotary evaporator dengan suhu 50oC dan diuapkan di penangas air sampai
persyaratan di mana ekstrak etanol kulit kayu manis memiliki rendemen tidak
kurang dari 25,4% (Depkes RI, 2017). Hasil ekstrak etanol kulit kayu manis dapat
dilihat di Lampiran 8.
49
4.5 Hasil Karakterisasi Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis
Hasil pengujian karakterisasi ekstrak etanol kulit kayu manis dapat dilihat
pada Lampiran 10 dan Tabel 4.3. Dan perhitungan dapat dilihat pada Lampiran
9.
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Karakterisasi Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis
No. Pemeriksaan Hasil Persyaratan (Depkes RI, 2017)
1. Penetapan Kadar Air 12,23% ≤ 16%
2. Penetapan Kadar Abu Total 0,23% ≤ 0,3%
Penetapan Kadar Abu Tak
3. 0,08% ≤ 0,1%
Larut Asam
Hasil pengujian karakterisasi penetapan kadar air ekstrak etanol kulit kayu
manis yang didapat yaitu sebesar 12,23%. Hasil ini memenuhi persyaratan
monografi kadar air yang dinyatakan Farmakope Herbal Indonesia Edisi II (2017)
yang menetapkan batas kadar air dari ekstrak etanol kulit kayu manis tidak
melebihi 16,0%. Penentuan kadar air juga terkait dengan kemurnian ekstrak.
Kadar air yang terlalu tinggi dapat menjadi penyebab tumbuhnya mikroba yang
Hasil pengujian karakterisasi penetapan kadar abu total dan kadar abu tak
larut asam simplisia kulit kayu manis yang didapat yaitu sebesar 0,23% untuk
kadar abu total dan 0,08% untuk kadar abu tak larut asam. Persyaratan kadar yang
tertera dalam Farmakope Herbal Indonesia Edisi II (2017) menetapkan kadar abu
total ekstrak etanol kulit kayu manis tidak lebih dari 0,3% dan kadar abu tak larut
asam tidak lebih dari 0,1%. Sehingga hasil memenuhi persyaratan monografi.
internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak
(Depkes RI., 2000). Semakin tinggi kadar abu yang didapat maka semakin tinggi
kandungan mineral yang terdapat di sampel (Utami, dkk., 2017). Kadar abu tak
50
larut asam memberikan gambaran adanya kontaminasi mineral atau logam yang
4.6 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis
Metode DPPH
teoritis DPPH teoritis yang berkisar antara 515-525 nm. Pada panjang gelombang
tersebut larutan DPPH dapat memberi nilai absorbansi yang tinggi dan stabil
paling tepat larutan uji dalam meredam radikal bebas DPPH (Rastuti dan Purwati,
2012). Waktu kerja bertujuan untuk mengetahui waktu pengukuran stabil yang
absorbansi larutan (Gandjar dan Rohman, 2007). Hasil pengukuran waktu kerja
larutan DPPH sudah mulai stabil pada menit ke-15 sampai menit ke-18, dikutip
dari beberapa penelitian waktu yang digunakan yaitu berkisar dari 1 sampai 240
51
menit (Marinova dan Batchvarov, 2011). Tabel penentuan waktu kerja (operating
4.6.3 Hasil analisis aktivitas antioksidan ekstrak etanol kulit kayu manis
larutan uji sampel. Nilai serapan larutan DPPH sebelum dan sesudah penambahan
larutan uji dihitung dalam persen peredaman (%). Perhitungan analisis peredaman
radikal bebas vitamin C dan ekstrak etanol kulit kayu manis dapat dilihat pada
pemerangkapan radikal bebas DPPH (%) oleh ekstrak etanol kulit kayu manis dan
vitamin C.
Gambar 4.1 Grafik % Aktivitas Peredaman radikal bebas DPPH Oleh Ekstrak
Etanol Kulit Kayu Manis
Gambar 4.2 Grafik % Aktivitas Peredaman radikal bebas DPPH Oleh Vitamin C
52
Prinsip kerja dari metode DPPH yaitu interaksi senyawa antioksidan dalam
sampel dengan DPPH. Perpindahan elektron atau radikal hidrogen akan terjadi
pada DPPH dan menetralkan radikal bebas dari DPPH tersebut (Sari, dkk., 2020).
Larutan ungu DPPH bertemu dengan bahan pendonor elektron maka DPPH akan
tereduksi, menyebabkan warna ungu memudar dan berubah menjadi warna kuning
DPPH akan semakin meningkat dan nilai absorbansi DPPH akan menurun
dikarenakan semakin banyak DPPH yang berpasangan dengan atom hidrogen dari
ekstrak etanol kulit kayu manis dan vitamin C untuk meredam radikal bebas
DPPH atau nilai IC50. Besarnya aktivitas penangkapan radikal DPPH dinyatakan
Nilai IC50 untuk ekstrak etanol kulit kayu manis dan vitamin C ditentukan
sumbu horizontal (X) dan persen peredaman sampel uji sebagai sumbu vertikal
(Y). Perhitungan regresi dan nilai IC50 dapat dilihat pada Lampiran 18 dan
Tabel 4.4 Nilai IC50 Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis dan Vitamin C
Sampel Persamaan Regresi Nilai IC50
Ekstrak Etanol Kulit Kayu
Y = 6,7438X +7,6406 6,2812 ppm
Manis
Vitamin C Y = 11,0177X – 2,2757 4,7447 ppm
53
Tabel 4.5 Kategori Nilai IC50 Sebagai Antioksidan
No. Kategori Konsentrasi (ppm)
1. Sangat Kuat < 50
2. Kuat 50 – 100
3. Sedang 101 – 500
4. Lemah > 150
ekstrak yang menyebabkan hilangnya 50% aktivitas DPPH (warna), sehingga nilai
Berdasarkan Tabel 4.4, nilai IC50 dari ekstrak etanol kulit kayu manis
menunjukkan nilai IC50 sebesar 6,2812 ppm dan nilai IC50 Vitamin C sebesar
4,7447 ppm yang berarti ekstrak etanol kulit kayu manis dan vitamin C memiliki
aktivitas antioksidan yang sangat kuat (nilai IC50 < 50) menurut tabel yang dikutip
sampel. Penurunan nilai absorbansi terjadi karena larutan ekstrak etanol kulit kayu
atom dengan elektron yang tidak berpasangan menjadi berpasangan dan tidak lagi
menjadi radikal. Reaksi ini ditandai dengan larutan yang berubah dari ungu tua
bahan dari formula standar Mardhiani (2018). Formula yang dimodifikasi yaitu
54
penurunan konsentrasi carbomer menjadi 0,5% dikarenakan konsentrasi carbomer
1,5% pada formula standar masih menghasilkan konsistensi sediaan gel semi stiff
sementara konsistensi yang diharapkan yaitu sediaan gel semi liquid. Modifikasi
konsentrasi TEA menjadi 0,2% dilakukan karena pada konsentrasi 0,3% seperti
humektan 20% (gliserin 10% dan propanediol 10%) dihasilkan sediaan yang
lengket dan tidak nyaman pada saat pemakaian. Penggunaan humektan yang
dengan humektan dan membentuk ikatan hidrogen, bahkan kulit akan kehilangan
humektan yang terlalu rendah dikhawatirkan tidak dapat menjaga kandungan air
dengan baik (Aulton dan Taylor, 2007). Oleh karena itu penggunaan humektan
dalam formula standar sehingga dipilih penggantian bahan pengawet yang umum
metabisulfit 0,2% dilakukan karena pada orientasi sediaan serum terjadi proses
55
oksidasi yang ditandai dengan perubahan warna sediaan sehingga diperlukan
konsentrasi 0,3%; 0,5%; dan 0,7%. Konsentrasi didapat melalui hasil orientasi dan
Sediaan berwarna merah muda dengan aroma aromatik khas kulit kayu manis.
Gambar sediaan serum ekstrak etanol kulit kayu manis dalam kemasan dapat
4.8 Hasil Evaluasi Sediaan Serum Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis
4.8.1 Hasil pengujian homogenitas serum ekstrak etanol kulit kayu manis
Hasil pengujian homogenitas sediaan serum pada blanko (F0), dan sediaan
serum yang masing-masing telah ditambah ekstrak etanol kulit kayu manis
konsentrasi 0,3% (F1); 0,5% (F2); 0,7% (F3) menunjukkan distribusi sediaan
Gambar 4.3 Hasil uji homogenitas sediaan serum Ekstrak Etanol Kulit Kayu
Manis
Keterangan:
F0 : Formula serum blanko (tanpa ekstrak etanol kulit kayu manis)
F1 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis konsentrasi 0,3%
F2 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis konsentrasi 0,5%
F3 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis konsentrasi 0,7%
56
Pengujian homogenitas dilakukan dengan mengambil sejumlah sediaan
dan kemudian dioleskan pada permukaan kaca atau bahan transparan lain yang
sesuai. sediaan harus menunjukkan distribusi yang homogen dan tidak terlihat
4.8.2 Hasil pengujian stabilitas serum ekstrak etanol kulit kayu manis
Evaluasi mutu sediaan serum ekstrak etanol kulit kayu manis dilakukan
sediaan serum disimpan pada suhu kamar dan diamati perubahan bentuk. warna.
dan bau.
Hasil pengamatan stabilitas sediaan serum blanko (F0) dan sediaan serum
dengan ekstrak etanol kulit kayu manis konsentrasi 0,3% (F1); 0,5% (F2) dan
0,5% (F3) menunjukkan hasil yang stabil selama penyimpanan 12 minggu pada
suhu kamar di mana. tidak didapati perubahan bentuk. warna. dan bau. Pada setiap
yang ditandai dengan perubahan warna sediaan. Hasil pengujian stabilitas dari tiap
Gambar 4.4 Sediaan serum ekstrak etanol kulit kayu manis minggu ke-0
57
Gambar 4.5 Sediaan serum ekstrak etanol kulit kayu manis setelah 12 minggu
penyimpanan
Keterangan:
F0 : Formula serum blanko (tanpa ekstrak etanol kulit kayu manis)
F1 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis konsentrasi 0,3%
F2 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis konsentrasi 0,5%
F3 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis konsentrasi 0,7%
Tabel 4.6 Hasil pengamatan uji stabilitas serum ekstrak etanol kulit kayu manis
selama 12 minggu
Pengamatan Formula
(Minggu) F0 F1 F2 F3
X Y Z X Y Z X Y Z X Y Z
0 - - - - - - - - - - - -
2 - - - - - - - - - - - -
4 - - - - - - - - - - - -
6 - - - - - - - - - - - -
8 - - - - - - - - - - - -
10 - - - - - - - - - - - -
12 - - - - - - - - - - - -
Keterangan:
F0 : Formula serum blanko (tanpa ekstrak etanol kulit kayu manis)
F1 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis konsentrasi 0,3%
F2 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis konsentrasi 0,5%
F3 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis konsentrasi 0,7%
- : Tidak terjadi perubahan
+ : Terjadi perubahan
X : Perubahan warna
Y : Perubahan bau
Z : Perubahan bentuk (konsistensi)
4.8.3 Hasil pengukuran pH sediaan serum ekstrak etanol kulit kayu manis
pH meter digital. Rentang pH sediaan sebaiknya tidak terlalu asam karena dapat
menyebabkan iritasi kulit dan tidak terlalu basa karena dapat membuat kulit
58
(Tranggono dan Latifah, 2007). Hasil pengukuran pH dapat dilihat pada Tabel
4.7.
Tabel 4.7 Hasil pengamatan pH (rerata ± SD) serum ekstrak etanol kulit kayu
manis selama 12 minggu
Pengamatan Formula
(Minggu) F0 F1 F2 F3
0 6,30 ± 0,00 6,00 ± 0,10 5,93 ± 0,06 5,73 ± 0,06
2 6,27 ± 0,06 6,00 ± 0,10 5,90 ± 0,10 5,70 ± 0,00
4 6,27 ± 0,06 5,97 ± 0,06 5,87 ± 0,06 5,70 ± 0,00
6 6,27 ± 0,06 5,97 ± 0,06 5,87 ± 0,06 5,67 ± 0,06
8 6,23 ± 0,06 5,93 ± 0,06 5,87 ± 0,15 5,67 ± 0,06
10 6,20 ± 0,10 5,93 ± 0,06 5,83 ± 0,15 5,67 ± 0,06
12 6,17 ± 0,06 5,87 ± 0,06 5,83 ± 0,06 5,60 ± 0,10
Keterangan:
F0 : Formula blanko (tanpa ekstrak etanol kulit kayu manis)
F1 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis Konsentrasi 0,3%
F2 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis Konsentrasi 0,5%
F3 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis Konsentrasi 0,7%
6,4
6,3
6,2
6,1
6
pH
5,9 F0
F1
5,8 F2
5,7 F3
5,6
5,5
0 2 4 6 8 10 12
Minggu
Gambar 4.6 Grafik lama penyimpanan terhadap pH serum ekstrak etanol kulit
kayu manis selama uji stabilitas 12 minggu pada suhu kamar
etanol kulit kayu manis yang bersifat asam 4,0-6,5 (Nurmalasari, dkk., 2018).
Pada Tabel 4.7 sediaan serum ekstrak etanol kulit kayu manis mengalami
59
penurunan pH setelah penyimpanan selama 12 minggu. Penurunan pH yang
terjadi dapat disebabkan karena terdapat kontaminasi ion positif dari bahan yang
lain stabilitas bahan aktif, inetraksi antara bahan aktif dengan bahan tambahan ,
proses pembuatan bentuk sediaan, cara pengemasan dan kondisi lingkungan yang
dan udara (khususnya oksigen, karbon dioksida dan uap air) juga mempengaruhi
stabilitas (Troy dan Beringer, 2006). Penurunan yang terjadi masih berada dalam
4.8.4 Hasil pengukuran viskositas sediaan serum ekstrak etanol kulit kayu
manis
60
Tabel 4.8 Hasil pengukuran viskositas (rerata ± SD) serum ekstrak etanol kulit
kayu manis (mPa.s) selama 12 minggu
Pengamatan Formula
(Minggu) F0 F1 F2 F3
0 446,5 ± 2,8 450,5 ± 2,3 464,3 ± 0,00 474,2 ± 3,5
2 446,5 ± 2,8 450,5 ± 2,3 464,3 ± 0,00 474,2 ± 3,5
4 450,5 ± 9,5 464,3 ± 2,8 474,2 ± 2,3 488,5 ± 0,00
6 450,5 ± 9,5 474,2 ± 2,8 474,2 ± 2,8 488,5 ± 0,00
8 481,5 ± 9,5 490,5 ± 15,6 490,5 ± 15,6 494 ± 15,6
10 481,5 ± 9,5 490,5 ± 15,6 490,5 ± 15,6 494 ± 15,6
12 488,5 ± 0,00 488,5 ± 9,5 494 ± 9,5 499,5 ± 9,5
Keterangan:
F0 : Formula blanko (tanpa ekstrak etanol kulit kayu manis)
F1 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis Konsentrasi 0,3%
F2 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis Konsentrasi 0,5%
F3 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis Konsentrasi 0,7%
510
500
Viskositas (mPa.s)
490
480
F0
470
F1
460
F2
450
F3
440
430
0 2 4 6 8 10 12
Minggu
Gambar 4.7 Grafik rerata ± SD viskositas (mPa.s) serum ekstrak etanol kulit
kayu manis selama uji stabilitas 12 minggu pada suhu kamar
yaitu faktor mekanis seperti pencampuran atau pengadukan saat proses pembuatan
sediaan, pemilihan zat pengental, proporsi fase terdispersi, dan ukuran partikel
61
konsentrasi ekstrak yang ditambahkan ke dalam sediaan. Rentang viskositas dari
(shear force) dari proses pengadukan pada saat pembuatan sediaan. Tekanan geser
sehingga sediaan menjadi lebih kental (Martin, dkk., 1983). Selain itu,
peningkatan viskositas juga dapat terjadi karena penurunan kadar air sediaan yang
terjadi karena penguapan pada saat pengujian, semakin berkurang kandungan air
4.8.5 Hasil uji diameter daya sebar serum ekstrak etanol kulit kayu manis
Pengujian daya sebar serum ekstrak etanol kulit kayu manis dilakukan
sediaan hingga mencapai 125 g. Hasil pengukuran diameter daya sebar sediaan
62
Tabel 4.9 Hasil pengukuran diameter (rerata ± SD) daya sebar serum ekstrak
etanol kulit kayu manis (cm)
Ukuran Diameter
Formula Waktu (menit) Beban (g) Daya Sebar Sediaan (cm)
(Rerata ± SD)
1 25 7,57 ± 0,06
1 50 7,80 ± 0,10
F0 1 75 8,03 ± 0,06
1 100 8,13 ± 0,06
1 125 8,57 ± 0,12
1 25 5,70 ± 0,10
1 50 5,97 ± 0,06
F1
1 75 6,27 ± 0,12
1 100 6,57 ± 0,06
1 125 6,67 ± 0,06
1 25 5,07 ± 0,06
1 50 5,27 ± 0,06
F2 1 75 5,47 ± 0,06
1 100 5,67 ± 0,06
1 125 6,00 ± 0,10
1 25 5,03 ± 0,06
1 50 5,17 ± 0,06
F3 1 75 5,23 ± 0,06
1 100 5,50 ± 0,10
1 125 5,93 ± 0,06
Keterangan:
F0 : Formula blanko (tanpa ekstrak etanol kulit kayu manis)
F1 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis Konsentrasi 0,3%
F2 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis Konsentrasi 0,5%
F3 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis Konsentrasi 0,7%
9
8,5
Diameter Daya Sebar (cm)
8
7,5
F0
7
F1
6,5
F2
6
F3
5,5
5
25 50 75 100 125
Beban (gram)
Gambar 4.8 Grafik rerata ± SD diameter daya sebar (cm) serum ekstrak etanol
kulit kayu manis
63
Hasil menunjukkan Formula 0 memiliki rentang daya sebar dengan
diameter 7,57-8,57 cm, Formula 1 sebesar 5,7-6,67 cm, Formula 2 sebesar 5,07-
peningkatan daya sebar setelah ditambahkan beban kelipatan 25 gram di atas kaca
pemakaiannya. Suatu sediaan yang baik dan lebih disukai bila dapat menyebar
suatu sediaan, makin kental konsistensinya, maka makin kecil daya sebar yang
dihasilkan. Daya sebar semisolid dibagi menjadi 2, yaitu semistiff dan semifluid.
syarat daya sebar yang ditetapkan adalah 3-5 cm dan untuk semifluid adalah 5-7
cm (Garg, dkk., 2002). Berdasarkan hasil uji daya sebar sediaan serum termasuk
dengan ekstrak etanol kulit kayu manis konsentrasi 0,7% (F3) dapat dilihat pada
64
Tabel 4.10 Hasil Uji Iritasi Sediaan Serum F3 (0,7%) Terhadap Sukarelawan
Parameter
Sukarelawan
Gatal-gatal Udem Eritema
1 - - -
2 - - -
3 - - -
4 - - -
5 - - -
6 - - -
7 - - -
8 - - -
9 - - -
10 - - -
11 - - -
12 - - -
Keterangan:
- : Tidak terjadi reaksi
+ : Terjadi reaksi
Hasil uji iritasi terhadap sukarelawan yang dilakukan pada sediaan serum
dengan konsentrasi ekstrak etanol kulit kayu manis 0,7% (F3) menunjukkan hasil
belakangan telinga relawan yang kemudian dilihat parameter uji iritasi yaitu
pada kulit (Mulyawan dan Suriana, 2013). Berdasarkan hasil pengujian dengan
konsentrasi tertinggi dapat disimpulkan bahwa blanko sediaan serum (F0) dan
sediaan serum ekstrak etanol kulit kayu manis dengan konsentrasi 0,3% (F1) dan
0,5% (F2); dan 0,5 (F2) tidak menyebabkan reaksi iritasi dan aman untuk
digunakan.
65
Surat persetujuan Komite Etik Peneliti Kesehatan dapat dilihat pada Lampiran
20. Pengukuran dilakukan seminggu sekali dalam kurun waktu 1 bulan. Semua
sukarelawan diukur terlebih dahulu kondisi kulit wajah awal sebelum perlakuan
dengan menggunakan perangkat skin analyzer. Hal ini bertujuan untuk melihat
besar pengaruh serum ekstrak etanol kulit kayu manis terhadap kulit sukarelawan
(moisture), kehalusan (evenness), pori (pore), noda (spot), dan keriput (wrinkle).
66
Tabel 4.11 Data hasil pengukuran kelembapan pada kulit wajah sukarelawan yang
menggunakan serum ekstrak etanol kulit kayu manis selama 4 minggu
Kelembapan
% Peningkatan
Formula Kondisi Setelah Setelah Setelah Setelah Kelembapan
Awal 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari
27 28 28 30 31 14,81%
F0 27 28 29 31 32 18,52%
28 29 30 31 32 14,29%
27,33 ± 28,33 ± 29,00 ± 30,67 ± 31,67 ±
Rerata 15,87 ± 2,31 %
0,58 0,58 1,00 0,58 0,58
30 32 34 35 37 23,33%
F1 29 30 33 35 37 27,58%
27 29 30 32 35 29,63%
28,67 ± 30,33 ± 32,33 ± 34,00 ± 36,33 ±
Rerata 26,85 ± 3,21 %
1,53 1,53 2,08 1,73 1,15
27 28 31 34 36 33,33%
F2 28 30 33 36 37 32,14%
28 31 34 37 39 39,28%
27,67 ± 29,67 ± 32,67 ± 35,67 ± 37,33 ±
Rerata 34,92 ± 3,83 %
0,58 1,53 1,53 1,53 1,53
27 30 34 37 39 44,44%
F3 28 32 35 38 40 42,86%
26 30 32 34 37 42,31%
27,00 ± 30,67 ± 33,67 ± 36,33 ± 38,67 ±
Rerata 43,20 ± 1,11 %
1,00 1,15 1,53 2,08 1,53
Keterangan :
- Dehidrasi 0-29; Normal 30-50; Hidrasi 51-100 (Aramo, 2012).
- Konsentrasi ekstrak yang digunakan dalam sediaan serum
F0 : Formula serum blanko (tanpa ekstrak etanol kulit kayu manis)
F1 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis konsentrasi 0,3%
F2 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis konsentrasi 0,5%
F3 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis konsentrasi 0,7%
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari Tabel 4.11 dapat dilihat terjadinya
67
wajah pada sukarelawan mulai minggu ke-1 sampai ke-4 perawatan. Pemakaian
α = 0,05
Kelembapan
Normal
Dehidrasi
Waktu
(Minggu)
Gambar 4.10 Grafik persen peningkatan kelembapan (moisture) pada kulit wajah
sukarelawan
kelembapan kulit wajah sukarelawan dan diperoleh nilai Asymp. Sig.(p) ˂ 0,05.
68
Data selanjutnya diuji menggunakan uji post-hoc Duncan test untuk
mengetahui perbedaan signifikan antara tiap formula. Dari hasil uji Duncan mulai
terdapat perbedaan signifikan F0 dengan F1, F2, dan F3 dari minggu 2 hingga
minggu 4. Serta tidak terdapat perbedaan signifikan antara F1, F2, dan F3 dari
Membran sel manusia terdiri dari lapisan fosfolipid yang salah satunya
meningkatkan fluiditas membran sel. Radikal bebas akan melakukan aktivitas foto
oksidasi pada asam lemak tak jenuh sehingga menurunkan fluiditas membran sel
(Bhagavan, 1992).
pertahanan alami kulit berupa NMF (Natural Moisturizing Factor) (Astuti dkk.,
2018).
perangkat skin analyzer yakni lensa perbesaran 60x (normal lens) sensor biru
(Aramo, 2012). Hasil pengukuran pori yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel
69
Tabel 4.12 Data hasil pengukuran diameter pori pada kulit wajah sukarelawan
yang menggunakan serum ekstrak etanol kulit kayu manis selama
4 minggu
Ukuran Pori
% Penurunan Besar
Formula Kondisi Setelah Setelah Setelah Setelah
Diameter Pori
Awal 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari
38 38 37 37 36 5,26%
F0 35 35 34 34 34 2,86%
37 37 36 36 36 2,70%
36,67 ± 36,67 ± 35,67 ± 35,67 ± 35,33 ±
Rerata 3,61 ± 1,43 %
1,53 1,53 1,53 1,53 1,15
37 36 35 34 34 8,11%
F1 35 35 33 32 32 8,57%
38 37 35 34 34 10,53%
36,67 ± 36,00 ± 34,33 ± 33,33 ± 33,33 ±
Rerata 9,07 ± 1,29 %
1,53 1,00 1,15 1,15 1,15
38 36 34 34 33 13,16%
F2 36 34 30 29 28 22,22%
40 39 36 35 35 12,50%
38,00 ± 36,33 ± 33,33 ± 32,67 ± 32,00 ±
Rerata 15,96 ± 5,43 %
2,00 2,52 3,05 3,21 3,61
36 34 29 25 23 36,11%
F3 32 30 26 23 20 37,50%
40 35 30 26 24 40,00%
36,00 ± 33,00 ± 28,33 ± 24,67 ± 22,33 ±
Rerata 37,87 ± 1,97 %
4,00 2,65 2,08 1,53 2,08
Keterangan :
- Kecil 0-19; Besar 20-39; Sangat Besar 40-100 (Aramo, 2012).
- Konsentrasi ekstrak yang digunakan dalam sediaan serum
F0 : Formula serum blanko (tanpa ekstrak etanol kulit kayu manis)
F1 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis konsentrasi 0,3%
F2 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis konsentrasi 0,5%
F3 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis konsentrasi 0,7%
Dari hasil data yang diperoleh kondisi awal pori kulit wajah sukarelawan
berada pada rentang sangat besar dan besar. Setelah penggunaan sediaan serum
70
3,61%; F1 sebesar 9,07%; F2 sebesar 15,96%; dan F3 menunjukkan rata-rata
penurunan ukuran pori kulit wajah paling besar yaitu sebesar 37,87%.
α = 0,05
Ukuran Pori
Besar
Waktu
(Minggu)
Gambar 4.11 Grafik hasil pengukuran pori (pore) pada kulit wajah sukarelawan
selama 1 bulan perawatan
Gambar 4.12 Grafik persen peningkatan penurunan ukuran diameter pori (pore)
pada kulit wajah sukarelawan
efektivitas formula serum terhadap ukuran pori kulit wajah sukarelawan dan
diperoleh nilai Asymp. Sig.(p) ˂ 0,05. Hasil analisis pengukuran ukuran pori
mengetahui perbedaan signifikan antara tiap formula. Dari hasil uji Duncan mulai
terdapat perbedaan signifikan F0, F1, F2, dengan F3 dari minggu 2 hingga
71
minggu 4. Serta tidak terdapat perbedaan signifikan antara F0, F1, dan F2 dari
besar karena berkurangnya elastisitas dan adanya penumpukan sel-sel kulit mati.
pori (Anderson, 1996). Pori-pori dapat membesar apabila terkena sinar matahari
kulit. Pori-pori yang besar dapat menyebabkan kotoran mudah masuk dan
radikal hidroksil dan superoksida sehingga dapat melindungi membran lipid kulit,
elastisitas kulit (Tapas, dkk., 2008). Kandungan senyawa bioaktif ekstrak etanol
kulit kayu manis seperti sinamaldehid dan senyawa turunannya secara signifikan
skin analyzer lensa perbesaran 60x dan metode pembacaan normal dengan warna
lampu sensor biru. Hasil pengukuran kelembapan yang diperoleh dapat dilihat
72
Tabel 4.13 Data hasil pengukuran kehalusan pada kulit wajah sukarelawan yang
menggunakan serum ekstrak etanol kulit kayu manis selama 4
minggu
Tingkat Kehalusan
% Pemulihan
Formula Kondisi Setelah Setelah Setelah Setelah Kehalusan
Awal 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari
37 37 36 35 35 5,41%
F0 35 35 34 34 34 2,86%
35 34 34 33 33 5,71%
35,67 ± 35,33 ± 34,67 ± 34,00 ± 34,00 ±
Rerata 4,66 ± 1,57 %
1,15 1,53 1,15 1,00 1,00
36 35 35 33 31 13,89%
F1 37 36 35 34 32 13,51%
39 38 36 34 32 17,95%
37,33 ± 36,33 ± 35,33 ± 33,67 ± 31,67 ±
Rerata 15,12 ± 2,46 %
1,53 1,53 0,58 0,58 0,58
37 34 32 30 28 24,32%
F2 41 39 35 33 31 24,39%
37 34 31 29 27 27,02%
38,33 ± 35,67 ± 32,67 ± 30,67 ± 28,67 ±
Rerata 25,25 ± 1,54 %
2,31 2,89 2,08 2,08 2,08
35 32 28 25 22 37,14%
F3 37 34 30 27 23 37,84%
39 35 31 27 24 38,46%
37,00 ± 33,67 ± 29,67 ± 26,33 ± 23,00 ±
Rerata 37,81 ± 0,66 %
2,00 1,53 1,53 1,15 1,00
Keterangan:
- Halus 0-31; Normal 32-51; Kasar 52-100 (Aramo, 2012).
- Konsentrasi ekstrak yang digunakan dalam sediaan serum
F0 : Formula serum blanko (tanpa ekstrak etanol kulit kayu manis)
F1 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis konsentrasi 0,3%
F2 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis konsentrasi 0,5%
F3 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis konsentrasi 0,7%
Dari hasil data yang diperoleh kondisi awal kehalusan kulit sukarelawan
berkisar pada kondisi normal. Setelah penggunaan sediaan serum ekstrak etanol
73
sebesar 15,12%; F2 sebesar 25,25%; dan F3 menunjukkan rata-rata peningkatan
α = 0,05
Kehalusan
Normal
Halus
Waktu
(Minggu)
wajah sukarelawan dan diperoleh nilai Asymp. Sig.(p) ˂ 0,05. Hasil analisis
mengetahui perbedaan signifikan antara tiap formula. Dari hasil uji Duncan mulai
74
terdapat perbedaan signifikan F0, F1, F2, dengan F3 dari minggu 2 hingga
Kulit yang terlalu sering terpapar oleh sinar matahari akan mengalami
kerusakan kolagen dan elastin yang berada dalam lapisan kulit. Sehingga sel-sel
mati pada stratum korneum menyebabkan permukaan kulit menjadi kurang halus.
senyawa yang dapat mencegah kerusakan sel melalui mekanisme radikal fenoksi
yang bergabung dengan spesies oksigen reaktif, dan menghentikan reaksi berantai
radikal bebas yang tidak diinginkan dalam sel. Senyawa flavonoid meningkatkan
dan kehalusan kulit (Tapas dkk., 2008). Kayu manis banyak ditemukan senyawa
senyawa fenol, dimana senyawa fenol tersebut juga berperan penting dalam
analyzer lensa perbesaran 60x (polarizing lens) sensor jingga. Hasil pengukuran
banyaknya noda kulit wajah dari sukarelawan dapat dilihat pada Tabel 4.14. dan
Gambar 4.15.
75
Tabel 4.14 Data hasil pengukuran jumlah noda pada kulit wajah sukarelawan
yang menggunakan serum ekstrak etanol kulit kayu manis selama 4
minggu
Banyak Noda
% Penurunan
Formula Kondisi Setelah Setelah Setelah Setelah Banyak Noda
Awal 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari
36 36 35 35 35 2,78%
F0 33 33 32 32 32 3,03%
35 35 34 34 34 2,86%
34,67 ± 34,67 ± 33,67 ± 33,67 ± 33,67 ±
Rerata 2,89 ± 0,13 %
1,53 1,53 1,53 1,53 1,53
37 37 35 34 32 13,51%
F1 36 35 33 32 30 16,67%
37 36 34 34 33 10,81%
36,67 ± 36,00 ± 34,00 ± 33,33 ± 31,67 ±
Rerata 13,66 ± 2,93 %
0,58 1,00 1,00 1,15 1,53
37 36 33 30 29 21,62%
F2 34 32 29 29 27 20,59%
37 34 32 31 28 24,32%
36,00 ± 34,00 ± 31,33 ± 30,00 ± 28,00 ±
Rerata 22,18 ± 1,93 %
1,73 2,00 2,08 1,00 1,00
38 35 29 27 23 39,47%
F3 39 36 32 28 23 41,03%
32 29 25 23 20 37,50%
36,33 ± 33,33 ± 28,67 ± 26,00 ± 22,00 ±
Rerata 39,33 ± 1,77 %
3,79 3,79 3,51 2,65 1,73
Keterangan:
- Sedikit 0-19; Sedang 20-39; Banyak 40-100 (Aramo, 2012).
F0 : Formula serum blanko (tanpa ekstrak etanol kulit kayu manis)
F1 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis konsentrasi 0,3%
F2 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis konsentrasi 0,5%
F3 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis konsentrasi 0,7%
Dari hasil data yang diperoleh kondisi awal jumlah noda kulit wajah
serum ekstrak etanol kulit kayu manis, semua kelompok formula menunjukkan
76
menunjukkan rata-rata penurunan ukuran pori kulit wajah paling besar yaitu
39,33%.
α = 0,05
Banyak Noda
Sedang
Waktu
(Minggu)
Gambar 4.15 Grafik hasil pengukuran jumlah noda (spot) pada kulit sukarelawan
selama 1 bulan perawatan
Gambar 4.16 Grafik persen peningkatan penurunan jumlah noda (spot) pada kulit
wajah sukarelawan
ANOVA untuk mengetahui efektivitas formula serum terhadap jumlah noda kulit
wajah sukarelawan dan diperoleh nilai Asymp. Sig.(p) ˂ 0,05. Hasil analisis
mengetahui perbedaan signifikan antara tiap formula. Hasil uji Post-Hoc Duncan
77
mulai terdapat perbedaan signifikan antara F0, F1 dengan F3 sedangkan F2
minggu 3 hingga minggu 4 terdapat perbedaan signifikan F0, F1, dan F2 dengan
F3 serta F0 dan F1 dengan F2. Serta tidak terdapat perbedaan signifikan antara F0
menua maupun kulit yang belum tua yang disebabkan oleh sinar ultraviolet.
Semakin lama kulit terpapar sinar matahari menyababkan melanin kulit semakin
aktif dan menimbulkan noda pada kulit (Muliyawan dan Suriana, 2013).
kulit, melanosom dalam sel melanosit oleh aksi tyrosinase, enzim yang
serta penghambat tirosinase (Sari dkk., 2015). Senyawa khas turunan fenol yang
terdapat dalam kayu manis yaitu sinamaldehid dan asam sinamat (Rismunandar,
1995).
Keriput atau kerutan pada kulit mata bagian lateral sukarelawan diukur
dengan menggunakan perangkat skin analyzer lensa perbesaran 10x sensor biru.
Hasil pengukuran keriput (wrinkle) pada kulit wajah sukarelawan dapat dilihat
78
Tabel 4.15 Data hasil pengukuran jumlah keriput pada kulit wajah sukarelawan
yang menggunakan serum ekstrak etanol kulit kayu manis selama 4
minggu
Jumlah Keriput
% Pemulihan
Formula Kondisi Setelah Setelah Setelah Setelah Jumlah Keriput
Awal 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari
25 25 25 24 24 4,00%
F0 28 28 28 27 27 3,57%
28 28 28 27 27 3,57%
27,00 ± 27,00 ± 27,00 ± 26,00 ± 26,00 ±
Rerata 3,71 ± 0,25 %
1,73 1,73 1,73 1,73 1,73
27 27 26 26 25 7,41%
F1 27 27 26 25 24 11,11%
24 24 23 22 21 12,50%
26,00 ± 26,00 ± 25,00 ± 24,33 ± 23,33 ±
Rerata 10,34 ± 2,63 %
1,73 1,73 1,73 2,08 2,08
25 24 22 21 20 20,00%
F2 26 25 23 21 20 23,08%
28 27 25 23 21 25,00%
26,33 ± 25,33 ± 23,33 ± 21,67 ± 20,33 ±
Rerata 22,69 ± 2,52 %
1,53 1,53 1,53 1,15 0,58
28 26 24 22 19 32,14%
F3 28 25 23 20 18 35,71%
29 26 22 20 19 34,48%
28,33 ± 25,67 ± 23,00 ± 20,67 ± 18,67 ±
Rerata 34,11 ± 1,81 %
0,58 0,58 1,00 1,15 0,58
Keterangan:
- Tidak berkeriput 0-19; Berkeriput 20-52; Berkeriput parah 53-100 (Aramo,
2012).
- Konsentrasi ekstrak yang digunakan dalam sediaan serum
F0 : Formula serum blanko (tanpa ekstrak etanol kulit kayu manis)
F1 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis konsentrasi 0,3%
F2 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis konsentrasi 0,5%
F3 : Formula serum ekstrak etanol kulit kayu manis konsentrasi 0,7%
Dari hasil data yang diperoleh kondisi awal jumlah keriput kulit wajah
79
pengurangan jumlah keriput kulit wajah dengan persentase pemulihan rata-rata F0
menunjukkan rata-rata pengurangan jumlah keriput kulit wajah paling besar yaitu
34,11%.
α = 0,05
Jumlah Keriput
Berkeriput
Berkeriput
Tidak
Waktu
(Minggu)
Gambar 4.17 Grafik hasil pengukuran jumlah keriput (wrinkle) pada kulit
sukarelawan selama 1 bulan perawatan
ANOVA untuk mengetahui efektivitas formula serum terhadap jumlah keriput kulit
wajah sukarelawan dan diperoleh nilai Asymp. Sig.(p) ˂ 0,05. Hasil analisis
80
Dilakukan uji lanjutan menggunakan uji post-hoc Duncan test untuk
mengetahui perbedaan signifikan antara tiap formula. Dari hasil uji post-hoc
Duncan mulai terdapat perbedaan signifikan antara F0 dengan F3. Pada minggu 3
hingga minggu 4 mulai terdapat perbedaan signifikan F1 dengan F3. Serta tidak
minggu 4.
Radikal bebas merupakan molekul yang sifat kimianya tidak stabil dan
dapat merusak asam lemak dan menghilangkan elastisitas sehingga membuat kulit
adalah salah satu cara untuk mencegah kerusakan kulit akibat paparan sinar UV.
Dengan penghambatan ini, sintesis MMP-1 akan berkurang dan proses degradasi
kolagen terhambat sehingga kulit terlindungi dari proses penuaan (Tapas dkk.,
2008). Kandungan senyawa bioaktif ekstrak etanol kulit kayu manis seperti
biosintesis kolagen tipe I di dalam fibroblas dermal. Hal ini menjadikan ekstrak
etanol kulit kayu manis dapat memperbaiki tanda-tanda penuaan yang diakibatkan
81
BAB V
5.1 Kesimpulan
bahwa:
Serum wajah ekstrak etanol kulit kayu manis yang diformulasi merupakan
sukarelawan.
5.2 Saran
82
DAFTAR PUSTAKA
83
Ditjen POM. 2020. Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 680, 1233
Draelos, Z.D. (2010). Cosmetic Dermatology Products and Procedures. West
Sussex: Wiley-Blackwell. Halaman 253
Fansworth, N.R. 1966. Biologycal and Phytochemical Screening of Plants.
Journal of Pharmaceutical Science. Vol 55(3). Halaman 262-264
Gandjar, L. G., dan Abdul, R. 2007. Kimia Analisis Farmasi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Halaman 36-39
Garg A, Aggarwal D, Garg S, Singla A. 2002. Spreading of semisolid
formulations an update. Pharmaceutical Technology. Vol 26(9). Halaman
105
Guertin, P.A. 2018. Is Propanediol a Safer Molecule Than Some Other Glycols In
Personal Care And Anti-Aging Biocosmeceutical Products? Review
Article. International Journal of Aging Research. Vol 1(23). Halaman 1-2
Guntarti, A., Sholehah, K., Irna, N., Fistianingrum, W. 2015. Penentuan
Parameter Non Spesifik Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis
(Garciniamangostana) Pada Variasi Asal Daerah. Farmasains. Vol 2(5).
Halaman 203-204
Halliwell, B. 2007. Oxidative stress and cancer: have we moved forward?.
Biochemistry Journal. Vol 1(11). Halaman 5
Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung: Penerbit ITB. Halaman 49,
147
Idris, H dan Mayura, E. 2019. Sirkuler Informasi Teknologi Tanaman Rempah
dan Obat. Bogor: Badan Penelitian Tanaman Obat. Halaman 3
Jaelani. 2009. Ensiklopedi Kosmetika Nabati. Jakarta: Pustaka Populer Obor.
Halaman 153-155
Kalangi, S. 2013. Histofisiologi Kulit. Jurnal Biomedik. Vol 5(3). Halaman 12-15.
Lee, C.K. 2013. Assesments of the Facial Mask Materials in Skin Care. Thesis.
Department of Cosmetics Science. Chia-Nan University of Pharmacy and
Science. Halaman 14-19
Lumenta, N. A. 2006. Manajemen Hidup Sehat. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo. Halaman 132
Mardhiani, Y. D., Yulianti, H., Azhary D. P., dan Rusdiana, T. 2018. Formulasi
dan Stabilitas Sediaan Serum dari Ekstrak Kopi Hijau (Coffea cenaphora
var. Robusta) Sebagai Antioksidan. Indonesia Natural Research
Pharmaceutical Journal. Vol 2(2). Halaman 21-22
Marinova, G., dan Batchvarov, V. 2011. Evaluation of The Methods for
Determination of The Free Radical Scavening Activity by DPPH.
Bulgarian Journal of Agricultural Science. Vol 17(1). Halaman 20
Martin, A., Swarbick, J., & Cammarata, A. (1983). Farmasi Fisik Jilid II edisi
ketiga. Jakarta: UI Press. Halaman 378
Maslarova, N.V.Y. 2001. Inhibiting Oxidation Cited in Pokornya J, Yanishlieva N
and Gordon M. Antioxidant in Food. Practical Applications. New York :
CRC Press. Halaman 42-48
Mitsui, T. 1997. New Cosmetics Science Edisi Pertama. Amsterdam: Elsevier
Science. Halaman 354-355
84
Molyneux, P. 2004. The Use of The Stable Free Radical Diphenylpicryl-hydrazyl
(DPPH) for Estimating Antioxidant Activity. Songklanakarin Journal
Science Technology. Vol 26(2). Halaman 211-219
Muliyawan, D., dan Suriana, N. 2013. A-Z Tentang Kosmetik. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo. Halaman 17, 267-269
National Health Surveillance Agency. 2005. Cosmetics Products Stability Guide.
Brazil: ANVISA. Halaman: 19
Niki, E., dan Noguchi, N., 2000, Evaluation of Antioxidant Capacity ; What
Capacity is Being Measured by Which Method?, IUBMB Life. 323- 329
Nurmalasari, D. L., Damiyanti, M., Eriwati, Y. K. 2018. Effect of cinnamon
extract solution on human tooth enamel surface roughness. Journal of
Physics Conference. Series 1073. Halaman 2
Paramawidhita, R. Y., Chasanah, U., Ermawati, D. 2019. Formulasi dan Evaluasi
Fisik Sediaan Emulgel Tabir Surya Ekstrak Kulit Batang Kayu Manis
(Cinnamomum burmannii). Jurnal Surya Medika. Vol 5(1). Halaman 91
Priani, S. E., Mutiara, R., Mulyanti, D. 2020. The Development of Antioxidant
Peel-Off Facial Masks From Cinnamon Bark Extract (Cinnamomum
burmannii). Pharmaciana Vol 10(1). Halaman 70-72
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Perkebunan. 2016. Perkembangan
Produksi dan Ekspor Kayu Manis Indonesia. Warta Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Industri. Vol 22(2). Halaman 10-13
Rafita, I.D. 2015. Pengaruh Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum burmanni)
Terhadap Gambaran Histopatologi Dan Kadar Sgot Sgpt Hepar Tikus
Yang Diinduksi Parasetamol. Skripsi. Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Halaman 9
Rismunandar. 1995. Kayu Manis. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 23-30
Rowe, R.C., Paul, J.S dan Marian, E.Q. 2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipients, 6th Ed. Pharmaceutical Press. USA. Halaman 110-112, 283,
441, 654
Sadeli, R.A. 2016. Uji Aktivitas Ntioksidan dengan metode DPPH (1,1-diphenyl-
2-picrylhydrazyl) Ekstrak Bromelian Buah Nanas (Ananas comosus (L.)
Merr.). Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Halaman 13-15
Sapri, Pebrianti, R., dan Faizal, M. 2013. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Metanol Tumbuhan Singgah Perempuan (Loranthus sp.) Dengan Metode
DPPH (2,2-Difenil-1-Pikrilhidrazil). Prosiding Seminar Nasional Kimia.
Halaman 203-210
Sari, R. K., Utami, R., Batubar, I., Carolina, A., Febriany, S. 2015. Aktivitas
Antioksidan dan Inhibitor Tirosinase Ekstrak Metanol Mangium (Acacia
mangium) (Antioxidant and Tyrosinase Inhibitor Activities of Methanol
Extracts of Acacia mangium). J. Ilmu Teknol. Kayu Tropis. 13 (1): 88-97
Sari, W. Y., Yuliastuti, D., Afiaturrahma, A. 2020. Aktivitas Antioksidan Krim
Dari Fraksi Etanol 70% Buah Stroberi Dengan Metode DPPH. Jurnal
Farmasetis. Vol 9(2). Halaman 111
Septiyanti, M., Liana, L., Sutriningsih, Kumayanjati, B., dan Meliana, Y. 2019.
Formulation and Evaluation of Serum From Red, Brown and Green Algae
Extract For Anti-Aging Base Material. Proceedings of the 5th
International Symposium in Applied Chemistry. Halaman 3
85
Sherwood, L. 2012. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Jakarta: Penebit Buku
Kedokteran EGC. Halaman 479-480
SNI 01-3714-1995. Kayu Manis Bubuk. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Halaman 1
Sullivan, C.J., Kuenz, A., dan Vorlop, K. 2018. Ullmann’s Encyclopedia of
Industrial Chemistry. 7th Ed. Weinheim Wiley-VCH-Verl. Weinheim.
Halaman 7, 9
Syaiful, S. D. 2016. Formulasi Dan Uji Stabilitas Fisik Gel Ekstrak Etanol Daun
Kemangi (Ocimum Sanctum L.) Sebagai Sediaan Hand Sanitizer. Skripsi.
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar. Halaman 39
Tabor, A., dan Blair, R. 2009.Nutritional Cosmetics Beauty from Within. USA:
William Andrew. Hal.14-15
Takasao, N., Tsuji-Naito, K., Ishikura, S., Tamura, A., Akagawa, M. 2012.
Cinnamon Extract Promotes Type I Collagen Biosynthesis via Activation
of IGF-I Signaling in Human Dermal Fibroblasts. Journal of Agricultural
and Food Chemistry. Vol 60(1). Halaman 1198
Tapas, A.R., Sakarkar, D.M., Kakde, R.B. 2008. Flavonoid as Nutraceuticals: A
Review. Tropical Journal of Pharmaceutical Research.7(3): 1089-1099
Thedermreview.com. 2021. Ethoxydiglycol-The Dermatology Review. Diakses
pada tanggal 13 Februari 2021 melalui
https://thedermreview.com/ethoxydiglycol/
Tranggono, R. I., dan Latifah, F. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Halaman 11, 32, 167
Tristantini, D., Ismawati, A., Pradana, B. T., Jonathan, J. G. 2016. Pengujian
Aktivitas Antioksidan Menggunakan Metode DPPH pada Daun Tanjung
(Mimusops elengi L). Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia
“Kejuangan”. Halaman 1-2
Troy, D. B. dan Beringer, P. 2006. Remington’s Pharmaceutical Sciences 21st Ed.
Massachusetts : Academic Press. Halaman 724
Utami, Y. P., Umar, A. H., Syahruni, R., Kadullah, I. 2017. Standardisasi
Simplisia dan Ekstrak Etanol Daun Leilem (Clerodendrum minahassae
Teisjm. & Binn.). Journal of Pharmaceutical and Medicinal Sciences. Vol
2(1). Halaman 37-38
Wardhani, R.A.P., dan Supartono. 2015. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit
Buah Rambutan (Nephelium lappacheum L.) Pada Bakteri. Indonesian
Journal of Chemical Science. Vol 4(1). Halaman 48
Wasitaatmadja, S. M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI Press.
Halaman 4-5
Widiyanto, I., Anandito. 2013. Ekstraksi Oleoresin Kayu Manis (Cinnamomum
burmannii) : Optimasi Rendemen Dan Pengujian Karakteristik Mutu.
Jurnal Teknologi Hasil Pertanian. Vol 6(1). Halaman 12
Winarti, C., Hernani, Budiarti, R. 2007. Formulasi dan Karakterisasi Shampo Anti
Jamur Dengan Penambahan Ekstrak Lengkuas Merah. Jurnal Pascapanen.
Vol 4 (2). Halaman 102
Wyatt, E. L., Sutter, S. H., Drake, L. A. 2008. Goodman & Gilman’s the
Pharmacological Basis of Therapeutics 10th edition. New York :
McGraw-Hill. Halaman 1763
86
Lampiran 1. Surat Hasil Identifikasi Tumbuhan
87
Lampiran 2. Gambar Mikroskopis dan Makroskopis Simplisia Kulit Kayu Manis
3
1
A. Mikroskopis
1 2
B. Makroskopis
Keterangan:
A. Mikroskopis
1. Sel Minyak
2. Sklerenkim
3. Sel Batu
B. Makroskopis
1. Simplisia Kulit Kayu Manis
2. Serbuk Simplisia Kulit Kayu Manis
88
Lampiran 3. Bagan Penelitian
Kulit Kayu Manis Basah (1,15 kg)
Dikeringkan dan
dihaluskan
Dimaserasi
IC50
89
Lampiran 4. Perhitungan Uji Karakterisasi Simplisia Kulit Kayu Manis
Berat Cawan
Berat Sampel Berat Cawam Berat Sari
No. Kosong
(gram) + Sari (gram) (gram)
(gram)
1. 5,03 g 60,6245 60,828 0,1973
2. 5,05 g 58,5908 58,7890 0,1982
3. 5,02 g 58,2768 58,4738 0,1970
90
Lampiran 4. (Lanjutan)
Berat Cawan
Berat Sampel Berat Cawam Berat Sari
No. Kosong
(gram) + Sari (gram) (gram)
(gram)
1. 5,10 g 103,2298 103,5262 0,2964
2. 5,08 g 48,8324 49,1250 0,2926
3. 5,12 g 45,2474 45,5445 0,2971
Berat Kurs
Berat Sampel Berat Kurs + Berat Abu
No. Kosong
(gram) Abu (gram) (gram)
(gram)
1. 2,00 g 39,4280 39,5751 0,1471
2. 2,01 g 41,0644 41,1926 0,1282
3. 2,01 g 37,3220 37,4722 0,1502
91
Lampiran 4. (Lanjutan)
Berat Kurs
Berat Sampel Berat Kurs + Berat Abu
No. Kosong
(gram) Abu (gram) (gram)
(gram)
1. 2,00 g 39,4280 39,4334 0,0054
2. 2,01 g 41,0644 41,0697 0,0053
3. 2,01 g 37,3220 37,3276 0,0056
92
Lampiran 5. Gambar Hasil Karakterisasi Simplisia Kulit Kayu Manis
(B)
(A)
(C) (D)
Keterangan:
A : Penetapan Kadar Air
B : Penetapan Kadar Sari Larut Etanol dan Kadar Sari Larut Air
C : Penetapan Kadar Abu Total
D : Penetapan Kadar Abu Tak Larut Asam
93
Lampiran 6. Gambar Hasil Skrining Fitokimia Simplisia Kulit Kayu Manis
Keterangan:
A : Hasil Skrining Alkaloid
B : Hasil Skrining Flavonoid
C : Hasil Skrining Saponin
D : Hasil Skrining Glikosida
E : Hasil Skrining Tanin
F : Hasil Skrining Triterpenoid/Steroid
94
Lampiran 7. Bagan Pembuatan Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis
Simplisia Kulit Kayu Manis (1056g)
Ampas Maserat I
Maserat II
Digabung
Dibiarkan selama 2 hari di tempat
yang terlindung dari cahaya
Dienap tuangkan
Maserat
95
Lampiran 8. Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis (Cinnamomum burmanni)
96
Lampiran 9. Perhitungan Uji Karakterisasi Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis
Berat Kurs
Berat Sampel Berat Kurs + Berat Abu
No. Kosong
(gram) Abu (gram) (gram)
(gram)
1. 2,01 g 57,5754 57,5802 0,0048
2. 2,00 g 58,1235 58,1278 0,0043
3. 2,01 g 62,8259 62,8310 0,0051
97
Lampiran 9. (Lanjutan)
Berat Kurs
Berat Sampel Berat Kurs + Berat Abu
No. Kosong
(gram) Abu (gram) (gram)
(gram)
1. 2,01 g 57,5754 57,5772 0,0018
2. 2,00 g 58,1235 58,1249 0,0014
3. 2,01 g 62,8259 62,8279 0,0020
98
Lampiran 10. Gambar Hasil Karakterisasi Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis
(B)
(A)
(C)
Keterangan:
A : Penetapan Kadar Air
B : Penetapan Kadar Abu Total
C : Penetapan Kadar Abu Tak Larut Asam
99
Lampiran 11. Gambar Hasil Skrining Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis
Keterangan:
A : Hasil Skrining Alkaloid
B : Hasil Skrining Flavonoid
C : Hasil Skrining Saponin
D : Hasil Skrining Glikosida
E : Hasil Skrining Tanin
F : Hasil Skrining Triterpenoid/Steroid
100
Lampiran 12. Bagan Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dan Waktu
Dipipet 1 ml
Dimasukkan ke dalam labu tentukur 5
ml
101
Lampiran 13. Kurva Panjang Gelombang DPPH
102
Lampiran 14. Hasil Waktu Kerja (Operating Time)
103
Lampiran 15. Bagan Pengujian Aktivitas Antioksidan Vitamin C dan Ekstrak
15.2 Pembuatan Larutan Induk Baku Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis
104
Lampiran 15. (Lanjutan)
Larutan Uji Larutan Uji Larutan Uji Larutan Uji Larutan Uji
1 ppm 2 ppm 3 ppm 4 ppm 5 ppm
105
Lampiran 15. (Lanjutan)
Larutan Uji Larutan Uji Larutan Uji Larutan Uji Larutan Uji
1 ppm 3 ppm 5 ppm 7 ppm 9 ppm
106
Lampiran 16. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan
Absorbansi % Peredaman
Larutan Konsentrasi
Uji (ppm) Rata-
I II III I II III
Rata
2. Tabel Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis
Absorbansi % Peredaman
Larutan Konsentrasi
Uji (ppm) Rata-
I II III I II III
Rata
107
Lampiran 17. Gambar Pengujian Antioksidan Sampel
108
Lampiran 18. Perhitungan Persen Peredaman dan Nilai IC50 Vitamin C
A A
Aktivitas Peredaman (%) = x 100%
A
Konsentrasi 1 ppm
A A
% Peredaman = x 100%
A
% Peredaman = x 100%
= 15,39%
Konsentrasi 2 ppm
A A
% Peredaman = x 100%
A
% Peredaman = x 100%
= 25,59%
Konsentrasi 3 ppm
A A
% Peredaman = x 100%
A
109
Lampiran 18. (Lanjutan)
% Peredaman = x 100%
= 33,83%
Konsentrasi 4 ppm
A A
% Peredaman = x 100%
A
% Peredaman = x 100%
= 47,13%
Konsentrasi 5 ppm
A A
% Peredaman = x 100%
A
% Peredaman = x 100%
= 55,43%
A A
Aktivitas Peredaman (%) = x 100%
A
110
Lampiran 18. (Lanjutan)
Perhitungan % Peredaman Vitamin C (Pengukuran II)
Konsentrasi 1 ppm
A A
% Peredaman = x 100%
A
% Peredaman = x 100%
= 15,35%
Konsentrasi 2 ppm
A A
% Peredaman = x 100%
A
% Peredaman = x 100%
= 25,55%
Konsentrasi 3 ppm
A A
% Peredaman = x 100%
A
% Peredaman = x 100%
= 33,75%
Konsentrasi 4 ppm
A A
% Peredaman = x 100%
A
% Peredaman = x 100%
= 48,91%
Konsentrasi 5 ppm
A A
% Peredaman = x 100%
A
111
Lampiran 18. (Lanjutan)
% Peredaman = x 100%
= 55,43%
A A
Aktivitas Peredaman (%) = x 100%
A
% Peredaman = x 100%
= 15,37%
Konsentrasi 2 ppm
A A
% Peredaman = x 100%
A
% Peredaman = x 100%
= 25,59%
112
Lampiran 18. (Lanjutan)
Konsentrasi 3 ppm
A A
% Peredaman = x 100%
A
% Peredaman = x 100%
= 33,69%
Konsentrasi 4 ppm
A A
% Peredaman = x 100%
A
% Peredaman = x 100%
= 50,35%
Konsentrasi 5 ppm
A A
% Peredaman = x 100%
A
% Peredaman = x 100%
= 55,43%
113
Lampiran 18. (Lanjutan)
r
XY ( X )( Y ) / n
( X 2 ( X ) / n)( Y ( Y )
2 2 2
/ n)
640,14 (15)(178,93) / 6
r
[55 (15) 2 / 6 )][7483,8221 (178,93) 2 /6)]
192,81
r
(17,5 )(2147,7187)
192,8131054
r
37585,078603332
192,8131054
r
193,8687148648
r = 0,9945550292
r = 0,9945
a =
a = 640,14 - (15)(178,93)/ 6
55 - ((15)2/6)
a = 192,81
17,5
a = 11,0177
b=
b= 29,82 - (11,0177)(2,5)
b= 2,2757
114
Lampiran 19. Perhitungan Persen Peredaman dan Nilai IC50 Ekstrak Etanol Kulit
Kayu Manis
A A
Aktivitas Peredaman (%) = x 100%
A
Konsentrasi 1 ppm
A A
% Peredaman = x 100%
A
% Peredaman = x 100%
= 21,49%
Konsentrasi 3 ppm
A A
% Peredaman = x 100%
A
% Peredaman = x 100%
= 31,28%
Konsentrasi 5 ppm
A A
% Peredaman = x 100%
A
115
Lampiran 19. (Lanjutan)
% Peredaman = x 100%
= 40,43%
Konsentrasi 7 ppm
A A
% Peredaman = x 100%
A
% Peredaman = x 100%
= 52,65%
Konsentrasi 9 ppm
A A
% Peredaman = x 100%
A
% Peredaman = x 100%
= 68,68%
A A
Aktivitas Peredaman (%) = x 100%
A
116
Lampiran 19. (Lanjutan)
Perhitungan % Peredaman Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis (Pengukuran II)
Konsentrasi 1 ppm
A A
% Peredaman = x 100%
A
% Peredaman = x 100%
= 21,45%
Konsentrasi 3 ppm
A A
% Peredaman = x 100%
A
% Peredaman = x 100%
= 31,23%
Konsentrasi 5 ppm
A A
% Peredaman = x 100%
A
% Peredaman = x 100%
= 40,42%
Konsentrasi 7 ppm
A A
% Peredaman = x 100%
A
% Peredaman = x 100%
= 52,65%
Konsentrasi 9 ppm
A A
% Peredaman = x 100%
A
% Peredaman = x 100%
= 68,67%
117
Lampiran 19. (Lanjutan)
3. Tabel Data Absorbansi DPPH Pengukuran III
% Peredaman = x 100%
= 21,43%
Konsentrasi 3 ppm
A A
% Peredaman = x 100%
A
% Peredaman = x 100%
= 31,26%
Konsentrasi 5 ppm
A A
% Peredaman = x 100%
A
% Peredaman = x 100%
= 40,40%
118
Lampiran 19. (Lanjutan)
Konsentrasi 7 ppm
A A
% Peredaman = x 100%
A
% Peredaman = x 100%
= 52,61%
Konsentrasi 9 ppm
A A
% Peredaman = x 100%
A
% Peredaman = x 100%
= 68,67%
r
XY ( X )( Y ) / n
( X 2 ( X ) / n)( Y ( Y )
2 2 2
/ n)
1303,77 (25)(214,45) / 6
r
[165 (25) 2 / 6 )][10556,6138 (214,45) 2 /6)]
410,2284
r
(60,83 )(2891,813)
119
Lampiran 19. (Lanjutan)
410,2284
r
175908,9848
410,2284
r
419,4150
r = 0,9780966346
r = 0,9781
a =
a = 1303,77- (25)(214,45) / 6
165 – ((25)2/6)
a = 410,2284
60,83
a= 6,7438
b=
b= 35,74 – (6,7438)(4,1667)
b= 7,6406
Jadi, persamaan garis untuk mendapatkan nilai IC50 adalah Y = 6,7438X +7,6406
Nilai IC50 Y = 6,7438X +7,6406
50 = 6,7438X + 7,6406
X = 6,2812 ppm
120
Lampiran 20. Surat Persetujuan Komisi Etik Peneliti Kesehatan
121
Lampiran 21. Bagan Pembuatan Serum Anti-Aging Ekstrak Etanol Kulit Kayu
Manis
Ditambahkan
ethoxydiglycol, gliserin,
dan propanediol sedikit
demi sedikit sambil
digerus homogen
Massa V Massa IV
Dihomogenkan
122
Lampiran 22. Gambar Sediaan Serum Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis Dalam
Kemasan
123
Lampiran 23. Gambar Sukarelawan
124
Lampiran 24. Gambar Uji Iritasi Serum Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis Kon-
125
Lampiran 25. Data Sukarelawan
126
Lampiran 26. Surat Pernyataan Persetujuan
(Informed Consent)
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
No.Telp/HP :
( )
127
Lampiran 27. Gambar Alat-Alat yang Digunakan
F. pH Meter
G. Neraca Analitik
H. Alat-Alat Gelas
128
Lampiran 28. Hasil Pengujian Skin Analyzer dan Moisture Checker pada Sediaan
A. Kelembapan (Moisture)
Kondisi Awal
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
129
B. Kehalusan (Evenness)
Minggu 2 Minggu 3
25
Minggu 4
22
130
C. Noda (Spot)
Kondisi Awal Minggu 1
Minggu 2 Minggu 3
29
Minggu 4
131
D. Pori (Pore)
Kondisi Awal Minggu 1
Minggu 2 Minggu 3
Minggu 4
132
E. Keriput (Wrinkle)
Kondisi Awal
Minggu 1
26
Minggu 2
24
133
Minggu 3
22
Minggu 4
19
134
Lampiran 29. Data Hasil Uji Statistik
A. Kelembapan (Moisture)
Uji Homogenitas
135
Lampiran 29. (Lanjutan)
Uji Post-Hoc Duncan Test
136
Lampiran 29. (Lanjutan)
B. Pori (Pore)
Uji Homogenitas
137
Lampiran 29. (Lanjutan)
Uji Post-Hoc Duncan Test
138
Lampiran 29. (Lanjutan)
C. Kehalusan (Evenness)
Uji Homogenitas
139
Lampiran 29. (Lanjutan)
Uji Post-Hoc Duncan Test
140
Lampiran 29. (Lanjutan)
D. Noda (Spot)
Uji Homogenitas
141
Lampiran 29. (Lanjutan)
Uji Post-Hoc Duncan Test
142
Lampiran 29. (Lanjutan)
E. Keriput (Wrinkle)
Uji Homogenitas
143
Lampiran 29. (Lanjutan)
Uji Post-Hoc Duncan Test
144