Anda di halaman 1dari 67

UJI EFEKTIVITAS KRIM ANTI-AGING EKSTRAK ETANOL

DAUN SIRSAK (Annona muricata L.)

PROPOSAL

OLEH:
APRILIYANI PUTRI PANGARIBUAN NPM 174301001

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS


FARMASI
UNIVERSITAS TJUT NYAK DHIEN MEDAN
2020
UJI EFEKTIVITAS KRIM ANTI-AGING EKSTRAK ETANOL
DAUN SIRSAK (Annona muricata L.)

PROPOSAL

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi
pada Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien

OLEH:
APRILIYANI PUTRI PANGARIBUAN NPM 174301001

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS


FARMASI
UNIVERSITAS TJUT NYAK DHIEN MEDAN
2020

i
LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL

UJI EFEKTIVITAS KRIM ANTI-AGING EKSTRAK


ETANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata L.)

OLEH:
APRILIYANI PUTRI PANGARIBUAN
NPM. 174301001

Dipertahankan di Hadapan Penguji Proposal Fakultas Farmasi Universitas


Tjut Nyak Dhien pada Tanggal 15 April 2020

Disetujui oleh : Panitia Penguji :


Pembimbing,

Prof. Dr. Nasruddin Noer, M.Eng.Sc Dra. Hj. Juwairiah, M. Si

Ketua Program Studi Sarjana Farmasi,

Apt. Desy Natalia Siahaan, S.Farm., M.Farm.

Medan, 15 April 2020

Disahkan Oleh :
Dekan,

Apt. Yessi Febriani S.Farm., M.Si.

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha

Penyayang yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan ridhoNya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal yang berjudul “Uji Efektivitas

Krim Anti-Aging Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona Muricata L.)”. Proposal

ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan tugas akhir Sarjana

Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada kepada Dekan Fakultas

Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien Apt. Yessi Febriani S.Farm., M.Si. , yang

telah memberikan bantuan dan fasilitas selama masa pendidikan. Bapak Prof. Dr.

Nasruddin Noer, M.Eng.Sc, yang telah membimbing dengan penuh kesabaran,

tulus dan ikhlas selama penulisan proposal ini berlangsung. Ibu Dra. Hj.

Juwairiah, M. Si., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik, saran, dan

arahan kepada penulis dalam menyelesaikan proposal ini. Bapak dan Ibu staf

pengajar Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien yang telah mendidik

selama perkuliahan dan Ibu Dra. Sudewi., M.Si., Apt., selaku penasehat akademik

yang memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis selama masa

perkuliahan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus

kepada Ibunda tersayang, keluarga tercinta dan teman-teman seperjuangan atas

doa, dukungan, semangat, dan pengorbanan baik moril maupun materil dalam

penyelesaian proposal ini.

iii
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan proposal ini masih jauh

dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis

menerima kritik dan saran demi kesempurnaan proposal ini. Akhir kata penulis

berharap semoga proposal ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya

dibidang farmasi.

Medan, 15 April 2020

Penulis,

Apriliyani Putri Pangaribuan

NPM. 174301014

iv
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Apriliyani Putri Pangaribuan

Nomor Pokok Mahasiswa : 174301001

Program Studi : Sarjana Farmasi

Judul Proposal : Uji Efektivitas Krim Anti-Aging

Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona Muricata L.)

Dengan ini menyatakan bahwa proposal yang saya buat adalah asli karya sendiri

dan bukan plagiat. Apabila di kemudian hari diketahui proposal saya tersebut

terbukti plagiat karena kesalahan sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun

oleh Program Studi Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak

Dhien. Saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.

Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya dan dalam

keadaan sehat.

Medan, 15 April 2020

Penulis,

Apriliyani Putri Pangaribuan

NPM. 174301001

v
UJI EFEKTIVITAS SEDIAAN KRIM ANTI-AGING EKSTRAK
ETANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata L.)

ABSTRAK
Latar belakang: Paparan sinar UV merupakan salah satu penyebab terbentuknya
radikal bebas yang berujung pada penuaan dini. Daun sirsak mengandung
flavonoid yang memiliki kemampuan sebagai antioksidan untuk mencegah
penuaan dini akibat radikal bebas. Sifat umum sediaan krim ialah mampu melekat
pada permukaan tempat pemakaian dalam waktu yang cukup lama sebelum
sediaan ini dicuci atau dihilangkan.
Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk memformulasikan ekstrak etanol daun sirsak
dalam bentuk sediaan krim, serta menguji efektivitas anti-aging terhadap kulit
punggung tangan sukarelawan.
Metode: Ekstrak etanol daun sirsak dikarakterisasi dan diidentifikasi senyawa
kimia, kemudian serbuk simplisia diekstraksi dengan pelarut etanol 96% secara
maserasi, maserat yang diperoleh diuapkan dengan rotary evaporator. Krim
diformulasikan dengan menambah ekstrak etanol daun sirsak masing-masing
dengan konsentrasi 2,5; 5; 7,5; 10% pada basis krim. Evaluasi terhadap sediaan
krim anti-aging meliputi pemeriksaan organoleptis, uji iritasi dan uji efektivitas
anti-aging menggunakan alat skin analyzer meliputi kelembapan, kehalusan, besar
pori, banyaknya noda dan keriput. Pengukuran dilakukan sekali dalam seminggu
selama empat minggu.

Kata kunci: Ekstrak etanol daun sirsak, formulasi, krim, anti-aging.

vi
EFFECTIVENESS TEST OF ANTI-AGING CREAM OF
ETHANOL EXTRACT OF SOURSOP LEAVES (Annona
muricata L.)

ABSTRACT

Background: UV exposure is one of the causes of free radicals that lead to skin
aging. Soursop leaves contain flaonoids that have the ability as antioxidant to
prevent premature due to free radicals. The general characteristic of cream
preparations is that they are able to stick to the surface of the place of use for a
long time before they are washed or removed.
Purpose: The purpose of this research is to formulate the ethanol extract of
soursop leaves in the form of cream preparations and to test the effectiveness of
anti-aging on volunteer skin.
Method: Ethanol extract of soursop leaves was characterized and identified as
chemical compounds, then simplicia powder was extracted with 96% ethanol by
maceration, the macerate is evaporated with a rotary evaporator. The cream is
formulated by adding the ethanol extract of soursop leaves each with a
concentration of 2.5; 5; 7.5; 10% on cream base. Evaluation of anti-aging cream
preparations were organoleptic, irritation and anti-aging effectiveness by using a
skin analyzer include moisture, evenness, pores, spot and wrinkles. Measurement
were taken once a week for four weeks.

Keyword: Ethanol extract of soursop leaves, formulations, cream, anti-aging

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................v
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
ABSTRACT .......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1


1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah ..........................................................................................4
1.3 Hipotesis.......... .................................................................................................4
1.4 Tujuan Penelitian ..............................................................................................5
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................5
1.6 Kerangka Penelitian ..........................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................7


2.1 Uraian Tumbuhan .............................................................................................7
2.2 Simplisia dan Ekstrak........................................................................................9
2.3 Kulit............... .................................................................................................11
2.4 Kosmetik............ .............................................................................................15
2.5 Krim............. ...................................................................................................16
2.6 Penuaan Dini ...................................................................................................18
2.7 Anti-aging atau Anti Penuaan......................................................................... 20
2.8 Skin Analyzer..................................................................................................22

BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................23


3.1 Alat......................... .........................................................................................23
3.2 Bahan........... ...................................................................................................23
3.3 Sukarelawan. ...................................................................................................24
3.4 Prosedur Kerja.................................................................................................24
3.5 Pembuatan Pereaksi ........................................................................................25
3.6 Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia ..............................................................27
3.7 Skrining Fitokimia ..........................................................................................29
3.8 Pembuatan Ekstrak..........................................................................................31
3.9 Formulasi Sediaan Krim Anti-Aging............................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................36


LAMPIRAN.............................................................................................................39

viii
DAFTAR TABEL

2.1 Parameter Hasil Pengukuran Dengan Skin Analyzer…....................................22


3.1 Formulasi Sediaan Krim Anti-Aging…............................................................33

ix
DAFTAR GAMBAR

1.1 Kerangka penelitian ............................................................................................... 6

x
DAFTAR LAMPIRAN

1. Gambar daun sirsak .............................................................................................. 39


2. Surat Pernyataan Persetujuan...................... ......................................................... 41
3. Gambar alat .......................................................................................................... 42
4. Bagan pembuatan simplisia.................................................................................. 44
5. Bagan kerja pembuatan ekstrak etanol daun sirsak.............................................. 45
6. Bagan pembuatan krim ekstrak etanol daun sirsak .............................................. 46
7. Bagan penentuan mutu fisik sediaan krim ........................................................... 47
8. Rencana Jadwal Penelitian. .................................................................................. 48

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari

lingkungan hidup manusia. Luas kulit pada orang dewasa sekitar 1,5m2 dengan

berat kira-kira 15% berat badan. Penampilan kulit yang sehat dapat dilihat dari

struktur fisik kulit berupa warna, konsistensi kelembaban, kelenturan, tebal dan

tekstur kulit (Wasitaatmadja, 1997).

Penuaan merupakan proses yang alamiah dan tidak ada seorang pun yang

dapat menghindarinya. Seiring bertambahnya usia, maka tanda-tanda penuaan

pada wajah mulai bermunculan. Seperti munculnya kerutan atau garis-garis halus

yang muncul diarea sudut mata, kening dan sekitar bibir. Bila garis-garis halus

disana mulai muncul, maka menjadi petunjuk bahwa wajah membutuhkan

perawatan yang lebih (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Paparan sinar UV merupakan salah satu penyebab terbentuknya radikal

bebas yang berujung pada penuaan kulit, untuk menetralkan radikal bebas tubuh

akan membentuk antioksidan, tetapi jumlahnya tidak cukup menetralkan. Oleh

karena itu, sediaan anti-aging atau anti penuaan dianggap penting untuk

perawatan kulit (Vinski, 2012).

Anti-aging atau anti penuaan merupakan suatu produk kosmetik yang

digunakan secara topikal yang mampu mengobati/menghilangkan gejala yang

disebabkan oleh sinar UV atau disebut photoaging pada kulit atau produk yang

dapat mengurangi/memperlama timbulnya gejala-gejala photoaging (Barel dkk.,

2009).

1
Ada banyak tanaman yang dapat menjadi sumber antioksidan alami seperti

dedaunan. Kebanyakan sumber antioksidan alami adalah tumbuhan dan umumnya

merupakan senyawa fenolik yang tersebar di seluruh bagian tumbuhan baik di

kayu, biji, daun, buah, akar, bunga maupun serbuk sari (Sarastani dkk., 2002).

Antioksidan berguna bagi kesehatan yakni untuk melindungi tubuh dari

berbagai macam penyakit degeneratif dan kanker yang disebabkan oleh radikal

bebas dengan cara menetralkannya. Salah satu tanaman yang dikenal memiliki

aktivitas penangkapan radikal bebas adalah daun sirsak (Annona muricata L.).

Daun sirsak memiliki aktivitas antioksidan karena mengandung senyawa

flavonoid. Senyawa tersebut dapat mencegah radikal bebas yang dapat

menyebabkan penuaan dini (Budiman dkk., 2018). Uji pendahuluan terhadap daun

sirsak (Annona muricata L.) menunjukkan hasil yang positif terhadap senyawa

flavonoid, steroid, alkaloid, tanin dan saponin (Purwatresna, 2012).

Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh (Rukmana, 2019) terhadap

aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun sirsak urutan ke-4 dan ke-5,

menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun sirsak memiliki IC50 sebesar 33,04𝜇𝜇g/ml.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun sirsak memiliki

antioksidan dalam kategori sangat kuat.

Daun yang berkualitas adalah daun sirsak dengan kandungan antioksidan

yang tinggi terdapat pada daun yang tumbuh pada urutan ke-3 sampai urutan ke-5

dari pangkal batang daun (Zuhud, 2011).

Seperti yang dipaparkan oleh Apriliana dan Syafira (2016) menyatakan sejak

tahun 2010 buah sirsak diketahui dapat berkhasiat untuk mengobati disentri,

empedu akut, dan kencing batu. Daunnya juga berfaedah untuk mengatasi luka

2
borok, bisul, kejang, jerawat, dan kutu rambut. Dalam hal ini daun yang

berkhasiat adalah helaian daun ke-4 dan 5.

Bentuk sediaan kosmetik yang sering digunakan untuk perawatan kulit

adalah bentuk sediaan krim (Ansel, 2008). Krim adalah sediaan setengah padat

berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk

pemakaian luar (Ditjen POM RI, 1979). Sediaan ini sangat mudah diaplikasikan

pada kulit dan mudah menyerap ke dalam kulit (Anief, 2006). Sifat umum sediaan

krim ialah mampu melekat pada permukaan tempat pemakaian dalam waktu yang

cukup lama sebelum sediaan ini dicuci atau dihilangkan (Anwar, 2012).

Berdasarkan tipe emulsi, m/a lebih banyak digunakan sebagai basis obat yang

dapat tercuci dengan air untuk tujuan kosmetik umum (Lachman dkk., 1994).

Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh (Budiman dkk., 2018) Hasil

penelitian menunjukkan krim ekstrak etanol daun sirsakkonsentrasi sebesar

0,02%; 0,3%; dan 4,5% memenuhi persyaratan pH dengan parameter 4,5-7,

viskositas dengan parameter 2000-50000 cp, daya sebarnya dengan parameter 5-7

cm serta stabil selama penyimpanan 21 hari. Hasil uji ekstrak etanol daun sirsak

terhadap aktivitas penangkapan radikal bebas diperoleh nilai IC50 sebesar 33,3333

ppm. Krim ekstrak etanol daun sirsak memiliki aktivitas penangkapan radikal

bebas yang berbanding lurus dengan konsentrasi.

Berdasarkan kandungan antioksidan pada daun sirsak, maka peneliti

membuat sediaan kosmetik dalam bentuk krim dengan menambahkan ekstrak

etanol daun sirsak (Annona muricata L.) dengan konsentrasi 2,5; 5; 7,5 dan 10%

sebagai krim anti-aging.

3
1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

a. Apakah ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) dapat

diformulasikan dalam sediaan krim?

b. Apakah krim ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) memberikan

efek anti-aging pada kulit?

c. Apakah perbedaan konsentrasi ekstrak etanol daun sirsak (Annona

muricata L.) dalam sediaan krim mempengaruhi efektivitas anti-aging?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis pada penelitian ini

adalah :

a. Ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) dapat diformulasikan

dalam sediaan krim

b. Krim ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) memberikan efek

anti-aging pada kulit

c. Perbedaan konsentrasi ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.)

dalam sediaan krim mempengaruhi efektivitas anti-aging

4
1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) dapat

diformulasikan dalam sediaan krim

b. Untuk mengetahui efek anti-aging dari ekstrak etanol daun sirsak (Annona

muricata L.)

c. Untuk mengetahui perbedaan konsentrasi ekstrak etanol daun sirsak

(Annona muricata L.) pada sediaan krim dapat memberikan pengaruh

terhadap efektivitas sebagai anti-aging

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan manfaat dari

daun sirsak (Annona muricata L.) dalam bidang kosmetika yaitu sebagai krim

anti-aging.

1.6 Kerangka Penelitian

Kerangka pikir penelitian ini terdiri dari variabel bebas, variabel terikat

dan parameter.Variabel bebas terdiri dari formulasi krim ekstrak etanol daun

sirsak.Variabel terikat dalam penelitian ini adalah uji efektivitasanti-aging dengan

skin analyzer. Parameter yangakan dilihat meliputi kelembapan (moisture),

kehalusan (evenness), pori (pore), noda (spot) dan keriput (wrinkle).

5
Variabel bebas ` Variabel Terikat Parameter

Formulasi krim Uji efektivitas − Kelembapan


ekstrak etanol anti-aging (moisture)
daun sirsak dengan skin − Kehalusan
analyzer (evenness)
− Pori (pore)
− Noda (spot)
− Keriput
(wrinkle)

Konsentrasi
− 0%
− 2,5%
− 5%
− 7,5%
− 10%

Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

Uraian tumbuhan meliputisistematika tumbuhan, nama daerah, morfologi

tumbuhan, khasiat tumbuhan dan kandungan kimia.

2.1.1 Sistematika Tumbuhan

Secara lengkap sistematika daun sirsak (Annona muricata L.) hasil

identifikasi sampel dari Herbarium Medanense (2019) adalah:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Magnoliales

Famili : Annonaceae

Genus : Annona

Spesies : Annona muricata L.

Nama lokal : Daun Sirsak

2.1.2 Nama daerah

Adapun nama daerah sirsak di beberapa wilayah Indonesia dikenal sebagai

nangka sebrang, nangka landa (Jawa); nangka walanda, sirsak (Sunda); nangka

buris (Madura); srikaya jawa (Bali); deureuyan belanda (Aceh); durio

ulondro(Nias); serekaja (Bugis); jambu landa (Lampung); serta durian betawi

(Minangkabau) (Mardiana dan Ratnasari, 2012).

7
2.1.3 Morfologi Tumbuhan

Daun sirsak berbentuk bulat panjang dengan ujung lancip pendek,

berukuran (8-16) cm x (3 x 7) cm. Tangkai daun panjangnya 3-7 mm. Daun

tuanya berwarna hijau tua, sedangkan daun muda berwarna hijau kekuningan.

Daun sirsak tebal dan agak kaku dengan urat daun menyirip atau tegak pada urat

daun utama.Aroma yang ditimbulkan daunnya terkadang menimbulkan daun yang

tidak sedap (Mardiana dan Ratnasari, 2012).

2.1.4 Khasiat Tumbuhan

Daun sirsak bermanfaat menghambat sel kanker dengan menginduksi

apoptosis, antidiare, analgetik, antidisentri, antiasma, anthelmintik, dilatasi

pembuluh darah, menstimulasi pencernaan dan mengurangi depresi (McLaughlin,

2008). Selain itu daun dan biji tanaman Annona muricata L. dapat berguna

sebagai obat insektisida, larvasida, penolak serangga (Tenrirawe, 2011).

2.1.5 Kandungan Kimia

Dalam daun, biji, kulit batang, buah, dan akar sirsak mengandung banyak

senyawa kimia yang aktif secara biologi yang disebut Annonaceous acetogenin.

Annonaceous acetogenin pada sirsak meliputi annokatalin, annoheksosin,

annomonisin, lakton, alkaloid, tanin, kumarin, flavonoid, saponin terpenoid

pentasiklik dan lain-lain (Taylor, 2002).

Penelitian senyawa kimia dan farmakologi pada Annonaceae mengandung

alkaloid, asam amino, karbohidrat, protein, lemak, polifenol(termasuk di

dalamnya flavonoid), minyak esensial, terpen dan senyawa aromatik (Sunyoto

dkk., 2013).

8
2.2 Simplisia dan Ekstrak

2.2.1 Simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang

belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa

bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan simplisia nabati, simplisia

hewani atau simplisia pelikan (mineral). Simplisia nabati adalah simplisia berupa

tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan (Ditjen POM dan

DPOT, 2000).

2.2.2 Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif

dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian

semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa

diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Ditjen

POM dan DPOT, 2000).

Pembuatan sediaan ekstrak dimaksudkan agar zat berkhasiat yang terdapat

di simplisia dalam bentuk yang mempunyai kadar yang tinggi dan hal ini

memudahkan zat berkhasiat dapat diatur dosisnya (Anief, 2006). Ekstraksi adalah

kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari

bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan pelarut cair yang sesuai.

Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke

dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dengan diketahuinya senyawa

aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara

ekstraksi yang tepat.

9
Menurut Ditjen POM dan DPOT (2000), beberapa metode ekstraksi yang

sering digunakan dalam berbagai penelitian antara lain yaitu:

1. Cara Dingin

a. Maserasi, adalah proses pengekstraksi simplisia dengan menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode

pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan

pengadukan yang kontinu (terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan

pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama

dan seterusnya.

b. Perkolasi, adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai

sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur

ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara,

tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) terus-menerus

sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali.

2. Cara Panas

a. Refluks, adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,

selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan

adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu

pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.

b. Soxhlet, adalah ekstraksi yang menggunakan pelarut yang selalu baru yang

umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan

jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

10
c. Digesti, adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada

temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum

dilakukan pada temperatur 40-50°C.

d. Infus, adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air

(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98°C )

selama waktu tertentu (15-20 menit).

e. Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥30°C)dan temperatur

sampai titik didih air.

2.3 Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari

lingkungan hidup manusia.Luas kulit pada orang dewasa sekitar 1,5m2 dengan

berat kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ esensial dan vital serta

merupakan cermin kesehatan dan kehidupan.Kulit juga sangat kompleks, elastis

dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras dan lokasi tubuh

(Wasitaatmadja, 1997).

2.3.1 Fungsi Biologis Kulit

Menurut Muliyawan dan Suriana (2013) kulit memiliki berbagai fungsi bagi

tubuh, diantaranya adalah:

a. Proteksi

Kulit berfungsi untuk melindungi organ-organ tubuh dari pengaruh

lingkungan luar. Misalnya pelindung dari sinar matahari, zat-zat kimia, perubahan

suhu dan lain-lain.

11
b. Thermoregulasi

Kulit akan menjaga suhu tubuh agar tetap optimal. Keringat yang keluar

pada saat suhu udara panas berfungsi untuk mendinginkan tubuh. Keluarnya

keringat adalah salah satu mekanisme tubuh untuk menjaga stabilitas temperatur.

c. Organ sekresi

Kulit juga berfungsi sebagai organ untuk melepaskan kelebihan air dan zat-

zat lainnya, seperti NaCl, amonia dan lain-lain.

d. Persepsi sensoris

Sebagai alat peraba, kulit akan bereaksi pada perbedaan suhu, sentuhan, rasa

sakit dan tekanan.

e. Absorpsi

Beberapa zat tertentu bisa diserap masuk ke dalam tubuh melalui kulit.

2.3.2 Struktur Kulit

Menurut Wasitaatmadja (1997) secara histpatologis kulit tersusun atas 3

lapisan utama terdiri : 1) Lapisan epidermis atau kutikel; 2) Lapis dermis (korium,

kutis vera, true skin); dan 3) Lapis subkutis (hiodermis).

A. Lapisan epidermis

Lapisan ini terletak paling atas, tahan akan air, tipis dan sebagian besar

terdiridari sel-sel mati. Lapisan ini terdiri dari lima lapisan sel yaitu:

a. Lapisan tanduk (stratum corneum)

Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak

mengalami proses metabolisme, tidak berwarna, dan sangat sedikit mengandung

air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin, jenis protein yang tidak larut

dalam air, dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia.

12
b. Lapisan jernih (stratum lucidum)

Terletak tepat dibawah stratum corneum, merupakan lapisan yang tipis,

jernih, mengandung eleidin, sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak

kaki. Antara stratum lucidum dan stratum granulosum terdapat lapisan keratin

tipis yang disebut rein’s barrier yang tidak bisa ditembus (impermeable).

c. Lapisan berbutir-butir (stratum granulosum)

Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir kasar,

berintimengkerut.

d. Lapisan malphigi (stratum spinosum atau malphigi layer)

Memiliki sel yang berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar dan

oval.Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein.

Cairan limfe masih ditemukan mengitari sel-sel dalam lapisan malphigi ini.

e. Lapisan basal (stratum germinativum atau membrane basalis)

Lapisan terbawah epidermis. Di dalam stratum germinativum juga terdapat

sel-sel melanosit, yaitu sel-sel yang tidak mengalami keratinisasi dan fungsinya

hanya membentuk pigmen melanin dan memberikannya kepada sel-sel

keratinosit.

B. Lapisan dermis

Lapisan dermis jauh lebih tebal daripada epidermis, terbentuk oleh jaringan

elastis dan fibrosa padat dengan elemen selular, kelenjar, dan rambutsebagai

adneksa kulit terdiri atas:

a. Pars papilaris yaitu bagian yang menonjol ke dalam epidermis, berisi ujung

serabut saraf dan pembuluh darah.

13
b. Pars retikularis yaitu bagian bawah dermis yang berhubungan dengan

subkutis, terdiri atas serabut penunjang kolagen, elastin dan retikulin.

C. Lapisan subkutan

Lapisan subkutan terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di

dalamnya. Sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir

karena sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel ini membentuk kelompok yang

dipisahkan satu dengan yang lainnya oleh trabekula yang fibrosa.

Lapisan sel lemak disebut panikulus adiposus, berfungsi sebagai cadangan

makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan

saluran getah bening. Tebal jaringan lemak tidak sama bergantung pada lokasi, di

abdomen 3 cm, sedangkan di daerah kelopak mata dan penis sangat tipis. Lapis

lemak ini juga berfungsi sebagai bantalan.

2.3.3 Jenis Kulit

Menurut Noormindhawati (2013), ditinjau dari sudut pandang perawatan

kulit terbagi atas lima bagian:

1. Kulit normal

Merupakan kulit ideal yang sehat, memiliki pH normal, kadar air dan

kadarminyak seimbang, tekstur kulit kenyal, halus, lembut dan pori-pori kulit

kecil.

2. Kulit berminyak

Merupakan kulit yang memiliki kadar minyak berlebihan di permukaan kulit

sehingga tampak mengkilap, memiliki pori-pori besar dan cenderung berjerawat.

14
3. Kulit kering

Adalah kulit yang tampak kasar, kusam, kulit mudah bersisik, terasa kaku,

tidak elastisdan mudah berkeriput.

4. Kulit kombinasi

Merupakan jenis kulit kombinasi antara kulit wajah kering dan berminyak.

Pada area T cenderung berminyak, sedangkan kulit di daerah lain cenderung

kering atau normal.

5. Kulit sensitif

Adalah kulit yang memberikan respons secara berlebihan terhadap kondisi

tertentu, misalnya suhu, cuaca, bahan kosmetik atau bahan kimia lainnya yang

menyebabkan timbulnya gangguan kulit seperti kulit mudah menjadi iritasi, kulit

menjadi lebih tipis, dan sangat sensitif.

2.4 Kosmetik

Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan

pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian

luar), gigi, dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik,

mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik,

memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau

menyembuhkan suatu penyakit (Tranggono dan Latifah, 2007).

Bahan-bahan yang sering digunakan dalam pembuatan kosmetik itu sendiri

dapat berasal dari tumbuhan dan bahan aktif yang berasal dari hewani (Prianto,

2014).

15
2.5 Krim

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih

bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini

secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai

konsistensi relatif cair diformulasikan sebagai emulsi air dalam minyak atau

minyak dalam air, tetapi batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang

terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak

atau alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air dan lebih

ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika (Ditjen POM, 1995).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa krim mempunyai dua tipe yaitu

air dalam minyak (a/m) dan minyak dalam air (m/a). Sifat umum sediaan

semipadat terutama krim adalah mampu melekat pada permukaan tempat

pemakaian dalam waktu yang cukup lama sebelum sediaan ini dicuci atau

dihilangkan (Anwar, 2012).

2.5.1 Bahan-bahan dalam Krim Anti-Aging

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan sediaan krim anti-aging, yaitu:

1. Asam stearat

Asam stearat digunakan dalam formulasi topikal digunakan sebagai zat

pengemulsi. Konsentrasi asam stearat yang biasa digunakan dalam formulasi krim

berkisar antara 1–20%. Asam stearat dapat larut dalam propilen glikol (Rowe

dkk., 2009).

2. Setil alkohol

Berbentuk partikel pipih berwarna putih, berfungsi sebagai bahan

pengemulsi dan sebagai pengeras krim sehingga mampu meningkatkan

16
konsistensi. Setil alkohol seringkali digunakan dalam sediaan krim karena sifatnya

sebagai emolien (Rowe dkk., 2009).

3. Propilen glikol

Propilen glikol adalah cairan jernih, tidak berwarna, kental, tidak berbau,

rasa manis, agak sangit menyerupai gliserin. Bahan ini dapat berfungsi sebagai

pengawet antimikroba, disinfektan, humektan, plasticizer, pelarut, stabilizer, dan

pelarut pembantu yang dapat bercampur dengan air (Rowe dkk., 2009).

4. Trietanolamin

Trietanolamin (TEA) adalah cairan kental jernih, tidak berwarna hingga

berwarna kuning pucat yang mempunyai bau agak menyerupai amoniak. TEA

digunakan secara luas dalam formulasi bidang farmasi, terutama dalam

pembentukan emulsi. TEA jika dicampur dengan asam lemak seperti asam stearat

atau asam oleat akan membentuk sabun anionik yang dapat berfungsi sebagai

pengemulsi untuk menghasilkan emulsi minyak dalam air yang stabil (Rowe dkk.,

2009).

5. Metil paraben

Metil paraben digunakan secara luas sebagai pengawet antimikroba dalam

formulasi kosmetika, produk makanan, dan bidang farmasi. Khasiat pengawet dari

metil paraben juga ditingkatkan dengan penambahan propilen glikol sebanyak 2–

5%. Konsentrasi pengawet ini biasa digunakan dalam sediaan topikal berkisar

antara 0,02 – 0,3% (Rowe dkk., 2009).

17
2.6 Penuaan Dini

2.6.1 Definisi

Penuaan dini adalah proses penuaan kulit yang lebih cepat dari waktunya,

dapat terjadi saat umur memasuki usia 20–30 tahun. Pada usia muda, regenerasi

kulit terjadi setiap 28–30 hari regenerasi semakin melambat seiring dengan

bertambahnya usia. Memasuki usia 50 tahun, regenerasi kulit terjadi setiap 37

hari. Organ tubuh yang bertanggung jawab terhadap elastisitas dan kehalusan kulit

adalah lapisan dermis. Jika usia semakin bertambahnya, maka regenerasi kulit

semakin melambat. Akibatnya kulit menjadi keriput (Noormindhawati, 2013).

2.6.2 Tanda-Tanda Penuaan Dini

Penuaan dini yang dialami oleh kulit memiliki tanda-tanda fisik sebagai

berikut:

1. Keriput dan mengendur

Menurut Noormindhawati (2013) seiring bertambahnya usia, jumlah

kolagen dan elastin kulit semakin berkurang. Akibatnya kulit kehilangan

elastisitasnya sehingga tampak keriput dan mengendur.

2. Muncul age spot (noda hitam)

Muncul di area yang sering terpapar sinar matahari seperti pada daerah

wajah, lengan, dan tangan.

3. Kulit kasar

Rusaknya kolagen dan elastin akibat paparan sinar matahari membuat kulit

menjadi kering dan kasar.

4. Pori-pori membesar

Akibat penumpukan sel kulit mati, pori-pori kulit menjadi membesar.

18
2.6.3 Penyebab Penuaan Dini

Menurut Wasitaatmadja (1997) banyak faktor yang ikut berpengaruh dalam

proses penuaan dini, baik faktor intrinsik maupun faktor ekstrinsik. Beberapa

faktor tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Faktor intrinsik

Faktor intrinsik menyebabkan penuaan yang terjadi secara alami. Penuaan

intrinsik terjadi secara lambat, terus menerus dan degradasi jaringan yang

ireversibel. Ada berbagai faktor internal yang berpengaruh pada proses penuaan

kulit, yaitu:

1. Umur

Umur adalah suatu faktor fisiologik yang menyebabkan kulit akan menjadi

tua. Umur bertambah setiap hari dan secara perlahan tetapi pasti proses menua

terjadi.

2. Ras

Berbagai ras manusia mempunyai perbedaan struktural dan faal tubuh dalam

perannya terhadap lingkungan hidup sehingga mempunyai kemampuan berbeda

dalam mempertahankan diri, misalnya dalam jumlah pigmen melanin pada kulit.

Orang kulit putih lebih mudah terbakar sinar matahari daripada kulit berwarna

sehingga pada kulit putih lebih mudah terjadi gejala-gejala kulit menua secara

dini.

3. Genetik

Para ahli yakin bahwa faktor genetik juga berpengaruh terhadap proses

penuaan dini. Faktor genetik menentukan kapan menurunnya proses metabolisme

dalam tubuh dan seberapa cepat proses menua itu berjalan.

19
4. Hormonal

Hormon tertentu dalam tubuh manusia mempunyai peran penting dalam

proses pembentukan sel baru dan proses metabolik untuk mempertahankan

kehidupan sel secara baik. Pada wanita yang menopause, penurunan produksi

estrogen akan menurunkan elastisitas kulit. Berkurangnya hormon tersebut akan

menunjukkan gejala penuaan dini yang lebih jelas.

b. Faktor ekstrinsik

Lingkungan hidup manusia yang tidak nyaman bagi kulit dapat berupa suhu,

kelembapan, polusi dan terutama sinar ultraviolet. Sinar matahari adalah faktor

lingkungan terbesar yang dapat mempercepat proses penuaan dini karena sinar

matahari dapat merusak serabut kolagen kulit dan matriks dermis sehingga kulit

menjadi tidak elastis, kering, dan keriput atau sering disebut dengan photoaging.

2.7 Anti-aging atau Anti Penuaan

Anti-aging atau anti penuaan adalah segala bentuk sediaan atau produk yang

dapat memperlambat atau mencegah proses penuaan dini (Prianto, 2014). Dalam

hal ini, proses penuaan yang gejalanya terlihat jelas pada kulit seperti timbulnya

keriput, kelembutan kulit berkurang, menurunnya elastisitas kulit, tekstur kulit

menjadi kasar, hiperpigmentasi serta kulit berwarna gelap (Jaelani, 2009).

Penggunaan produk anti-aging dimaksudkan tidak hanya untuk

memperlambat proses penuaan, membersihkan, melembabkan dan memperindah

penampilan tetapi juga dapat memperbaiki struktur dasar kulit yang rusak,

melindungi serta mempertahankan integritas kulit (Prianto, 2014).

20
2.7.1 Fungsi dari Produk Anti-Aging

Menurut Muliyawan dan Suriana (2013) fungsi dari produk anti-aging,

yaitu:

1. Mensuplai antioksidan bagi jaringan kulit.

2. Menstimulasi proses regenerasi sel-sel kulit.

3. Menjaga kelembaban dan elastisitas kulit.

4. Merangsang produksi kolagen dan glikosaminoglikan.

5. Melindungi kulit dari radiasi ultraviolet.

2.7.2 Antioksidan Sebagai Bahan Aktif Pada Produk Anti-Aging

Antioksidan adalah senyawa penting yang sangat bermanfaat bagi kesehatan

kulit. Zat ini berfungsi untuk menangkal radikal bebas yang dapat merusak

jaringan kulit. Radikal bebas juga disinyalir sebagai penyebab penuaan dini pada

kulit, karena serangan radikal bebas pada jaringan dapat merusak asam lemak dan

menghilangkan elastisitas, sehingga kulit menjadi kering dan keriput. Antioksidan

berperan aktif menetralkan radikal bebas, oleh karena itu, produk-produk

perawatan kulit selalu mengandung senyawa antioksidan sebagai salah satu bahan

aktif. Termasuk produk-produk anti-aging, yang juga mengandalkan antioksidan

untuk melindungi kulit dari pengaruh radikal bebas yang menjadi salah satu faktor

penyebab penuaan dini (Muliyawan dan Suriana, 2013).

21
2.8 Skin Analyzer

Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk

mendiagnosa keadaan pada kulit. Skin analyzer dapat mendukung diagnosa dokter

yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas namun mampu memperlihatkan sisi

lebih dalam dari lapisan kulit, dengan mode pengukuran normal dan polarisasiskin

analyzerdilengkapi dengan rangkaian sensor kamera menyebabkan alat ini dapat

menampilkan hasil lebih cepat dan akurat (Aramo, 2012).

Tabel 2.1Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer (Aramo, 2012)


Pengukuran Parameter

Kelembapan Dehidrasi Normal Hidrasi


(Moisture) 0-29 30-50 51-100
Kehalusan Halus Normal Kasar
(Evenness) 0-31 32-51 52-100
Pori Kecil Besar Sangat besar
(Pore) 0-19 20-39 40-100
Noda Sedikit Sedang Banyak
(Spot) 0-19 20-39 40-100
Keriput Tidak berkeriput Berkeriput Berkeriput parah
(Wrinkle) 0-19 20-52 53-100

22
BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Penelitian meliputi

penyiapan sampel, karakterisasi simplisia, skrining simplisia, pembuatan ekstrak

etanol daun sirsak (Annona muricata L.), formulasi sediaan krim anti- aging,

pemeriksaan homogenitas sediaan, penentuan tipe emulsi sediaan, pengukuran pH

sediaan, penentuan stabilitas sediaan, uji iritasi terhadap kulit sukarelawan dan uji

efektivitas sediaan sebagai anti-aging pada kulit manusia.

3.1 Alat

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: alat-alat gelas

laboratorium, blender (Miyako), cawan porselen,kertas perkamen, krus

porselin,lemari pengering, lumpang,mikroskop (Olympus), moisture checker

(Aramo), neraca analitik (Boeco Germany),oven (Dynamica), penangas air, pH

meter (Hanna), pot plastik,rotary evaporator (RV 10),skin analyzer(Aramo),

spatula, stamfer, sudip dan tanur (Nobertherm).

3.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:etanol 96%,

kloralhidrat, toluena p.a, kloroform p.a, HCl p.a, H2SO4 p.a, larutan pereaksi

Mayer, Bouchardat, Dragendorff, serbuk Mg, amil alkohol p.a, timbal (II) asetat,

isopropanol p.a, metanol p.a, H2SO4 p.a, FeCl3, n-heksana p.a, asam asetat

anhidrida, aquadest, asam stearat, setil alkohol, propilen glikol, trietanolamin p.a,

23
nipagin, parfum, ekstrak etanol daun sirsak, biru metil, larutan dapar pH asam (pH

4,01), larutan dapar pH netral (pH 7,01).

3.3 Sukarelawan

Menurut Depkes RI (1985) Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji

iritasi dan pembuktian kemampuan sediaan sebagai anti-aging berjumlah 15

orang dengan kriteria sebagai berikut.

1. Wanita berbadan sehat.

2. Usia antara 20-30 tahun

3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi

4. Bersedia menjadi sukarelawan.

Adapun parameter pengujiannya adalah kelembaban (moisture), kehalusan

(evenness),besar pori (pore), banyak noda (spot) dan keriput (wrinkle).

3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Pengambilan dan pengolahan sampel

Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan

tumbuhan yang sama dengan daerah lain. Bahan tumbuhan yang digunakan

adalah daun sirsak yang diambil dari daerah Dusun 4, Desa Durin

Tonggal,Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera

Utara. Daun yang digunakan adalah daun lembar ke-4 dan 5 dari pucuk.

3.4.2 Identifikasi Sampel

Identifikasi sampel dilakukan di Herbarium Medanense, Departemen

Biologi FMIPA USU.

24
3.4.3 Pengolahan Sampel

Sampel yang diuji dalam penelitian ini adalah daun sirsak. Daun sirsak yang

masih segar dicuci hingga bersih. Lalu daun dipisahkan dari tangkai kemudian

ditimbang, diperoleh berat basah.Kemudian dikeringkan dalam lemari pengering

yang suhunya ±40°C. Simplisia yang telah kering diblender menjadi serbuk dan

ditimbang.

3.5 Pembuatan Pereaksi

3.5.1 Larutan Pereaksi Besi (III) Klorida 1%

Sebanyak 1 g besi (III) klorida ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air

secukupnya hingga diperoleh larutan 100 ml (Ditjen POM, 1995).

3.5.2 Larutan Pereaksi Timbal (II) Asetat 0,4 M

Sebanyak 15,17 g timbal (II) asetat ditimbang, kemudian dilarutkan dalam

air suling bebas karbon dioksida sebanyak 100 mL (Ditjen POM, 1995).

3.5.3 Larutan Pereaksi Asam Klorida 2 N

Sebanyak 17 mL larutan asam klorida pekat ditambahkan air suling hingga

diperoleh larutan 100 mL (Ditjen POM, 1995).

3.5.4 Larutan Pereaksi Kloralhidrat

Sebanyak 50 g kristal kloralhidrat ditimbang lalu dilarutkan dalam 20 mL

air suling (Ditjen POM, 1995).

3.5.5 Larutan Pereaksi Mayer

Sebanyak 1,4 g air raksa (II) klorida dilarutkan dalam air suling hingga 60

mL, pada wadah lain ditimbang 5 g kalium iodida lalu dilarutkan dalam 10 mL air

25
suling, kedua larutan dicampurkan dan ditambahkan air suling hingga diperoleh

larutan 100 mL (Ditjen POM, 1995).

3.5.6 Larutan Pereaksi Molisch

Sebanyak 3 g 𝛼𝛼-naftol ditimbang, dilarutkan dalam asam nitrat 0,5 N hingga

diperoleh larutan 100 mL (Ditjen POM, 1995).

3.5.7 Larutan Pereaksi Dragendorff

Sebanyak 0,8 g bismut (III) nitrat ditimbang, dilarutkan dalam 20 mL asam

nitrat pekat, pada wadah lain ditimbang sebanyak 27,2 g kalium iodida, dilarutkan

dalam 50 mL air suling. Kedua larutan dicampurkan dan didiamkan sampai

memisah sempurna. Larutan yang jernih diambil dan diencekan dengan air suling

hingga volume larutan 100 mL (Ditjen POM, 1995).

3.5.8 Larutan Pereaksi Bouchardat

Sebanyak 4 g kalium iodida ditimbang, dilarutkan dalam air suling

secukupnya lalu ditambahkan 2 g iodium kemudian ditambahkan air suling hingga

diperoleh larutan 100 mL (Ditjen POM, 1995).

3.5.9 Larutan Pereaksi Liebermann-Burchard

Sebanyak 5 bagian volume asam sulfat pekat dicampurkan dengan 50

bagian volume etanol 95%.Lalu ditambahkan dengan hati-hati 5 bagian volume

asam asetat anhidrida ke dalam campuran tersebut dan dinginkan (Ditjen POM,

1995).

26
3.6 Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia

Pemeriksaan karakterisasi simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik,

penetapan kadar air, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, kadar abu total,dan

kadar abu tidak larut asam (Ditjen POM, 1995).

3.6.1 Pemeriksaan Makroskopik

Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan mengamati morfologi

simplisia daun sirsak dengan cara memperhatikan warna, bentuk dan tekstur

sampel.

3.6.2 Pemeriksaan Mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia dilakukan terhadap serbuk

simplisia dengan cara serbuk simplisia ditaburkan di atas kaca objek yang telah

ditetesi larutan kloralhidrat dan ditutup dengan kaca penutup kemudian diamati di

bawah mikroskop.

3.6.3 Penetapan Kadar Air

Menurut WHO (1998) penetapan kadar air dilakukan dengan metode

destilasi toluena (Azeotropi).

Prosedur kerja:

1. Penjenuhan toluena:

Sebanyak 200 mL toluena dan 2 mL air suling dimasukkan ke dalam labu

alas bulat, didestilasi selama 2 jam, kemudiaan toluena didinginkan selama 30

menit dan volume air pada tabung penerima dibaca dengan ketelitian 0,05 ml.

2. Penetapan kadar air simplisia

Sebanyak 5 g simplisia yang telah ditimbang seksama dimasukkan ke dalam

labu alas bulat berisi toluena tersebut, lalu dipanaskan hati-hati selama 15 menit,

27
setelah toluena mendidih kecepatan tetesan diatur lebih kurang 2 tetes perdetik

sampai bagian air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluena.

Destilasi dilanjutkan selama 5 menit kemudian tabung penerima dibiarkan dingin

sampai suhu kamar, setelah air dan toluena memisah sempurna volume air dibaca

sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air

dihitung dalam persen.

3.6.4 Penetapan Kadar Sari yang Larut Air

Serbuk simplisia sebanyak 5 g dimaserasi selama 24 jam dalam 100 mL air

kloroform (2,5 mL kloroform dalam air suling 1000 mL) dalam labu bersumbat

sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama kemudian dibiarkan selama 18 jam,

lalu disaring. Diuapkan 20 mL filtrat sampai kering dalam cawan dangkal

berdasar rata yang telah ditara. Sisa dipanaskan dalam oven pada suhu 105°C

hingga diperoleh bobot tetap, kemudian dihitung kadar sari larut air (Depkes RI,

1989).

3.6.5 Penetapan Kadar Sari Larut Etanol

Serbuk simplisia sebanyak 5 g dimaserasi selama 24 jam dalam 100 mL

etanol 96% dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama

kemudian dibiarkan selama 18 jam, lalu disaring.Diuapkan 20 mL filtrat sampai

kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara. Sisa dipanaskan

dalam oven pada suhu 105°C hingga diperoleh bobot tetap, kemudian dihitung

kadar sari larut air (Depkes RI, 1989).

3.6.6 Penetapan Kadar Abu Total

Serbuk simplisia sebanyak 2 g yang telah digerus, ditimbang seksama

dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian

28
diratakan.Krus dipijarkan perlahan-lahan pada suhu 550°C hingga arang habis,

lalu didinginkan dan ditimbang hingga diperoleh bobot tetap. Kemudian dihitung

kadar abu total (WHO, 1998).

3.6.7 Penetapan Kadar Abu yang Tidak Larut Asam

Abu yang telah diperoleh dari penetapan kadar abu total dididihkan dengan

25 mL asam klorida encer selama 5 menit. Bagian yang tidak larut asam

dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas abu, kemudian dicuci dengan

air panas. Residu dan kertas saring dipijarkan, didinginkan dan ditimbang hingga

diperoleh bobot tetap, kemudian dihitung kadar abu tidak larut asam (WHO,

1998).

3.7 Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia dari daunsegar sirsakdan simplisia daun sirsakmeliputi

pemeriksaan terhadap golongan senyawa alkaloida, flavonoida, glikosida,

saponin, tanin dan steroida/triterpenoida (Depkes RI, 1989).

3.7.1 Pemeriksaan Alkaloida

Menurut Depkes RI (1989) sampel ditimbang sebanyak 0,5 g kemudian

ditambahkan 1 mL asam klorida 2 N dan 9 mL air suling, dipanaskan di atas

penangas air selama 2 menit. Didinginkan dan disaring. Filtrat dipakai untuk

percobaan sebagai berikut:

a. Filtrat sebayak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes larutan pereaksi Mayer,

akanterbentuk endapan menggumpal bewarna putih atau kuning.

b. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes larutan pereaksi

Bouchardat, akan terbentuk endapan berwarna coklat sampai hitam.

29
c. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes larutan pereaksi

Dragendorff, akan terbentuk endapan merah atau jingga. Alkaloid positif jika

terjadi endapan atau kekeruhan paling sedikit dua dari tiga percobaan diatas.

3.7.2 Pemeriksaan Flavonoida

Sebanyak 0,5 g sampel ditambahkan 20 ml air panas, dididihkan selama 10

menit dan disaring dalam keadaan panas, ke dalam 5 mL filtrat ditambahkan 0,1 g

serbuk magnesium dan 1 mL asam klorida pekat dan 2 mL amil alkohol, dikocok

dan dibiarkan memisah. Flavonoida positif jika terjadi warna merah, kuning,

jingga pada lapisan amil alkohol (Farnsworth, 1966).

3.7.3 Pemeriksaan Glikosida

Menurut Depkes RI (1989) sebanyak 3 g sampel disari dengan 30 mL

campuran etanol 96% dengan air suling (7:3), ditambahkan asam sulfat pekat

hingga diperoleh pH 2, kemudian direfluks selama 10 menit, didinginkan dan

disaring. Sebanyak 20 ml filtrat ditambahkan 25 mL air suling dan 25 ml timbal

(II) asetat 0,4 M, dikocok, didiamkan 5 menit lalu disaring. Filtrat disari dengan

20 mL campuran isopropanoldan kloroform (2:3), dilakukan berulang sebanyak 3

kali. Kumpulan sari air diuapkan dengan temperatur tidak lebih dari 50°C.

Sisanya dilarutkan dalam 2 mL metanol.

a. Sari air dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu diuapkan di atas penangas air,

pada sisa ditambahkan 2 mL air dan 5 tetes pereaksi Molisch. Tambahkan hati-

hati 2 mL asam sulfat pekat melalui dinding tabung, terbentuk cincin ungu pada

batas kedua cairan, menunjukkan adanya ikatan gula.

30
b. Sari pelarut organik diuapkan di atas penangas air. Larutkan sisa dalam 5 mL

asamasetat anhidrat. Tambahkan 10 tetes asam sulfat pekat, akan terjadi warna

biru atau hijau, menunjukkan adanya glikosida.

3.7.4 Pemeriksaan Saponin

Sampel ditimbang sebanyak 0,5 g dimasukkan ke dalam tabung reaksi,

kemudian ditambahkan 10 mL air panas, didinginkan kemudian dikocok selama

10 detik, jika terbentuk busa setinggi 1 sampai 10 cm yang stabil tidak kurang dari

10 menit dan busa tersebut tidak hilang dengan penambahan 1 tetes asam klorida

2N, maka hasil tersebut menunjukkan terdapatnya saponin (Depkes RI, 1989).

3.7.5 Pemeriksaan Tanin

Sampel disari sebanyak 0,5 g dengan 10 ml air suling kemudian disaring,

filtratnya diencerkan dengan air sampai tidak berwarna. Larutan diambil sebanyak

2 ml dan ditambahkan 1 sampai 2 tetes pereaksi besi (III) klorida. Jika terjadi

warna hijau, biru kehitaman menunjukkan adanya tanin (Farnsworth, 1966).

3.7.6 Pemeriksaan Steroida/Triterpenoida

Sampel dimaserasi sebanyak 1 g dengan n-heksana selama 2 jam, lalu

disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa ditambahkan 2 tetes

asam asetat anhidrida dan 1 tetes asam sulfat pekat. Timbul warna biru atau

hijaumenunjukkan adanya steroid dan timbul warna merah atau ungu

menunjukkan adanya triterpenoid (Farnsworth, 1966).

3.8 Pembuatan Ekstrak

Pembuatan ekstrak etanol daun sirsak dilakukan secara maserasi dengan

pelarut etanol 96%. Sebanyak 900 g serbuk simplisia dimasukkan ke dalam wadah

31
kaca, ditambahkan etanol 96% sebanyak 6,75 L (75 bagian), tutup, biarkan selama

5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, serkai, peras, cuci ampas

dengan cairan penyari sebanyak 2,25 L (25 bagian) hingga diperoleh 9 L (100

bagian). Pindahkan ke dalam bejana tertutup, biarkan di tempat sejuk, terlindung

cahaya selama 2 hari dan dienaptuangkan.Hasil yang diperoleh dipekatkan dengan

rotary evaporator sampai pelarutnya menguap dan dilanjutkan proses penguapan

di atas penangas air sampai ekstrak etanol kental(Ditjen POM, 1979).

3.9 Formulasi Sediaan Krim Anti-Aging

3.9.1 Formula Standar

Formula standar yang digunakan menurut Young (1972)


R/ Asam stearat 12
Setil alkohol 0,5
Propilen glikol 3
Trietanolamin 1
Gliserin 1-5 tetes
Metil paraben q.s
Parfum q.s
Aquadest ad 100

3.9.2 Formula Sediaan Krim Anti-Aging yang Digunakan


R/ Asam stearat 12
Setil alkohol 0,5
Propilen glikol 3
Trietanolamin 1
Nipagin 0,1
Parfum 3 tetes
Ekstrak x%
Aquadest ad 100

32
3.9.3 Formula Modifikasi dengan Tambahan Ekstrak Etanol Daun Sirsak

Konsentrasi ekstrak etanol yang digunakan adalah0% (F0), 2,5% (F1), 5%

(F2), 7,5% (F3) dan 10% (F4).

Tabel 3.1 Formulasi Sediaan Krim Anti-Aging

Dasar Krim
Konsentrasi
(gram) Asam Setil PG TEA Nipagin Aquadest Ekstrak
Stearat Alkohol (g) (g) (g) (ml) Etanol
(g) (g)

F0 (blanko) 12 0,5 3 1 0,1 ad 100 -


F1 (2,5%) 12 0,5 3 1 0,1 ad 100 2,5
F2 (5%) 12 0,5 3 1 0,1 ad 100 5
F3 (7,5%) 12 0,5 3 1 0,1 ad 100 7,5
F4 (10%) 12 0,5 3 1 0,1 ad 100 10
Keterangan: Formula F0 : Konsentrasi ekstrak etanol 0%
Formula F1 : Konsentrasi ekstrak etanol 2,5%
Formula F2 : Konsentrasi ekstrak etanol 5%
Formula F3 : Konsentrasi ekstrak etanol 7,5%
Formula F4 : Konsentrasi ekstrak etanol 10%

3.9.4 Pembuatan Sediaan Krim Anti-Aging


Ditimbang semua bahan yang diperlukan. Pisahkan bahan menjadi dua

kelompok yaitu fase minyak dan fase air. Fase minyak terdiri dari asam stearat,

setil alkohol, dilebur di atas penangas air (massa I). Fase air yang terdiri dari

propilen glikol, trietanolamin dan nipagin dilarutkan di dalam air panas yang telah

ditakar (massa II). Direndam lumpang porselen dan alu dalam air panas,

kemudian keringkan lumpang dan alu, masukkan massa I ke dalam lumpang, lalu

masukkan massa II digerus konstan sampai terbentuk massa krim. Ketika

terbentuk massa krim dilumpang panas, tambahkan ekstrak etanol sedikit demi

sedikit, digerus sampai terbentuk krim yang homogen. Pembuatan dilakukan

dengan cara yang sama untuk semua formula dengan konsentrasi ekstrak etanol

daun sirsak yang berbeda.

33
3.9.5 Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan

a. Pengujian Homogenitas

Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan

transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen

dan tidak telihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).

b. Pemeriksaan Tipe Emulsi Sediaan Krim

Penentuan tipe emulsi sediaan dilakukan dengan penambahan sedikit biru metil ke

dalam sediaan, jila larut sewaktu diaduk, maka emulsi tersebut adalah tipe m/a

(Depkes RI, 1985).

c. Pengukuran pH Sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat terlebih

dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar pH netral (pH 7,01) dan

larutan dapar pH asam (4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut.

Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tissue.

Sampel dilihat dalam konsentrasi 1% yaitu di timbang 1 g sediaan dan dilarutkan

dalam larutan 99 mL akuades. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan

tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang

ditujukan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2002).

d. Pengamatan Stabilitas Sediaan

Masing-masing formula sediaan dimasukkan ke dalam pot plastik, disimpan pada

suhu kamar dan diukur parameter-parameter kestabilan seperti bau, warna,

pemisahan fase dan pH dievaluasi selama penyimpanan 12 minggu dengan

pengamatan setiap 12 minggu (NHSA, 2005).

34
3.9.6 Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan

Krim dioleskan di bagian lengan bawah dengan diameter ± 3 cm, kemudian

dibiarkan selama 24 jam dan dilihat perubahan yang terjadi pada kulit

(Wasitaatmadja, 1997).

3.9.7 Pengujian Efektivitas Anti-Aging

Uji efektivitas anti-aging dilakukan terhadap sukarelawan wanita

sebanyak 15 orang dan dibagi menjadi 5 kelompok yaitu:

a. Kelompok I : 3 orang sukarelawan formula 0%

b. Kelompok II : 3 orang sukarelawan formula 2,5%

c. Kelompok III : 3 orang sukarelawan formula 5%

d. Kelompok IV : 3 orang sukarelawan formula 7,5%

e. Kelompok V : 3 orang sukarelawan formula 10%

Semua sukarelawan diukur terlebih dahulu kondisi kulit awal/sebelum perlakuan

menggunakan perangkat skin analyzer. Parameter pengukuran meliputi:

1. Kelembapan (moisture), dengan menggunakan alat moisture checker yang

terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo.

2. Pori wajah (pore), menggunakan lensa perbesaran 60x (normal lens)

dengan sensor warna biru.

3. Noda (spot), menggunakan lensa perbesaran 60x (polarizing lens) dengan

sensor warna jingga.

4. Keriput (wrinke), menggunakan lensa perbesaran 10x (normal lens)

dengan sensor warna biru.

35
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H. C. 2008. Pengantar bentuk sediaan farmasi. Edisi Keempat. Jakarta:


Universitas Indonesia Press. Halaman 489.
Anief, M. 2006. Ilmu meracik obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Halaman 132,169..
Anwar, E. 2012. Eksipien dalam sediaan farmasi: karakterisasi dan aplikasi.
Jakarta: Dian Rakyat. Halaman 1-10.
Apriliana, E., Syafira, A. U. 2016. Ekstraksi daun sirsak (Annona muricata l.)
sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan
Propionibacterium acnes. Majority. 5(1): 1.
Aramo SG. 2012. Skin diagnosis program: Skin XP pro. Sungnam: Aram Huvis
Co., Ltd. Halaman 1-10.
Balsam, M. S., Sagarin, E. 1972. Cosmetic science and technology. Second
Edition. London: Jhon Willy and Son. Halaman 226-338.
Barel, A. O., Paye, M., Maibach, H. I. 2009. Handbook of cosmetic science and
technology. Third Edition. New York: John Willy and Son Inc. Halaman
626-629.
Baumann, L., Saghari, S., Weisberg E. 2002. Cosmetic dermatology. Second
Edition. New York: McGraw-Hill. Halaman 93-94.
Bodagenta, A, 2012. Antisipasi gejala penuaan dini dengan kesaktian ramuan
herbal. Jogjakarta: Buku Biru. Halaman 15,17,19.
Budiman, A., Hartanti, D., Afrida, Z. 2018. Formulasi, uji stabilitas, dan uji
aktivitas penangkapan radikal bebas sediaan krim ekstrak etanol daun
sirsak (Annona muricata L.). Kumpulan Abstrak. PIT 2018 Ikatan
Apoteker Indonesia. Pekanbaru, Riau. Halaman 55.
Depkes RI. 1985. Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Halaman 22, 356.
Depkes RI. 1989. Materia Medika Indonesia. Jilid V. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Halaman 536-540.
Ditjen POM, DPOT. 2000. Parameter standar umum ekstrak tumbuhan obat.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 1,10,11.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 8.
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 10.
Fisher, G. J., Datta, S. C., Talwar, H. S. Wang, Z. Q., Varani, J., Kang, S.,
Voorhees, J. J. 1996. Molecular basis of sun-induced premature skin
ageing and retinoid antagonism. NATURE. 379: 335-339.
Farnsworth, N. R. 1966. Biological and phytochemical screening of plants.
Journal of Pharmaceutical Science. 55(3): 225-276.
Herbarium Medanense (MEDA). 2019. Identifikasi tumbuhan sirsak (Annona
muricata L.). Herbarium Medanense (MEDA) Universitas tjut nyak dhien.
No 4179/MEDA/2019.
Jaelani. 2009. Ensiklopedi kosmetika nabati. Jakarta: Pustaka Populer Obor.
Halaman 153.

36
Lachman, L., Lieberman, H. A., Kanig, J. L. 1994. Teori dan praktek farmasi
industri II. Edisi ketiga. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Halaman
1032.
Mamoto, N. F. E., Kalangi, S. J. R., Karundeng, R. 2009. Peran melanokortin
pada melanosit. Jurnal Biomedik. 1(1): 1-2.
Mardiana, L., Ratnasari, J. 2012. Ramuan & khasiat sirsak: Terbukti secara
ilmiah tumpas kanker & penyakit lainnya. Jakarta: Penebar Swadaya.
Halaman 7-9.
McLaughlin, J. L. 2008. Paw-paw and cancer: anonaceous acetogenins from
discovery to commercial products. J. Nat Prod. 71(7): 1311-1321.
Muliyawan, D., Suriana, N. 2013. A-Z tentang kosmetik. Jakarta: Elex Media
Komputindo. Halaman 16-17,138-289.
NHSA. 2005. Cosmetic product stability guide. 1st Edition. Brasilia: ANVISA.
Halaman 22.
Noormindhawati, L. 2013. Jurus ampuh melawan penuaan dini. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo. Halaman 2-5.
Prianto, J. 2014. Cantik panduan lengkap merawat kulit wajah. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama. Halaman 60.
Purwatresna, E., 2012. Aktivitas antidiabetes ekstrak air dan etanol daun sirsak
secara in vitro melalui inhibisi enzim ∝-glukosidase. Proposal. Insitut
Pertanian Bogor.
Rawlins, E. A. 2002. Bentley’s textbook of pharmaceutics. Eighth Edition.
London: Bailierre Tindall. Halaman 22, 355.
Rowe, R. C., Sheskey, P. J. Quinn, M. E. 2009. Handbook of pharmaceutical
excipients. 6th Ed. London: The Pharmaceutical Press. Halaman 155, 441,
592, 679, 697, dan 754.
Rukmana, H. 2018. Uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol dan fraksi n-heksana
serta etil asetat daun sirsak (Annona muricata l.) dengan metode 1,1-
difenil, 2-pikrilhidrazil (DPPH). Proposal. Fakultas Farmasi. Universitas
tjut nyak dhien. Medan. Halaman 68.
Sarastani, D., Soekarto, S. T. Muchtadi, T. R., Fardiaz, D., Apriyantono, A. 2002.
Aktivitas antioksidan ekstrak dan fraksi ekstrak biji atung (Parinarium
glaberrimum Hassk.). Jurnal Teknol. dan Industri Pangan. XIII(2): 149-
156.
Sinko, P. J. 2006. Martin’s physical pharmacy and pharmaceutical sciences. 5th
Ed. Penerjemah: Joshita Djajadisastra dan Amalia H. Hadinata. Tahun
terjemahan: 2016. Farmasi fisika & ilmu farmasetika martin. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 1095-1096.
Sunyoto, Rahmawati, F., Erdiana, M. 2013. Isolasi dan identifikasi flavonoid pada
simplisia daun sirsak (Annona muricata l.) dengan metode soxhletasi dan
kromatografi lapis tipis. Motorik. 8(17): 2.
Taylor, L. 2002. Technical data report for graviola (Annona muricata). Austin:
Sage Press.
Tenrirawe, A. 2011. Pengaruh ekstrak daun sirsak Annona muricata L. terhadap
mortalitas larva Helicoverpa armigera H. pada jagung. Seminar Nasional
Serealia 2011. Halaman 522.
Tranggono, R. I., Latifah, F. 2007. Buku pegangan ilmu pengetahuan kosmetik.
Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama. Halaman 1, 11-32, 167.

37
Vinski, D. 2012. Perfect beauty anti-aging: Be younger, sexier, healthier,
happier. Vinski Enterprises. Halaman 69.
Wasitaatmadja, S. M. 1997. Penuntun ilmu kosmetik medik. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia. Halaman 16-21.
WHO. 1998. Quality control methods for medical plant materials. World Health
Organization Geneva. Halaman 34, 36.
Young, A. 1972. Practical cosmetic science. London: Mills & Boon Limited.
Halaman 51.
Zuhra, C. F., Br.Tarigan, J., Sihotang, H. 2008. Aktivitas antioksidan senyawa
flavonoid dari daun katuk (Sauropus androgunus (L) Merr.). Jurnal
Biologi Sumatera. ISSN 1907-5537. 3(1): 7-10.
Zuhud, E. A. M. 2011. Kanker lenyap berkat sirsak. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Halaman 639.

38
Lampiran 1. Gambar daun sirsak, tumbuhan sirsak, simplisia daun sirsak dan
serbuk simplisia daun sirsak

Gambar 1. Daun sirsak urutan ke-4 dan ke -5

Gambar 2. Tumbuhan sirsak

39
Lampiran 1. (Lanjutan)

Gambar 3. Simplisia daun sirsak

40
Lampiran 2. Surat pernyataan persetujuan
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT SERTA

DALAM PENELITIAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini,

Nama :

Umur :

Alamat :

Telah mendapat penjelasan secukupnya bahwa kulit punggung tangan saya


akan digunakan sebagai daerah yang akan diuji. Setelah mendapat penjelasan
secukupnya tentang manfaat penelitian ini maka saya menyatakan SETUJU untuk
ikut serta dalam penelitian APRILIYANI PUTRI PANGARIBUAN secara dengan
judul “UJI EFEKTIVITAS SEDIAAN KRIM ANTI-AGING EKSTRAK
ETANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata L.)”, sebagai uaha untuk
mengetahui apakah sediaan krim yang dihasilkan mampu memberikan efek anti
penuaan. Saya menyatakan sukarela dan bersedia untuk mengikuti prosedur
penelitian yang telah ditetapkan

Persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari
pihak mana pun. Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya

Medan, Mei 2020


Peneliti Sukarelawan

( Apriliyani Putri Pangaribuan) ( )

41
Lampiran 3. Gambar alat

Gambar 11. Rotary evaporator Gambar 12. Tanur

Gambar 13. Lumpang dan alu Gambar 14. Alat gelas

42
Lampiran 3. (Lanjutan)

Gambar 15. pH meter Gambar 16. Timbangan analitik

Gambar 17. Skin analyzer Gambar 18. Moisture checker

43
Lampiran 4. Bagan pembuatan simplisia, karakterisasi dan skrining fitokimia

4,9 kg daun sirsak segar

← Dicuci bersih lalu ditiriskan


← Dikeringkan dalam lemari

1,2 kg simplisia

← Ditimbang berat kering


← Dihaluskan

900 g serbuk simplisia

Karakterisasi simplisia Skrining fitokimia


− Pemeriksaan makroskopik − Alkaloid
− Pemeriksaan mikroskopik − Flavonoid
− Penetapan kadar air − Glikosida
− Penetapan kadar sari larut − Saponin
air − Tanin
− Penetapan kadar sari larut − Triterpenoid/steroid
etanol
− Penetapan kadar abu total
− Penetapan kadar abu tidak
larut asam

44
Lampiran 5. Bagan kerja pembuatan ekstrak etanol daun sirsak

Serbuk simplisia 900 g

← Dimasukkan ke dalam wadah kaca


berwarna gelap
← Dimaserasi dengan etanol 96% sebanyak
6,75 liter selama 5 hari (terlindung dari
cahaya)
← Diaduk sesekali

Maserat I Ampas
← Diremaserasi dengan
etanol 96% sebanyak 2,25
L sambil diaduk
← Didiamkan selama 2 hari
← Diserkai

Maserat II Ampas

← Diuapkan dengan alat rotary evaporator


pada suhu 40° C
← Dipekatkan dengan penangas air

Ekstrak kental
daun sirsak

45
Lampiran 6. Bagan pembuatan krim eksrak etanol daun sirsak

Asam stearat Propilen glikol


Trietanolamin
Setil alkohol
Nipagin

← Dimasukkan ke dalam ← Dilarutkan di dalam


cawan penguap air suling panas
← Dilebur di atas penangas yang telah ditakar
air

Bagian 1 Bagian 2
(fase minyak) (fase air)

← Dicampur dan diaduk homogen di


dalam lumpang panas dengan
pengadukan yang konstan sampai
diperoleh massa krim

Dasar krim

← Ditambahkan ekstrak etanol ← Ditambahkan 3


(2,5%;5%;7,5%,10%) tetes parfum
sedikit demi sedikit ← Dihomogenkan
← Digerus sampai terbentuk sampai terbentuk
krim yang homogen massa krim
← Ditambahkan 3 tetes parfum
← Dihomogenkan sampai
terbentuk massa krim

Krim ekstrak etanol Krim tanpa ekstrak etanol


daun sirsak daun sirsak
2,5%;5%;7,5%,10%

46
Lampiran 7. Bagan alir pembuatan, penentuan mutu fisik dan
uji penilaian organoleptik sediaan krim

Ekstrak etanol daun Dasar krim


sirsak

← Ditimbang ← Ditimbang

Bagian I Bagian II

Campuran bagian I dan II

← Dicampur dan diaduk homogen

Sediaan krim

← Dimasukkan ke dalam wadah

Penentuan mutu fisik Uji penilaian organoleptik


− Stabilitas − Parameter aroma
− Homogenitas − Parameter konsistensi
− pH − Parameter warna
− Tipe emulsi
− Uji iritasi

47
Lampiran 8. Rencana Jadwal Penelitian

Periode : Mei 2020 – September 2020

Bulan
No Kegiatan
1 2 3 4 5
1. Persiapan Sampel dan Simplisia
2. Skrining
3. Pembuatan Sediaan dan Formulasi
4. Uji Formulasi dan Sediaan terhadap
Sukarelawan
5. Pengamatan dan Kesimpulan

48
13/04/2020

PROPOSAL PENELITIAN
“UJI EFEKTIVITAS KRIM ANTI‐AGING EKSTRAK 
ETANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata L.)

APRILIYANI PUTRI PANGARIBUAN
174301001

PENDAHULUAN
Paparan sinar UV merupakan salah satu penyebab terbentuknya radikal bebas
yang berujung pada penuaan dini. Daun sirsak mengandung flavonoid yang
memiliki kemampuan sebagai antioksidan untuk mencegah penuaan dini akibat
radikal bebas. Sifat umum sediaan krim ialah mampu melekat pada permukaan
tempat pemakaian dalam waktu yang cukup lama sebelum sediaan ini dicuci
atau dihilangkan.

1
13/04/2020

RUMUSAN MASALAH
•Apakah ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) dapat diformulasikan
dalam sediaan krim?

•Apakah krim ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) memberikan efek
anti‐aging pada kulit?

•Apakah perbedaan konsentrasi ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.)
dalam sediaan krim mempengaruhi efektivitas anti‐aging?

HIPOTESIS
Ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) dapat diformulasikan dalam
sediaan krim

Krim ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) memberikan efek anti‐


aging pada kulit

Perbedaan konsentrasi ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) dalam


sediaan krim mempengaruhi efektivitas anti‐aging

2
13/04/2020

TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) dapat
diformulasikan dalam sediaan krim

Untuk mengetahui efek anti‐aging dari ekstrak etanol daun sirsak (Annona
muricata L.)

Untuk mengetahui perbedaan konsentrasi ekstrak etanol daun sirsak (Annona


muricata L.) pada sediaan krim dapat memberikan pengaruh terhadap
efektivitas sebagai anti‐aging

MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan manfaat dari daun
sirsak (Annona muricata L.) dalam bidang kosmetika yaitu sebagai krim anti‐
aging.

3
13/04/2020

TINJAUAN PUSTAKA
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis. Terdapat beberapa spesies Mycobacterium, antara
lain: M. tuberculosis, M. africanum, M. bovis, M. Leprae dsb. Yang juga dikenal
sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Sumber penularan yaitu pasien TB BTA
(bakteri tahan asam) positif melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya.
Sejalan dengan meningkatnya kasus TB, pada awal tahun 1990‐an WHO
mengembangkan strategi pengendalian TB yang dikenal sebagai strategi DOTS
(Directly Observed Treatment Short‐course).

TINJAUAN PUSTAKA
Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu
‐ pagi ‐ sewaktu (SPS). Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan
ditemukannya kuman TB. Pencegahan dilakukan dengan cara mengurangi atau
menghilangkan faktor risiko, yakni pada dasarnya adalah mengupayakan
kesehatan perilaku dan lingkungan, antara lain dengan pengaturan rumah agar
memperoleh cahaya matahari, menghindari meludah sembarangan, batuk
sembarangan, mengkonsumsi makanan yang bergizi yang baik dan seimbang

4
13/04/2020

TINJAUAN PUSTAKA
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa
jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori
pengobatan. Hal ini untuk mencegah timbulnya kekebalan terhadap OAT. Untuk
menjamin kepatuhan penderita dalam menelan obat, pengobatan dilakukan
dengan pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh
seseorang Pengawasan Menelan Obat (PMO). Pengobatan tuberkulosis
diberikan, dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan

TINJAUAN PUSTAKA
Pada tahap awal (intensif) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi
secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan
tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi
tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien TB BTA
positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.

Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam
jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman
persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan

5
13/04/2020

TINJAUAN PUSTAKA
Efek Samping Penyebab Penanganan
Tidak ada nafsu makan, Rimfampisin Obat yang diminum
mual, sakit perut malam sebelum tidur
Nyeri perut Pirazinamid Beri Aspirin
Kesemutan s/d rasa terbakar di  INH Beri vitamin B6 (Piridoxin) 
kaki 100 mg per
hari
Warna kemerahan pada air  Rifampisin Tidak perlu diberi apaapa tapi
seni (urine) perlu penjelasan kepada
penderita

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat :
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2020 di Puskesmas Pancur Batu
Sampel :
Subjek dalam penelitian ini adalah pasien yang melakukan pengobatan
tuberkulosis paru di Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang yang
memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi.
Metode :
Metode Pill count ini dilakukan dengan cara menghitung sisa obat yang
didapatkan pasien selama terapi dalam jangka waktu tertentu.

6
13/04/2020

METODE PENELITIAN
Prosedur Penelitian :

a) Menyiapkan kuesioner penelitian yang akan diisi oleh responden.


b) Meminta surat permohonan izin Dekan Fakultas Farmasi UTND kepada Dinas Kesehatan
Medan untuk melakukan survey dengan responden di Puskesmas Pancur Batu.
c) Meminta surat izin Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang untuk melakukan survey
dengan responden di Puskesmas Pancur Batu.
d) Menghubungi kepala Puskesmas tersebut untuk mendapatkan izin melakukan survey.
e) Membagikan kuesioner penelitian kepada responden dan menghitung sisa jumlah obat yang
dibawa pasien.
f) Mengumpulkan data penelitian.
g) Mengolah data penelitian.

Anda mungkin juga menyukai