SKRIPSI
OLEH:
CLARA STEPHANIE
NIM 121524099
SKRIPSI
Diajukan Sebagai salah satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Farmasi Pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
CLARA STEPHANIE
NIM 121524099
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
yang berjudul Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas
(Burm.f.) Bedd.). Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Hadisahputra, Apt., dan Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., selaku Dekan dan
Wakil Dekan I Fakultas Farmasi yang telah menyediakan fasilitas kepada penulis
kepada Bapak Drs. Suryadi Achmad, M.Sc., Apt. dan Bapak Drs. Awaluddin
Saragih, M.Si., Apt. yang telah meluangkan waktu dan tenaga dalam
petunjuk dan saran-saran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini. Ucapan
terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Marline Nainggolan, M.S.,
Apt., selaku ketua penguji, Ibu Dra. Suwarti Aris, M.Si., Apt Apt., dan Ibu Dra.
Aswita Hanif Lubis, M.Si., Apt., selaku anggota penguji yang telah memberikan
saran untuk menyempurnakan skripsi ini, dan Ibu Dra. Siti Nurbaya, Apt., selaku
dosen pembimbing akademik serta Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi
USU yang telah banyak membimbing penulis selama masa perkuliahan hingga
selesai.
iv
Universitas Sumatera Utara
Penulis juga mempersembahkan rasa terima kasih yang tak terhingga
abang David Simanjuntak dan kakak Reny Simanjuntak atas limpahan kasih
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga
Clara Stephanie
NIM 121524099
v
Universitas Sumatera Utara
KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN SKRINING FITOKIMIA
SERTA UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL
HERBA KELAKAI (Stenochlaena palustris (Burm.f.) Bedd.)
ABSTRAK
vi
Universitas Sumatera Utara
SIMPLEX CHARACTERIZATION AND PHYTOCHEMICAL
SCREENING AND ANTIOXIDANT ACTIVITY ASSAY
OF ETHANOL EXTRACT FROM KELAKAI HERBS
(Stenochlaena palustris (Burm.f.) Bedd)
ABSTRACT
vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ....................................................................................................... i
ABSTRAK ................................................................................................. vi
viii
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Sistematika tumbuhan .................................................. 8
ix
Universitas Sumatera Utara
3.3.3 Pengolahan bahan ........................................................ 25
3.5.7 Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam ...... 29
x
Universitas Sumatera Utara
3.6.4 Pemeriksaan flavonoid ................................................. 31
xi
Universitas Sumatera Utara
4.4.3 Hasil analisis persen pemerangkapan DPPH oleh
sampel uji .................................................................... 41
LAMPIRAN ............................................................................................... 48
xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xv
Universitas Sumatera Utara
KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN SKRINING FITOKIMIA
SERTA UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL
HERBA KELAKAI (Stenochlaena palustris (Burm.f.) Bedd.)
ABSTRAK
vi
Universitas Sumatera Utara
SIMPLEX CHARACTERIZATION AND PHYTOCHEMICAL
SCREENING AND ANTIOXIDANT ACTIVITY ASSAY
OF ETHANOL EXTRACT FROM KELAKAI HERBS
(Stenochlaena palustris (Burm.f.) Bedd)
ABSTRACT
vii
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
aterosklerosis, stroke, dan tekanan darah tinggi serta terganggunya sistem imun
tubuh dapat disebabkan oleh stress oksidatif. Stress oksidatif merupakan keadaan
yang tidak seimbang antara jumlah molekul radikal bebas dan antioksidan dalam
beberapa diantaranya yaitu asap rokok, asap kendaran bermotor, asap pabrik, air
yang tercemar logam berat, makanan berlemak serta paparan sinar matahari
oksidasi, dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif,
banyak ditemukan pada tanaman seperti biji-bijian, buah, dan sayur-sayuran yang
mempunyai manfaat bagi kesehatan. Antioksidan alami antara lain turunan fenol,
asam askorbat (Prakash, 2001). Tumbuhan kelakai salah satu tumbuhan yang di
konsumsi masyarakat suku Dayak sebagai sayuran dan diduga mampu berperan
1
Universitas Sumatera Utara
sebagai antioksidan karena mengandung flavonoid yang tinggi (Suhartono, dkk.,
2012)
flavonoid, alkaloid dan steroid. Flavonoid merupakan zat yang berfungsi sebagai
antioksidan dari tumbuhan yang berwarna cerah. Warna-warna merah, biru, ungu
air tawar dan rawa gambut) yang banyak ditumbuhi oleh berbagai macam jenis
paku-pakuan dan salah satunya tumbuhan kelakai (Ceri, dkk., 2014). Tumbuhan
berasal dari suku Blechnaceae. Tumbuh hingga pada ketinggian 900 meter dpl dan
merambat pada hutan-hutan bekas penebangan kayu terutama dekat air tawar, air
payau, hutan bakau, khususnya disepanjang tepi sungai dan sumber air. Umumnya
bewarna kemerahan seperti warna udang yang di masak, oleh karena itu dinamai
juga paku merah atau paku udang (Hartini, 2011). Tumbuhan kelakai sebenarnya
tidak hanya tumbuh di Kalimantan tetapi tumbuh juga di daerah Sumatera dan
daerah lain yang kondisi tanahnya masih tanah gambut, namun penggunaan
kelakai biasa dimasak dengan cara dioseng-oseng, sayur bening atau direbus
untuk lalapan. Berdasarkan studi empiris diketahui daun dan batang kelakai muda
2
Universitas Sumatera Utara
dipergunakan oleh masyarakat suku dayak sebagai suplemen penambah darah,
obat awet muda, penambah ASI untuk ibu yang sedang menyusui, obat tekanan
darah tinggi, pereda demam dan mengobati sakit kulit (Maharani dkk, 2005).
skrinning fitokimia serta uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol herba kelakai.
diphenyl-2-picrylhydrazil).
c. apakah nilai IC50 antioksidan ekstrak etanol herba kelakai termasuk dalam
1.3 Hipotesis
berikut:
c. nilai IC50 ekstrak etanol herba kelakai <100 termasuk ke dalam kategori
antioksidan kuat.
3
Universitas Sumatera Utara
1.4 Tujuan
berikut:
herba kelakai.
c. untuk mengetahui nilai IC50 serta kategori kekuatan antioksidan dari ekstrak
1.5 Manfaat
terkandung dalam herba kelakai serta khasiat ekstrak etanol herba kelakai sebagai
antioksidan.
4
Universitas Sumatera Utara
1.6 Kerangka Pikir Penelitian
1. Steroid/triterpenoid
Skrining 2. Alkaloid
fitokimia 3. Glikosida
4. Flavonoid
5. Tannin
6. Saponin
5
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga
bagian pokoknya, yaitu akar, batang dan daun. Namun demikian, pada tumbuhan
paku belum dihasilkan biji. Alat perkembang-biakan tumbuhan paku yang utama
Tumbuhan paku dapat dibedakan menjadi dua bagian utama yaitu organ
vegetatif yang terdiri dari akar, batang, rimpang, dan daun. Sedangkan organ
tumbuhan paku umumnya berada di bagian bawah daun serta membentuk gugusan
berwarna hitam atau coklat. Gugusan sporangium ini dikenal sebagai sorus. Letak
sorus terhadap tulang daun merupakan sifat yang sangat penting dalam klasifikasi
Lycopodiinae (paku kawat), Equisetinae (paku ekor kuda) dan Filiciane (paku
mencakup jenis tumbuhan paku yang paling sering kita lihat. Tempat tumbuh
6
Universitas Sumatera Utara
paku sejati sebagian besar di darat pada daerah tropis dan subtropis. Paku sejati
diperkirakan berjumlah 12.000 jenis dari kelas Filicinae. Filicinae memiliki akar,
batang, dan daun sejati. Batang dapat berupa batang dalam (rizom) atau batang di
atas permukaan tanah. Daun Filicinae umumnya berukuran besar dan memiliki
tulang daun bercabang. Daun mudanya memiliki ciri khas yaitu tumbuh
Tangkai daun 10 – 20 cm, kuat. Daun menyirip tunggal 1,5 – 4 cm, mengkilap,
warna menjadi kecoklatan dan pada akhirnya menjadi hijau tua dan keras. Daun
permukaan laut dan merambat pada hutan-hutan bekas penebangan kayu terutama
dekat air tawar, air payau, hutan bakau, di tanah pasir, khususnya disepanjang tepi
sungai dan sumber air. Paku ini didapati di mana-mana seperti di dataran rendah,
7
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Sistematika tumbuhan
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Filicopsida
Ordo : Filicales
Suku : Blechnaceae
Genus : Stenochlaena
2013).
favorit, kelakai dimasak dengan cara dioseng-oseng, sayur bening atau direbus
untuk lalapan. Berdasarkan studi empiris daun dan batang kelakai muda
obat awet muda, penambah ASI pada ibu yang sedang menyusui, obat tekanan
darah tinggi, pereda demam dan mengobati sakit kulit (Maharani, dkk., 2005).
8
Universitas Sumatera Utara
2.2.5 Kandungan kimia
2.2.5.1 Steroida/triterpenoida
siklopentanafenantren. Pada umumnya, gugus metil berada pada C10 dan C13.
Rantai samping alkil dapat juga berada pada C17. Sterol adalah steroid yang
berasal dari enam satuan isopren, dimana kerangka karbonnya dibangun oleh dua
atau lebih satuan C5 tersebut. Senyawa terpenoid terdapat bebas dalam jaringan
2.2.5.2 Alkaloid
mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan, sebagai
bagian dalam sistem siklik. Alkaoid sering kali beracun bagi manusia dan banyak
mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol, jadi digunakan luas dalam bidang
2.2.5.3 Glikosida
bukan gula. Komponen gula dikenal dengan nama glikon dan komponen bukan
9
Universitas Sumatera Utara
gula dikenal sebagai aglikon. Dari segi biologi, glikosida memiliki peranan
jenis gula dalam bentuk disakarida atau trisakarida (Gunawan dan Mulyani,
2004).
Semua glikosida alam dapat terhidrolisis menjadi gula dan bukan gula
dapat terhidrolisis dengan mudah oleh enzim yang terdapat dalam jaringan
alkohol, glikosida aldehida, glikosida lakton, glikosida fenol dan tanin (Tyler,
1988).
a. C-glikosida yaitu senyawa glikosida yang ikatan antara glikon dan aglikonnya
b. O-glikosida yaitu senyawa glikosida yang ikatan antara glikon dan aglikonnya
c. N-glikosida yaitu senyawa glikosida yang ikatan antara glikon dan aglikonnya
d. S-glikosida yaitu senyawa glikosida yang ikatan antar glikon dan aglikonnya
10
Universitas Sumatera Utara
2.2.5.4 Flavonoid
tersebar luas dalam berbagai bahan makanan dan dalam berbagai konsentrasi.
Flavonoid memiliki kerangka dasar karbon yang terdiri atas 15 atom karbon,
dimana dua cincin benzen (C6) terikat pada suatu rantai propan (C3) sehingga
untuk proses penyerbukan bunga. Beberapa fungsi lainnya adalah untuk mengatur
sebagai pigmen bunga yang menghasilkan hampir semua warna merah jambu,
merah marak, merah, merah senduduk, ungu dan biru. Antosianin hampir terdapat
umum dalam tumbuhan berpembuluh seperti dalam beberapa lumut dan daun
2.2.5.5 Tanin
Tanin adalah senyawa fenol dengan berat molekul yang cukup tinggi,
mengandung gugus hidroksil dan kelompok lain yang cocok (seperti karboksil)
untuk membentuk kompleks yang efektif dengan protein dan makro molekul yang
lain dibawah kondisi lingkungan tertentu yang telah dipelajari. Tanin merupakan
bentuk komplek dari protein, pati, selulosa dan mineral (Horvath, 1981).
Tanin dibagi menjadi dua kelompok yaitu tanin yang terhidrolisis dan
tanin yang terkondensasi. Tanin yang terhidrolisis merupakan polimer gallic atau
ellagic acid berikatan dengan ester dan sebuah molekul gula, sedangkan tanin
11
Universitas Sumatera Utara
terkondensasi merupakan polimer senyawa flavonoid dengan ikatan karbon-
Tanin terbagi dalam dua golongan, yaitu berasal dari turunan pyrogallol
memiliki 3 gugus hidroksil pada inti aromatis dan berasal dari turunan
pyrocatechol yang memiliki 2 gugus hidroksil pada inti aromatis. Pyrogallol dan
anti bakteri dan anti fungi dengan adanya gugus –OH. Tanin merupakan senyawa
2.3.1 Simplisia
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa
hewani dan simplisia pelikan (mineral). Simplisia nabati adalah simplisia yang
2.3.2 Ekstrak
mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan
pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan
sehinnga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan menggunakan pelarut cair.
12
Universitas Sumatera Utara
Simplisia yang diekstraksi mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan
Menurut Ditjen POM (2000), ada beberapa metode ekstraksi yang sering
a. Cara dingin
1. Maserasi
disebut remaserasi.
2. Perkolasi
temperature kamar.
b. Cara panas
1. Refluks
temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang
2. Digesti
13
Universitas Sumatera Utara
3. Soxhletasi
pelarut yang selalu baru, dilakukan dengan menggunakan alat soklet sehingga
menjadi ekstraksi kontinu dengan pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin
balik.
4. Infundasi
5. Dekoktasi
Radikal bebas adalah atom atau gugus atom yang memiliki satu atau lebih
tubuh dapat dipicu oleh berbagai faktor, misalnya ketika komponen makanan
demikian mudah terbentuk radikal bebas, seperti anion superoksida, hidroksil dan
lain-lain. Radikal bebas juga dapat terbentuk dari senyawa lain yang sebenarnya
bukan radikal bebas, tetapi mudah berubah menjadi radikal bebas (Winarsi, 2007).
kemudian membuat senyawa baru yang tidak normal yang akan menyebabkan
reaksi berantai (Kosasih, 2004). Reaksi ini akan berlangsung terus menerus dalam
14
Universitas Sumatera Utara
tubuh dan bila tidak dihentikan akan menimbulkan berbagai penyakit seperti
2013).
(1) permulaan (inisiasi, initiation) suatu radikal bebas, (2) perambatan (propagasi,
propagasi adalah tahap perpanjangan radikal berantai, dimana terjadi reaksi antara
sutau radikal dengan senyawa lain dan menghasilkan radikal baru. Tahap
terminasi adalah tahap akhir, terjadi pengikatan suatu radikal bebas dengan radikal
bebas yang lain sehingga membentuk senyawa non radikal yang biasanya kurang
Sifat radikal bebas yang tidak stabil menyebabkan reaksi menerima atau
radikal bebas melainkan makromolekul biologi seperti lipid, protein, asam nukleat
dan karbohidrat. Dengan reaksi ini timbulah reaksi radikal bebas beruntun yaitu
terbentuknya radikal bebas baru yang bereaksi lagi dengan makromolekul lain
2.5 Antioksidan
dapat memberikan elektronnya kepada molekul radikal bebas dan dapat memutus
15
Universitas Sumatera Utara
reduktor berfungsi untuk mencegah terjadinya reaksi oksidasi atau menetralkan
senyawa yang telah teroksidasi dengan cara menyumbangkan hidrogen dan atau
menjadi 3 yakni:
radikal baru karena dapat merubah radikal bebas yang ada menjadi molekul
yang berkurang dampak negatifnya, sebelum radikal bebas ini sempat bereaksi.
oksidatif akan lebih efektif jika kita mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-
buahan yang kaya akan antioksidan dan berbagai jenis daripada menggunakan
antioksidan tungggal. Hal ini mungkin dikarenakan oleh adanya komponen lain
atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, kumarin, tokoferol, dan
16
Universitas Sumatera Utara
asam-asam organik. Senyawa polifenolik dapat bereaksi sebagai pereduksi,
2.5.1 Vitamin C
rumus bangun C6H8O6, dengan titik lebur 190 - 192°C. Asam askorbat
mengandung tidak kurang dari 99,0% C6H8O6. Pemerian: serbuk atau hablur
putih atau agak kuning, tidak berbau, rasa asam, oleh pengaruh cahaya lambat
laun menjadi gelap, dalam larutan cepat teroksidasi. Penyimpanan dalam wadah
2.5.2 Karotenoid
atau merah jingga, mempunyai sifat larut dalam lemak atau pelarut organik tetapi
17
Universitas Sumatera Utara
tidak larut dalam air. Salah satu senyawa karotenoid adalah β-karoten, yaitu
senyawa yang akan dikonversikan menjadi vitamin A oleh tubuh sehingga sering
merah kecoklatan, praktis tidak larut dalam air, sedikit larut dalam sikloheksana,
kurang larut dalam etanol. β-karoten peka terhadap udara, panas dan cahaya,
terutama ketika dalam bentuk larutan. Rumus bangun β-karoten dapat dilihat
2.5.3 Flavonoid
C6. Kelompok terbesar flavonoid memiliki ciri adanya cincin piran yang
menghubungkan rantai tiga-karbon dengan salah satu dari cinci benzen. Senyawa
ini merupakan pereduksi yang baik karena mampu menghambat reaksi oksidasi
18
Universitas Sumatera Utara
(Robinson, 1995). Flavonoid pada tumbuhan berfungsi sebagai pelindung
terhadap serangan jamur ataupun radiasi sinar UV yang dapat merusak tumbuhan,
selain itu flavonoid juga terlibat dalam proses fotosintesis, transfer energi dan
respirasi pada tumbuhan. Struktur umum untuk turunan flavonoid dapat dilihat
ini berperan sebagai penangkap radikal bebas karena mengandung gugus hidroksil
(Silalahi, 2006).
2.5.4 Tokoferol
yang merupakan senyawa paling aktif secara biologis (Silalahi, 2006). Aktivitas
antioksidan dari α-tokoferol dapat mencegah kerusakan sel akibat radikal bebas,
19
Universitas Sumatera Utara
anti aging dan sedang dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efektivitasnya
2.5.5 Polifenol
Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat
ini memiliki tanda khas yakni memiliki banyak gugus fenol dalam molekulnya.
Polifenol memiliki spektrum luas dengan sifat kelarutan pada suatu pelarut yang
berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh gugus hidroksil pada senyawa tersebut yang
melewati sebuah wadah (kuvet) yang berisi larutan, dimana akan menghasilkan
spektrum. Sebagian dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan
dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya yang dilewatkan akan sebanding dengan
konsentrasi larutan didalam kuvet. Alat ini menggunakan hukum Lambert Beer
20
Universitas Sumatera Utara
pengukuran kualitatif dari suatu zat dengan ketelitian yang lebih besar (Day,
1994).
monokromator, tempat sel untuk zat yang diperiksa, detektor, penguat arus dan
alat ukur atau pencatatt. Panjang gelombang untuk sinar ultraviolet antara 200 -
21
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 1922, Goldschmidt dan Renn menemukan senyawa berwarna
ungu radikal bebas stabil DPPH. DPPH berwarna sangat ungu seperti KMnO4 dan
Metode DPPH merupakan suatu metode yang cepat, sederhana dan murah
dalam makanan. Metode DPPH dapat digunakan untuk sampel yang padat dan
juga dalam bentuk larutan. Prinsipnya dimana elektron ganjil pada molekul DPPH
ungu. Warna ini akan berubah dari ungu menjadi kuning lemah apabila elektron
(Prakash, 2001).
menyebabkan 50% DPPH kehilangan karakter radikal atau konsentrasi suatu zat
aktivitas antioksidan tinggi, akan mempunyai harga EC50 atau IC50 yang rendah
(Molyneux, 2004).
2.7.1 Pelarut
Pelarut yang digunakan dalam metode DPPH akan bekerja dengan baik
bila menggunakan pelarut metanol atau etanol dan kedua pelarut ini tidak akan
mempengaruhi dalam reaksi antara sampel uji sebagai antioksidan dengan DPPH
22
Universitas Sumatera Utara
2.7.2 Pengukuran absorbansi panjang gelombang
pengukuran uji sampel uji sangat bervariasi. Menurut beberapa literatur panjang
gelombang maksimum untuk DPPH antara lain 515-520 nm, bagaimanapun dalam
absorbansi yang mutlak tidaklah penting, karena panjang gelombang dapat diatur
(Molyneux, 2004).
10 menit, 20 menit, 30 menit, 60 menit, 90 menit, 120 menit sampai 240 menit.
Kecepatan reaksi dipengaruhi oleh sifat dari aktivitas antioksidan yang terdapat di
23
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat
(corong, corong pisah, erlenmeyer, gelas arloji, gelas beaker, gelas ukur, labu
bersumbat, labu tentukur, matt pipet, tabung reaksi, pipet tetes), aluminium foil,
blender (National), cawan berdasar rata, desikator, kaca objek, kaca penutup,
analitis (Vibra), neraca kasar (O’haus), oven listrik (Stork), penangas air
tanur (Gallenkamp).
3.2 Bahan
(DPPH); produksi E-Merck: amil alkohol, asam asetat anhidrida, asam klorida
24
Universitas Sumatera Utara
pekat, asam nitrat pekat, asam sulfat pekat, benzen, besi (III) klorida, bismuth (III)
magnesium (Mg), timbal (II) asetat, kloralhidrat, toluen, kalium iodida, α-naftol.
membandingkan dengan bahan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Bahan
palustris (Burm.f.) Bedd.), diambil dari Jl.G.Obos, Kecamatan Jekan Raya Kota
Bahan yang digunakan adalah herba dari tumbuhan kelakai yang masih
muda. Herba kelakai yang telah terkumpul dibersihkan dari kotoran, dicuci,
ditimbang sebagai berat kering. Simplisia yang telah kering diblender menjadi
serbuk lalu disimpan dalam kantong plastik untuk mencegah pengaruh lembab
25
Universitas Sumatera Utara
dan pengotoran lain. Bagan kerja penelitian dapat dilihat pada lampiran 2,
halaman 50.
air suling bebas karbon dioksida sebanyak 100 ml (Depkes RI, 1995).
Sebanyak 5,5 ml larutan asam sulfat pekat ditambahkan air suling sampai
Sebanyak 1,4 g raksa (II) klorida dilarutkan dalam air suling hingga 60 ml
pada wadah lain ditimbang sebanyak 5 g kalium iodida lalu dilarutkan dalam 10
ml air suling, kedua larutan dicampurkan dan ditambahkan air suling hingga
26
Universitas Sumatera Utara
3.4.7 Pereaksi Molisch
nitrat pekat, lalu ditimbang sebanyak 27,2 g kalium iodide dalam 50 ml air suling.
jernih diencerkan dalam air suling hingga volume 100 ml (Depkes RI, 1995).
bagian volume etanol 95% ditambahkan dengan hati-hati 5 bagian volume asam
asetat anhidrida ke dalam campuran tersebut dan dinginkan (Depkes RI, 1995).
kelakai. Serbuk simplisia ditaburkan di atas kaca objek yang telah ditetesi dengan
27
Universitas Sumatera Utara
larutan kloralhidrat dan ditutup dengan kaca penutup, kemudian diamati di bawah
mikroskop.
Alat terdiri dari labu alas bulat 500 ml, pendingin, tabung penyambung, tabung
a. Penjenuhan toluen
Sebanyak 200 ml toluen dan 2 ml air suling dimasukkan kedalam labu alas
jam. Destilasi dihentikan dan dibiarkan dingin selama 30 menit, kemudian volume
dimasukkan ke dalam labu yang berisi toluen yang telah dijenuhkan, kemudian
kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar, setelah air dan
toluen memisah sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Kadar air
kloroform (2,5 ml kloroform dalam air suling sampai 1 liter) sebanyak 100 ml
28
Universitas Sumatera Utara
didalam labu bersumbat, dikocok sesekali selama 6 jam pertama, kemudian
sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan
dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105º C sampai bobot tetap. Kadar dalam
persen sari yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan
etanol 96% dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam pertama,
penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan
pada suhu 105 ºC sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam
etanol 96% dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1995).
porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus dipijar perlahan-
lahan sampai arang habis, pijaran dilakukan pada suhu 600 ºC selama 3 jam
kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu
Abu yang diperoleh dalam penetapan kadar abu total dididihkan dalam 25
ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam
dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas abu, dicuci dengan air panas,
29
Universitas Sumatera Utara
lalu dipijar sampai bobot tetap, kemudian didinginkan dan ditimbang. Kadar abu
yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan
dengan 20 ml n-heksan selama 2 jam, lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan
Timbulnya warna biru atau biru hijau menunjukkan adanya steroida, sedangkan
warna merah, merah muda atau ungu meunjukkan adanya triterpenoida (Harborne,
1987).
klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan diatas penangas air selama 2 menit,
kemudian didinginkan dan disaring, filtrat lalu dipakai untuk uji alkaloida.
0,5 ml filtrat.
30
Universitas Sumatera Utara
Alkaloid disebut positif jika terjadi endapan atau kekeruhan pada dua atau
campuran 7 bagian volume etanol 96% dan 3 bagian volum air suling ditambah
asetat 0,4 M lalu dikocok selama 5 menit dan disaring. Filtrat disari dengan 20 ml
kali. Kumpulan sari air diuapkan pada temperatur tidak lebih dari 50oC. Sisanya
penangas air. Sisa dilarutkan dalam 2 ml air suling dan 5 tetes pereaksi Molish
filtrat ditambahkan 0,1 g serbuk magnesium dan 1 ml asam klorida pekat dan 2 ml
amil alkohol, dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoid positif jika terjadi warna
merah atau kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol (Farnsworth, 1966).
lalu disaring, filtratnya diencerkan dengan air sampai tidak berwarna. Larutan
31
Universitas Sumatera Utara
diambil sebanyak 2 ml dan ditambahkan 1-2 tetes pereaksi besi (III) klorida 1%.
Jika terjadi warna biru atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin
(Farnsworth, 1966).
stabil tidak kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan 1 tetes
etanol 70% dan dibiarkan selama 3 jam., Kemudian dimasukkan ke dalam alat
perkolator, lalu dituang cairan penyari etanol sampai semua simplisia terendam
dan terdapat selapis cairan penyari diatasnya, mulut tabung perkolator ditutup
dengan alumunium foil dan dibiarkan selama 24 jam, kemudian kran dibuka dan
ditampung.
terdapat cairan penyari di atas simplisia. Perkolasi dihentikan jika cairan perkolat
terakhir yang keluar tidak berwarna lagi. Biarkan dalam bejana tertutup 2 hari
ditempat sejuk dan terlindung dari cahaya. Saring lalu dipekatkan dengan alat
penguap vakum putar hingga diperoleh ekstrak kental (Ditjen POM, 1979).
32
Universitas Sumatera Utara
3.8 Pengujian Aktivitas Antioksidan
perubahan warna DPPH dari ungu menjadi kuning) dengan nilai IC50 (konsentrasi
sampel uji yang mampu meredam radikal bebas 50%) digunakan sebagai
metanol sampai garis tanda, maka diperoleh larutan blanko DPPH (konsentrasi =
40 ppm).
sampai garis tanda, maka diperoleh larutan induk baku sampel (konsentrasi =
1000 ppm).
metanol dan diukur serapannya pada panjang gelombang 400-800 nm. Gambar
33
Universitas Sumatera Utara
seperangkat alat spektrofotometer uv-visibel (UVmini-1240 Shimadzu) dapat
beberapa penelitian waktu yang digunakan sangat bervariasi yaitu dari 1 menit
hingga 240 menit (Rosidah, dkk., 2008; Molyneux, 2004; Marinova dan
Batchvarov, 2011).
orientasi pada sampel. Larutan induk dipipet sebanyak 0,2 ml; 0,4 ml; 0,6 ml; 0,8
metanol sampai garis tanda, diamkan larutan di tempat gelap selama 60 menit,
A kontrol - A sampel
Aktivitas pemerangkapan radikal bebas (%) = x 100%
A kontrol
Keterangan:
Akontrol = Absorbansi tidak mengandung sampel
Asampel = Absorbansi sampel
34
Universitas Sumatera Utara
3.8.7 Analisis nilai IC50
dalam persamaan regresi dengan konsentrasi sampel (µg/ml) sebagai absis (sumbu
35
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
panjang 10 – 30 cm, beruas, bewarna hijau dan memiliki daun berwarna merah
atau keunguan dengan lebar daun 1,5 – 4 cm dengan permukaan yang licin
mengkilap, bentuk memanjang, sisi-sisinya bergerigi serta memiliki rasa dan bau
yaitu berwarna coklat kehitaman, daun berbentuk mengkerut dan agak bergulung,
batang keras serta memiliki bau yang khas. Gambar simplisia herba kelakai dapat
stomata tipe parasitik, berkas pengangkut penebalan tipe spiral, rambut penutup
36
Universitas Sumatera Utara
dan serabut sklerenkim. Gambar hasil mikroskopik serbuk simplisia dapat dilihat
Hasil pemeriksaan karakteristik simplisia dapat diliat pada Tabel 4.1 dan
dari kelakai tidak terdapat dalam buku Materia Medika Indonesia (MMI),
simplisia, dari tabel 4.1 menunjukkan kadar air simplisia herba kelakai sebesar
simplisia dilakukan untuk mendaptkan simplisia yang tidak kudah rusak oleh
terjadinya pertumbuhan jamur (BPOM RI, 2005); Trease dan Evans, 1983).
Penetapan kadar sari dilakukan terhadap dua pengujian yaitu kadar sari
larut dalam air dan kadar sari larut dalam etanol. Penetapan kadar sari larut air dan
etanol untuk mengetahui jumlah senyawa yang dapat tersari dalam air dan etanol
dari simplisia.
Senyawa yang bersifat polar atau larut dalam air pada simplisia herba
kelakai akan tersari oleh air dengan hasil 25,75%, sedangkan senyawa-senyawa
37
Universitas Sumatera Utara
yang tidak larut dalam air atau larut dalam etanol akan tersari oleh etanol dengan
hasil 16,99%.
pembakaran. Abu total terbagi dua, yang pertama abu fisiologis adalah abu yang
berasal dari jaringan tumbuhan itu sendiri dan abu non fisiologis adalah sisa yang
berasal dari benda asing yang terdapat pada permukaan simplisia. Kadar abu tidak
larut asam untuk menentukan jumlah silika, khususnya pasir yang ada pada
simplisia dengan cara melarutkan abu total dalam asam klorida (WHO, 2011).
steroid, alkaloid, glikosida, flavonoid dan tanin. Hasil diatas menunjukkan bahwa
38
Universitas Sumatera Utara
senyawa-senyawa yang mempunyai potensi sebagai antioksidan umumnya
memberikan warna merah marak, merah, merah senduduk, ungu pada daun
dengan elektron yang tidak berpasangan mendapat pasangan elektron dan tidak
maksimum pada panjang gelombang 516 nm. Panjang gelombang 516 nm,
termasuk dalam kisaran panjang gelombang sinar tampak (400-750 nm) (Rohman,
2007). Data hasil pengukuran panjang gelombang maksimum dapat dilihat pada
39
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1 Kurva serapan maksimum larutan DPPH 40 ppm dalam methanol
menggunakan spektrofotometer UV-Visibel
DPPH 40 ppm dalam metanol dilakukan dengan waktu preparasi selama 5 menit
dan diperoleh waktu kerja pada menit ke-55 sampai menit ke-100. Hasil
penentuan operating time diperoleh waktu kerja terbaik adalah pada menit ke 60
setelah penambahan pelarut metanol. Data absorbansi dapat dilihat pada Lampiran
6, halaman 55 dan Kurva serapan untuk operating time larutan DPPH dalam
40
Universitas Sumatera Utara
Operating Time DPPH
larutan uji dengan konsentrasi 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm dan 80 ppm yang
dibandingkan dengan kontrol DPPH (tanpa penambahan larutan uji). Pada hasil
atom hidrogen antioksidan kepada DPPH. Interaksi ini akan menetralkan radikal
bebas DPPH. Semua elektron pada radikal bebas DPPH menjadi berpasangan
ditandai dengan terjadinya warna larutan yang berubah dari ungu tua menjadi
kuning terang dan absorbansi pada panjang gelombang maksimumnya akan hilang
41
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8, halaman 59 – 60 dan nilai IC50 dapat dilihat pada Lampiran 9,
halaman 61.
penambahan ekstrak etanol herba kelakai dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.3 Penurunan absorbansi dan persen pemerangkapan DPPH oleh sampel
uji
Konsentrasi Absorbansi % Pemerangkapan
larutan uji
I II III I II III Rata-rata
(ppm)
0 1,0620 1,0016 1,0173 0,00 0,00 0,00 0,00
20 0,8955 0,8704 0,8018 15,67 13,09 22,91 17,23
40 0,7520 0,7882 0,6698 29,19 21,30 31,21 27,23
60 0,6198 0,6561 0,5823 41,63 34,49 44,49 40,20
80 0,5675 0,5671 0,5146 46,56 43,38 51,14 47,02
Pada tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa ekstrak etanol herba kelakai
bebas DPPH oleh ekstrak etanol herba kelakai dapat dilihat pada Gambar 4.3
Gambar 4.3 Grafik hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol herba kelakai
42
Universitas Sumatera Utara
4.4.4 Hasil analisis nilai IC50
diperoleh dengan cara memplot konsentrasi larutan uji dan persen pemerangkapan
Y). Nilai IC50 (konsentrasi sampel uji yang mampu memerangkap radikal bebas
Hasil persamaan regresi linier yang diperoleh dari ekstrak etanol herba
kelakai adalah Y = 0,5815X + 2,93654 dan hasil analisis IC50 adalah 80,43 ppm.
Kemampuan sampel uji dalam meredam DPPH sebagai radial bebas dalam larutan
metanol dengan nilai IC50 (konsentrasi sampel uji yang mampu meredam radikal
43
Universitas Sumatera Utara
BAB V
5.1 Kesimpulan
air 5,66%, kadar sari larut air 25,75%, kadar sari larut etanol 16,99%, kadar
abu total 5,56% dan kadar abu tidak larut asam 1,17%.
c. Nilai IC50 dari ekstrak etanol herba kelakai sebesar 80,43 ppm dan termasuk
5.2 Saran
senyawa yang berkhasiat sebagai antioksidan dan uji aktivitas biologi lainnya.
44
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
BPOM RI. (2005). Penyiapan Simplisia Untuk Sediaan Herbal. Jakarta: Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Halaman 1.
Ceri, Bunia., Lovadi, Irwan., dan Linda Riza. (2014). Keanekaragaman Jenis
Paku-Pakuan (Pteridophyta) di Mangrove Muara Sungai Peniti
Kecamatan Segedong Kabupaten Pontianak. Jurnal Protobiont. 3(2): 240
– 246.
Day, R.A., dan Underwood, A.L. (1968). Analisis Kimia Kualitatif. Edisi Ke
Enam. Penerjemah Iis Sopyan. Jakarta: Penerbit Erlangga. Halaman 382.
De la Rosa, L., Emilio, A., dan Gustavo, A. (2010). Fruit and Vegetable
Phytochemicals: Chemistry, Nutitional Value and Stability. New York:
Wiley-Blackwell Publishing. Halaman 271 – 292.
Departemen Kesehatan RI. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI. Halaman 297-326, 333 – 340.
Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI. Halaman 10-11.
Fessenden, R.J. dan J.S. Fessenden. (1986). Kimia Organik. Diterjemahkan oleh
A.H. Pudjaaymaka. Jakarta: Penerbit Erlangga. Halaman 223 - 226.
Gunawan, D., dan Mulyani, S. (2004). Ilmu Obat Alam (Farmakognosi). Jakarta:
Penebar Swadaya. Halaman 9-13.
45
Universitas Sumatera Utara
Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
Tumbuhan. Penerjemah: Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro.
Terbitan Kedua. Bandung: Penerbit ITB. Halaman 76, 78, 147-148, 234.
Hartini, S. (2011). Tumbuhan Paku di Beberapa Kawasan Hutan di Taman
Nasional Kepulauan Togean dan Upaya Konservasinya di Kebun Raya
Bogor. Berk, Penelitian Hayati Edisi Khusus. 7A: 35 – 40.
Ionita, P. (2005). Is DPPH Stable Free Radikal a Good Scavenger for Oxygen
Active Spesies. Journal of Chemical Paper. 59(1): 11 – 16.
Kosasih, E.N., Tony, S., dan Hendro, H. (2004). Peran Antioksidan Pada Lanjut
Usia. Jakarta: Pusat kajian Nasional Masalah Lanjut Usia. Halaman 56 –
57.
Maharani, D.M., Haidah, S.N., dan Haiyinah. (2005). Studi Potensi Kelakai
(Stenochlaena palustris (Burm.f.) Bedd) Sebagai Pangan Fungsional.
Jurusan Budidaya Pertanian Universitas Lambung Mangkurat.
Banjarbaru: Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian. 13(1): 1 – 13.
46
Universitas Sumatera Utara
Robinson, T. (1995). Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Penerjemah:
Kosasih Padmawinata. Edisi Ke-enam. Bandung: Penerbit ITB. Halaman
71, 191 – 192, 195 – 197, 203.
Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Halaman 222.
Roizen, M.F., dan Mehmet, C.O. (2009). Staying Young: Jurus Menyiasati Kerja
Gen Agar Muda Sepanjang Hidup. Bandung: Qanita. Halaman 84.
Rosidah, Yam, M.F., Sadikun, A., dan Asmawi, M.Z. (2008). Antioxidant
Potential of Gynura procumbens. Pharmaceutical Biology. 46(9): 616 –
625.
Suhartono, E., Viani E., Ramadhan M.A., Gultom S.I., Rakhman M.F., dan
Indrawardhana D. (2012). Screening of Medical Plant for Total
Flavonoid and Antioxidant Activity in South Kalimantan of Indonesian.
International Journal of Chemical Engineering and Applications. 4(3):
297 – 299.
Stennis, CGGJ. (2003). Flora. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. Halaman 53.
47
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Surat hasil identifikasi tumbuhan
48
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. (Lanjutan)
49
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Bagan kerjapenelitian
Herba kelakai
Simplisia
Dihaluskan
Serbuk simplisia
50
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3.Gambar tumbuhandan simplisiaherba kelakai
51
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3.(lanjutan)
52
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4.Gambar mikroskopik serbuk simplisia herbakelakai
Keterangan:
1. Rambut penutup
2. Stoma tipe parasitik
3. Berkas pengangkut penebalan
bentuk spiral
4. Serabut sklerenkim
53
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5.Gambar spektrofotometer UV-Visibel (UVmini-1240 Shimadzu)
54
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6.Data hasil penentuan operating timelarutan DPPH
No ABS K*ABS
1 1.0076 1.0076
2 1.0168 1.0168
3 1.0314 1.0314
4 1.0411 1.0411
5 1.0560 1.0560
6 1.0664 1.0664
7 1.0739 1.0739
8 1.0898 1.0898
9 1.1018 1.1018
10 1.1359 1.1359
11 1.1366 1.1366
12 1.1366 1.1366
13 1.1366 1.1366
14 1.1366 1.1366
15 1.1366 1.1366
16 1.1366 1.1366
17 1.1366 1.1366
18 1.1366 1.1366
19 1.1366 1.1366
20 1.1366 1.1366
55
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7.Perhitungan pemeriksaan karakteristik serbuk simplisia herba
kelakai
56
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. (Lanjutan)
57
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. (Lanjutan)
58
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Hasil analisis persen pemerangkapan DPPH oleh sampel uji
- Konsentrasi 20 ppm
1,0620 0,8955
% Pemerangkapan = x 100% = 15,67%
1,0620
- Konsentrasi 40 ppm
1,0620 0,7520
% Pemerangkapan = x 100% = 29,19%
1,0620
- Konsentrasi 60 ppm
59
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. (Lanjutan)
1,0620 0,6198
% Pemerangkapan = x 100% = 46,56%
1,0620
- Konsentrasi 80 ppm
1,0620 0,5675
% Pemerangkapan= x 100% = 46,56%
1,0620
60
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Hasil analisis nilai IC50
X Y XY X2
0 0 0 0
20 17,23 344,60 400
40 27,23 1089,41 1600
60 40,20 2412,46 3600
80 47,02 3762,36 6400
ΣX = 200 ΣY = 131,70
ΣXY =7608,84 ΣX2 = 12000
X = 40 Y = 26,34
Y = % Pemerangkapan
( XY) - ( X)( Y) / n
a =
( X 2 ) ( X) 2 / n
b = Y aX
= 26,34 – (0,5851).(40)
= 2,9365
50 = 0,5851 X + 2,9365
X = 80,43 ppm
61
Universitas Sumatera Utara