Anda di halaman 1dari 84

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DARI EKSTRAK ETANOL

ASAM CEKALA (Etlingera


( elatior (Jack) R. M. Sm.)
Sm DENGAN
METODE PEMERANGKAPAN DPPH (1,1-DIPHENYL
(1,1 DIPHENYL-2-
PICRYLHIDRAZYL)

SKRIPSI

OLEH:
DESSY PITTASARI SIMATUPANG
NIM 141501128

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DARI EKSTRAK ETANOL
ASAM CEKALA (Etlingera
( elatior (Jack) R. M. Sm.)
Sm DENGAN
METODE PEMERANGKAPAN DPPH (1,1-DIPHENYL
(1,1 DIPHENYL-2-
PICRYLHIDRAZYL)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara

OLEH:
DESSY PITTASARI SIMATUPANG
NIM 141501128

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan

kasih anugerah dan penyertaanNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian dan penyusunan skripsi ini yang berjudul “Uji Aktivitas Antioksidan

dari Ekstrak Etanol Asam Cekala (Etlingera elatior (Jack) R. M. Sm.) dengan

Metode Pemerangkapan DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhidrazyl)”. Skripsi ini

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi dari

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Radikal bebas merupakan suatu molekul yang memiliki elektron tidak

berpasangan dalam orbital terluarnya sehingga sangat reaktif. Radikal bebas

cenderung mengadakan ikatan berantai dalam tubuh dan menimbulkan kerusakan

pada tubuh sehingga tubuh memerlukan antioksidan tambahan yang dapat

mencegah sistem biologi tubuh dari kerusakan yang ditimbulkan reaksi oksidasi

berlebihan. Diketahui bahwa asam cekala memiliki potensi sebagai sumber

antioksidan alami. Hendaknya hasil penelitian ini menjadi masukkan bagi

masyarakat untuk menggunakan bahan alami seperti asam cekala sebagai

antioksidan untuk mencegah berbagai penyakit.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas

Farmasi Universitas Sumatera Utara. Bapak Prof. Dr. Ginda Haro, M.Sc., Apt.,

selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dengan penuh kesabaran,

kebaikan, tulus dan ikhlas selama penelitian hingga menyelesaikan penulisan

skripsi ini, kepada Bapak Prof. Dr. rer. nat. Effendy De Lux Putra, SU., Apt., dan

Ibu Dra. Sudarmi, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan

iv

Universitas Sumatera Utara


masukan, arahan, kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini beserta seluruh

dosen pengajar dan staf di Fakultas Farmasi atas arahan, bimbingan dan ilmu yang

diberikan kepada penulis selama duduk di bangku perkuliahan.


p

Penulis mempersembahkan rasa terima kasih yang tak terhingga dan

sebesar
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Orang tua tercinta Alm. Heri Anton

Ritonga adik tercinta Dewi Ernestia


Simatupang dan Farida Megawati Ritonga,

Simatupang serta sahabat terkasih, teman-teman


teman seangkatan dan seluruh keluarga

besar yang tiada hentinya berdoa dan berkorban dengan tulus ikhlas memberikan

hingga penyelesaian
dukungan baik moril maupun materil selama perkuliahan hingga

skripsi ini.

menyadar bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan


Penulis menyadari

skripsi ini, dengan itu sangat diharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Universitas Sumatera Utara


vi

Universitas Sumatera Utara


UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DARI EKSTRAK ETANOL ASAM
CEKALA (Etlingera elatior (Jack) R. M. Sm.) DENGAN METODE
PEMERANGKAPAN DPPH (1,1-DIPHENYL-2-PICRYLHIDRAZYL)

ABSTRAK

Latar Belakang: Asam Cekala (Etlingera elatior (Jack) R. M. Sm.) merupakan


salah satu tumbuhan di Indonesia yang secara luas sudah dipergunakan
masyarakat lokal sebagai bumbu masakan maupun sebagai obat. Tanaman ini
diketahui mengandung senyawa fitokimia yaitu alkaloid, glikosida, flavonoid, dan
steroid. Komponen senyawa flavonoid telah banyak dilaporkan perannya sebagai
antioksidan.
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antioksidan
ekstrak etanol asam cekala.
Metode: Sampel dikeringkan, diblender hingga menjadi serbuk, serbuk simplisia
diskrining dan dikarakterisasi, selanjutnya diekstraksi dengan cara maserasi
menggunakan pelarut etanol 96%, kemudian ekstrak di uji aktivitas antioksidan
terhadap DPPH. Alat yang digunakan adalah Spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang 516,5 nm.
Hasil: Hasil karakterisasi serbuk simplisia asam cekala diperoleh kadar air
sebesar 6,66%, kadar sari yang larut dalam air sebesar 35,2%, kadar sari yang
larut dalam etanol sebesar 12,56%, kadar abu total sebesar 4,16%, dan kadar abu
yang tidak larut dalam asam sebesar 1,32%. Hasil skrining fitokimia simplisia dan
ekstrak asam cekala mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, steroid,
dan glikosida. Hasil pengujian aktivitas antioksidan dengan metode DPPH
menunjukkan bahwa ekstrak etanol asam cekala memiliki aktivitas antioksidan
dengan nilai inhibitory concentration (IC50) sebesar 64,89 µg/mLdan termasuk
dalam golongan antioksidan kuat.
Kesimpulan: Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa asam cekala
mengandung senyawa flavonoid dan memiliki aktivitas sebagai antioksidan.

Kata kunci: uji aktivitas antioksidan, Etlingera elatior (Jack) R. M. Sm., DPPH

vii

Universitas Sumatera Utara


ANTIOXIDANT ACTIVITY TESTING FROM KECOMBRANG (Etlingera
elatior (Jack) R. M. Sm.) FRUIT ETHANOL EXTRACT USING DPPH (1,1-
DIPHENYL-2-PICRYLHIDRAZYL) METHOD

ABSTRACT

Background: Kecombrang fruit (Etlingera elatior (Jack) R. M. Sm.) is one type


of plants in Indonesia that has been widely used by local people as a cooking
spice or as a traditional medicine. This plant contains alkaloids, glycosides,
flavonoids, and steroids. Components of flavonoid compounds have been widely
reported its role as an antioxidant.
Objective: The purpose of this study was to determine the antioxidant activity of
ethanol extract of kecombrang fruit.
Method: The sample was dried, blended until it became a powder, simplisia
powder was screened and characterized, then extracted by maceration using 96%
ethanol solvent, then the extract was tested for antioxidant activity against DPPH.
The instrument used is UV-Vis Spectrophotometer at a wavelength of 516.5 nm.
Results: The results of the simplisia powder characterization of kecombrang fruit
obtained water content of 6.66%, the content of the water-soluble extract was
35.2%, the content of the soluble extract in ethanol was 12.56%, the total ash
content was 4.16%, and the content ash which is insoluble in acid by 1.32%.
Phytochemical screening results from kecombrang fruit contain alkaloids,
flavonoids, saponins, steroids, and glycosides.The results of the antioxidant
activity test using DPPH method showed that the ethanol extract of kecombrang
fruit had antioxidant activity with inhibitory concentration (IC50) of 64.89 µg/mL
and categorized in a class of strong antioxidants.
Conclusion: The results of this study could be concluded that the ethanol extract
of kecombrang fruit contain flavonoid and has the activity as antioxidant.

Keywords: antioxidant activity, Etlingera elatior (Jack) R. M. Sm., DPPH

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................................ i
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................ vii
ABSTRACT ....................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ...................................................................................... 4
1.3 Hipotesis ....................................................................................................... 4
1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 5
1.6 Kerangka Pikir Penelitian .............................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 7
2.1 Uraian Tumbuhan .......................................................................................... 7
2.1.1 Morfologi Tumbuhan .................................................................................. 7
2.1.2 Sistematika Tumbuhan ............................................................................... 8
2.1.3 Nama Daerah ............................................................................................. 8
2.1.4 Kandungan Kimia ...................................................................................... 8
2.1.5 Khasiat ....................................................................................................... 8
2.2 Vitamin C ..................................................................................................... 9
2.3 Simplisia dan Ekstrak .................................................................................... 9
2.3.1 Simplisia .................................................................................................... 9
2.3.2 Ekstrak ...................................................................................................... 10
2.4 Radikal Bebas ............................................................................................. 12
2.5 Antioksidan ................................................................................................. 13
2.6 Spektrofotometer UV-Visibel ...................................................................... 16
2.7 Penentuan Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH ............................. 19
2.7.1 Pelarut ...................................................................................................... 21
2.7.2 Pengukuran Absorbansi-Panjang Gelombang ........................................... 21
2.7.3 Waktu Reaksi ........................................................................................... 21
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 22
3.1 Alat dan Bahan ............................................................................................ 22
3.1.1 Alat .......................................................................................................... 22
3.1.2 Bahan-bahan ............................................................................................ 22
3.1.2.1 Sampel ................................................................................................... 22
3.1.2.2 Bahan Kimia .......................................................................................... 23
3.2 Pembuatan Larutan Pereaksi ........................................................................ 23
3.2.1 Pereaksi Liebermann-Burchard ................................................................. 23
3.2.2 Pereaksi Asam Sulfat ................................................................................ 23
3.2.3 Pereaksi Asam Nitrat 0,5 N ....................................................................... 23
3.2.4 Pereaksi Molisch ....................................................................................... 23

ix

Universitas Sumatera Utara


3.2.5 Pereaksi Mayer ......................................................................................... 24
3.2.6 Pereaksi Besi (III) Klorida 10%` ............................................................... 24
3.2.7 Pereaksi Dragendorff................................................................................. 24
3.2.8 Pereaksi Bouchardat .................................................................................. 24
3.2.9 Pereaksi Timbal (II) Asetat 0,4 M ............................................................. 24
3.2.10 Pereaksi Asam Klorida 2 N ..................................................................... 25
3.2.11 Larutan Kloralhidrat ................................................................................ 25
3.3 Pengambilan dan Pengolahan Sampel .......................................................... 25
3.3.1 Pengambilan Sampel ................................................................................. 25
3.3.2 Identifikasi Tumbuhan .............................................................................. 25
3.3.3 Pembuatan Simplisia ................................................................................. 25
3.4 Karakterisasi Simplisia Asam Cekala ........................................................... 25
3.4.1 Pemeriksaan Makroskopik Simplisia Asam Cekala .................................. 26
3.4.2 Pemeriksaan Mikroskopik Simplisia Asam Cekala ................................... 26
3.4.3 Penetapan Kadar Air ................................................................................. 26
3.4.4 Penetapan Kadar Sari Larut dalam Air ..................................................... 27
3.4.5 Penetapan Kadar Sari Larut dalam Etanol.................................................. 27
3.4.6 Penetapan Kadar Abu Total ....................................................................... 27
3.4.7 Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam .................................................. 28
3.5 Skrining Fitokimia ...................................................................................... 28
3.5.1 Pemeriksaan Alkaloid ............................................................................... 28
3.5.2 Pemeriksaan Glikosida .............................................................................. 29
3.5.3 Pemeriksaan Saponin ................................................................................ 29
3.5.4 Pemeriksaan Flavonoid ............................................................................. 29
3.5.5 Pemeriksaan Tannin .................................................................................. 30
3.5.6 PemeriksaanTriterpenoid/Steroid .............................................................. 30
3.6 Pembuatan Ekstrak Etanol Asam Cekala ...................................................... 30
3.7 Uji Aktivitas Antioksidan Metode DPPH .................................................... 31
3.7.1 Pembuatan Larutan Induk Baku DPPH ...................................................... 31
3.7.2 Pembuatan Larutan Blanko ....................................................................... 31
3.7.3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum ............................................... 31
3.7.4 Waktu Pengukuran .................................................................................... 32
3.7.5 Pembuatan Larutan Induk Baku Ekstrak Etanol Asam Cekala ................... 32
3.7.6 Pembuatan Larutan Induk Baku Vitamin C ............................................... 32
3.7.7Pembuatan Larutan Uji .............................................................................. 32
3.7.7.1 Larutan Uji Ekstrak Etanol Asam Cekala ............................................... 32
3.7.7.2 Larutan Uji Vitamin C ............................................................................ 32
3.8 Analisis Persen Pemerangkapan Radikal Bebas DPPH ................................ 33
3.9 Analisis Nilai IC50 ........................................................................................ 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 34
4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan ........................................................................ 34
4.2 Hasil Pemeriksaan Makroskopik .................................................................. 34
4.3 Hasil Pemeriksaan Mikroskopik ................................................................... 35
4.4 Hasil Pemeriksaan Karakteristik Simplisia ................................................... 35
4.5 Hasil Pemeriksaan Skrining Fitokimia Simplisia dan Ekstrak ....................... 36
4.6 Pemeriksaan Kandungan Antioksidan .......................................................... 37
4.6.1 Hasil Analisis Panjang Gelombang Serapan Maksimum DPPH ................. 37
4.6.2 Hasil Analisis Aktivitas Antioksidan ......................................................... 38
4.6.2.1 Sampel Uji Ekstrak Etanol Asam Cekala ................................................ 38

Universitas Sumatera Utara


4.6.2.2 Sampel Uji Pembanding Vitamin C ........................................................ 39
4.6.3 Hasil Peredaman Radikal Bebas DPPH oleh Sampel Uji ........................... 40
4.6.4 Hasil Analisis Nilai IC50 ............................................................................ 41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 44
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 44
5.2 Saran ........................................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 45
LAMPIRAN ...................................................................................................... 48

xi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

4.1 Hasil Karakterisasi Serbuk Simplisia Asam Cekala ..................................... 35


4.2 Hasil Skrining Fitokimia Simplisia dan Ekstrak Asam Cekala ..................... 36
4.3 Penurunan Absorbansi DPPH olehEkstrak Etanol Asam Cekala ................... 38
4.4 Penurunan Absorbansi DPPH oleh Vitamin C .............................................. 40
4.5 Hasil Analisis Peredaman Radikal Bebas Ekstrak Etanol Asam Cekala
dan Vitamin C ............................................................................................. 41
4.6 Nilai IC50 Ekstrak Etanol Asam Cekala dan Vitamin C ................................. 41
4.7 Kategori Nilai IC50 Sebagai Antioksidan .................................................... 42

xii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

1.1 Kerangka Pikir Penelitian ............................................................................... 6


2.1 Komponen Utama Spektrofotometer ............................................................ 17
2.2 Struktur Kimia DPPH ................................................................................. 20
2.3 Reaksi DPPH dengan Senyawa Antioksidan ............................................... 21
4.1 Kurva Panjang Gelombang DPPH (516,5 nm) .............................................. 37
4.2 Grafik Hasil Analisis Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Asam
Cekala ......................................................................................................... 38
4.3 Grafik Hasil Analisis Aktivitas Antioksidan Vitamin C ................................ 40
4.4 Reaksi Penangkapan Radikal Bebas DPPH oleh Fenol ................................. 42

xiii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR DALAM LAMPIRAN

1. Tanaman asam cekala .................................................................................... 49


2. Asam cekala dalam bongkolnya ..................................................................... 49
3. Buah asam cekala .......................................................................................... 50
4. Daun asam cekala ......................................................................................... 50
5. Simplisia asam cekala ................................................................................... 51
6. Serbuk simplisia asam cekala ........................................................................ 51
7. Hasil pemeriksaan mikroskopik .................................................................... 52

xiv

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Hasil Identifikasi Tumbuhan ................................................................. 48


2. Gambar Tumbuhan ........................................................................................ 49
3. Gambar Simplisia ......................................................................................... 51
4. Hasil Pemeriksaan Mikroskopik......................................................................... 52
5. Bagan Kerja Penelitian.................................................................................... 53
6. Perhitungan Karakterisasi Simplisia Asam Cekala ......................................... 57
7. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan ..................................................................... 60
8. Perhitungan Nilai IC50 .................................................................................... 66
9. Data Waktu Pengukuran ................................................................................ 68

xv

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Radikal bebas merupakan suatu molekul yang memiliki elektron tidak

berpasangan dalam orbital terluarnya sehingga sangat reaktif. Radikal ini

cenderung mengadakan reaksi berantai yang apabila terjadi didalam tubuh akan

dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan yang berlanjut dan terus menerus.

Tubuh manusia memiliki sistem pertahanan endogen terhadap serangan radikal

bebas terutama terjadi melalui peristiwa metabolisme sel normal dan peradangan.

Jumlah radikal bebas dapat mengalami peningkatan yang diakibatkan karena

faktor stress, radiasi, asap rokok, dan polusi lingkungan sehingga menyebabkan

sistem pertahanan tubuh yang ada tidak memadai, sehingga tubuh memerlukan

tambahan antioksidan dari luar yang dapat melindungi dari serangan radikal bebas

(Wardaningsihdkk., 2011).

Antioksidan atau senyawa penangkap radikal bebas merupakan zat

yang dapat menetralkan radikal bebas, atau suatu bahan yang berfungsi mencegah

sistem biologi tubuh dari efek yang merugikan yang timbul dari proses ataupun

reaksi yang menyebabkan oksidasi yang berlebihan. Berbagai bukti ilmiah

menunjukkan bahwa senyawa antioksidan mengurangi resiko terhadap penyakit

kronis seperti kanker dan penyakit jantung koroner (Rosahdi dkk., 2013).

Indonesia terkenal dengan kekayaan alam yang memiliki berbagai jenis

tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat. Obat tradisional telah dikenal dan

digunakan secara turun-temurun oleh masyarakat Indonesia. Antioksidan sintetik

seperti BHA (butylated hidroxy aniline) dan BHT (butylated hidroxy toluen) telah

Universitas Sumatera Utara


diketahui memiliki efek samping yang besar antara lain menyebabkan

kerusakanhati. Hal tersebut mendorong semakin banyak dilakukan eksplorasi

bahan alam sebagai sumber antioksidan (Bahriul dkk., 2014).

Tumbuhan kecombrang (Etlingera elatior)merupakan tumbuhan yang

tersebar cukup luas diIndonesia. Tanaman ini mirip bungahias dan beraroma

harum segar. Saat berbentukbunga, warnanya makin cantik dan aromanyamakin

tajam. Hampir seluruh bagian daritumbuhan ini bisa dimanfaatkan. Di

Jawatumbuhan ini dinamakan Kecombrang, Sunda :Honje, Sumatera Utara:

cekala, kincuang dansambuang (Minangkabau), Di Tanah Karo, buah honje muda

disebutasam cekala. Kuncup bunga serta "polong" nya menjadi bagian pokok dari

sayur asam Karo; jugamenjadi peredam bau amis sewaktu memasak

ikan.Masakan batak populer, arsik ikan mas, jugamenggunakan asam cekala ini

(Br. Perangin Angin, 2015).

Kecombrang merupakan tanamanyang banyak dikonsumsi oleh

masyarakatsebagai bahan campuran atau bumbupenyedap. Namun, ternyata

kecombrangmerupakan tumbuhan multiguna, daun,bunga dan buahnya biasa

dimanfaatkan.Selain itu, dapat dimanfaatkan sebagai pengawet alami, obat-

obatan, dansebagainya. Kecombrang berpredikat sebagai“deodorant alami”.

Ramuan alami tersebutberperan sebagai antiseptik alami yangdapat mengurangi

aktifitas bakteripenyebab bau badan dan bau mulut (Sukmawati,2017). Ekstrak

Buah patikala diketahui memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus (Yusran dan Muhammad, 2018). Senyawa flavonoid dari

buah kecombrang juga diketahui memiliki kemampuan meningkatkan sistem

imunomodulator denganmeningkatkan efektivitas proliferasilimfokin yang

dihasilkan oleh sel Tsehingga akan merangsang sel–sel fagosituntuk melakukan

Universitas Sumatera Utara


respon fagositosis (Wahyuni dkk., 2017). Penelitian yang dilakukan oleh Malik

dkk. (2018) menunjukkan bahwa ekstrak buah kecombrang memiliki efek sebagai

antipiretik dan antiinflamasi. Berdasarkan penelitian sebelumnya diketahui bahwa

ekstrak biji honje memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel leukimia (Rusanti

dkk., 2017) dan senyawa asam protokatekuat yang diisolasi dari ekstrak etil asetat

biji honje memiliki aktivitas antioksidan (Sukandar dkk., 2018).Berdasarkan hasil

penelitian, kandungan fitokimia bunga, batang, rimpang, buah dan daun patikala

antara lain senyawa alkaloid, saponin, tanin, fenolik, flavonoid, triterpenoid,

steroid, dan glikosida yang berperan aktif sebagai antioksidan maupun

antilarvasida. Buah dan daun merupakan salah satu komponen yang terdapat pada

tanaman patikala (Etlingera elatior (Jack) R.M.Sm) yang memiliki kandungan

fenolik didalamnya (Ahmad dkk., 2015).

Senyawa fenolik merupakan senyawa bahan alam yang cukup luas

penggunaannya saat ini. Kemampuannya sebagai senyawa biologik aktif

memberikan suatu peran yang besar terhadap kepentingan manusia. Salah satunya

sebagai antioksidan untuk pencegahan dan pengobatan penyakit degeneratif,

kanker, penuaan dini, dan gangguan sistem imun tubuh (Farida dan Maruzy,

2016).

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan

pengujian aktivitas antioksidan dari asam cekala dengan menggunakan

spektrofotometri sinar tampak menggunakan metode pemerangkapan DPPH (1,1-

diphenyl-2-picrylhidrazyl).

Universitas Sumatera Utara


1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka perumusan masalah

penelitian adalah:

a. Golongan senyawa kimia apa yang terkandung dalam simplisia dan

ekstrak etanol asam cekala?

b. Apakah ekstrak etanol asam cekala (Etlingera elatior (Jack) R. M.

Sm.) memiliki aktivitas antioksidan?

c. Berapakah kekuatan antioksidan dari ekstrak etanol asam cekala

dibandingkan dengan vitamin C?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesis dari penelitian ini

adalah:

a. Simplisia dan ekstrak etanol asam cekala mengandung senyawa

alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, tanin, dan

triterpenoid/steroid.

b. Ekstrak etanol asam cekala memiliki aktivitas antioksidan.

c. Ekstrak etanol asam cekala memiliki aktivitas antioksidan yang lebih

kecil dari vitamin C.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui golongan senyawa kimia yang terkandung dalam

simplisia ekstrak etanol asam cekala.

Universitas Sumatera Utara


b. Untuk mengetahui aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol asam

cekala.

c. Untuk mengetahui besar kekuatan aktivitas antioksidan dari ekstrak

etanol asam cekala dibandingkan dengan vitamin C.

1.5 Manfaat Penelitian

Diharapkan dari hasil penelitian ini, dapat diperoleh informasi tentang

golongan senyawa kimia dari simplisia dan ekstrak etanol asam cekala serta

aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol asam cekala.

Universitas Sumatera Utara


1.6 Kerangka Pikir Penelitian

1. Makroskopik
Asam Cekala Karakterisasi 2. Mikroskopik
3. Penetapan kadar air
4. Penetapan kadar sari
yang larut air
5. Penetapan kadar sari
Simplisia asam yang larut etanol
cekala 6. Penetapan kadar abu
total
7. Penetapan kadar abu
yang tidak larut asam
Ekstrak etanol
asam cekala

1. Alkaloid
Skrining
Fitokimia 2. Glikosida
3. Flavonoid
4. Triterpenoid/Steroid
5. Saponin
6. Tanin

Pengujian
antioksidan ekstrak Nilai IC50
etanol asam cekala

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

2.1.1 Morfologi Tumbuhan

Genus Etlingera adalah genus yang banyak tersebar dari Thailand,

Malaysia, Indonesia dan New Guinea. Tinggi tanaman dapat mencapai sampai 8

m dan sering mendominasi di hutan sekunder. Kecombrang merupakan tumbuhan

yang termasuk dalam keluarga Zingiberaceae dan tersebar cukup luas di

Indonesia. Kecombrang merupakan semak annual (tahunan) dengan batang semu

berpelepah berwarna hijau dan tumbuh tegak membentuk rumpun. Daun tunggal

berbentuk lanset dengan pertulangan menyirip. Mahkota bunga bertajuk dan

berwarna merah jambu. Buah berjejalan dalam bongkol hampir bulat berwarna

putih atau merah jambu. Berbiji banyak dan berwarna coklat kehitaman.

Rimpangnya tebal dan berwarna kuning hingga coklat dan akar berbentuk serabut

(Farida dan Maruzy, 2016).

Tanaman ini adalah tanaman asli Indonesia yang dibuktikan dengan studi

etnobotani di pulau Kalimantan, dimana 70% dari spesies yang ada mempunyai

nama lokal lainnya di pulau tersebut dan lebih dari 60% spesies yang ada

mempunyai paling tidak satu manfaat yang digunakan oleh penduduk pulau

Kalimantan (Farida dan Maruzy, 2016).

Universitas Sumatera Utara


2.1.2 Sitematika Tumbuhan

Sistematika dari Asam cekala menurut Herbarium Medanense (MEDA)

USU (2018) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus :Etlingera

Spesies :Etlingera elatior (Jack) R. M. Sm.

2.1.3 Nama Daerah

Asam cekala di Indonesia dikenal dengan nama yang berbeda-beda seperti

kencong atau kincung (Sumatera utara); kecombrang (Jawa); honje (sunda);

bongkot (Bali); sambuang (Sumatera Barat); kala, tere (Gayo Aceh); atimengo,

sulayo, katimbang (Sulawesi) (Br. Perangin Angin, 2015).

2.1.4 Kandungan Kimia

Asam Cekala diketahui memiliki senyawa-senyawa alkaloid, saponin,

tannin, fenolik, flavonoid, triterpenoid, steroid, glikosida, dan minyak atsiri

(Ahmad dkk., 2015).

2.1.5 Khasiat

Asam cekala (Etlingera elatior (Jack) R.M. Sm.) berkhasiat sebagai

penghilang bau badan dan bau mulut (Sukmawati, 2017), antibakteri (Yusran dan

Fadel, 2018), antipiretik dan antiinflamasi (Malik dkk., 2018).

Universitas Sumatera Utara


2.2 Vitamin C

Salah satu contoh antioksidan alami yaitu vitamin C. Vitamin C (Ascorbic

Acid) terdapat dalam seluruh jaringan hidup dan dapat mempengaruhi reaksi

oksidasi-reduksi dalam jaringan tersebut.Sumber utama vitamin C terdapat pada

sayuran dan buah-buahan. Manusia dan kelinci untuk percobaan merupakan satu-

satunya jenis primata yang tidak dapat mensintesis vitamin C. Kebutuhan manusia

akan vitamin C belum dapat ditentukan secara pasti. Namun, telah diketahui rata-

rata kebutuhan vitamin C pada manusia per hari antara 45 sampai 75 mg. Keadaan

stres yang berkelanjutan dan terapi obat-obatan bisa meningkatkan kebutuhan

akan vitamin C (Sayuti dan Yenrina, 2015).

Vitamin C (asam askorbat) merupakan antioksidan alami yang mudah dan

murah bila dikonsumsi dari alam.Vitamin C sebagai antioksidan berfungsi untuk

mengikat O2 sehingga tidak mendukung reaksi oksidasi (oxygen scavanger).

Vitamin C mempunyai berat molekul 178 dengan rumus molekul C6H8O6, dalam

bentuk kristal tidak berwarna,memiliki titik cair 190-192 °C, bersifat larut dalam

air, sedikit larut dalam aseton/alkohol yang mempunyai berat molekul rendah.

Vitamin C sukar larut dalam kloroform, eter dan benzen (Sayuti dan Yenrina,

2015).

2.3 Simplisia dan Ekstrak

2.3.1 Simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang

belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa

bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi simplisia nabati,

simplisia hewani dan simplisia pelikan (mineral) (Ditjen POM, 2000).

Universitas Sumatera Utara


2.3.2 Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat

aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarutyang sesuai,

kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbukyang

tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan

(Ditjen POM, 2000).

Pembuatan sediaan ekstrak dimaksudkan agar zat berkhasiat yang terdapat

di simplisia terdapat dalam bentuk yang mempunyai kadar yang tinggi dan hal ini

memudahkan zat berkhasiat dapat diatur dosisnya (Anief, 2008).

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan pelarut

cair yang sesuai. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat

digolongkan kedalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain.

Diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah

pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Ditjen POM, 2000).

Menurut Ditjen POM (2000) beberapa metode ekstraksi yang sering

digunakan dalam berbagai penelitian antara lain yaitu:

a. Cara Dingin

1. Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstraksi simplisia dengan menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

ruangan (kamar). Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu

(terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut

setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya.

10

Universitas Sumatera Utara


2. Perkolasi

Pekolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai

sempurna (Exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur

ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap perendaman

antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) terus

menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang tidak bereaksi ketika

ditambahkan serbuk Mg dan asam klorida pekat.

b. Cara panas

1. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,

selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan

adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu

pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.

2. Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang

umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan

jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

3. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada

temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum

dilakukan pada temperatur 40 - 50°C.

4. Infundasi

Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air

(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96 -

98°C) selama waktu tertentu (15 – 20 menit).

11

Universitas Sumatera Utara


5. Dekoktasi

Dekoktasi adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥30 menit) dan

temperatur sampai titik didih air.

2.4 Radikal Bebas

Radikal bebas adalah molekul yang kehilangan elektron, sehingga molekul

tersebut tidak stabil dan selalu berusaha mengambil elektron dari molekul atau sel

lain. Radikal bebas dapat dihasilkan dari hasil metabolisme tubuh seperti pada

waktu kita bernafas (hasil samping proses oksidasi atau pembakaran) (Sayuti dan

Yenrina, 2015).

Menurut Sayuti dan Yenrina (2015) tahapan radikal bebas yaitu:

a. Tahap inisiasi, merupakan awal pembentukan radikal bebas.

Pada tahap ini radikal bebas mulai terbentuk yang diproduksi oleh

beberapa proses. Suhu tinggi, proses ekstruksi dan tekanan pada proses

pemotongan bahan polimer dapat menghasilkan senyawa radikal. Setelah oksidasi

dimulai, menyebabkan konsentrasi hidroperoksida menjadi besar.

RH → radikal bebas mis: R, ROO, RO, HO

ROOH → RO* + OH*

2ROOH → RO* + ROO* + H2O

ROOR → 2 RO*

Pada tahap inisiasi asam lemak (RH) bereaksi dengan oksigen triplet, dan

membenuk radikal lemak (R*) dan radikal peroksida (HOO*) dengan inisiator

cahaya atau panas.

12

Universitas Sumatera Utara


b. Tahap Propagasi

Tahap propagasi merupakan awal pemanjangan rantai radikal atau reaksi,

dimana radikal-radikal bebas akan diubah menjadi radikal-radikal yang lain.

R* + 3O2 →ROO*

ROO* + RH → ROOH + R*

c. Tahap Terminasi

Tahap terminasi yaitu senyawa radikal yang bereaksi dengan radikal lain

atau dengan penangkap radikal, sehingga potensi propagasinya rendah.

R* + R’* → RR

R* + ROO* → ROOR

2.5 Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang

dapat memberikan elektronnya kepada molekul radikal bebas dan dapat memutus

reaksi berantai dari radikal bebas. Antioksidan juga berguna untuk mencegah

oksidasi komponen makanan yang mengandung senyawa tidak jenuh (mempunyai

ikatan rangkap) misalnya minyak dan lemak. Kombinasi beberapa jenis oksidasi

antioksidan memberikan perlindungan yang lebih baik (sinergisme) dibandingkan

dengan satu jenis antioksidan saja (Ramadhan, 2015).

Menurut Sayuti dan Yenrina (2015), berdasarkan mekanisme kerjanya,

antioksidan dapat digolongkan menjadi:

a. Antioksidan Primer

Antioksidan primer bekerja untuk mencegah pembentukan senyawa

radikal baru, yaitu mengubah radikal bebas yang ada menjadi molekul yang

berkurang dampak negatifnya sebelum senyawa radikal bebas bereaksi.

13

Universitas Sumatera Utara


Antioksidan primer mengikuti mekanisme pemutusan rantai reaksi radikal dengan

mendonorkan atom hidrogen secara cepat pada suatu lipid yang radikal, produk

yang dihasilkan lebih stabil dari produk awal.

Antioksidan primer adalah antioksidan yang sifatnya sebagai pemutus

reaksi berantai (chain-breaking antioxidant) yang bisa bereaksi dengan radikal-

radikal lipid dan mengubahnya menjadi produk-produk yang lebih stabil.

Suatu molekul dapat beraksi sebagai antioksidan primer jika dapat

memberikan atom hidrogen secara cepat kepada radikal lipid dan radikal yang

berasal dari antioksidan ini lebih stabil daripada radikal lipidnya, atau diubah

menjadi produk-produk lain yang stabil.

Contoh antioksidan primer adalah Superoksida Dismutase (SOD),

Glutation Peroksidase (GPx), katalase dan protein pengikat logam. Superoksida

Dismutase (SOD), GPx disebut juga dengan antioksidan enzimatis yaitu

antioksidan endogenus yang melindungi jaringan dari kerusakan oksidatif yang

disebabkan oleh radikal bebas oksigen seperti anion superoksida (O2*-), radikal

hidroksil (OH*), dan hidrogen peroksida (H2O2).

b. Antioksidan Sekunder

Antioksidan sekunder bekerja dengan cara mengkelat logam yang

bertindak sebagai pro-oksidan, menangkap radikal dan mencegah terjadinya reaksi

berantai. Antioksidan sekunder berperan sebagai pengikat ion-ion logam,

penangkap oksigen, pengurai hidroperoksida menjadi senyawa non radikal,

penyerap radiasi UV atau deaktivasi singlet oksigen.

Lipida pangan umumnya mengandung ion-ion logam dalam jumlah sangat

kecil yang mungkin berasal dari enzim-enzim yang diaktifkan oleh logam, berasal

dari peralatan pemurnian minyak atau berasal dari proses hidrogenasi. Logam-

14

Universitas Sumatera Utara


logam berat khususnya yang bervalensi dua atau lebih dengan potensial redoks

yang sesuai, seperti Co, Cu, Fe, Mn dan sebagainya, mempersingkat periode

induksi dan meningkatkan kecepatan maksimum dari oksida lipida.

Senyawa pengkelat logam yang membentuk ikatan-ikatan σ dengan logam

sifatnya efektif sebagai antioksidan sekunder karena hanya senyawa ini

menurunkan potensil redoks dan karenanya menstabilkan bentuk teroksidasi dari

ion-ion logam.

Asam sitrat, EDTA dan turunan asam fosfat adalah senyawa-senyawa

pengkelat ion-ion logam. Asam sitrat yang banyak digunakan dalam produk

pangan adalah pengkelat logam yang lemah. Meskipun demikian, senyawa ini

sangat efektif dalam menghambat kerusakan oksidatif dari lipida dalam bentuk

produk pangan dan umumnya ditambahkan kedalam minyak nabati sesudah

proses deodorisasi. Pengkelat ion-ion logam ini sering disebut sinergis karena

dapat meningkatkan aktivitas antioksidan fenolik. Contoh antioksidan sekunder

adalah vitamin E, vitamin C, β-caroten, isoflavon, bilirubin dan albumin. Potensi

antioksidan ini dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya (scavenger free radical) sehingga radikal bebas

tidak beraksi dengan komponen seluler.

c. Antioksidan Tersier

Antioksidan tersier bekerja memperbaiki kerusakan biomolekul yang

disebabkan radikal bebas. Contoh antioksidan tersier adalah enzim-enzim yang

memperbaiki DNA dan metionin sulfida reduktase.

15

Universitas Sumatera Utara


Menurut Ramadhan (2015), berdasarkan sumbernya, antioksidan dapat

digolongkan menjadi:

a. Antioksidan alami

Antioksidan alami adalah antioksidan yang merupakan hasil dari ekstraksi

bahan alami. Antioksidan alami dalam makanan dapat berasal dari senyawa

antioksidan yang sudah ada dari satu atau dua komponen makanan, senyawa

antioksidan yang terbentuk dari reaksi-reaksi selama proses pengolahan, senyawa

antioksidan yang diisolasi dari sumber alami dan ditambahkan ke makanan

sebagai bahan tambhan pangan. Contohnya: superoxide dismutase (SOD),

katalase, dan glutation peroxide (GSH).

b. Antioksidan sintetik

Antioksidan sintetik adalah antioksidan yang diperoleh dari hasil reaksi

kimia. Beberapa contoh antioksidan yang diizinkan penggunaannya untuk

makanan yang telah sering digunakan, yatu butil hidroksi anisol (BHA), tokoferol,

asam askorbat, dan butil hidroksi toluen (BHT). Antioksidan-antioksidan tersebut

merupakan antioksidan alami yang telah diproduksi secara sintesis untuk tujuan

komersial.

2.6 Spektrofotometer UV-Visibel

Ahli kimia telah lama menggunakan warna sebagai bantuan dalam

mengenali zat-zat kimia. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan

pemeriksaan visual, yaitu dengan menggunakan alat untuk mengukur absorpsi

energi radiasi macam-macam zat kimia dan memungkinkan dilakukannnya

pengukuran kualitatif dari suatu zat dengan ketelitian yang lebih besar (Day dan

Underwood, 1987).

16

Universitas Sumatera Utara


Spektofotometri serap adalah pengukuran serapan radiasi elektromagnetik

panjang gelombang tertentu yang sempit, mendekati monokromatik, yang diserap

zat. Pengukuran serapan dapat dilakukan pada daerah ultraviolet (panjang

gelombang 190 nm - 380 nm) atau pada daerah cahaya tampak (panjang

gelombang 380 nm - 780 nm). Meskipun spektrum pada daerah ultraviolet dan

daerah tampak dari suatu zat tidak khas, tetapi sangat cocok untuk penetapan

kuantitatif, dan untuk beberapa zat berguna untuk membantu identifikasi (Ditjen

POM, 1979).

Spektrofotometer yang sesuai untuk pengukuran didaerah spektrum

ultraviolet dan sinar tampak terdiri atas suatu sistem optik dengan kemampuan

menghasilkan sinar monokromatis dalam jangkauan panjang gelombang 200-800

nm. (Rohman, 2007).

Gambar 2.1 Komponen Utama Spektrofotometer

Menurut JR Day dan Underwood (2007) komponen utama

spektrofotometer yaitu:

1. Sumber

Sumber energi radiasi yang biasa untuk daerah tampak dari spektrum itu

maupun daerah ultraviolet deat dan inframerah dekat adalah sebuah lampu pijar

dengan kawat rambut terbuat dari wolfram. Pada kondisi operasi biasa, keluaran

lampu wolfram ini memadai dari seitar 325 atau 350 nm hingga 3 µm.

17

Universitas Sumatera Utara


2. Monokromator

Ini adalah piranti optis untuk mengisolasi suatu berkas radiasi dari suatu

sumber berkesinambungan, berkas mana mempunyai kemurnian spektral yang

tinggi dengan panjang gelombang apa saja yang diinginkan. Komponen yang

hakiki (esensial) dari sebuah monokromator adalah suatu sistem celah dan suatu

unsur dipersif. Radiasi dari sumber difokuskan ke celah masuk, kemudian

disejajarkan oleh sebuah lensa atau cermin sehingga suatu berkas sejajar jatuh ke

unsur pendispersi, yang berupa prisma atau suatu kisi difraksi. Dengan memutar

prisma atau kisi itu secara mekanis, aneka porsi spektrum yang dihasilkan oleh

unsur dispersi dipusatkan pada celah keluar, dari situ, lewat jalan optis lebih jauh,

porsi-porsi itu menjumpai sampel.

3. Sel Sampel

Sel tampak dn ultraviolet yang khas mempunyai panjang lintasan 1 cm,

namun tersedia sel dengan ketebalan yang sangat beraneka, mulai dari lintasan

yang sangat pendek, kurang daripada 1 milimeter, sampai 10 cm atau bahkan

lebih.

4. Detektor

Dalam sebuah detektor untuk suatu spektrofotometer, kita menginginkan

kepekaan yang tinggi dalam daerah spektral yang diminati, respons yang linear

terhadap daya radiasi, waktu respons yang cepat, dapat digandakan, dan kestabilan

tinggi atau tingkat noise yang rendah, meskipun dalam praktiknya perlu untuk

mengkompromikan faktor-faktor ini.

5. Penguat dan pembaca

18

Universitas Sumatera Utara


2.7 Penentuan Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH

Salah satu uji yang dapat dilakukan untuk menetukan potensi antioksidan

suatu senyawa adalah dengan menguji kemampuannya dalam meredam senyawa

radikal DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhidrazyl). DPPH merupakan radikal bebas

yang stabil pada suhu kamar dan sering digunakan untuk menilai aktivitas

antioksidan beberapa senyawaatau ekstrak bahan alam. Interaksi antioksidan

dengan DPPH baik secara transfer elektron atau radikal hidrogen pada DPPH

akan menetralkan karakter radikal bebas DPPH (Gurav dkk., 2007).

DPPH menerima elektron atau radikal hidrogen akan membentuk molekul

diamagnetik yang stabil. Interaksi antioksidan dengan DPPH baik secara transfer

elektron atau radikal hidrogen pada DPPH, akan menetralkan radikal bebas dari

DPPH dan membentuk reduksi DPPH. Warna larutan berubah dari ungu tua

menjadi kuning terang dan absorbansi dengan panjang gelombang 516 nm akan

hilang jika semua elektron pada radikal bebas DPPH menjadi berpasangan.

Perubahan ini dapat diukur sesuai dengan jumlah elektron atau atom hidrogen

yang ditangkap oleh molekul DPPH akibat adanya zat reduktor. Suatu zat

mempunyai sifat antioksidan bila nilai IC50 kurang dari 200 ppm. Bila nilai IC50

yang diperoleh berkisar antara 200-1000 ppm maka zat tersebut kurang aktif

namun masih berpotensi sebagai antioksidan (Molyneux, 2004)

DPPH merupakan radikal bebas yang stabil. DPPH menerima elektron

atau radikal hidrogen kemudian akan membentuk molekul diamagnetik yang

stabil(Rosidah dkk.,2008). Struktur kimia DPPH dapat dilihat pada Gambar 2.2

berikut:

19

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.2Struktur kimia DPPH (Molyneux, 2004).

Keberadaan antioksidan dalam ekstrak tumbuhan akan menetralisasi

radikal DPPH dengan memberikan elektron kepada DPPH, menghasilkan

perubahan warna dari ungu menjadi kuning atau intensitas warna ungu larutan

jadi berkurang (Molyneux, 2004).

Parameter yang dipakai untuk menunjukkan aktivitas antioksidan adalah

harga konsentrasi efisien atau efficient concentration (EC50) atau Inhibition

Concentration (IC50) yaitu konsentrasi suatu zat antioksidan yang dapat

menyebabkan 50% DPPH kehilangan karakter radikal atau konsentrasi zat suatu

antioksidan yang memberikan % penghambatan 50%. Zat yang mempunyai

aktivitas antioksidan yang tinggi, akan mempunyai nilai EC50 atau IC50 yang

rendah (Molyneux, 2004).

Prinsip pengujian aktivitas antioksidan dengan metode DPPH adalah

mengukur daya peredaman sampel (ekstrak) terhadap radikal bebas DPPH. DPPH

akan bereaksi dengan atom hidrogen dari senyawa peredaman radikal bebas

membentuk DPPH yang lebih stabil. Senyawa peredaman radikal bebas yang

bereaksi dengan DPPH akan menjadi radikal baru yang lebih stabil atau senyawa

bukan radikal (Hapsari,2017). Reaksi antara DPPH dengan atom H dari senyawa

antioksidan dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut :

20

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.3 Reaksi DPPH dengan senyawa antioksidan (Hapsari, 2017).

2.7.1 Pelarut

Metode ini akan bekerja dengan baik menggunakan pelarut metanol atau

etanol dan kedua pelarut ini tidak mempengaruhi dalam reaksi antara sampel uji

sebagai antioksidan dengan DPPH sebagai radikal bebas (Molyneux, 2004).

2.6.2 Pengukuran absrobansi-panjang gelombang

Panjang gelombang maksimum (λ maks) yang digunakan dalam

pengukuran uji sampel uji sangat bervariasi. Menurut beberapa literatur panjang

gelombang maksimum untuk DPPH antara lain 515 nm, 516 nm, 517 nm, 518 nm,

519 nm, dan 520 nm. Pada prakteknya hasil pengukuran yang memberikan

peakmaksimum itulah panjang gelombangnya yaitu sekitar panjang gelombang

yang disebutkan diatas. Nilai absorbansi yang mutlak tidaklah penting, karena

panjang gelombang dapat diatur untuk memberikan absorbansi maksimum sesuai

dengan alat yang digunakan (Molyneux, 2004).

2.7.3 Waktu Reaksi

Pada metode sebelumnya waktu yang direkomendasikan adalah 30 menit

dan sudah sering dilakukan. Waktu yang paling cepat yang pernah digunakan 5

menit atau 10 menit. Kenyataannya waktu reaksi yang benar adalah ketika reaksi

sudah mencapai kesetimbangan. Kecepatan reaksi dipengaruhi oleh sifat dari

aktivitas antioksidan yang terdapat didalam sampel (Molyneux, 2004).

21

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental meliputi

pengumpulan, pengolahan sampel, skrining fitokimia, dan pembuatan ekstrak

etanol dari asam cekala (Etlingera elatior (Jack) R. M. Sm.). Dilakukan pengujian

aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol asam cekala (Etlingera elatior (Jack) R.

M. Sm.) dengan metode pemerangkapan radikal bebas DPPH (1,1-diphenyl-2-

picrylhidrazyl) menggunakan spektrofotometer UV-Visible. Penelitian ini

dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Laboratorium Penelitian, Fakultas

Farmasi, Universitas Sumatera Utara.

3.1 Alat-alat dan Bahan

3.1.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari alat-alat gelas

laboratorium, blender, cawan penguap berdasar rata, krus porselin, lemari

pengering, mikroskop, alat maserasi, neraca analitis (Vibra), oven listrik

(Memmert), penangas air, rotary evaporator (Stuart), spektrofotometer UV/Vis

(Shimadzu UV-1800) dan tanur (Gallenkamp).

3.1.2 Bahan-bahan

3.1.2.1 Sampel

Sampel yang digunakan adalah asam cekala (Etlingera elatior (Jack) R.

M. Sm.). Sampel diambil dari Pasar Raya MMTC, Medan, Sumatera Utara.

22

Universitas Sumatera Utara


3.1.2.2 Bahan Kimia

Bahan-bahan kimia yang digunakan yaitu: 1,1-diphenyl-2-

picrylhydrazyl(DPPH), Vitamin C, metanol, toluen, kloroform, etanol 96%, asam

klorida 2N, Mayer, Bouchardat, Dragendorff, timbal (II) asetat 0,4M, isopropanol,

Molisch, serbuk magnesium, asam klorida pekat, amil alkohol, besi (III) klorida

10%, n-heksana, Liebermann-Burchard (LB).

3.2 Pembuatan Larutan Pereaksi

Pembuatan larutan pereaksi yang digunakan untuk penelitian ini meliputi

pereaksi Liebermann-Burchard, asam sulfat 2 N, asam nitrat 0,5 N, Molisch,

Mayer, besi (III) klorida 10%, Dragendorff, Bouchardat, natrium hidroksida 2 N,

timbal (II) asetat 0,4 M, asam klorida 2 N, larutan kloralhidrat (Depkes RI,1995).

3.2.1 Pereaksi Liebermann-Burchard

Sebanyak 5 ml asam asetat anhidrida dicampur perlahan dengan 5 ml

asam sulfat pekat tambahkan etanol hingga 50 ml (Depkes RI, 1995).

3.2.2 Pereaksi Asam Sulfat 2 N

Sebanyak 5,5 ml asam sulfat pekat diencerkan dengan akuades hingga

volume 100 ml (Depkes RI, 1995).

3.2.3 Pereaksi Asam Nitrat 0,5 N

Sebanyak 4,2 ml asam nitrat pekat diencerkan dengan akuades hinga

volume 100 ml (Depkes RI, 1995).

3.2.4 Pereaksi Molisch

Sebanyak 3 gram α-naftol ditimbang, dilarutkan dalam asam nitrat 0,5 N

hingga diperoleh larutan 100 ml (Depkes RI, 1995).

23

Universitas Sumatera Utara


3.2.5 Pereaksi Mayer

Sebanyak 1,359 gram raksa (II) klorida ditimbang dan dilarutkan dalam

akuades hingga diperoleh volume larutan 60 ml. Sebanyak 5 gram kalium iodida

ditimbang, dilarutkan dalam 10 ml akuades pada wadah yang berbeda, kemudian

kedua larutan dicampurkan dalam satu wadah. Campuran larutan tersebut

ditambahkan dengan akuades hingga diperoleh volume larutan sebanyak 100 ml

(Depkes RI, 1995).

3.2.6 Pereaksi Besi (III) Klorida 10%

Sebanyak 10 gram besi (III) klorida ditimbang, dilarutkan dalam akuades

hingga diperoleh larutan 100 ml (Depkes RI, 1995).

3.2.7 Pereaksi Dragendorf

Sebanyak 8 gram bismuth (III) nitrat ditimbang, dilarutkan dalam 20 ml

asam nitrat pekat. Dilarutkan 27,2 gram kalium iodida dalam 50 ml akuades pada

wadah lain. Kedua larutan dicampurkan dan didiamkan sampai memisah

sempurna. Larutan yang jernih diambil dan diencerkan dengan akuades hingga

volume larutan 100 ml (Depkes RI, 1995).

3.2.8 Pereaksi Bouchardat

Sebanyak 4 gram kalium iodida dilarutkan dalam akuades, kemudian 2

gram iodium dilarutkan dalam larutan kalium iodida dan dicukupkan dengan

akuades hingga 100 ml (Depkes RI, 1995).

3.2.9 Pereaksi Timbal (II) Asetat 0,4 M

Sebanyak 15,17 gram timbal (II) asetat dilarutkan dalam akuades bebas

CO2 hingga 100 ml (Depkes RI, 1995).

24

Universitas Sumatera Utara


3.2.10 Pereaksi Asam Klorida 2 N

Sebanyak 17 ml asam klorida pekat ditambahkan dengan akuades hinga

diperoleh 100 ml (Depkes RI, 1995).

3.2.11 Larutan Kloralhidrat

Sebanyak 50 gram kristal kloralhidrat ditimbang lalu dilarutkan dalam 20

ml akuades (Depkes RI, 1995).

3.3 Pengambilan dan Pengolahan Sampel

3.3.1 Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan adalah asam cekala (Etlingera elatior (Jack) R.

M. Sm.) secara purposif yaitu tanpa membandingkan tumbuhan yang sama

dengan daerah lain. Sampel diambil dari Pasar Raya MMTC, Medan, Sumatera

Utara.

3.3.2 Identifikasi Tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Medanense Universitas

Sumatera Utara.

3.3.3 Pembuatan Simplisia

Simplisia asam cekala dibuat dengan cara pemilihan buah yang baik,

kemudian dicuci dengan air mengalir, diangin-anginkan dipotong-potong menjadi

beberapa potong, lalu dikeringkan selama 14 hari didalam lemari pengering,

selanjutnya dihaluskan menggunakan blender sampai menjadi serbuk.

3.4 Karakerisasi Simplisia Asam Cekala

Pemeriksaan karakteristik simplisia meliputi pemerikasaan makroskopik,

pemeriksaan mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar sari yang larut

25

Universitas Sumatera Utara


dalam air, penetapan kadar sari yang larut dalam etanol, penetapan kadar abu total

dan penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam.

3.4.1 Pemeriksaan Makroskopik Simplisia Asam Cekala

Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan mengamati bentuk luar dari

Simplisia Asam Cekala kemudian diambil gambar simplisia dengan menggunakan

kamera dengan posisi melintang.

3.4.2 Pemeriksaan Mikroskopik Simplisia Asam Cekala

Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap simplisia asam cekala.

Serbuk ditaburkan diatas kaca penutup kemudian diamati dibawah mikroskop.

3.4.3 Penetapan Kadar Air

Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Azeotropi (destilasi

toluen). Alat terdiri dari labu alas bulat 500 ml, pendingin, tabung penyambung,

tabung penerima 5 ml berskala 0,05 ml, alat penampung dan pemanas listrik.

a. Penjenuhan toluen

Sebanyak 200 mL toluen dan 2 mL air suling dimasukkan kedalam labu

alas bulat, dipasang alat penampung dan pendingin, kemudian didestilasi selama 2

jam. Destilasi dihentikan dan dibiarkan dingin selama 30 menit, kemudian volume

air dalam tabung penerima dibaca dengan ketelitian 0,05 mL.

b. Penetapan kadar air simplisia

Sebanyak 5 g serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama

dimasukkan kedalam labu yang berisi toluen yang dijenuhkan, kemudian labu

dipanaskan hati-hati selama 15 menit, setelah toluen mendidih, kecepatan tetesan

diatur 2 tetes per detik sampai sebagian besar air terdestilasi. Kecepatan destilasi

dinaikkan sampai 4 tetes tiap detik, setelah semua air terdestilasi, bagian dalam

pendingin dibilas dengan toluen. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian

26

Universitas Sumatera Utara


tabung penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar. Setelah air dan toluen

memisah sempurna, lalu volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 mL. Selisih

kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam

bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen (WHO, 1998).

3.4.4 Penetapan Kadar Sari Larut dalam Air

Sebanyak 5 g serbuk simplisia dimaserasi selama 24 jam dengan 100 ml

air-kloroform (2,5 ml kloroform dalam air suling sampai 1 liter) dalam labu

bersumbat, dikocok sesekali selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18

jam, kemudian disaring. Sejumlah 20 ml filtrat diuapkan sampai kering dalam

cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa

dipanaskan pada suhu 105oC sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang

larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI,

1995).

3.4.5Penetapan Kadar Sari Larut dalam Etanol

Sebanyak 5 g simplisia dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml 96%

dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam pertama, kemudian

dibiarkan selama 18 jam. Kemudian disaring cepat untuk menghindari penguapan

etanol. Sejumlah 20 ml filtrat diuapkan sampai kering dalam cawan penguap yang

berdasar rata yang telat dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105oC

sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam etanol 96%

dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1995).

3.4.6Penetapan Kadar Abu Total

Sebanyak 2 g serbuk simplisia yang telah digerus dan ditimbang seksama

dimasukkan dalam kurs porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian

diratakan. Kurs dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, pijaran dilakukan pada

27

Universitas Sumatera Utara


suhu 600oC selama 3 jam kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh

bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes

RI, 1995).

3.4.7Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam

Abu yang diperoleh dalam penetapan kadar abu total dididihkan dalam

asam klorida encer sebanyak 25 ml selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam

asam dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas abu, dicuci dengan air

panas, lalu dipijar sampai bobot tetap, kemudian didinginkan dan ditimbang.

Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang telah

dikeringkan (Depkes RI, 1995).

3.5 Skrining Fitokimia

Menurut Depkes RI (1995), skrining fitokimia serbuk simplisia meliputi

pemeriksaan alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, tanin dan steroid/triterpenoid.

3.5.1 Pemeriksaan Alkaloid

Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5 g kemudian ditambahkan 1 ml

asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan diatas penangas air selama 2

menit, didinginkan dan disaring, filtrat dipakai untuk uji alkaloida: diambil 3

tabung reaksi, lalu ke dalamnya dimasukkan 0,5 ml filtrat.

Pada masing-masing reaksi:

a. Ditambahkan 2 tetes pereaksi Mayer

b. Ditambahkan 2 tetes pereaksi Bouchardat.

c. Ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorff.

Alkaloid disebut positif jika terjadi endapan atau kekeruhan pada dua

atau tiga dari percobaan diatas (Depkes RI, 1995).

28

Universitas Sumatera Utara


3.5.2 Pemeriksaan Glikosida

Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 2 g, lalu disari dengan 20 ml

campuran etanol 95% dengan air (7:2) dan 10 ml asam klorida 2 N, direfluks

selama 2 jam, didinginkan dan disaring. Diambil 20 ml filtrat ditambahkan 25 ml

air suling dan 25 ml timbal (II) asetat 0,4 M, dikocok, didiamkan 5 menit lalu

disaring. Filtrat disari dengan 20 ml campuran isopropanol dan kloroform (2:2),

dilakukan berulang kali sebanyak 2 kali. Sari air dikumpulkan dan diuapkan pada

temperatur tidak lebih dari 50°C. Sisanya dilarutkan dalam 2 ml metanol. Larutan

sisa digunakan untuk percobaan berikut: 0,1 ml larutan percobaan dimasukkan

dalam tabung reaksi dan diuapkan di atas penangas air. Pada sisa ditambahkan 2

ml air dan 5 tetes pereaksi Molisch. Kemudian secara perlahan-lahan ditambahkan

2 ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung, terbentuknya cincin berwarna

ungu pada batas kedua cairan menunjukkan glikosida (Depkes RI, 1995).

3.5.3 Pemeriksaan Saponin

Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5 g dan dimasukkan ke dalam

tabung reaksi, lalu ditambahkan 10 ml air panas, didinginkan kemudian dikocok

kuat-kuat selama 10 detik. Jika terbentuk busa setinggi 1 sampai 10 cm yang

stabil tidak kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan 1 tetes

asam klorida 2 N menunjukkan adanya saponin (Depkes RI, 1995).

3.5.4 Pemeriksaan Flavonoid

Sebanyak 10 g serbuk simplisia ditambah air panas, dididihkan selama 5

menit dan disaring dalam keadaan panas. Ke dalam 5 ml filtrat ditambahkan 0,1 g

serbuk magnesium dan 1 ml asam klorida pekat dan 1 ml amil alkohol, dikocok

dan dibiarkan memisah. Flavonoid positif jika terjadi warna merah kekuningan

atau jingga pada lapisan amil alkohol (Farnsworth, 1966).

29

Universitas Sumatera Utara


3.5.5 Pemeriksaan Tannin

Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 1 g, dididihkan selama 2 menit

dalam 100 ml air suling lalu didinginkan dan disaring. Pada filtrat ditambahkan 1-

2 tetes pereaksi besi (III) klorida 1 %. Jika terjadi warna biru kehitaman atau hijau

kehitaman menunjukkan adanya tanin (Farnsworth, 1966).

3.5.6 Pemeriksaan Steroid/Triterpenoid

Sebanyak 1 g serbuk simplisia dimaserasi dengan 20 ml n-heksan selama

2 jam, lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa

ditambahkan beberapa tetes pereaksi Liebermann-Buchard. Timbulnya warna biru

atau biru hijau menunjukkan adanya steroida, sedangkan warna merah, merah

muda atau ungu menunjukkan adanya triterpenoida (Harborne, 1973).

3.6 Pembuatan Ekstrak Etanol Asam Cekala

Pembuatan ekstrak etanol asam cekala dilakukan dengan metode

maserasi. Serbuk simplisia asam cekala dimaserasi menggunakan pelarut etanol

96%. Masukkan 10 bagian simplisia kedalam wadah berwarna gelap, tuang 75

bagian cairan penyari, tutup, biarkan selama 5 hari telindung dari cahaya sambil

sering diaduk, serkai, peras, cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga

diperoleh 100 bagian. Pindahkan ke dalam bejana tertutup, biarkan di tempat

sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari. Enap tuangkan atau saring (BPOM

RI, 2008). Maserat diuapkan dengan rotary evaporator pada temperatur ±50°C

sampai diperoleh ekstrak kental (Wahyuni dkk., 2017). Bagan pembuatan ekstrak

etanol asam cekala dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman 52.

30

Universitas Sumatera Utara


3.7 Uji Aktivitas Antioksidan Menggunakan Metode Pemerangkapan
Radikal Bebas DPPH

Pengujian aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol asam cekala

menggunakan metode pemerangkapan radikal bebas DPPH dengan prinsip

kemampuan sampel uji dalam meredam proses oksidasi DPPH (1,1-diphenyl-2-

picrylhidrazyl) sebagai radikal bebas dalam larutan metanol (sehingga terjadi

perubahan warna DPPH dari ungu menjadi kuning) dengan nilai IC50 (konsentrasi

sampel uji yang mampu meredam radikal bebas 50%) digunakan sebagai

parameter untuk menentukan aktivitas antioksidan sampel uji (Molyneux, 2004).

Bagan pengujian aktivitas antioksidan ekstrak etanol asam cekala dengan metode

pemerangkapan DPPH dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman 53.

3.7.1 Pembuatan Larutan Induk Baku DPPH

Sebanyak 20mg DPPH ditimbang, kemudian dilarutkan dalam metanol

hingga volume 100 ml (200 µg/mL).

3.7.2 Pembuatan Larutan Blanko

Larutan DPPH (konsentrasi 200 µg/mL) dipipet sebayak 5 mL, kemudian

dimasukkan kedalam labu tentukur 25 mL, dicukupkan volumenya dengan

metanol sampai garis tanda (konsentrasi 40 µg/mL) (Molyneux,2004).

3.7.3 Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum DPPH

Panjang gelombang maksimum ditentukan dengan menggunakan larutan

DPPH konsentrasi 40 µg/mL dan diukur serapannya pada panjang gelombang

400-800 nm. Larutan DPPH 40 µg/mL ini juga digunakan sebagai larutan kontrol

(larutan uji dengan konsentrasi 0 µg/mL).

31

Universitas Sumatera Utara


3.7.4 Waktu Pengukuran

Larutan blanko DPPH konsentrasi 40 µg/mL dibaca serapannya

menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 516,5 nm tiap 1

menit selama 60 menit.

3.7.5 Pembuatan Larutan Induk Baku Ekstrak Etanol Asam Cekala

Sebanyak 25 mg sampel ditimbang kemudian dilarutkan dalam labu

tentukur 25 mL dengan metanol, lalu volumenya dicukupkan dengan metanol

sampai garis tanda (konsentrasi 1000 µg/ml).

3.7.6 Pembuatan Larutan Induk Baku Vitamin C

Sebanyak 25 mg serbuk asam askorbat ditimbang, dimasukkan ke dalam

labu tentukur 50 ml dilarutkan dengan metanol lalu volumenya dicukupkan

dengan metanol sampai garis tanda (konsentrasi 500 ppm).

3.7.7 Pembuatan Larutan Uji

3.7.7.1 Larutan Uji Ekstrak Etanol Asam Cekala

Larutan induk baku ekstrak dipipet sebanyak 0,3 mL; 0,35 mL; 0,4 mL;

dan 0,45 mL kemudian dimasukkan kedalam labu tentukur 5 mL (untuk

mendapatkan konsentrasi 60 µg/mL, 70 µg/mL, 80 µg/mL, dan 90 µg/mL),

kemudian kedalam masing-masing labu tentukur ditambahkan 1 ml larutan induk

baku DPPH 200 µg/mL, lalu volume dicukupkan dengan metanol sampai garis

tanda dan dihomogenkan.

3.7.7.2 Larutan Uji Pembanding Vitamin C

Larutan induk baku dipipet sebanyak 0,02 ml; 0,04 ml; 0,06 ml; dan 0,08

ml kemudian dimasukkan kedalam labu tentukur 5 ml (untuk mendapatkan

konsentrasi 2 µg/mL, 4 µg/mL, 6 µg/mL, dan 8 µg/mL) kemudian kedalam

masing-masing labu tentukur ditambahkan 1 ml larutan induk baku DPPH 200

32

Universitas Sumatera Utara


µg/mL, lalu volume dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda dan

dihomogenkan.

3.8 Analisis Persen Pemerangkapan Radikal Bebas DPPH

Larutan uji yang telah dipersiapkan, segera diinkubasi selama 30 menit

terhindar dari cahaya. Selanjutnya larutan kontrol dan sampel uji diukur pada

panjang gelombang 516,5 nm. Menurut Fitriana dkk. (2015), penentuan persen

pemerangkapan radikal bebas oleh sampel uji, ekstrak etanol asam cekala dengan

Vitamin C sebagai kontrol positif, menggunakan metode pemerangkapan radikal

bebas 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH), yaitu dihitung dengan rumus

sebagai berikut:

Aktivitas Pemerangkapan Radikal Bebas (%) = 100%

Keterangan: Ab = Absorbansi blanko

`As = Absorbansi senyawa uji

3.9 Analisis Nilai IC50

Perhitungan yang digunakan dalam metode ini adalah nilai IC50

(Inhibitory Concentration), nilai IC50 merupakan bilangan yang menunjukkan

sampel uji (µg/ml) yang memberikan peredaman DPPH sebesar 50%. Hasil

perhitungan dimasukkan kedalam persamaan regresi dengan konsentrasi ekstrak

etanol asam cekala (ppm) sebagai absis (sumbu x) dan nilai peredaman sebagai

ordinatnya (sumbu y) (Verawati, 2017).

33

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Medanense (MEDA)

Universitas Sumatera Utara, hasilnya adalah asam cekaladengan nama spesies

Etlingera elatior (Jack) R. M. Sm., suku Zingiberaceae. Hasil identifikasi dapat

dilihat pada Lampiran 1 halaman 48.

4.2 Hasil Pemeriksaan Makroskopik

Hasil pemeriksaan makroskopik dari asam cekala menunjukkan bahwa

asam cekala berbentuk kerucut dengan panjang kurang lebih 2-2,5 cm, berjejelan

dalam bongkol hampir bulat berdiameter 10-20 cm, berambut halus dan pendek

dibagian luar, berwarna kemerahan ketika masak, rasa agak asam, memiliki biji

berwarna coklat kehitaman yang di selubungi salut biji berwarna putih yang

berasa agak asam. Gambar asam cekala dapat dilihat pada Lampiran 2 halaman

49.

Hasil pemeriksaan makroskopik dari simplisia asam cekala menunjukkan

simplisia asam cekala berwarna coklat, berbau khas, rasa agak asam. Gambar

simplisia asam cekala dapat dilihat pada Lampiran 3 halaman 51.

Hasil pemeriksaan makroskopik dari serbuk asam cekala menunjukkan

serbuk asam cekala berwarna coklat kemerahan dan rasa agak asam. Gambar

serbuk asam cekala dapat dilihat pada Lampiran 3 halaman 51.

34

Universitas Sumatera Utara


4.3 Hasil Pemeriksaan Mikroskopik

Hasil pemeriksaan mikroskopik yang dilakukan terhadap serbuk

simplisia asam cekala diperoleh adanya parenkim, kristal ca-oksalat bentuk druse,

kelenjar minyak,epidermis dan rambut penutup. Hasil pemeriksaan mikroskopik

yang dilakukan terhadap serbuk simplisia asam cekala dapat dilihat pada

Lampiran 4 halaman 52

4.4 Hasil Pemeriksaan Karakteristik Simplisia

Hasil pemeriksaan kadar air, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol,

kadar abu total, dan kadar abu tidak larut dalam asam dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Hasil perhitungan terhadap karakterisasi dari simplisia asam cekala dapat dilihat

pada Lampiran 6 halaman 57.

Tabel 4.1 Hasil Karakterisasi Simplisia Asam Cekala


No. Parameter Hasil (%)
1. Kadar air 6,66 %
2. Kadar sari larut dalam air 35,2 %
3. Kadar sari larut dalam etanol 12,56 %
4. Kadar abu total 4,16 %
5. Kadar abu tidak larut asam 1,32 %

Tabel 4.1 menunjukkan kadar air pada simplisia asam cekala sebesar

6,66%. Kadar tersebut memenuhi persyaratan umum yaitu lebih kecil dari 10%.

Menurut literatur, kadar air dalam ekstrak tidak boleh melebihi 10%. Tujuan

pemeriksaan kadar air adalah untuk memberi batasan minimal besarnya

kandungan air dalam bahan baik ekstrak maupun simplisia, makin tinggi kadar

air, makin mudah untuk ditumbuhi jamur dan kapang sehingga dapat menurunkan

aktivitas biologi simplisia dalam masa penyimpanan (Salim dkk.,2016)

Penetapan kadar sari yang larut dalamair menyatakan jumlah zat yang

tersari dalam pelarut air (bersifat polar) yang terkandung dalam simplisia, dari

35

Universitas Sumatera Utara


penelitian ini diperoleh hasil penetapan kadar sari yang larut dalam air yaitu

35,2%. Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol menyatakan jumlah zat yang

tersari dalam pelarut etanol (bersifat polar ataunon polar), dari penelitian ini

diperoleh hasil penetapan kadar sariyang larut dalam etanol yaitu 12,56%.

Penetapan kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam dari serbuk

simplisia berturut-turut adalahh 4,16% dan 1,32%. Kadar abu dan kadar abu tidak

larut dalam asam hendaknya menghasilkan nilai rendah karena uji ini merupakan

indikator adanya cemaran logam yang tidak akan hilang pada suhu tinggi (Salim

dkk.,2016).

4.5 Hasil Pemeriksaan Skrining Fitokimia Simplisiadan Ekstrak

Hasil pemeriksaan skrining fitokimia simplisiadan ekstraketanol asam

cekala dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil Skrining dan Ekstrak Asam Cekala


No. Identifikasi Simplisia Ekstrak
1. Flavonoid + +
2. Alkaloid + +
3. Saponin + +
4. Tanin - -
5. Glikosida + +
6. Steroid/terpenoid + +
Keterangan : (+) = mengandung golongan senyawa; (-) = tidak mengandung
golongan senyawa

Berdasarkan hasil skrining fitokimia dapat dilihat, golongan senyawa

metabolit sekunder yang terdapat di dalam simplisia asam cekala adalah

flavonoid, alkaloid, saponin, glikosida, dan steroid/terpenoid dan metabolit

sekunder yang terdapat didalam ekstrak asamcekala adalah flavonoid, alkaloid,

saponin, glikosida, dan terpenoid.

36

Universitas Sumatera Utara


Menurut Huliselan dkk. (2015) tumbuhan mengandung metabolit

sekunder yang berpotensi sebagai antioksidan, diantaranya adalah alkaloid,

flavonoid, senyawa fenol, steroid, dan terpenoid. Senyawa fenol dapat meredam

radikal bebas dengan menyumbangkan elektronnya melalui atom hidrogen gugus

hidroksil (Halimatussa’diah dkk., 2014).

4.6 Pemeriksaan Kandungan Antioksidan

Salah satu metode pengujian aktivitas antioksidan yang sekarang ini

sedang popular adalah pemerangkapan radikal bebas 1,1-diphenyl-2-

picrylhidrazyl (DPPH) (Molyneux, 2004). Aktivitas antioksidan dari ekstrak

etanol asam cekala diperolehdari hasil pengukuran absorbansi radikal bebas

DPPH dengan adanya penambahan larutan uji ekstrak etanol asam cekala

menggunakan vitamin C sebagai pembanding.

4.6.1 Hasil Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum DPPH

Pengukuran serapan maksimum larutan DPPH dengan konsentrasi 40

ppm dalam methanol menggunakan spektrofotometri UV-Visibel. Data hasil

pengukuran panjang panjang gelombang maksimum dapat dilihat pada Gambar

4.1.

Gambar 4.1 Kurva Panjang Gelombang Maksimum DPPH (516,5 nm)

37

Universitas Sumatera Utara


Pengukuran ini menunjukkan bahwa DPPH dalam methanol

menghasilkan serapan maksimum pada panjang gelombang 516,5 nm.

4.6.2 Hasil Analisis Aktivitas Antioksidan


4.6.2.1 Sampel Uji Ekstrak Etanol Asam Cekala

Aktivitas antioksidan ekstrak etanol asam cekala diperoleh dari hasil

absorbansi DPPH pada panjang gelombang 516,5 nm pada menit ke 30 dengan

adanya penambahan larutan uji dengan konsentrasi 60 ppm, 70 ppm, 80 ppm, dan

90 ppm yang dibandingkan dengan kontrol DPPH (tanpa penambahan larutan uji).

Hasil pengukuran penurunan absorbansi DPPH oleh EEAC dapat dilihat pada

Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Penurunan Absorbansi DPPH oleh EEAC


Konsentrasi EEAC (ppm) Absorbansi
I II III
60 0,556 0,556 0,556
70 0,500 0,499 0,499
80 0,448 0,447 0,447
90 0,386 0,387 0,386

Dari tabel 4.3 diatas, dapat kita lihat bahwa terjadi penurunan absorbansi

DPPH. Hal ini disebabkan karena adanya aktivitas pemerangkapan oleh larutan

uji yaitu ekstrak etanol asam cekala. Untuk melihat hubungan absorbansi DPPH

terhadap pertambahan konsentrasi larutan uji dalam menganalisis aktivitas

antioksidan dapat dilihat pada Gambar 4.2.

38

Universitas Sumatera Utara


1.2

0.8 Pengulangan I
Absorbansi
Pengulangan II
0.6 Pengulangan III

0.4

0.2

0
0 60 70 80 90
Konsentrasi (ppm)
Gambar 4.2Grafik hasil analisis aktivitas antioksidan ekstrak etanol asam cekala

Penurunan nilai absorbansi menunjukkan peningkatan antioksidan.

Penurunan nilai absorbansi terjadi karena larutan asam cekala mampu menetralisir

DPPH (1,1-diphenyl-2-picrilhydrazyl) dengan memberikan elektron kepada

DPPH (1,1-diphenyl-2-picrilhydrazyl) sehingga atom dengan elektron yang tidak

berpasangan mendapat pasangan elektron dan tidak lagi menjadi radikal. Hal ini

ditandai dengan larutan yang berubah dari ungu tua menjadi kuning terang dan

absorbansi pada panjang gelombang maksimumnya yang menurun (Molyneux,

2004).

Prinsip dari metode uji aktivitas antioksidan ini adalah pengukuran

aktivitas antioksidan secara kuantitatif yaitu dengan melakukan pengukuran

penangkapan radikal DPPH oleh suatu senyawa yang mempunyai aktivitas

antioksidan dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis sehingga dengan

demikian akan diketahui nilai aktivitas peredaman radikal bebas yang dinyatakan

dengan nilai IC50 (Inhibitory Concentration). Prinsip kerja dari pengukuran ini

adalah adanyaradikalbebas stabil yaitu DPPH yang dicampurkan dengan senyawa

antioksidan yang memiliki kemampuan mendonorkan hidrogen, sehingga radikal

bebas dapat diredam (Al Ridho dkk., 2013).

39

Universitas Sumatera Utara


4.6.2.2 Sampel Uji Pembanding Vitamin C

Aktivitas antioksidan dari vitamin C dengan konsentrasi 2 µg/mL, 4

µg/mL, 6 µg/mL, 8 µg/mL, diperoleh dari hasil pengukuran absorbansi DPPH

pada menit ke-30. Kemudian dibandingkan dengan kontrol DPPH (tanpa

penambahan larutan uji).Hasil pengukuran penurunan absorbansi DPPH oleh

sampel uji pembanding Vitamin C dapat dilihat pada Tabel 4.4. Untuk melihat

hubungan absorbansi DPPH terhadap pertambahan konsentrasi larutan uji

pembanding vitamin C dalam menganalisis aktivitas antioksidan dilihat pada

Gambar 4.3.

Tabel 4.4 Penurunan Absorbansi DPPH oleh Vitamin C


Konsentrasi Vitamin C (ppm) Absorbansi
I II III
2 0,752 0,752 0,752
4 0,542 0,542 0,542
6 0,297 0,297 0,297
8 0,106 0,106 0,106

1.2

0.8
Absorbansi

0.6
Pengulangan I
0.4 Pengulangan II
0.2 Pengulangan III

0
0 2 4 6 8
Konsentrasi (ppm)
Gambar 4.3 Grafik Hasil Analisis Aktivitas Antioksidan Vitamin C

Pada pengujian aktivitas antioksidan digunakan larutan pembanding yaitu

asam askorbat. Penggunaan pembanding pada pengujian aktivitas antioksidan ini

adalah untuk mengetahui seberapa kuat potensi antioksidan yang ada pada ekstrak

etanol asam cekala jika dibandingkan dengan vitamin C. Apabila nilai IC50 sampel

40

Universitas Sumatera Utara


sama atau mendekati nilai IC50 pembanding maka dapat dikatakan bahwa sampel

berpotensi sebagai salah satu alternatif antioksidan yang sangat kuat (Al Ridho

dkk., 2013).

4.6.3 Hasil Analisis Peredaman Radikal Bebas DPPH oleh Sampel Uji

Kemampuan antioksidan diukur pada menit ke-30 sebagai penurunan

serapan larutan DPPH (peredaman warna ungu DPPH) akibat adanya penambahan

larutan uji. Nilai serapan larutan DPPH sebelum dan sesudah penambahan larutan

uji dihitung sebagai persen peredaman. Dari hasil analisis yang telah dilakukan,

diperoleh nilai persen peredaman pada setiap kenaikan konsentrasi sampel uji

seperti yang terlihat pada tabel 4.5. Perhitungan analisis peredaman radikal bebas

ekstrak etanol asam cekala dan vitamin c dapat dilihat pada Lampiran 7 halaman

60.

Tabel 4.5 Hasil Analisis Peredaman Radikal Bebas Ekstrak Etanol Asam Cekala
dan Vitamin C
Jenis Konsentrasi Larutan % Peredaman
Ekstrak Uji (ppm) I II III Rata-rata
EEAC 0 - - - -
60 50,48% 50,44% 50,53% 50,48%
70 55,47% 55,52% 55,60% 55,53%
80 60,10% 60,16% 60,23% 60,16%
90 62,62% 65,50% 65,65% 65,59%
Vitamin 0 - - - -
C 2 22,55% 22,55% 22,55% 22,55%
4 44,18% 44,18% 44,18% 44,18%
6 69,41% 69,41% 69,41% 69,41%
8 89,08% 89,08% 89,08% 89,08%
Keterangan: EEAC (ekstrak etanol asam cekala)

Pada tabel diatas dilihat bahwa semakin meningkatnya konsentrasi larutan

uji maka aktivitas peredaman DPPH akan semakin meningkat dikarenakan

semakin banyak DPPH yang berpasangan dengan atom hidrogen dari ekstrak.

41

Universitas Sumatera Utara


4.6.4 Hasil Analisis Nilai IC50 (Inhibitory Concentration)

Nilai IC50 diperoleh berdasarkan persamaan regresi linier yang

didapatkan dengan cara memplot konsentrasi larutan uji dan persen peredaman

DPPH sebagai parameter aktivitas antioksidan dimana konsentrasi larutan uji

(ppm) sebagai absis dan nilai persen peredaman sebagai ordinat. Hasil analisis

nilai IC50 yang diperoleh berdasarkan perhitungan persamaan regresi dapat dilihat

di Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Nilai IC50 Ekstrak Etanol Asam Cekala dan Vitamin C
Sampel Persamaan Regresi IC50
EEAC Y=0,745X+1,652 64,89 μg/mL
Vitamin c Y= 11,251X+0,04 4,44 μg/mL

Nilai IC50 didefinisikan sebagai besarnya konsentrasi senyawa uji yang

dapat meredam radikal bebas sebanyak 50%. Semakin kecil nilai IC50 maka

aktivitas peredaman radikal bebas semakin tinggi (Al Ridho dkk., 2013).

Menurut kategori kekuatan antioksidan pada Tabel 4.7, menunjukkan

bahwa ekstrak etanol asam cekala memiliki aktivitas antioksidan yang tergolong

kuat sedangkan vitamin C memiliki aktivitas antioksidan yang tergolong sangat

kuat.Dari hasil perhitungan didapat nilai IC50 vitamin C adalah 4,44 μg/mL,

sedangkan nilai IC50 dari ekstrak adalah sebesar 64,89 μg/mL sehingga ekstrak

etanol asam cekala memiliki aktivitas antioksidan yang lemah bila dibandingkan

dengan vitamin C.

Tabel 4.7 Kategori Nilai IC50 Sebagai Antioksidan


No. Kategori Konsentrasi (ppm)
1. Sangat kuat < 50
2. Kuat 50-100
3. Sedang 101-150
4. Lemah 151-200
(Utami, 2017)

42

Universitas Sumatera Utara


Menurut Samosir dkk. (2012) besarnya angka antioksidan tersebut erat

hubungannya dengan kandungan flavonoid. Semakin banyak senyawa flavonoid

yang terkandung maka semakin besar pula total aktivitas antioksidannya. Jenis

pelarut ekstraksi pada larutan sampel sangat berpengaruh terhadap perolehan

kadar zat tersari dan aktivitas antioksidan pada larutan sampel (Rivai dkk., 2012).

Gambar 4.4 Reaksi Penangkapan Radikal Bebas DPPH oleh Fenol (Hilwiyah
dkk., 2015)

Kadar total fenol dan flavonoid ekstrak semakin tinggi, maka

kemampuan meredam radikal bebas juga semakin tinggi. Hal ini ditunjukkan

dengan semakin kecilnya nilai IC50 (Hilwiyah dkk., 2015). Mekanisme peredaman

radikal bebas oleh fenol dapat dilihat pada Gambar 4.4.

43

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Hasil pemeriksaan skrining fitokimia golongan senyawa kimia yang

terkandung dalam simplisia dan ekstrak etanol asam cekala menujukkan

adanya senyawa kimia golongan flavonoid, saponin, alkaloid, glikosida, dan

terpenoid.

b. Hasil pengujian aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode

pemerangkapan radikal bebas 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH)

diperoleh ekstrak etanol asam cekala memiliki aktivitas antoksidan yang

tergolong kuat dengan nilai IC50 64,89 μg/mL.

c. Hasil pengujian aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode

pemerangkapan radikal bebas 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH)

diperoleh ekstrak etanol asam cekala memiliki aktivitas antioksidan yang kecil

dibandingkan dengan Vitamin C dengan nilai IC50 yaitu 4,44 μg/mL.

5.2 Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan, maka penulis menyarankan untuk

menguji aktivitas antioksidan asam cekala dengan metode ekstraksi dan pelarut

yang berbeda.

44

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, A.R., Juwita, Ratulangi, S.A.D., Malik, A. 2015. Penetapan Kadar


Fenolik dan Flavonoid Total Ekstrak Metanol Buah dan Daun Patikala
(Etlingera elatior (Jack) R.M.Sm). Pharm Sci Res. 2(1): 1-10.
Al Ridho, E.A., Sari, F., Wahdaningsih, S. 2013. Uji Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Metanol Buah Lakum Dengan Metode DPPH. Naskah Publikasi.
Tanjung Pura:Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas
Tanjung Pura, Pontianak. Hal. 8.
Anief, M. 2008. Ilmu Meracik Obat. Cetakan ke-14. Yogyakarta:Gadjah Mada
University Press. Hal.169.
Bahriul, P., Rahman, N., M. Diah, A.W. 2014. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Daun Salam (Szygium polyanthum) Dengan Menggunakan 1,1-difenil-2-
picrilhidrazyl. Jurnal Akademika Kimia. 3(3): 143-149.
BPOM RI. 2008. Acuan Sediaan Herbal. Vol. 4. Ed. 1. Jakarta: Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik Indonesia. Hal. 8.
Br. Perangin Angin, M.I. 2015. Karakterisasi Senyawa Kimia dan Uji Aktivitas
Antibakteri Minyak Atsiri Bunga Kecombrang (Etlingera elatior) yang
Diisolasi Dengan Destilasi Stahl. Agrica Ekstensia. 9(1): 27-33.
Day, R.A.,Underwood, A.L. 1998. Quantitative Chemical Analysis. Edisi VI.
Terjemahan Sopyan, I. (2001). Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Penerbit Erlangga. Halaman: 396-400.
Ditjen POM R.I. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi 3. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Hal 1065.
Departemen Kesehatan R.I. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid keenam.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 299-305, 334-335.
Ditjen POM R.I. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 1,9-12,17.
Farnsworth, N.R. 1966. Biological and Phytochemical Screening of Plants.
Journal of Pharmaceutical Sciences. 55(3): 263.
Farida, S.,Maruzy, A. 2016. Kecombrang (Etlingera elatior): Sebuah Tinjauan
Penggunaan Secara Tradisional, Fitokimia dan Aktivitas Farmakologinya.
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia. 9(1): 19-27.
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/toi/article/view/6389.
Fitriana, W.D., Fatmawati, S., Ersam, T. 2015. Uji Aktivitas Antioksidan terhadap
DPPH dan ABTS dari Fraksi-fraksi Daun Kelor (Moringa
oleifera).Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains
2015. Bandung. Hal 658.
Gurav, S., Deshkar, N., Gulkari, V., Duragkar, N., Patil, A. 2007. FREE
RADICAL SCAVANGING ACTIVITY OF POLYGALA CHINENSIS
LINN. Pharmacologyonline. No.2. Halaman 249.
Hapsari, A.M. 2017. Pengujian Kandungan Total Fenol dan Flavonoid serta
Antioksidan Ekstrak Etanol Tempuyung (Shoncus arvensis L.). Skripsi.
Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Halaman 15-16, 40,
43.
Harborne, J.B. 1984. Phytochemical Methods. Penerjemah: Padmawinata, K., dan
Soediro, I. (1987). Metode Fitokimia. Bandung. Penerbit ITB. Hal. 147,
259.

45

Universitas Sumatera Utara


Halimatussa’diah, F., Fitriani, V.Y., Rijai, L. 2014.Aktivitas Antioksidan
Kombinasi Daun Cempedak (Artocarpus Champedan) Dan Daun
Bandotan (Ageratum ConyzoidesL). J. Trop. Pharm. Chem. 2(5): 248.
Hilwiyah, A., Betty, L., Nugrahaningsih. 2015. Skrining Fitokimia Dan Uji
Aktivitas Antioksidan Serta Kadar Total Fenol - Flavonoid Ekstrak Etanol
Murbei (Morus Alba L.). Malang: University of Malang.http://jurnal-
online.um.ac.id/data/artikel/artikel28E5B5F81EB05F5AD9931E68B5E51
3D4.pdf. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2018.
Huliselan, Y.M., Runtuwene, M.R.J., Wewengkang, D.S. 2015. Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Etanol, Etil Asetat, Dan N-Heksan Dari Daun
Sesewanua (Clerodendron Squamatum Vahl.). PHARMACONJurnal
Ilmiah Farmasi. 4(3): 156.
MEDA. 2018. Hasil Identifikasi. Medan: Herbarium Medanense Universitas
Sumatera Utara.
Malik, F., Ningsi, A., Bafadal, M., Saktiani, D.N, Wahyuni. 2018. Uji Efek
Antipiretik Ekstrak Etanol Buah Wualae (Etlingera elatior (Jack) R. M.
Smith) Terhadap Mencit Jantan (Mus musculus L.) Galur Balb/C.
Pharmauho. 4(1): 9-11.
Molyneux, P. 2004. The Use of the Stable Free Radical Diphenylpicrylhydrazyl
(DPPH) for Estimating Antioxidant Activity.Songklanakarin J. Sci.
Technol. 26: (2): 212.
Ramadhan, P. 2015. Mengenal Antioksidan. Cetakan I. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Halaman 17 dan 22.
Rivai, H., Putra, R.Y., Krisyanella. 2012. Penentuan Pengaruh Jenis Pelarut
Pengekstrak Terhadap Perolehan Kadar Senyawa Fenolat Dan Aktifitas
Antioksidan Dari Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.). Jurnal Farmasi
Higea. 4(1): 21.
Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Cetakan I. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Halaman 261.
Rosahdi, T.D., Kusmiyati, M., Wijayanti, F.R. 2013. Uji Aktivitas Daya
Antioksidan Buah Rambutan Rapiah Metode DPPH.Jurnal Istek. 7(1):
2.http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/istek/article/view/242.Diakses pada
tanggal 10 Oktober 2018.
Rosidah, Yam, M.F., Sadikun, A., Asmawi, M.Z. 2008. Antioxidant Potential of
Gynura procumbens.Pharmaceutical Biology. 46(9): 616-625.
Rusanti, A., Sukandar, D., Rudiana, T., Adawiah. 2017. Profil Fraksi Sitotoksik
Terhadap Sel Murine Leukimia P-388 dari Ekstrak Biji Honje (Etlingera
elatior). Jurnal Kimia VALENSI. 3(1): 79-87.
Salim, M., Sulityaningrum, N., Isnawati, A., Sitorus, H., Yahya., Ni’mah, T.
2016. Karakterisasi Simplisia dan Ekstrak Kulit Buah Duku (Lansium
domesticum Corr) dari Provinsi Sumatera Selatan dan Jambi. Jurnal
Kefarmasian Indonesia. 6(3): 122.
Samosir, A.P., Runtuwene, M. R. J., Citraningtyas, G. 2012. Uji Aktivitas Antioksidan Dan Total
Flavonoid Pada Ekstrak Etanol Pinang Yaki (Areca
vestiaria).PHARMACON.Hal.5.https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/articl
e/view/460.Diakses pada tanggal 10 Oktober 2018.
Sayuti, K., Yenrina, R. 2015. Antioksidan Alami dan Sintetik. Cetakan Pertama.
Padang : Andalas University Press. Halaman 15-20.

46

Universitas Sumatera Utara


Sukandar, D., Umedi, I,U., Nurbayti, S., Rudiana, T., Fathoni, A,. 2018. Asam
Protokatekuat dari Ekstrak Etil Asetat Biji Honje (Etlingera elatior) dan
Uji Aktivitas Antioksidannya. Jurnal Kimia VALENSI. 4(1): 52-56.
Sukmawati. 2017. Daya Hambat Ekstrak Buah Kecombrang (Etlingera elatior)
Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus Aureus dan Escherichia Coli.
Biogenerasi. 1(2):68-76.
Utami, N. H. 2017. Aktivitas Antioksidan dari Ekstrak Etanol Herba Poguntano
(Picria fel-terrae Lour.) secara In Vitro.Skripsi.Medan: Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara. Halaman 43.
Wahyuni, Malaka, M.H., Fristiohady, A., Yusuf, M.I., Sahidin. 2017. Potensi
Imunomodulator Ekstrak Etanol Buah Kecombrang (Etlingera elatior
(Jack) R. M. Smith) Terhadap Aktivitas Fagositosis Makrofag Mencit
Jantan Galur Balb/C. PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi. 6(3): 350-
355.
Wardaningsih, S., Setyowati, E.P., Wahyuno, S. 2011. Aktivitas Penangkap
Radikal Bebas Dari Batang Pakis (Alsophila Glauca J. Sm). Majalah Obat
Tradisional. 16(3): 157.
World Health Organization. 1998. Quality Control Methods For Medicinal Plant
Material. Switzerland: WHO. Hal.35-39.
Yusran, A.,Muhammad, F. 2018. Daya Hambat Ekstrak Buah Patikala (Etlingera
elatior (Jack) R. M. Sm) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus.
Makassar Dent J. 7(2): 95-99.

47

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1.Surat Hasil Identifikasi Tumbuhan

48

Universitas Sumatera Utara


Gambar Tumbuh
Lampiran 2.Gambar Tumbuhan

Gambar 1. Tanaman Asam Cekala

Gambar 2. Gambar Asam Cekala dalam bongkolnya

49

Universitas Sumatera Utara


(lanjutan)
Lampiran 2.(lanjutan)

Gambar 3. Buah asam cekala

Gambar 4. Daun asam cekala

50

Universitas Sumatera Utara


Gambar Simplisia
Lampiran 3.Gambar

Gambar 5. Simplisia asam cekala

Gambar 6. Serbuk simplisia asam cekala

51

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4.Hasil Pemeriksaan Mikroskopik

Gambar 7. Hasil Pemeriksaan Mikroskopik


Keterangan : 1. Kristal Ca-Oksalat bentuk druse; 2. Rambut Penutup; 3.
Epidermis; 4. Kelenjar minyak; 5. Parenkim.

52

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5. Bagan Kerja Penelitian
Asam Cekala

Dicuci di air mengalir


Ditiriskan
Ditimbang berat basahnya
Dipotong-potong
Dikeringkan
Ditimbang berat keringnya

Simplisia
Dihaluskan dengan blender
Disimpan

Serbuk Simpilisia

Karakterisasi Skrining fitokimia Pembuatan ekstrak

Dimaserasi
dengan
etanol 96%

1. Makroskopik 1. Alkaloid Ekstrak Kental


2. Mikroskopik 2. Glikosida
3. Penetapan kadar air 3. Flavonoid
4. Penetapan kadar 4. Triterpenoid/Steroid
sari yang larut air 5. Saponin
Uji Aktivitas
5. Penetapan kadar 6. Tanin
Antioksidan
sari yang larut
etanol
6. Penetapan kadar
abu total
7. Penetapan kadar
abu yang tidak larut
asam

53

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5.(Lanjutan)
Bagan pembuatan ekstrak etanol asam cekala

500 gram serbuk simplisia asam cekala

Dimasukkan kedalam bejana


Dimaserasi dengan 75 bagian
etanol 96% selama 5 hari
Dibiarkan 5 hari terlindung dari
cahaya, sambil diaduk sesekali
Disaring

Maserat Ampas

Dimaserasi kembali
dengan 25 bagian
etanol 96% selama 2
hari
Dibiarkan selama 2
hari
Disaring

Maserat Ampas

Digabungkan
Diuapkan dengan rotary evaporator
Ekstrak Kental

54

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5.(lanjutan)

Bagan pengujian aktivitas antioksidan ekstrak etanol asam cekala

20 mg serbuk DPPH

Dimasukkan kedalam labu


tentukur 100 ml
Dilarutkan dalam metanol hingga
volume 100 ml

LIB DPPH 200 µg/mL

Dipipet sebanyak 5 ml
Dimasukkan kedalam labu
tentukur 25 ml
Dicukupkan volume dengan
metanol sampai batas tanda

Larutan Blanko DPPH 40 µg/mL

pengukuran panjang pengukuran waktu kerja


gelombang maksimum
Dilakukan tiap 1
menit selama 60
menit

516,5 nm 30 menit

55

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5.(lanjutan)
25 mg Ekstrak kental

Dimasukkan kedalam labu


tentukur 25 ml
Dilarutkan dengan metanol
sampai batas tanda

LIB ekstrak 1000 µg/ml

Dipipet masing-masing 0,3 ml:


0,35 ml; 0,4 ml; dan 0,45 ml.
Dimasukkan kedalam labu 5ml.
Ditambahkan 1 ml LIB DPPH
200 µg/ml.
Dilarutkan dengan metanol
hingga batas tanda.

Larutan Uji Larutan Uji Larutan Uji Larutan Uji


konsentrasi 60 konsentrasi 70 konsentrasi 80 konsentrasi 90
µg/ml µg/ml µg/ml µg/ml

Diinkubasi selama 30 menit.


Diukur serapan pada panjang
gelombang 516,5 nm.
Dihitung % pemerangkapan
DPPH

IC50

56

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6. Perhitungan Karakterisasi Simplisia Asam Cekala
1. Penetapan kadar air

( )
% Kadar air simplisia = ( )
× 100%

No. Berat Sampel (g) Volume Awal (ml) Volume akhir (ml)
1 5,005 2,0 2,2
2 5,001 2,2 2,6
3 5,002 2,6 3,0

, ,
1. Kadar air = ,
× 100% = 3,996 %

, ,
2. Kadar air = ,
× 100% = 7,998 %

, ,
3. Kadar air = ,
× 100% = 7,996 %

, , ,
% Rata-rata kadar air = = 6,6633%

2. Penetapan kadar sari larut etanol

( )
% Kadar sari larut dalam etanol = ( )
× × 100%

No. Berat Sampel (g) Berat Sari (g)


1. 5 0,122
2. 5 0,128
3. 5 0,127

,
1. Kadar sari larut etanol = × × 100% = 12,2 %

,
2. Kadar sari larut etanol = × × 100% = 12,8 %

,
3. Kadar sari larut etanol = × × 100% = 12,7 %

, % , % , %
% Rata-rata kadar sari larut dalam etanol = = 12,56%

3. Penetapan kadar sari larut dalam air

( )
% Kadar sari larut dalam air = ( )
× × 100%

57

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6.(Lanjutan)

No. Berat Sampel (g) Berat sari (g)


1 5 0,367
2 5 0,372
3 5 0,317

,
1. Kadar sari larut air = × × 100% = 36,7 %

,
2. Kadar sari larut air = × × 100% = 37,2 %

,
3. Kadar sari larut air = × × 100% = 31,7 %

, % , % , %
% Rata-rata kadar sari larut dalam air = = 35,2%

4. Penetapan kadar abu total

( )
% Kadar abu total = ( )
× 100%

No. Berat Sampel (g) Berat Abu (g)


1. 2,002 0,084
2. 2 0,083
3. 2,003 0,083

.
1. Kadar abu total = ,
× 100% = 4,19%

.
2. Kadar abu total = × 100% = 4,15%

.
3. Kadar abu total = ,
× 100% = 4,14%

, % , % , %
% Rata-rata kadar abu total = = 4,16%

5. Penetapan kadar abu tidak larut dalam asam

( )
% Kadar abu total = ( )
× 100%

No. Berat Sampel (g) Berat Abu (g)


1. 2,002 0,035
2. 2 0,023
3. 2,003 0,022

58

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6.(Lanjutan)

.
1. Kadar abu tidak larut dalam asam = ,
× 100% = 1,74%

.
2. Kadar abu tidak larut dalam asam = × 100% = 1,15%

.
3. Kadar abu tidak larut dalam asam = ,
× 100% = 1,09%

, % , % . %
% Rata-rata kadar abu tidak larut asam = = 1,32%

59

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan

1. Ekstrak etanol asam cekala

Data absorbansi pengukuran pertama

Konsentrasi larutan uji (µg/ml) Absorbansi % Peredaman


0 1,123 -
60 0,556 50,48
70 0,500 55,47
80 0,448 60,10
90 0,386 65,62

% peredaman= × 100%

Keterangan:

Akontrol = Absorbansi tidak mengandung sampel

Asampel = Absorbansi sampel

Perhitungan % peredaman ekstrak etanol asam cekala

- Konsentrasi 60 µg/ml

, ,
% peredaman = ,
× 100% =50,48%

- Konsentrasi 70 µg/ml

, ,
% peredaman = ,
× 100% = 55,47%

- Konsentrasi 80 µg/ml
, ,
% peredaman = ,
× 100% = 60,10%

- Konsentrasi 90 µg/ml
, ,
% peredaman= ,
× 100% = 65,62%

Data absorbansi pengukuran kedua

Konsentrasi larutan uji (µg/ml) Absorbansi % Peredaman


0 1,122 -
60 0,556 50,44
70 0,499 55,52
80 0,447 60,16

60

Universitas Sumatera Utara


Konsentrasi larutan uji (µg/ml) Absorbansi % Peredaman
90 0,387 65,50

% peredaman= × 100%

Keterangan:

Akontrol = Absorbansi tidak mengandung sampel

Asampel = Absorbansi sampel

Perhitungan % peredaman ekstrak etanol asam cekala

- Konsentrasi 60 µg/ml

, ,
% peredaman = ,
× 100% = 50,44%

- Konsentrasi 70 µg/ml
, ,
% peredaman = ,
× 100% = 55,52%

- Konsentrasi 80 µg/ml
, ,
% peredaman = ,
× 100% = 60,16%

- Konsentrasi 90 µg/ml
, ,
% peredaman= ,
× 100% = 65,50%

Data absorbansi pengukuran ketiga

Konsentrasi larutan uji (µg/ml) Absorbansi % Peredaman


0 1,124 -
60 0,556 50,53
70 0,499 55,60
80 0,447 60,23
90 0,386 65,65

% peredaman= × 100%

Keterangan:

Akontrol = Absorbansi tidak mengandung sampel

Asampel = Absorbansi sampel

61

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7. (Lanjutan)

Perhitungan % peredaman ekstrak etanol asam cekala

- Konsentrasi 60 µg/ml
, ,
% peredaman = ,
× 100% = 50,53%

- Konsentrasi 70 µg/ml
, ,
% peredaman = ,
× 100% = 55,60%

- Konsentrasi 80 µg/ml
, ,
% peredaman = ,
× 100% = 60,23%

- Konsentrasi 90 µg/ml
, ,
% peredaman= ,
× 100% = 65,65%

Data nilai rata-rata % peredaman ekstrak etanol asam cekala


Konsentrasi Larutan Uji % Peredaman
(µg/ml) I II III Rata-rata
0 - - - -
60 50,48 50,44 50,53 50,48
70 55,47 55,52 55,60 55,53
80 60,10 60,16 60,23 60,16
90 62,62 65,50 65,65 65,59

2. Vitamin C pembanding

Data absorbansi pengukuran pertama

Konsentrasi larutan uji Absorbansi % Peredaman


(µg/ml)
0 0,971 -
2 0,752 22,55
4 0,542 44,18
6 0,297 69,41
8 0,106 89,08

% peredaman= × 100%

62

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7.(Lanjutan)

Keterangan:

Akontrol = Absorbansi tidak mengandung sampel

Asampel = Absorbansi sampel

Perhitungan % peredaman vitamin C

- Konsentrasi 2 µg/ml

, ,
% peredaman = ,
× 100% = 22,55%

- Konsentrasi 4 µg/ml

, ,
% peredaman = ,
× 100% = 44,18%

- Konsentrasi 6 µg/ml
, ,
% peredaman = ,
× 100% = 69,41%

- Konsentrasi 8 µg/ml
, ,
% peredaman= ,
× 100% = 89,08%

Data absorbansi pengukuran kedua

Konsentrasi larutan uji Absorbansi % Peredaman


(µg/ml)
0 0,971 -
2 0,752 22,55
4 0,542 44,18
6 0,297 69,41
8 0,106 89,08

% peredaman= × 100%

Keterangan:

Akontrol = Absorbansi tidak mengandung sampel

Asampel = Absorbansi sampel

63

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7.(Lanjutan)

Perhitungan % peredaman vitamin C

- Konsentrasi 2 µg/ml
, ,
% peredaman = ,
× 100% = 22,55%

- Konsentrasi 4 µg/ml

, ,
% peredaman = ,
× 100% = 44,18%

- Konsentrasi 6 µg/ml
, ,
% peredaman = ,
× 100% = 69,41%

- Konsentrasi 8 µg/ml
, ,
% peredaman= ,
× 100% = 89,08%

Data absorbansi pengukuran ketiga

Konsentrasi larutan uji Absorbansi % Peredaman


(µg/ml)
0 0,971 -
2 0,752 22,55
4 0,542 44,18
6 0,297 69,41
8 0,106 89,08

% peredaman= × 100%

Keterangan:

Akontrol = Absorbansi tidak mengandung sampel

Asampel = Absorbansi sampel

Perhitungan % peredaman vitamin c

- Konsentrasi 2 µg/ml

, ,
% peredaman = ,
× 100% = 22,55%

64

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7.(Lanjutan)

- Konsentrasi 4 µg/ml

, ,
% peredaman = ,
× 100% = 44,18%

- Konsentrasi 6 µg/ml
, ,
% peredaman = ,
× 100% = 69,41%

- Konsentrasi 8 µg/ml
, ,
% peredaman= ,
× 100% = 89,08%

Data nilai rata-rata % peredaman vitamin C


Konsentrasi Larutan Uji % Peredaman
(µg/ml)
I II III Rata-rata
0 - - - -
2 22,55 22,55 22,55 22,55
4 44,18 44,18 44,18 44,18
6 69,41 69,41 69,41 69,41
8 89,08 89,08 89,08 89,08

65

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 8. Perhitungan Nilai IC50

1. Ekstrak etanol asam cekala

X Y XY X2
0 0 - -
60 50,48 3028,8 3600
70 55,53 3887,1 4900
80 60,16 4812,8 6400
90 65,59 5903,1 8100
∑X=300 ∑Y=231,76 ∑XY=17631,8 ∑X2=23000
X = 60 Y= 46,352
Keterangan: X = Konsentrasi (µg/ml); Y = % peredaman

(∑XY) - (∑X)(∑Y)/n
a= (∑X ) (∑X) /n

(17631,8) - (300)(231,76)/5
a= ( ) ( ) /

,
a=

a = 0,745

b = y- ax

= 46,352 – (0,745)(60)

= 46,352 – 44,7

= 1,652

Jadi, persamaan garis regresi Y = 0,745X + 1,652

Nilai IC50 : Y = 0,745X + 1,652

50 = 0,745X + 1,652

X = 64,89 µg/ml

IC50 ekstraketanol asam cekala = 64,89 µg/ml

2. Vitamin C pembanding

X Y XY X2
0 0 - -
2 22,55 45,1 4
4 44,18 176,72 16

66

Universitas Sumatera Utara


X Y XY X2
6 69,41 416,46 36
8 89,08 712,64 64
∑X=20 ∑Y=225,22 ∑XY=1350,92 ∑X2=120
X=4 Y= 45,044
Keterangan: X = Konsentrasi (µg/ml); Y = % peredaman

(∑XY) - (∑X)(∑Y)/n
a= (∑X ) (∑X) /n

(1350,92) - (20)(225,22)/5
a= ( ) ( ) /

,
a=

a = 11,251

b = y - ax

= 45,044 – (11,251)(4)

= 0,04

Jadi, persamaan garis regresi Y = 11,251X + 0,04

Nilai IC50 : Y = 11,251X + 0,04

50 = 11,251X + 0,04

X = 4,44 µg/ml

IC50 Vitamin C pembanding= 4,44 µg/ml

67

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 9. Data Waktu Pengukuran

Menit Absorbansi Menit Absorbansi Menit ke- Absorbansi


ke- ke-

1 1.0172 25 1.0207 49 1.0268

2 1.0169 26 1.0204 50 1.0267

3 1.0168 27 1.0207 51 1.0270

4 1.0171 28 1.0218 52 1.0273

5 1.0168 29 1.0224 53 1.0276

6 1.0169 30 1.0234 54 1.0274

7 1.0171 31 1.0236 55 1.0276

8 1.0175 32 1.0236 56 1.0281

9 1.0174 33 1.0240 57 1.0284

10 1.0175 34 1.0243 58 1.0287

11 1.0178 35 1.0243 59 1.0287

12 1.0179 36 1.0244 60 1.0294

13 1.0179 37 1.0251

14 1.0179 38 1.0250

15 1.0180 39 1.0246

16 1.0183 40 1.0247

17 1.0184 41 1.0250

18 1.0191 42 1.0259

19 1.0197 43 1.0263

20 1.0199 44 1.0264

21 1.0201 45 1.0262

22 1.0205 46 1.0261

23 1.0208 47 1.0260

24 1.0210 48 1.0266

68

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 9 (Lanjutan)

Gambar 1. Grafik Waktu Pengukuran

69

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai