2018
Marpaung, Nona
Universitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/10670
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL BUAH
OKRA HIJAU (Abelmoschus esculentus (L.) Moench) SECARA
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
SKRIPSI
OLEH:
NONA MARPAUNG
NIM 141501190
SKRIPSI
OLEH:
NONA MARPAUNG
NIM 141501190
OLEH:
NONA MARPAUNG
NIM 141501190
Disetujui oleh
Pembimbing, Panitia Penguji,
Prof. Dr. Ginda Haro, M.Sc., Apt. Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt.
NIP 195108161980031002 NIP 195008281976032002
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
yang berjudul uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah okra hijau
ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di
besarnya kepada Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas
Fakultas Farmasi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr.
Ginda Haro, M.Sc., Apt., yang telah meluangkan waktu dan tenaga dalam
petunjuk dan saran-saran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini. Ucapan
terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Prof. Dr. Siti Morin Sinaga,
M.Sc., Apt., selaku ketua penguji dan Bapak Drs. Nahitma Ginting, M.Si., Apt.,
skripsi ini, dan kepada Ibu Dr. Sumaiyah, S.Si, M.Si., Apt., selaku dosen
pembimbing akademik serta Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU
yang telah banyak membimbing penulis selama masa perkuliahan hingga selesai.
Penulis juga mempersembahkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada
yang telah memberikan cinta dan kasih sayang yang tidak ternilai dengan apapun,
pengorbanan baik materi maupun motivasi beserta doa yang tulus yang tidak
vi
Universitas Sumatera Utara
pernah berhenti. Kepada seluruh keluarga yang selalu mendukung dan
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga
Nona Marpaung
NIM 141501190
vi
Universitas Sumatera Utara
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
NIM : 141501190
Spektrofotometri UV-Vis
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dan hasil
pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan orang lain untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat karena
Apabila dikemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam
skripsi ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia
Nona Marpaug
NIM 141501190
vi
Universitas Sumatera Utara
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL BUAH OKRA
HIJAU (Abelmoschus esculentus (L.) Moench) SECARA
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
ABSTRAK
Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang mengandung satu
elektron yang tidak berpasangan. Senyawa radikal bebas timbul akibat berbagai
proses kimia kompleks dalam tubuh, berupa hasil samping dari proses oksidasi
atau pembakaran sel. Antioksidan atau senyawa penangkap radikal bebas
merupakan zat yag dapat menetralkan radikal bebas, atau suatu bahan yang
berfungsi mencegah sistem biologi tubuh dari efek yang merugikan yang timbul
dari proses ataupun reaksi yang menyebabkan oksidasi yang berlebihan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akivitas antioksidan dari buah
okra. Dilakukan uji skrining fitokimia pada simplisia dan ekstrak etanol buah okra
untuk mengetahui senyawa kimia pada buah okra. Pengujian aktivitas antioksidan
dilakukan dengan metode pemerangkapan DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl)
yang diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-Visible.
Hasil skrinning fiokimia buah okra menunjukkan bahwa buah okra
mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, glikosida, dan steroid. Ekstrak
daun okra memiliki aktivitas antioksidan dengan kategori lemah , dengan nilai
IC50 172,92 µg/mL.
Kata kunci : Buah okra, antioksidan, IC50, DPPH.
vii
Universitas Sumatera Utara
TEST OF ANTIOXIDANT ACTIVITIES FROM ETHANOL EXTRACT
FRUIT GREEN OKRA (Abelmoschus esculentus (L.) Moench) SPECIALLY
IN UV-VIS SPECTROPHOTOMETRY
ABSTRACT
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ................................................................................................... i
ix
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Nama lain ............................................................ 6
2.4 Antioksidan...................................................................... 12
x
Universitas Sumatera Utara
3.2.7 Pereaksi Dragendorff .......................................... 22
xi
Universitas Sumatera Utara
3.6 Pembuatan Ekstrak Etanol Buah Okra ........................... 29
xii
Universitas Sumatera Utara
4.6.3 Hasil analisis Nilai IC50 (Inhibitory
Concentration)........................................................ 38
LAMPIRAN ........................................................................................... 46
xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR DALAM LAMPIRAN
Gambar Halaman
xvi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xvii
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
elektron yang tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Senyawa radikal bebas
timbul akibat berbagai proses kimia kompleks didalam tubuh, berupa hasil
samping dari proses oksidasi atau pembakaran sel yang berlangsung pada waktu
tubuh terpapar polusi lingkungan seperti asap kendaraan bermotor, asap rokok,
bahan pencemar dan radiasi matahari. Radikal bebas dalam tubuh bersifat sangat
reaktif dan akan berinteraksi secara destruktif melalui reaksi oksidasi dengan
bagian tubuh maupun sel-sel tertentu yang tersusun atas lemak, protein,
memicu berbagai penyakit seperti jantung koroner, penuaan dini dan kanker. Oleh
sebab itu dibutuhkan antioksidan untuk mengatasi radikal bebas. Antioksidan atau
senyawa penangkap radikal bebas merupakan zat yang dapat menetralkan radikal
bebas, atau suatu bahan yang berfungsi mencegah sistem biologi tubuh dari efek
yang merugikan yang timbul dari proses ataupun reaksi yang menyebabkan
1
Universitas Sumatera Utara
diduga terjadi karena komponen antioksidan didalam tanaman seperti vitamin,
polifenol pada tanaman memerangkap oksigen yang aktif dan efektif dalam
ekstrak etanol 96% kulit buah okra merah (Abelmoschus Esculentus (L.) Moench)
menujukkan bahwa ekstrak etanol kulit buah okra merah mengandung flavonoid
bahwa terdapat kandungan protein pada okra segar dengan kadar sebesar 0,49
dilakukan dengan beberapa metode yaitu oxygen radical capacity (ORAC), total
2
Universitas Sumatera Utara
reducing/antioxidant power (FRAP), follin-ciocalteau, dan 1,1,-diphenyl-2-
DPPH adalah radikal bebas relatif yang tidak ditemukan didalam tubuh. Pada
DPPH sudah dilarutkan didalam metanol, etanol, aseton dan warna larutan DPPH
1.3 Hipotesis
ini adalah:
3
Universitas Sumatera Utara
c. Ekstrak etanol buah okra memiliki aktivitas antioksidan yang lebih
golongan senyawa kimia dari simplisia dan ekstrak etanol buah okra serta
4
Universitas Sumatera Utara
1.6 Kerangka Pikir Penelitian
Karakterisasi 1. Makroskopik
Buah okra 2. Mikroskopik
3. Penetapan kadar air
4. Penetapan kadar sari larut
air
5. Penetapan kadar sari larut
Simplisia buah etanol
okra 6. Penetapan kadar abu total
7. Penetapan kadar abu tidak
larut asam
Ekstrak etanol
1. Alkaloid
buah okra
2. Flavonoid
Skrining 3. Tanin
Fitokimia
4. Saponin
5. Steroid/Triterpenoid
6. Glikosida
5
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Malvales
Famili : Malvaceae
Genus : Abelmoschus
Nama daerah dari tumbuhan okra adalah jagung belanda. Tumbuhan okra
ini juga biasa dikenal dengan nama lain seperti: Bendi, Gumbo, Kopi Arab,
Kacang Lendir (Malaysia), Okura (Jepang), Lady’s finger (Iggris) (Aswara, dkk.,
Buah okra adalah buah yang memiliki panjang 10-25 cm, berdiameter 1,5-
3 cm, bentuk meruncing di atas dan berisi biji yang berbentuk ginjal (Roy, dkk.,
2014). Dan salah satu ciri utama dari buah okra yaitu bahwa buah okra adalah
6
Universitas Sumatera Utara
2.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses penyarian zat aktif dari bagian tanaman obat
yang bertujuan untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam bagian
tanaman obat tersebut. Pemilihan pelarut yang digunakan dalam ekstraksi sangat
dipengaruhi oleh kepolaran pelarut itu sendiri. Senyawa dengan kepolaran yang
sama akan lebih mudah larut dalam pelerut yang sama pula (like disolves like)
(Marjoni, 2016).
Ekstrak adalah suatu produk hasil pengambilan zat aktif melalui proses
sehingga zat aktif ekstrak menjadi pekat. Bentuk dari ekstrak yang dihasilkan
dapat berupa ekstrak kental atau ekstrak kering tergantung jumlah pelarut yang
diuapkan. Ekstrak kental adalah ekstrak yang mengalami proses penguapan dan
sudah tidak mengandung cairan pelarut lagi, tapi konsistensinya tetap cair pada
senyawa yang terdapat dalam simplisia yang tidak tahan terhadap panas atau
bersifat thermolabil. Ekstrasi secara dingin dapat dilakukan dengan beberapa cara
berikut ini:
7
Universitas Sumatera Utara
(i) Maserasi
cara merendam simplisia dalam satu atau campuran pelarut selama waktu tertentu
(ii) Perkolasi
Perkolasi adalah proses penyarian zat aktif secara dingin sesuai dengan
cara mengalirkan pelarut secara kontinu pada simplisia selama waktu tertentu.
(i) Seduhan
(ii) Penggodokan
menggunakan api langsung dan hasilnya dapat langsung digunakan sebagai obat
baik secara keseluruhan termasuk ampasnya atau hanya hasil godokannya saja
tanpa ampas.
(iii) Infusa
Infusa merupakan sediaan cair yang dibuat dengan cara menyari simplisia
nabati dengan air pada suhu 900C selama 15 menit. Kecuali dinyatakan lain,
8
Universitas Sumatera Utara
“Simplisia dengan derajat kehalusan tertentu dimasukkan kedalam panci infusa,
selama 15 menit, dihitung mulai suhu 900C sambil sekali-sekali diaduk. Serkai
selagi panas menggunakan kain flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui
(iv) Digestasi
Digestasi adalah proses ekstraksi yang cara kerjanya hampir sama dengan
maserasi, hanya saja digesti menggunakan pemanasan rendah pada suhu 30-400C.
(v) Dekokta
pada dekokta lebih lama dibanding metode infusa, yaitu 30 menit dihitung setelah
suhu mencapai 900C. Metode ini sudah sangat jarang digunakan karena selain
proses penyariannya yang kurang sempurna dan juga tidak dapat digunakan untuk
(vi) Refluks
pelarut selama waktu dan jumlah pelarut tertentu dnegan adanya pendingin balik
(kondensor). Proses ini umumnya dilakukan 3-5 kali pengulangan pada residu
(vii) Soxhletasi
9
Universitas Sumatera Utara
2.3 Radikal Bebas
Radikal bebas merupakan molekul yang tidak stabil dan sangat reaktif
karena mengandung satu elektron tidak berpasangan pada orbit terluarnya. Untuk
untuk memperoleh pasangan elektron. Reaksi ini akan berlangsung terus menerus
dalam tubuh dan apabila tidak dihentikan akan menimbulkan berbagai penyakit
seperti penuaan dini, kanker, lever serta penyakit degeneratif lainnya. Karena
sangat reaktif, radikal bebas sangat mudah menyerang sel-sel sehat di dalam
tubuh, oleh karena itu tubuh memerlukan pertahanan untuk menetralkan radikal
dapat menarik atau menerima elektron disebut oksidan atau oksidator, sedangkan
senyawa yang dapat melepaskan atau memberikan elektron disebut reduktan atau
elektron (electron acceptor), yaitu senyawa yang dapat menarik elektron (Sayuti
satu bentuk senyawa oksigen reaktif, yang secara umum diketahui sebagai
senyawa yang memiliki elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas adalah
atom, molekul atau senyawa yang dapat berdiri sendiri yang mempunyai elektron
tidak berpasangan, oleh karena itu bersifat sangat reaktif dan tidak stabil. Elektron
yang tidak berpasangan selalu berusaha untuk mencari pasangan baru, sehingga
10
Universitas Sumatera Utara
mudah bereaksi dengan zat lain (protein, lemak maupun deoxyribonucleic acid
Hal ini terjadi melalui proses metabolisme sel normal, proses peradangan,
kekurangan nutrisi, maupun sebagai respons adanya radiasi sinar gama, ultraviolet
(UV), polusi lingkungan dan asap rokok. Faktor yang menyebabkan timbulnya
radikal bebas dalam tubuh antara lain sinar X, asap mobil, bahan kimia dalam
makanan lainnya), bahan kimia termasuk obat-obatan. Diet (pola makan sendiri)
juga dapat menyebabkan terbentuknya radikal bebas (Sayuti dan Yenrina, 2015).
kerusakan oksidatif. Komponen endogen yang dapat diserang oleh radikal bebas
adalah lipid, protein dan deoxyribonucleid acid (DNA) (Sayuti dan Yenrina,
2015).
radikal bebas terutama terjadi melalui peristiwa metabolisme sel normal dan
faktor stres, radiasi, asap rokok dan polusi lingkungan menyebabkan sistem
pertahanan tubuh yang ada tidak memadai, sehingga tubuh memerlukan tambahan
antioksidan dari luar yang dapat melindungi dari serangan radikal bebas
(Werdhasari, 2014).
11
Universitas Sumatera Utara
2.4 Antioksidan
molekul menjadi radikal bebas atau menghentikan reaksi berantai radikal bebas
agar tidak menjadi liar merusak sistem yang bekerja di dalam tubuh kita. Satu-
dkk., 2014).
satu atom protonnya sehingga membuat radikal bebas stabil dan tidak reaktif.
dismutase yang dapat berfungsi sebagai antioksidan, namun jika jumlah radikal
bebas lebih banyak daripada enzim yang terdapat dalam tubuh maka tubuh perlu
menjadi dua jenis, yaitu antioksidan buatan dan antioksidan alami (Huliselan,
dkk., 2015).
Butil Hidroksi Toluen (BHT) dan Tert-Butil Hidroksi Quinon (TBHQ) dapat
menimbulkan efek samping pada kesehatan tubuh. BHA dan BHT telah diteliti
dapat menimbulkan tumor pada hewan uji jika digunakan dalam jangka waktu
yang lama dan juga dapat menimbulkan kerusakan hati jika dikonsumsi secara
dan lebih mampu dalam mengurangi radikal bebas dalam tubuh. Antioksidan
12
Universitas Sumatera Utara
alami dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan atau buah-buahan (Huliselan, dkk.,
2015).
antioksidan yang poten. Korelasi antara kadar senyawa golongan fenolik atau
(Wahdaningsih, 2011).
mengandung satu atau lebih gugus hidroksil. Flavonoid merupakan salah satu
golongan terbesar dari fenol. Senyawa fenolat dalam tumbuhan dapat berupa fenol
(Harborne, 1987).
2.6 Flavonoid
konfigurasi C6 - C3 - C6, yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan
3 karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga. Struktur dasar
13
Universitas Sumatera Utara
Flavonoid mempunyai sifat antioksidan dimana senyawa ini berperan
radikal bebas. Flavonoid dapat membentuk kompleks (kelat) dengan ion logam
2.7 Vitamin C
dalam jaringan tersebut. Sumber utama vitamin C terdapat pada sayuran dan
primata yang tidak dapat mensintesis vitamin C. Kebutuhan manusia akan vitamin
C belum dapat ditentukan secara pasti. Namun, telah diketahui rata-rata kebutuhan
vitamin C pada manusia per hari antara 45 sampai 75 mg. Keadaan stres yang
mempunyai berat molekul 178 dengan rumus molekul C6H8O6, dalam bentuk kristal
tidak berwarna, bersifat larut dalam air, sedikit larut dalam aseton/alkohol yang
mempunyai berat molekul rendah. Vitamin C sukar larut dalam kloroform, eter dan
14
Universitas Sumatera Utara
2.8 Metode Pengujian Antioksidan
Salah satu metode yang paling umum digunakan untuk menguji aktivitas
banyak reagen seperti halnya metode lain (Sayuti dan Yenrina, 2015).
antioksidan sampel secara umum, tidak berdasarkan pada jenis radikal yang
dihambat. Pada metode lain selain DPPH membutuhkan reagen kimia yang cukup
banyak, waktu analisis yang lama, biaya yang mahal dan tidak selalu dapat
Pada metode ini, larutan DPPH berperan sebagai radikal bebas yang akan
bereaksi dengan senyawa antioksidan sehingga DPPH akan berubah menjadi 1,1-
menjadi warna merah muda atau kuning pucat dan bisa diamati dan dilihat
tidak stabil dengan absorbansi kuat pada λmax 517 nm dan berwarna ungu gelap.
Setelah bereaksi dengan senyawa antioksidan, DPPH tersebut akan tereduksi dan
warnanya akan berubah menjadi kuning. Perubahan tersebut dapat diukur dengan
15
Universitas Sumatera Utara
DPPH. Hal ini dapat terjadi apabila adanya penangkapan satu elektron oleh zat
beresonansi. Reaksi antara radikal bebas DPPH dengan antioksidan dapat dilihat
Gambar 2.2 Reaksi Radikal DPPH dengan Antioksidan (Sayuti dan Yenrina,
2015).
perubahan warna dari ungu menjadi kuning atau intensitas warna ungu larutan
menyebabkan 50% DPPH kehilangan karakter radikal atau konsentrasi zat suatu
16
Universitas Sumatera Utara
aktivitas antioksidan yang tinggi, akan mempunyai nilai EC 50 atau IC50 yang
dan 380-780 nm untuk daerah visible atau sinar tampak. Secara umum sistem
spektrofotometer terdiri atas sumber radiasi, monokromator, sel, foto sel, detektor,
adalah lampu hidrogen atau deuterium dan lampu filamen. Lampu hidrogen
dekat dengan panjang gelombang 350 nm sampai sekitar 250 nm. Monokromator
kuvet yang berisi sampel dan blanko secara bersaman dengan bantuan cermin
Sel atau kuvet adalah tempat bahan yang akan diukur serapannya. Kuvet
harus dibuat dari bahan yang tidak menyerap radiasi pada daerah yang digunakan,
umumnya terbuat dari kaca tembus sinar tetapi bisa pula terbuat dari plastik. Sel
yang terbuat dari kuarsa baik untuk spektroskopi UV-Vis. Kuvet dari bahan kaca
17
Universitas Sumatera Utara
silikat biasa tidak dapat digunakan untuk spektroskopi ultraviolet karena bahan
detektor. Detektor adalah material yang dapat menyerap energi dari foton dan
mengubahnya dalam bentuk lain, yaitu energi listrik (Warono dan Syamsudin,
2013).
pembacaan yang berupa meter atau angka yang sesuai dengan hasil yang
Beer, yaitu seberkas sinar dilewatkan suatu larutan pada panjang gelombang
tertentu, sehingga sinar tersebut sebagian ada yang diteruskan dan sebagian
lainnya diserap oleh larutan. Besarnya sinar (A) berbanding lurus dengan
konsentrasi zat penyerap (C) dan jarak yang ditempuh sinar (a) dalam larutan
Menurut Gandjar dan Rohman (2008), ada beberapa hal yang harus
yang semula tidak berwarna yang akan dianalisis dengan spektrofotometri visibel
karena senyawa tersebut harus dirubah terlebih dahulu menjadi senyawa yang
berwarna, yaitu:
Hal ini perlu dilakukan jika senyawa tersebut tidak menyerap pada daerah
tersebut. Cara yang digunakan adalah dengan merubah menjadi senyawa lain atau
18
Universitas Sumatera Utara
b. Waktu operasional (operating time)
absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi
tertentu.
19
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.1 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari alat-alat gelas
3.1.2 Bahan-bahan
3.1.2.1 Sampel
membandingkan tumbuhan yang sama dengan daerah lain. Sampel diambil dari
20
Universitas Sumatera Utara
Pasar 10 Dusun Sopoyono, Desa Saentis, Kecamatan Percut, Sei Tuan, Medan,
Sumatera Utara.
(DPPH), vitamin C, metanol, toluen, kloroform, etanol 96%, asam klorida 2N,
serbuk magnesium, asam klorida pekat, amil alkohol, besi (III) klorida 10%, n-
timbal (II) asetat 0,4 M, asam klorida 2 N, larutan kloralhidrat (Depkes RI, 1995)
21
Universitas Sumatera Utara
3.2.4 Pereaksi Molisch
nitrat pekat. Dilarutkan 27,2 g kalium iodida dalam 50 ml akuades pada wadah
Larutan yang jernih diambil dan diencerkan dengan akuades hingga volume
iodium dilarutkan dalam larutan kalium iodida dan dicukupkan dengan akuades
22
Universitas Sumatera Utara
3.2.9 Pereaksi Timbal (II) Asetat 0,4 M
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah buah okra
membandingkan tumbuhan yang sama dengan daerah lain. Sampel diambil dari
Pasar 10 Dusun Sopoyono, Desa Saentis, Kecamatan Percut, Sei Tuan, Medan,
Sumatera Utara.
Sumatera Utara.
Simplisia buah okra dibuat dengan cara pemilihan buah yang baik,
23
Universitas Sumatera Utara
menjadi beberapa potong, lalu di keringkan selama 7 hari di dalam lemari
pemeriksaan mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar sari yang larut
dalam air, penetapan kadar sari yang larut dalam etanol, penetapan kadar abu total
Serbuk ditaburkan di atas kaca objek yang telah ditetesi kloralhidrat, ditutup
Alat terdiri dari labu alas bulat 500 ml, pendingin, tabung penyambung, tabung
a. Penjenuhan toluen
alas bulat, dipasang alat penampung dan pendingin, kemudian didestilasi selama 2
24
Universitas Sumatera Utara
jam. Destilasi dihentikan dan dibiarkan dingin selama 30 menit, kemudian volume
ke dalam labu berisi toluen yang telah dijenuhkan, kemudian labu dipanaskan
tetes per detik sampai sebagian besar air terdestilasi. Kecepatan destilasi
dinaikkan sampai 4 tetes tiap detik, setelah semua air terdestilasi, bagian dalam
tabung penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar, setelah air dan toluen
memisah sempurna, lalu volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih
kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam
bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen (WHO, 1992).
air-kloroform (2,5 ml kloroform dalam air suling sampai 1 liter) dalam labu
dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara.Sisa
dipanaskan pada suhu 105ºC sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang
larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI,
1995).
25
Universitas Sumatera Utara
3.4.5 Penetapan Kadar Sari Larut dalam Etanol
etanol 96% di dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam
pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam, setelah itu disaring cepat untuk
penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara sampai kering. Sisa
yang diperoleh dipanaskan pada suhu 105ºC sampai bobot tetap. Kadar dalam
persen sari yang larut dalam etanol 96% dihitung terhadap bahan yang telah
seksama dimasukkan ke dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara,
dilakukan pada suhu 600ºC selama 3 jam kemudian didinginkan dan ditimbang
sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah
Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu total dididihkan dalam
asam klorida encer sebanyak 25 ml selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam
asam dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas abu, dicuci dengan air
panas, lalu dipijar sampai bobot tetap, kemudian didinginkan dan ditimbang.
Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang telah
26
Universitas Sumatera Utara
3.5 Skrining Fitokimia
asam klorida 2N dan 9 ml air suling, dipanaskan di atas penangas air selama 2
menit, didinginkan dan disaring. Filtrat yang diperoleh dipakai untuk uji
Alkaloida positif jika terjadi endapan atau kekeruhan pada paling sedikit
campuran etanol 95% dengan air (7:2) dan 10 ml asam klorida 2N, direfluks
air suling dan 25 ml timbal (II) asetat 0,4 M, dikocok, didiamkan 5 menit lalu
dilakukan berulang kali sebanyak 2 kali. Sari air dikumpulkan dan diuapkan pada
temperatur tidak lebih dari 500C. Sisanya dilarutkan dalam 2 ml metanol. Larutan
dalam tabung reaksi dan diuapkan di atas penangas air. Pada sisa ditambahkan 2
27
Universitas Sumatera Utara
ml air dan 5 tetes pereaksi Molisch. Kemudian secara perlahan-lahan ditambahkan
ungu pada batas kedua cairan menunjukkan glikosida (Depkes RI, 1995).
kuat-kuat selama 10 detik. Jika terbentuk busa setinggi 1-10 cm yang stabil tidak
kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan 1 tetes asam klorida
menit dan disaring dalam keadaan panas. Ke dalam 5 ml filtrat ditambahkan 0,1 g
serbuk magnesium dan 1 ml asam klorida pekat dan 1 ml amil alkohol, dikocok
dan dibiarkan memisah. Flavonoid positif jika terjadi warna merah kekuningan
dalam 100 ml air suling lalu didinginkan dan disaring. Pada filtrat ditambahkan 1-
2 tetes pereaksi besi (III) kolrida 1%. Jika terjadi warna biru kehitaman atau hijau
jam, lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa ditambahkan
28
Universitas Sumatera Utara
hijau menunjukkan adanya steroid sedangkan warna merah, merah muda atau
cairan penyari, tutup, biarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering
diaduk, serkai, peras, cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga
sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari. Enap tuangkan atau saring (Depkes
RI, 1979). Maserat diuapkan dengan rotary evaporator pada temperatur ±60oC
29
Universitas Sumatera Utara
400-800 nm. Larutan DPPH 40 µg/mL ini juga digunakan sebagai larutan kontrol
Larutan induk baku ekstrak dipipet sebanyak 0,3 mL; 0,45 mL; 0,6 mL;
mendapatkan konsentrasi 60 µg/mL, 90 µg/mL, 120 µg/mL, 150 µg/mL, dan 180
larutan induk baku DPPH 200 µg/mL, lalu volume dicukupkan dengan metanol
Larutan induk baku vitamin C dipipet sebanyak 0,1 mL; 0,2 mL; 0,3 mL;
30
Universitas Sumatera Utara
induk baku DPPH 200 µg/mL, lalu volume di cukupkan dengan metanol sampai
garis tanda.
Larutan uji yang telah dipersiapkan, segera diinkubasi pada suhu 370C
selama 31 menit. Selanjutnya kontrol dan sampel uji diukur pada panjang
pemerangkapan radikal bebas oleh sampel uji, ekstrak etanol buah okra dengan
berikut:
ekstrak (µg/mL) sebagai absis (sumbu X) dan nilai % peredaman dari antioksidan
sebagai ordinatnya (sumbu Y). Zat yang mempunyai aktivitas antioksidan yang
31
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
Universitas Sumatera Utara, hasilnya adalah buah okra dengan nama spesies
okra memiliki warna hijau, berbentuk lonjong dan memiliki ujung yang sedikit
lendir, rasa agak pahit. Buah okra juga memiliki biji yang berbentuk ginjal
simplisia buah okra berwarna hijau kecoklatan, tidak berbau, dan rasa agak pahit.
Gambar simplisia buah okra dapat dilihat pada Lampiran 2 halaman 47.
adanya kristal Ca-oksalat druse, rambut penutup, dan penebalan xylem bentuk
spiral. Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia buah okra dapat dilihat
32
Universitas Sumatera Utara
4.4 Hasil Pemeriksaan Karakteristik Simplisia
Hasil pemeriksaan kadar air, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol,
kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 menunjukkan kadar air pada simplisia buah okra sebesar 7,28%,
kadar tersebut memenuhi persyaratan umum yaitu lebih kecil dari 10%. Menurut
literatur, kadar air dalam ekstrak tidak boleh melebihi 10%. Tujuan pemeriksaan
kadar air adalah untuk memberi batasan minimal besarnya kandungan air dalam
bahan baik ekstrak maupun simplisia, makin tinggi kadar air, makin mudah untuk
Penetapan kadar sari yang larut dalam air menyatakan jumlah zat yang
tersari dalam pelarut air (bersifat polar) yang terkandung dalam simplisia, dari
penelitian ini diperoleh hasil penetapan kadar sari yang larut dalam air yaitu
96,66%. Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol menyatakan jumlah zat
yang tersari dalam pelarut etanol (bersifat polar atau non polar), dari penelitian ini
diperoleh hasil penetapan kadar sari yang larut dalam etanol yaitu 42,6%
Penetapan kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam dari serbuk
simplisia berturut-turut adalah 9% dan 4,8%. Kadar abu dan kadar abu tak larut
33
Universitas Sumatera Utara
asam hendaknya menghasilkan nilai rendah karena uji ini merupakan indikator
adanya cemaran logam yang tidak akan hilang pada suhu tinggi (Salim, dkk.,
50.
1 Flavonoid + +
2 Alkaloid + +
3 Saponin - -
4 Tanin + +
5 Glikosida + +
6 Steroid/Terpenoid + +
Keterangan : (+) positif = mengandung golongan senyawa
(-) negatif = tidak mengandung golongan senyawa
metabolit sekunder yang terdapat di dalam simplisia buah okra adalah flavonoid,
terdapat di dalam ekstrak buah adalah flavonoid, alkaloid, tanin, glikosida, dan
steroid/terpenoid.
flavonoid, senyawa fenol, steroid, dan terpenoid. Flavonoid merupakan salah satu
34
Universitas Sumatera Utara
menyumbangkan elektronnya melalui atom hidrogen gugus hidroksil
2004). Aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol buah okra diperoleh dari hasil
uji ekstrak etanol buah okra dengan menggunakan vitamin C sebagai pembanding.
35
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1 Kurva Panjang Gelombang Maksimum DPPH (515.5 nm)
absorbansi DPPH pada menit ke-31 dengan adanya penambahan larutan uji
dengan konsentrasi 60 µg/mL; 90 µg/mL; 120 µg/mL;150 µg/mL dan 180 µg/mL.
EEBO dapat dilihat pada Tabel 4.3. Perhitungan Hasil Uji Aktivitas Antioksidan
36
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3 Penurunan Absorbansi dan Persen Pemerangkapan DPPH Oleh EEBO
Dari Tabel 4.3 di atas, dapat kita lihat bahwa terjadi penurunan absorbansi
DPPH. Hal ini disebabkan karena adanya aktivitas pemerangkapan oleh larutan
demikian akan diketahui nilai aktivitas peredaman radikal bebas yang dinyatakan
dengan nilai IC50 (Inhibitory Concentration). Prinsip kerja dari pengukuran ini
adalah adanya radikal bebas stabil yaitu DPPH yang dicampurkan dengan
dapat meredam radikal bebas DPPH sebanyak 50%. Semakin kecil nilai IC50
maka aktivitas peredaman radikal beba ssemakin tinggi (Ridho, dkk., 2013). Nilai
IC50 dari EEBO dapat di lihat pada Tabel 4.4 dan kategori nilai IC50 sebagai
37
Universitas Sumatera Utara
antioksidan dapat dilihat pada Tabel 4.5. Perhitungan nilai IC50 EEBO dapat
2. Kuat 50-100
3. Sedang 101-150
4. Lemah 151-200
Nilai dari IC50 ekstrak etanol buah okra adalah 172,92 µg/mL. Dari Tabel
kategori nilai IC50 diatas, dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol buah okra
2004).
yang terkandung maka semakin besar pula total aktivitas antioksidannya. Jenis
kadar zat tersari dan aktivitas antioksidan pada larutan sampel (Rivai, dkk., 2012).
38
Universitas Sumatera Utara
4.6.4 Hasil Analisis Peredaman Radikal Bebas DPPH Oleh Vitamin C
Sebagai Pembanding
Pada pengujian aktivitas antioksidan digunakan larutan pembanding yaitu
adalah untuk mengetahui seberapa kuat potensi antioksidan yang ada pada ekstrak
etanol buah okra jika dibandingkan dengan vitamin C. Apabila nilai IC50 sampel
sama atau mendekati nilai IC50 pembanding maka dapat dikatakan bahwa sampel
berpotensi sebagai salah satu alternatif antioksidan yang sangat kuat (Ridho, dkk.,
2013). Hasil analisis peredaman radikal bebas oleh vitamin C dapat dilihat pada
Tabel 4.6. Perhitungan Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Vitamin C dapat dilihat
Tabel 4.6 Hasil Analisis Peredaman Radikal Bebas Oleh Vitamin C Sebagai
Pembanding
39
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7 Nilai IC50 dari Vitamin C
Dari hasil perhitungan didapat nilai IC50 vitamin C adalah 5,33 µg/mL,
sedangkan nilai IC50 dari ekstrak adalah sebesar 172,92 µg/mL sehingga ekstrak
etanol buah okra memiliki aktivitas antioksidan yang lemah bila dibandingkan
dengan vitamin C. Perhitungan nilai IC50 vitamin C dapat dilihat pada Lampiran
8 halaman 63.
40
Universitas Sumatera Utara
BAB V
5.1 Kesimpulan
terkandung dalam simplisia dan ekstrak etanol buah okra menujukkan adanya
dengan ekstrak etanol buah okra dengan nilai IC50 yaitu 5,33 µg/mL.
5.2 Saran
menguji aktivitas antioksidan buah okra dengan metode ekstraksi dan pelarut yang
berbeda.
41
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Bag, G. C., Devi, G., and Bhaigyabati, Th. (2015). Assessment of Total Flavonoid
Content and Antioxdant Activity of Methanolic Rhizome Extract of Three
Hedychium species of Manipur Valley. Int. J. Phar. Sci. Rev. Res. 30(1):
154-159.
42
Universitas Sumatera Utara
Harborne, J. B. (1984). Phytochemical Methods. Terjemahan: Padmawinato, K.,
dan Soediro, I. (1987). Metode Fitokimia. Edisi kedua. Bandung: Penerbit
ITB. Halaman 47-49, 71, 153.
Rivai, H., Putra, R. Y., Krisyanella. (2012). Penentuan Pengaruh Jenis Pelarut
Pengekstrak Terhadap Perolehan Kadar Senyawa Fenolat Dan Aktifitas
Antioksidan Dari Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.). Jurnal Farmasi
Higea, 4(1): 16-22.
43
Universitas Sumatera Utara
Rosahdi, T. D., Kusmiyati, M., Wijayanti, F. R. (2013). Uji Aktivitas Daya
Antioksidan Buah Rambutan Rapiah Metode DPPH.
Journal.uinsgd.ac.id.istek. 7(1): 1-15.
Salim, M., Sulityaningrum, N., Isnawati, A., Sitorus, H., Yahya., Ni’mah, T.
(2016). Karakterisasi Simplisia dan Ekstrak Kulit Buah Duku (Lansium
domesticum Corr) dari Provinsi Sumatera Selatan dan Jambi. Jurnal
Kefarmasian Indonesia. 6(3): 117-128.
Samosir, A. P., Runtuwene, M., R., J., Citraningtyas, G. (2012). Uji Aktivitas
Antioksidan Dan Total Flavonoid Pada Ektrak Etanol Pinang Yaki (Areca
vestiaria). Halaman 5.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/article/view/460
44
Universitas Sumatera Utara
Warono, D., Syamsudin. (2013). Unjuk Kerja Spektrofotometer Untuk Analisa
Zat Aktif Ketoprofen. Konversi. 2(2): 57-56.
https://media.neliti.com/media/publications/108482-ID-unjuk-kerja-
spektrofotometer-untuk-anali.pdf
45
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan
46
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Sampel yang Digunakan
47
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Hasil Pemeriksaan Mikroskopik
1
2
48
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Bagan Kerja Penelitian
Buah Okra
Simplisia
Serbuk simplisia
Dimaserasi
dengan
Makroskopik Alkaloid
etanol 96%
Mikroskopik Glikosida
Penetapan kadar air Flavonoid Ekstrak
Triterpenoid/ etanol
Penetapan kadar sari
Steroid
yang larut air
Saponin
Penetapan kadar sari Tanin
yang larut etanol
Penetapan kadar abu
Uji aktivitas
total
Penetapan kadar abu antioksidan
yang tidak larut
asam
49
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Perhitungan Karakterisasi Simplisia Buah Okra
50
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. (Lanjutan)
0,20
1. Kadar abu total = 100% = 10%
2,0
0,21
2. Kadar abu total = 100% = 10,5%
2,0
0,13
3. Kadar abu total = 100% = 6,5%
2,0
51
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. (Lanjutan)
5. Penetapan kadar abu tidak larut dalam asam simplisia buah okra
0,1
1. Kadar abu tidak larut dalam asam = 100% =5%
2,0
0,09
2. Kadar abu tidak larut dalam asam = 100% = 4,5%
2,0
0,1
3. Kadar abu tidak larut dalam asam = 100% =5%
2,0
52
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Penentuan Waktu Kerja (Operating Time)
21 1,0201 42 1.0259
22 1,0205 43 1.0263
23 1,0208 44 1.0264
24 1,0210 45 1.0262
53
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan
Konsentrasi larutan
uji (µg/mL)
Absorbasi % Pemerangkapan
0 1,217 -
60 0,975 19,88
90 0,884 27,36
% pemerangkapan = × 100%
Keterangan:
= Absorbansi sampel
- Konsentrasi 60 µg/ml
- Konsentrasi 90 µg/ml
54
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. (Lanjutan)
Konsentrasi
Absorbansi % Pemerangkapan
larutan uji (µg/mL)
0 1,217 -
60 0,975 19,88
90 0,884 27,36
120 0,782 35,74
150 0,688 43,46
180 0,595 51,10
% pemerangkapan = × 100%
Keterangan:
- Konsentrasi 60 µg/ml
- Konsentrasi 90 µg/ml
55
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. (Lanjutan)
Konsentrasi Larutan
Absorbansi % Pemerangkapan
Uji (µg/mL)
0 1,217 -
60 0,975 19,88
90 0,884 27,36
120 0,782 35,74
150 0,688 43,46
180 0,596 51,02
% pemerangkapan = × 100%
Keterangan:
- Konsentrasi 60 µg/ml
- Konsentrasi 90 µg/ml
56
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. (Lanjutan)
Konsentrasi % Pemerangkapan
Larutan Uji
I II III Rata-rata
(µg/mL)
0 - - - -
57
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. (Lanjutan)
2. Vitamin C pembanding
Data absorbansi pengukuran pertama
Konsentrasi
Larutan Uji Absorbansi % Pemerangkapan
(µg/mL)
0 1,217 -
2 1,006 17,33
4 0,757 37,79
6 0,566 53,49
8 0,284 76,66
10 0,055 95,48
% peredaman = × 100%
Keterangan:
- Konsentrasi 2µg/ml
- Konsentrasi 4µg/ml
- Konsentrasi 6µg/ml
- Konsentrasi 8µg/ml
58
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. (Lanjutan)
- Konsentrasi 10µg/ml
Konsentrasi
Larutan Uji Absorbansi % Pemerangkapan
(µg/mL)
0 1,217 -
2 1,006 17,33
4 0,757 37,79
6 0,566 53,49
8 0,285 76,58
10 0,056 95,39
% pemerangkapan = × 100%
Keterangan:
- Konsentrasi 2µg/ml
- Konsentrasi 4µg/ml
- Konsentrasi 6µg/ml
59
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. (Lanjutan)
- Konsentrasi 8µg/ml
- Konsentrasi 10µg/ml
Konsentrasi Larutan
Absorbansi % Pemerangkapan
Uji (µg/mL)
0 1,217 -
2 1,006 17,33
4 0,756 37,88
6 0,566 53,49
8 0,284 76,66
10 0,056 95,39
% pemerangkapan = × 100%
Keterangan:
- Konsentrasi 2 µg/ml
- Konsentrasi 4µg/ml
60
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. (Lanjutan)
- Konsentrasi 6µg/ml
- Konsentrasi 8µg/ml
- Konsentrasi 10µg/ml
Konsentrasi % Pemerangkapan
0 - - - -
61
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Perhitungan Nilai IC50
X Y XY
0 0 - -
60 19,88 1192,8 3600
90 27,36 2462,4 8100
120 35,74 4288,8 14400
150 43,46 6519 22500
180 51,04 9187,2 32400
= 600 = 177,48 = 23650,2 = 81000
= 100 = 29,58
X = Konsentrasi (µg/ml)
Y = % Pemerangkapan
a=
a=
a=
a= 0,28
b= -a
b= 29,58 – (0,28)(100)
b= 1,58
62
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. (Lanjutan)
50 = 0,28X + 1,58
X = 172,92 µg/ml
2. Vitamin C pembanding
X Y XY
0 0 0 0
2 17,33 34,66 4
4 37,82 151,28 16
6 53,49 320,94 36
8 76,63 613,04 64
10 95,42 954,2 100
= 30 = 280,69 = 2074,12 = 220
=5 = 46,78
X = Konsentrasi (µg/ml)
Y = % Peredaman
a=
a=
a=
a= 9,58
b= - a
63
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. (Lanjutan)
b= 46,78 – (9,58)(5)
b= -1,12
50 = 9,58X –1,12
X = 5,33 µg/ml
64
Universitas Sumatera Utara